• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Persepsi Pengguna Jalan Mengenai Pengusahaan Tanaman Kehutanan di Daerah Milik Jalan Tol JagorawiKehutanan di Daerah Milik Jalan Tol Jagorawi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1Jenis dan Keadaan Tanaman

5.4 Analisa Persepsi Pengguna Jalan Mengenai Pengusahaan Tanaman Kehutanan di Daerah Milik Jalan Tol JagorawiKehutanan di Daerah Milik Jalan Tol Jagorawi

Pengumpulan data untuk mendapatkan informasi mengenai persepsi pengguna jalan tol Jagorawi apabila lahan di daerah milik jalan tol Jagorawi dilakukan kegiatan pengusahaan tanaman kehutanan salah satunya dilakukan dengan pengisian kuesioner kepada responden. Penilaiannya bersifat subyektif, hal ini terlihat dari nilai kualitas yang berbeda untuk tiap-tiap responden. Perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan pandangan dan pengetahuan responden.

Berdasarkan kriteria pandangan terhadap adanya jalur hijau, sebanyak 90,00% responden memiliki pandangan yang baik terhadap adanya jalur hijau, kemudian 9,17% responden memiliki pandangan yang biasa terhadap adanya jalur hijau, dan 0,83% responden memiliki pandangan yang kurang baik terhadap adanya jalur hijau. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan jalur hijau yang ada di sepanjang jalan tol Jagorawi yang ditanami berbagai jenis tanaman mempunyai dampak yang sangat positif bagi pengguna jalan tol. Untuk lebih jelas mengenai persentase pandangan terhadap adanya jalur hijau di jalan tol Jagorawi disajikan pada Gambar 2.

49

Gambar 2 Persentase Pandangan Terhadap Adanya Jalur Hijau di Jalan Tol Jagorawi

Kemudian mengenai dampak positif yang diperoleh dengan adanya jalur hijau, sebanyak 45,95% responden berpendapat bahwa jalur hijau berperan sebagai penyerap dan penjerap emisi kendaraan, kemudian sebanyak 39,86% responden berpendapat untuk meningkatkan keindahan dan estetika, lalu sebanyak 6,76% responden berpendapat untuk mengurangi stress, kemudian sebanyak 4,05% responden berpendapat sebagai peredam kebisingan, kemudian sebanyak 1,35% responden berpendapat untuk meningkatkan pengamanan dan ada juga yang berpendapat bahwa jalur hijau di sepanjang tol Jagorawi berfungsi sebagai daerah resapan air, yaitu sebanyak 2,03%. Hal ini menunjukkan bahwa dampak positif yang dirasakan pengguna jalan tol Jagorawi cukup variatif. Untuk lebih jelas mengenai persentase dampak positif yang diperoleh dengan adanya jalur hijau di jalan tol Jagorawi disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3 Persentase Dampak Positif yang Diperoleh dengan Adanya Jalur Hijau di Jalan Tol Jagorawi

Keterangan :

a = Meningkatkan keindahan dan estetika b = Meningkatkan pengamanan

c = Peredam kebisingan

d = Penyerap dan penjerap emisi kendaraan e = Mengurangi stress

f = Sebagai daerah resapan air

Selanjutnya mengenai lebar jalur hijau yang dianggap memadai oleh responden, yaitu sebanyak 35,83% responden berpendapat selebar 20 meter, kemudian sebanyak 22,50% responden berpendapat selebar 10 meter, kemudian sebanyak 20,83% responden berpendapat selebar 30 meter, kemudian sebanyak 10,00% responden berpendapat selebar 50 meter dan sebanyak 4,17% responden berpendapat selebar >50 meter. Hal ini menunjukkan bahwa lebar jalur hijau yang memadai terdapat pada kisaran 10-30 meter, baik sebelah kiri maupun sebelah kanan dari badan jalan tol. Selain itu, responden beranggapan bahwa dengan lebar jalur hijau yang memadai diharapkan adanya penambahan jenis-jenis tanaman yang berdampak positif terhadap pengguna jalan tol sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya. Untuk lebih jelas mengenai persentase lebar jalur hijau yang dianggap memadai oleh responden disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4 Persentase Lebar Jalur Hijau yang Dianggap Memadai

Adapun mengenai jenis-jenis tanaman kehutanan yang paling disukai responden, yaitu Jati, Meranti, Akasia, Pinus, Mahoni dan Sengon. Secara berturut-turut persentase masing-masing jenis tanaman tersebut, yaitu untuk Jati sebanyak 13,68% responden, Meranti sebanyak 10,26% responden, Akasia sebanyak 10,83% responden, Pinus sebanyak 14,81% responden, Mahoni sebanyak 11,68% responden dan Sengon sebanyak 6,84% responden. Sedangkan untuk jenis-jenis tanaman kehutanan yang lain diantaranya Puspa sebanyak 4,84%

51

responden, Ekaliptus, Eboni dan Rasamala masing-masing sebanyak 4,27% responden, Matoa sebanyak 3,99% responden, Gmelina sebanyak 2,85% responden, Karet sebanyak 1,99% responden, Afrika sebanyak 1,71% responden, Sungkai, Sonokeling, Mindi dan Krey payung berturut-turut masing-masing sebanyak 1,14% responden, 1,42% responden, 0,28% responden, dan 0,85% responden. Hal ini menunjukkan bahwa pemilihan jenis tanaman kehutanan yang dominan dipilih oleh responden, yaitu Jati, Meranti, Akasia, Pinus, Mahoni dan Sengon. Hal ini diduga jenis-jenis tanaman kehutanan tersebut sudah sangat dikenal oleh responden. Kemudian ke-6 jenis tanaman kehutanan tersebut yang akan dikembangkan dalam penelitian ini. Untuk lebih jelas mengenai persentase jenis-jenis tanaman kehutanan yang paling disukai responden disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5 Persentase Jenis-jenis Tanaman Kehutanan yang Paling Disukai

Selanjutnya dalam penataan dan pengaturan tanaman, sebanyak 40% responden berpendapat bahwa penataan dan pengaturan tanaman dengan komposisi 80% lahan ditanami dengan tanaman kehutanan dan 20% lahan ditanami dengan tanaman penghias, kemudian sebanyak 22,50% responden berpendapat dengan komposisi 60% lahan ditanami dengan tanaman kehutanan dan 40% lahan ditanami dengan tanaman penghias, kemudian sebanyak 15,00% responden berpendapat dengan komposisi 100% lahan ditanami dengan tanaman kehutanan, kemudian sebanyak 14,17% responden berpendapat dengan komposisi 20% lahan ditanami dengan tanaman kehutanan dan 80% lahan ditanami dengan tanaman penghias, serta sebanyak 8,33% responden berpendapat dengan komposisi 40% lahan ditanami dengan tanaman kehutanan dan 60% lahan

ditanami dengan tanaman penghias. Hal ini diduga bahwa responden sudah mengenal fungsi dan manfaat dari jenis-jenis tanaman kehutanan yang terdapat di jalur hijau jalan tol Jagorawi. Selain itu, pendapat responden dalam hal ini dijadikan dasar untuk merancang skenario-skenario dalam penelitian ini, yaitu komposisi 80% lahan ditanami dengan tanaman kehutanan dan 20% lahan ditanami dengan tanaman penghias dan komposisi 60% lahan ditanami dengan tanaman kehutanan dan 40% lahan ditanami dengan tanaman penghias. Untuk lebih jelas mengenai persentase penataan dan pengaturan tanaman yang paling disukai responden disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6 Persentase Penataan dan Pengaturan Tanaman Keterangan :

a = 100% lahan ditanami tanaman kehutanan

b = 80% lahan ditanami tanaman kehutanan dan 20% lahan ditanami tanaman penghias c = 60% lahan ditanami tanaman kehutanan dan 40% lahan ditanami tanaman penghias d = 40% lahan ditanami tanaman kehutanan dan 60% lahan ditanami tanaman penghias e = 20% lahan ditanami tanaman kehutanan dan 80% lahan ditanami tanaman penghias

Kemudian dalam menentukan teknik pemanenan tanaman kehutanan dirancang pula beberapa model sketsa pemanenan (Lampiran 6). Model sketsa yang paling diminati oleh responden adalah model sketsa b sebanyak 38,33% responden, kemudian sketsa c sebanyak 20,00% responden, sketsa d sebanyak 10,83% responden, sketsa a sebanyak 9,17% responden, sketsa e sebanyak 7,50% responden, sketsa f sebanyak 6,67% responden dan sebanyak 7,50% responden berpendapat tidak dilakukan kegiatan pemanenan tanaman kehutanan. Dari persentase tersebut dapat dilihat bahwa sketsa yang paling banyak diminati oleh responden adalah sketsa b, yaitu baris pohon pertama terdekat dengan jalan tidak ditebang dan baris kedua dan ketiga pemanenan dilakukan secara berseling. Hal ini diduga bahwa pohon yang berada pada baris pertama paling berperan dalam

53

menyerap emisi yang dihasilkan dari kendaraan. Untuk lebih jelas mengenai persentase model sketsa pemanenan tanaman kehutanan yang paling diminati disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7. Persentase Model Sketsa Pemanenan Tanaman Kehutanan

5.5 Perencanaan Lokasi dan Kegiatan serta Proyeksi Produksi