• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 METODE PENELITIAN

3. Uji Kecocokan Model

Untuk uji kecocokan model dilakukan pada dua model yaitu model pengukuran atau outer model dan model struktural atau inner model.

a. Outer Model

Convergent validity

Korelasi antara skor indikator reflektif dengan skor peubah latennya. Dalam hal ini nilai loading atau nilai outerweight 0,5 dianggap cukup pada jumlah indikator per konstruk tidak besar berkisar antara 3 sampai 7 indikator. Nilai lain yang dapat digunakan untuk melihat convergent validity adalah nilai kritis masing-masing indikator. Jika nilai kritis lebih besar daripada nilai t-tabel yang dipersyaratkan maka indikator dinyatakan valid.

Discriminant Validity

Membandingkan nilai square root of average variance extracted (AVE) setiap konstruk dengan korelasi antar konstruk lainnya dalam model, jika square root of average variance extracted konstruk lebih besar dari korelasi dengan seluruh konstruk lainnya maka dikatakan mermiliki discriminant validity yang baik. Direkomendasikan nilai pengukuran lebi besar dari 0,50.

∑λi2 AVE =

∑λi2 + ∑i var (εi)

Dimana λi adalah komponen loading ke indikator dan var (εi) adalah 1- λi2 jika semua indikator di standardized, maka pengukuran ini sama dengan average communalities dalam blok.

Composite reliability (ρc)

Kelompok indikator yang mengukur sebuah peubah memiliki reliabilitas komposit yang baik jika memiliki composite reliability lebih besar atau sama dengan 0,7, walaupun bukan merupakan standar absolut. [ ∑ (λi) ]2

ρc =

[ ∑ (λi) ]2 + ∑i var (εi)

Dimana λi adalah komponen loading ke indikator dan var (εi) adalah 1- λi2. Dibandingkan dengan cronbach alpha, ukuran ini tidak mengasumsikan atau ekuivalen antar pengukuran dengan asumsi semua indikator diberi bobot sama. Sehingga cronbach alpha cenderung lower bound estimate reliability, sedangkan ρc merupakan closer approximation dengan asumsi estimasi parameter adalah akurat, ρc sebagai ukuran internal consistence hanya dapat digunakan untuk konstruk dengan indikator reflektif.

b. Inner model (Model Struktural)

Goodness of fit model diukur menggunakan R-Square peubah laten dependen dengan interpretasi yang sama dengan regresi; Q-square predictive relevance untuk model struktural, mengukur seberapa baik nilai observasi dihasilkan oleh model dan juga estimasi parameternya. Nilai Q-square > 0 menunjukkan model memiliki predictive relevance. Sebaliknya

jika nilai Q-square ≤ 0 menunjukkan model kurang memiliki predictive relevance. Perhitungan Q-square dilakukan dengan rumus:

Q2 = 1-(1-R12) (1-R22)....(1-Rp2)

Dimana R12 R22 Rp2 adalah R-square peubah endogen dalam model persamaan. Besaran Q2 memiliki nilai dengan rentang 0 ≤ Q2 ≤ 1, dimana semakin mendekati 1 berarti model semakin baik. Besaran Q2 ini setara dengan koefisien determinasi total pada analisis jalur (path analysis).

Untuk melihat efek konstruk laten eksogen (sumber daya finansial dan aset tidak berwujud) terhadap strategi bersaing dan kinerja keuangan ketika ada tidak dalam model dapat digunakan evaluasi efek size ( f2). Nilai efek size ( f2) dapat dihitung dengan formula sebagai berikut:

R2Include- R2exclude Effect size ( f2) =

1-R2Include

Jika nilai f2 mendekati 0,02 maka pengaruhnya lemah, jika nilai f2 mendekati 0,15 maka dinyatakan pengaruhnya medium dan jika nilai f2 mendekati 0,35 maka dinyatakan pengaruhnya besar (Henseler 2009).

Gambar 9 Diagram Jalur Struktural Pengaruh Antar Peubah

2 Z1 Z2 λ27 λ28 6 7 2 γ21 γ22

ξ

1 X1.1 X1.2 X1.3 X.1.4 λ1 λ2 λ3 λ4 1 2 3 4 X.1.5 5 λ5 X2.1 X2.1.1 X2.1.2 X2.1.3 X2.1.4 X2.1.5 X2.1.6 λ6 λ7 λ8 λ9 λ11 6 7 8 9 10 11 λ10 X2.2 X2.2.1 X2.2.2 X2.2.3 X2.2.4 λ12 λ13 λ14 λ15 λ16 12 13 14 15 16 X2.2.5 X2.3 X2.3.1 X2.3.2 X2.3.3 X2.3.4 λ17 λ18 λ19 17 18 19 X2.3.5 λ20 λ21 20 21

Uji Hipotesis 1: Pengaruh Sumber Daya Finansial dan Aset Tidak berwujud terhadap Strategi Bersaing

Diagram jalur hubungan kausalitas antara dimensi dan peubah laten sumber daya finansial dan aset tidak berwujud terhadap strategi bersaing, dilakukan melalui hipotesis statistik sebagai berikut.

1. H0: 11 = 0 : Tidak terdapat pengaruh antara sumber daya finansial (ξ1) terhadap strategi bersaing (η1) UMKM di Lombok NTB. Ha: 11≠ 0 : Terdapat pengaruh antara sumber daya finansial (ξ1) terhadap

strategi bersaing (η1) UMKM di Lombok NTB.

2. H0: 12 = 0 : Tidak terdapat pengaruh antara aset tidak berwujud (ξ2) terhadap strategi bersaing (η1) UMKM di Lombok NTB.

Ha: 12≠ 0 :Terdapat pengaruh antara aset tidak berwujud (ξ2) terhadap

strategi bersaing (η1) UMKM di Lombok NTB.

Uji Hipotesis 2: Pengaruh Sumber Daya Finansial dan Aset Tidak berwujud terhadap Kinerja Keuangan di Lombok NTB

Diagram jalur hubungan kausalitas antara indikator dan peubah laten sumber daya finansial dan aset tidak berwujud terhadap kinerja keuangan, dilakukan melalui hipotesis statistik sebagai berikut:

1. H0: 21 = 0 : Tidak terdapat pengaruh antara sumber daya finansial (ξ1) terhadap kinerja keuangan (η2) UMKM di Lombok NTB. Ha: 21≠ 0 : Terdapat pengaruh antara sumber daya finansial (ξ1) terhadap

kinerja keuangan (η2) UMKM di Lombok NTB.

2. H0 : 22 = 0 : Tidak terdapat pengaruh antara aset tidak berwujud (ξ2) terhadap kinerja keuangan (η2) UMKM di Lombok NTB.

Ha : 22≠ 0 : Terdapat pengaruh aset tidak berwujud (ξ2) terhadap kinerja keuangan (η2) UMKM di Lombok NTB.

Uji Hipotesis 3: Pengaruh Strategi Bersaing terhadap Kinerja Keuangan

Diagram jalur hubungan kausalitas antara indikator dan peubah laten strategi bersaing terhadap kinerja keuangan, dilakukan melalui hipotesis statistik sebagai berikut:

H0 : 21 = 0 : Tidak terdapat pengaruh strategi bersaing (η1) terhadap kinerja keuangan (η2) UMKM di Lombok NTB.

Ha : 21≠ 0 : Terdapat pengaruh strategi bersaing (η1) terhadap kinerja keuangan (η2) UMKM di Lombok NTB.

Uji Hipotesis 4: Pengaruh sumber daya finansial dan Aset tidak berwujud terhadap kinerja Keuangan melalui strategi bersaing UMKM di Lombok NTB

Diagram jalur hubungan kausalitas antara indikator dan peubah laten modal finansial, aset tidak berwujud dengan komponen modal inovasi, modal manusia, dan modal pelanggan dan strategi bersaing terhadap kinerja keuangan, dilakukan melalui hipotesis statistik sebagai berikut:

1. H0: 11 = 0 : Tidak terdapat pengaruh antara sumber daya finansial (ξ1) terhadap strategi bersaing (η1) UMKM di Lombok NTB. Ha: 11≠ 0 : Terdapat pengaruh antara sumber daya finansial (ξ1) terhadap

strategi bersaing (η1) UMKM di Lombok NTB.

2. H0: 12 = 0 : Tidak terdapat pengaruh antara aset tidak berwujud (ξ2) terhadap strategi bersaing (η1) UMKM di Lombok NTB.

Ha: 12≠ 0 : Terdapat pengaruh antara aset tidak berwujud (ξ2) terhadap

strategi bersaing (η1) UMKM di Lombok NTB.

3. H0: 21 = 0 : Tidak terdapat pengaruh antara sumber daya finansial (ξ1) terhadap kinerja keuangan (η2) UMKM di Lombok NTB. Ha: 21≠ 0 : Terdapat pengaruh antara sumber daya finansial (ξ1) terhadap

kinerja keuangan (η2) UMKM di Lombok NTB.

4. H0 : 22 = 0 : Tidak terdapat pengaruh antara aset tidak berwujud (ξ2) terhadap kinerja keuangan (η2) UMKM di Lombok NTB.

Ha : 22≠ 0 : Terdapat pengaruh aset tidak berwujud (ξ2) terhadap kinerja keuangan (η2) UMKM di Lombok NTB.

5. H0: 21 = 0 : Tidak terdapat pengaruh strategi bersaing (η1) terhadap kinerja

keuangan (η2).

Ha : 21 ≠ 0 : Terdapat pengaruh strategi bersaing (η1) terhadap kinerja

keuangan (η2).

Dalam analisis PLS dapat dihitung besar pengaruh baik langsung maupun tidak langsung dari satu peubah laten terhadap peubah laten yang lain dan dari kedua pengaruh ini dapat dihitung totalnya. Identifikasi pengaruh peubah laten eksogen terhadap peubah laten endogen tidak hanya pengaruh langsung (direct effect, DE) tetapi juga pengaruh tidak langsung (indirect effect, IE). Pengaruh tidak langsung menjelaskan pengaruh peubah penyebab terhadap peubah akibat yang terjadi melalui peubah laten endogen lain yang diberlakukan sebagai peubah antara, Besarnya pengaruh tidak langsung tersebut dapat ditentukan dengan persamaan (Hair et al. 2006) berikut.

IE = ij x ij

Berdasarkan pengaruh langsung dan tidak langsung selanjutnya dapat ditentukan besarnya pengaruh total (total effect, TE) (Schumaker dan Lomax 1996; Hair et al. 2006) peubah laten eksogen terhadap peubah laten eksogen terhadap peubah laten endogen sebagai berikut.

TE = DE + IE

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif dilakukan untuk mengetahui karakteristik perusahaan kerupuk tersebut yang disajikan pada aspek-aspek non finansial dalam bentuk uraian deskriptif, tabel, bagan, atau gambar untuk mempermudah pemahaman. Sedangkan data kuantitatif disajikan untuk mengetahui keadaan perusahaan secara finansial seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net B/C Ratio, Payback Period (PBP), Break Event Point (BEP), Return On Investment (ROI), serta Analisis Sensitivitas.

Untuk mengetahui apakah pelaksanaan suatu proyek tersebut menguntungkan atau tidak, maka perlu dilakukan evaluasi proyek dengan cara menghitung manfaat dan biaya yang diperlukan sepanjang umur proyek. Setelah dilakukan identifikasi terhadap semua manfaat dan biaya, maka baru dapat dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai dari kriteria investasi. Adapun metode yang digunakan dalam analisis kelayakan finansial pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Net Present Value (NPV)

Menurut Sofyan (2002), NPV adalah nilai neto sekarang dari dana yang diinvestasikan selama umur proyek. NPV mencerminkan besarnya tingkat pengembalian dari usulan usaha atau proyek, oleh karena itu usulan proyek yang layak diterima haruslah memiliki nilai NPV > 0, jika tidak maka proyek itu akan merugi. Rumus yang digunakan dalam NPV adalah sebagai berikut:

 

   n 1 t t t Io r 1 CF NPV Dimana:

NPV = Net Present Value atau Nilai Sekarang.

Σ = Simbol untuk penjumlahan. t = Periode Waktu atau tahun ke t n = Umur usulan usaha

CFt = Aliran kas pada tahun ke t

r = Tingkat suku bunga atau biaya modal Io = Modal investasi awal.

Kriteria untuk menerima dan menolak rencana investasi dengan metode NPV adalah sebagai berikut:

 Apabila NPV > 0, maka usulan proyek diterima,  Apabila NPV < 0, maka usulan proyek ditolak, dan

 Apabila NPV = 0, Kemungkinan proyek akan diterima atau nilai perusahaan tetap walaupun usulan proyek diterima atau ditolak.

b. Internal Rate of Return(IRR)

IRR dapat menggambarkan besarnya suku bunga tingkat pengembalian atas modal yang diinvestasikan. Dalam kriteria investasi IRR harus lebih besar dari OCC atau opportunity cost of capital agar rencana atau usulan investasi dapat layak dilaksanakan (Sofyan 2002). Rumus yang digunakan untuk IRR adalah sebagai berikut:

i i'

NPV NPV' NPV i IRR      Dimana:

IRR = Tingkat pengembalian internal

i = Bunga diskonto yang menghasilkan NPV positif

i' = Bunga diskonto yang menghasilkan NPV negative NPV = Nilai sekarang yang positif

c. Net B/C Ratio

Merupakan perbandingan antara NPV total dari benefit bersih terhadap total dari biaya bersih. B/C menunjukan manfaat bersih yang diperoleh setiap penambahan satu rupiah pengeluaran bersih. Perhitungan dengan menggunakan rumus (Gray dkk 1997):

 

 

     n 1 t t n 1 t i 1 Bt Ct i 1 Ct Bt B/C Net t

Penilaian kelayakan finansial berdasarkan Net B/C Ratio, yaitu:

 Net B/C Ratio > 1, maka proyek layak atau dapat dilaksanakan.

 Net B/C Ratio = 1, maka proyek impas antara biaya dan manfaat sehingga terserah kepada pengambil keputusan untuk dilaksanakan atau tidak.

 Net B/C Ratio < 1, maka tidak layak atau tidak dapat dilaksanakan.

d. Payback Period (PBP)

Menurut Sofyan (2002), teknik ini digunakan untuk menentukan berapa lama modal yang ditanamkan dalam usaha itu akan kembali jika alternatif aliran kas (CF) yang didapat dari usaha yang diusulkan itu akan kembali, maka alternatrif usulan usaha yang memberikan masa yang terpendek adalah yang terbaik.

Menurut Kasmir dan Jakfar (2004), Perhitungan didapat dari perhitungan nilai kas bersih (proceed) yang diperoleh setiap tahun. Nilai kas bersih merupakan penjumlahan laba setelah pajak ditambah dengan penyusutan (dengan catatan jika investasi 100% menggunakan modal sendiri) Rumus yang digunakan dalam perhitungan payback period adalah sebagai berikut :

Payback Period = Investasi = A Proceeds tahun 1 = B - Sisa = C Proceeds tahun 2 = D - Sisa = E dst

e. Break Event Point (BEP)

Merupakan suatu alat analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antar beberapa peubah di dalam kegiatan perusahaan seperti, luas produksi atau tingkat produksi yang dilaksanakan, biaya yang dikeluarkan, serta pendapatan yang diterima perusahaan dari kegiatannya. Keadaan pulang pokok merupakan keadaan dimana penerimaan pendapatan (total revenue) yang disingkat TR adalah biaya yang ditanggungnya (total cost) yag disingkat TC.

Penentuan break even didasarkan pada persamaan penjualan dengan total biaya. Adapun perhitungan BEP menurut Prajnata (2002) adalah sbb :

Produksi Total Produksi Biaya Total Jual Harga BEP Produksi Jual Harga Produksi Biaya Total Produksi Volume Untuk BEP f. Analisis Sensitivitas

Untuk mengkaji sejauh mana perubahan unsur-unsur dalam aspek finansial kegiatan usaha yang akan dijalankan atau diusahakan. Analisis sensitivitas akan melihat apa yang akan terjadi dengan hasil kegiatan usaha jika terjadi perubahan-perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya dan pendapatan.

Dalam penelitian, analisis sensitivitas dilakukan pada arus penerimaan (manfaat) dan pengeluaran (biaya) pada analisis kelayakan usaha, yaitu perubahan biaya operasional, perubahan biaya bahan baku dan perubahan penerimaan.

Perubahan yang diamati adalah bagaimana nilai NPV, IRR, Net B/C, jika terjadi perubahan pada peubah alat analisis. Peubah yang digunakan sebagai alat analisis sensitivitas pada penelitian diantaranya adalah:

1. Peningkatan biaya operasional sebesar 20 persen. 2. Penurunan penerimaan sebesar 10 persen.

Peningkatan peubah analisis sensitivitas untuk kenaikkan biaya operasional 20 persen didasarkan pada hasil perhitungan rataan inflasi nasional dan kurang stabilnya keadaan ekonomi di negara kita. Sedangkan penurunan penerimaan 10 persen didasarkan kemungkinan banyaknya persaingan pada perusahaan.

Tingkat suku bunga yang digunakan dalam analisis sensitivitas adalah 16 persen yang merupakan tingkat suku bunga rataan kredit investasi bank-bank umum.

Asumsi-asumsi yang digunakan

1. Harga yang digunakan adalah harga yang berlaku pada tahun pertama proyek berjalan.

2. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah tingkat suku bunga yang berlangsung sekarang yaitu sebesar 16% persen. Angka ini berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

3. Pelaksanaan usaha ini diasumsikan menggunakan teknologi yang semi modern. 4. Rataan Inflasi Nasional untuk menentukan kenaikan biaya operasional sebesar

10%.

5. Sumber modal terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman dengan simulasi pinjaman sebesar 30%

6. Perhitungan analisis kelayakan dianggap tahun pertama produksi dengan perhitungan selama 5 tahun.

Dokumen terkait