• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1Jenis dan Keadaan Tanaman

5.5 Perencanaan Lokasi dan Kegiatan serta Proyeksi Produksi Pengusahaan Tanaman KehutananPengusahaan Tanaman Kehutanan

5.5.2 Perencanaan Kegiatan Pengusahaan Tanaman Kehutanan

Tahapan kegiatan pengusahaan tanaman kehutanan di daerah milik jalan tol Jagorawi antara lain :

1. Pekerjaan persiapan, meliputi kegiatan pengukuran, dokumentasi dan perambuan (Et)

2. Pengadaan bibit (Et)

3. Penyiapan lahan dan penanaman (Et) 4. Pemeliharaan tahun berjalan pertama (Et)

5. Pemeliharaan tanaman muda dilakukan tahun ke-2 (Et+1), tahun ke-3 (Et+2) dan tahun ke-4 (Et+3).

6. Pemeliharaan lanjutan dilakukan pada saat umur tanaman mencapai 5 tahun (Et+4) dan seterusnya.

7. Penebangan dilakukan sesuai daur masing-masing tanaman.

Adapun penjelasan masing-masing komponen kegiatan sebagai berikut :

1. Pekerjaan persiapan

Pekerjaan persiapan adalah kegiatan yang dilakukan sebelum kegiatan penanaman. Kegiatan pengukuran dilakukan pembagian blok-blok tanaman. Dalam penelitian ini pembagian blok-blok tanaman disesuaikan dengan daur masing-masing tanaman dan skenario-skenario yang dirancang. Sedangkan kegiatan dokumentasi adalah kegiatan yang dilakukan bersamaan dengan kegiatan pengukuran. Hal ini diperlukan sebagai dokumen atau arsip bagi perusahaan. Kegiatan perambuan dilakukan agar tidak mengganggu aktivitas pengguna jalan

55

tol Jagorawi dan juga menandakan bahwa di sepanjang jalan tol Jagorawi terdapat kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pengusahaan tanaman kehutanan.

2. Pengadaan bibit

Kegiatan pengadaan bibit yang biasa dilakukan oleh PT. Jasa Marga cabang tol Jagorawi adalah membeli langsung dari supplier-supplier bibit. Menurut keterangan dari salah satu pegawai PT. Jasa Marga cabang tol Jagorawi

supplier-supplier bibit berasal dari wilayah Jabodetabek dan Jawa Barat.

3. Penyiapan lahan

Dalam kegiatan penyiapan lahan dilakukan kegiatan pembersihan lahan tanam dan pengolahan tanah dengan cara cemplongan yaitu berbentuk piringan dengan jari-jari 0,5 meter. Setelah itu dilakukan kegiatan pemasangan ajir tanam dan pembuatan lubang tanam. Ukuran lubang tanam adalah 30cm x 30cm x 30cm. Setelah kegiatan tersebut dilakukan kegiatan penanaman. Penanaman dilakukan pada waktu yang tepat, yaitu pada musim penghujan dan diusahakan agar jangka waktu pengolahan tanah dengan saat penanaman tidak lebih dari satu bulan. Jarak tanam yang digunakan adalah 3 meter x 3 meter.

4. Pemeliharaan

Yang dimaksud kegiatan pemeliharaan ialah semua upaya yang diperlukan agar tanaman muda mampu tumbuh menjadi tegakan akhir dengan tingkat pertumbuhan yang optimal. Beberapa kegiatan pemeliharaan tanaman antara lain : a. Penyulaman : kegiatan penyulaman dilakukan pada masa-masa awal penanaman terhadap tanaman yang mati dan tertekan. Penyulaman tanaman dilakukan maksimal dua kali selama daur yaitu 1-2 bulan setelah penanaman pada tahun pertama dan pada akhir tahun kedua selama musim penghujan. b. Penyiraman : kegiatan penyiraman tanaman dilakukan bersamaan dengan

kegiatan penyiangan. Kegiatan ini dilakukan hanya sekali bersamaan dengan kegiatan penyiangan pada tahun pertama.

c. Penyiangan : kegiatan penyiangan tanaman bertujuan untuk mengendalikan dan mengurangi gulma. Dalam pelaksanaannya diprioritaskan gulma yang sangat merugikan seperti alang-alang, rumput-rumputan dan tumbuhan liar lainnya. Kegiatan penyiangan biasanya dilakukan 3 kali pada tahun pertama

setelah penanaman. Kemudian 2 kali pada tahun ke-2 dan tahun ke-3 setelah itu dibiarkan tanpa penyiangan.

d. Pemupukan : kegiatan pemupukan dilakukan pada saat pengolahan tanah dan pembuatan lubang tanam dengan menggunakan pupuk kandang. Setelah tanaman berumur 3-4 bulan baru diberikan pupuk kimia (anorganik). Pemberian pupuk kandang dilakukan pada akhir musim kemarau atau menjelang musim penghujan. Pemupukan dilakukan 1 tahun sekali selama jangka waktu pemeliharaan yaitu 3 tahun.

e. Pendangiran : pendangiran tanaman perlu dilakukan jika pertumbuhan tanaman terhambat oleh kondisi tanah yang padat dan berdrainase jelek. Cara mendangir dilakukan dengan membuat piringan tanaman berjari-jari 0,5 m, tanahnya digemburkan memakai cangkul, sekop atau peralatan lainnya. Cara pendangiran dengan menggunakan cangkul harus hati-hati jangan terlalu dalam untuk menghindari terpotongnya akar tanaman. Pendangiran tanaman dilaksanakan bersamaan waktunya dengan kegiatan penyiangan pertama dan kedua.

f. Pemangkasan : pemangkasan adalah kegiatan pembuangan cabang bagian bawah untuk memperoleh batang bebas cabang yang panjang dan bebas dari mata kayu. Kegiatan pemangkasan cabang dilakukan pada saat tanaman berumur 3 tahun dan dilakukan terus-menerus sampai tanaman mencapai umur masak tebang. Selain untuk tujuan tersebut, kegiatan pemangkasan cabang dilakukan agar cabang yang mengarah ke jalan tol dan rumah penduduk tidak mengganggu aktivitas jalan tol dan penduduk sehingga mengurangi hal-hal yang dapat membahayakan pengguna jalan dan penduduk di sekitar jalan tol Jagorawi.

5. Penebangan

Penebangan dilakukan pada saat tanaman mencapai umur masak tebang dan tidak dengan cara tebang habis. Masak tebang dan luas tebangan setiap tanaman disesuaikan dengan rotasi tebang masing-masing tanaman yang akan diusahakan.

Berdasarkan hasil analisa persepsi yang telah diuraikan sebelumnya dan berdasarkan hasil survey yang dilakukan bahwa jenis tanaman kehutanan yang dapat dikembangkan untuk pengusahaan di sepanjang jalan tol Jagorawi sebanyak

57

6 jenis tanaman kehutanan dan mempunyai nilai komersial, yaitu Jati, Pinus, Meranti, Mahoni, Sengon dan Akasia. Dalam penelitian ini, akan dikembangkan enam jenis tanaman kehutanan tersebut yang dikelompokkan menjadi 2, yaitu tanaman yang berdaur pendek ( 10 tahun) dan berdaur panjang (>10 tahun). Jenis Sengon dan Akasia termasuk dalam kelompok jenis tanaman kehutanan yang berdaur pendek ( 10 tahun) atau dapat dipanen kayunya pada umur 5-10 tahun. Sedangkan Jati, Pinus, Meranti dan Mahoni termasuk dalam kelompok jenis tanaman kehutanan yang berdaur panjang (>10 tahun) atau dapat dipanen kayunya pada umur lebih dari 10 tahun.

Selanjutnya keenam jenis tanaman tersebut akan dikembangkan berdasarkan hasil analisa persepsi dengan beberapa skenario sesuai dengan daur masing-masing tanaman. Untuk jenis Sengon dan Akasia daur yang ditetapkan selama 10 tahun sedangkan Jati, Pinus, Meranti dan Mahoni selama 30 tahun. Jangka waktu pengusahaan ditetapkan 2 kali daur terpanjang, yaitu 60 tahun.

1. Skenario 1

Dalam skenario ini lahan di daerah milik jalan tol Jagorawi seluas 60 ha ditanami dengan masing-masing jenis tanaman dengan komposisi 80% lahan atau seluas 48 ha ditanami dengan tanaman kehutanan dan 20% lahan atau seluas 12 ditanami dengan tanaman penghias.

Adapun jenis-jenis tanaman penghias yang digunakan dalam skenario ini adalah jenis-jenis tanaman yang umumnya ditanam di daerah milik jalan tol Jagorawi yang disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15. Jenis-jenis Tanaman Penghias

No Jenis Tanaman Nama Ilmiah

1 Beringin Ficus benyamina

2 Dadap merah Erythrina cristagalli

3 Flamboyan Delonix regia

4 Kembang kupu-kupu Bauhinia purpurea

5 Kembang sapu tangan Maniltoa grandiflora

6 Tanjung Mimusops elengi

7 Trembesi Samanea saman

Sumber : PT. Jasa Marga Cabang Tol Jagorawi (2007)

Tabel 15 menunjukkan bahwa jenis-jenis tanaman penghias yang umumnya ditanam di daerah milik jalan tol Jagorawi digunakan sebagai tanaman pelindung

yang berfungsi untuk menyerap emisi yang dihasilkan dari kendaraan bermotor. Duryatmo (2008) menyatakan jenis-jenis tanaman yang mampu menyerap karbon dioksida yang cukup banyak atau yang biasa digunakan untuk penghijauan disajikan pada Tabel 16.

Tabel 16. Jenis-jenis Tanaman Penyerap Karbon Dioksida

No Jenis Tanaman Daya Serap Per pohon

(kg/tahun)

1 Beringin (Ficus benyamina) 535,90 2 Dadap merah (Erythrina cristagalli) 4,55 3 Flamboyan (Delonix regia) 42,20 4 Kembang kupu-kupu (Bauhinia purpurea) 30,95 5 Kembang sapu tangan (Maniltoa grandiflora) 8,26 6 Tanjung (Mimusops elengi) 34,29 7 Trembesi (Samanea saman) 28.488,39 Sumber : Duryatmo (2008)

Berdasarkan Tabel 16 jenis tanaman yang paling besar meyerap karbon dioksida adalah Trembesi sebesar 28.488,39 kg/pohon/tahun, kemudian Beringin 535,90 kg/pohon/tahun dan yang paling kecil adalah Dadap merah sebsesar 4,55 kg/pohon/tahun. Jenis-jenis tanaman tersebut sudah ada di daerah milik jalan tol Jagorawi sebagaimana yang tercantum pada Tabel 4 dan Tabel 5 sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa tujuan penghijauan yang diterapkan oleh PT. Jasa Marga cabang tol Jagorawi sudah cukup terpenuhi.

Proporsi penggunaan lahan yang dirancang pada skenario ini untuk masing-masing jenis tanaman kehutanan yang akan dikembangkan dan juga mempertimbangkan daya serap karbon dioksida yang dimiliki oleh jenis-jenis tanaman penghias disajikan pada Tabel 17.

Tabel 17. Proporsi Penggunaan Lahan Jenis-jenis Tanaman Kehutanan dan Tanaman Penghias Skenario 1

No Jenis Tanaman Luas Total (ha) Daur (tahun) Proporsi Lahan (%) Luas (ha) Luas (ha/tahun) 1 Jati 48 30 15 7,20 0,24 2 Pinus 30 15 7,20 0,24 3 Meranti 30 15 7,20 0,24 4 Mahoni 30 15 7,20 0,24 5 Sengon 10 20 9,60 0,96

59 Tabel 17. Lanjutan No Jenis Tanaman Luas Total (ha) Daur (tahun) Proporsi Lahan (%) Luas (ha) Luas (ha/tahun) 6 Akasia 48 10 20 9,60 0,96 Subtotal 100 48,00 2,88 1 Trembesi 12 10 25 3,00 0,30 2 Beringin 10 25 3,00 0,30 3 Dadap merah 10 10 1,20 0,12 4 Flamboyan 10 10 1,20 0,12 5 Kembang kupu-kupu 10 10 1,20 0,12 6 Kembang sapu tangan 10 10 1,20 0,12

7 Tanjung 10 10 1,20 0,12

Subtotal 100 12,00 1,20

Berdasarkan Tabel 17 proporsi penggunaan lahan untuk jenis tanaman kehutanan yang berdaur panjang, yaitu Jati, Pinus, Meranti dan Mahoni masing-masing sebesar 15% atau seluas 7,2 ha sehingga kegiatan penanaman pertahun sebesar 0,24 ha sedangkan untuk jenis tanaman kehutanan yang berdaur pendek, yaitu Sengon dan Akasia masing-masing sebesar 20% atau seluas 9,6 ha sehingga kegiatan penanaman pertahun sebesar 0,96 ha. Asumsi penetapan proporsi lahan adalah untuk menjaga keseimbangan lingkungan di sekitar jalan tol Jagorawi pada saat dilakukan kegiatan pemanenan tanaman. Adapun untuk jenis tanaman penghias, jenis Trembesi dan Beringin masing-masing sebesar 25% atau seluas 3 ha sehingga kegiatan penanaman pertahun sebesar 0,3 ha sedangkan untuk jenis Dadap merah, Flamboyan, Kembang kupu-kupu, Kembang sapu tangan dan Tanjung masing-masing sebesar 10% atau seluas 1,2 ha sehingga kegiatan penanaman pertahun sebesar 0,12 ha. Asumsi penetapan proporsi lahan untuk jenis tanaman penghias adalah daya serap karbon dioksida masing-masing jenis tanaman sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya.

Rencana kegiatan pengusahaan tanaman pada skenario ini khususnya untuk jenis tanaman penghias mengikuti daur tanaman yang paling pendek, yaitu 10 tahun. Hal ini diduga akan memberikan efek positif dan menjaga keseimbangan lingkungan di daerah milik jalan tol Jagorawi. Adapun rencana kegiatan pengusahaan tanaman pada skenario ini disajikan pada Lampiran 7.

Berdasarkan Lampiran 7 dapat dijelaskan bahwa volume kegiatan pertahun seluas 4,08 ha sampai tahun ke-10 terdiri dari Jati, Pinus, Meranti dan Mahoni masing-masing seluas 0,24 ha, Sengon dan Akasia masing-masing seluas 0,96 ha, Trembesi dan Beringin masing-masing seluas 0,3 ha serta Dadap merah, Flamboyan, Kembang kupu-kupu, Kembang sapu tangan dan Tanjung masing-masing seluas 0,12 ha. Sedangkan pada tahun ke-11 hingga tahun ke-60 volume kegiatan seluas 2,88 ha pertahun. Volume kegiatan tersebut diperoleh dari pembagian antara proporsi luas masing tanaman dengan daur masing-masing tanaman yang sudah ditetapkan pada penelitian ini.

Khusus untuk jenis tanaman penghias seperti yang telah dikemukakan sebelumnya mengikuti daur jenis tanaman yang paling pendek, yaitu 10 tahun sehingga pada tahun ke-10 kegiatan penanaman sudah dapat diselasaikan. Hal ini akan sangat berpengaruh dalam menjaga keseimbangan lingkungan di daerah milik jalan tol Jagorawi. Semakin cepat jenis-jenis tanaman penghias ditanam, maka akan semakin baik dampak positif yang dihasilkan. Hal ini pun disebabkan jenis-jenis tanaman penghias tidak dilakukan kegiatan penebangan melainkan hanya dilakukan kegiatan pemeliharaan secara terus-menerus dimulai dari tahun ke-11.

Jarak tanam yang digunakan untuk tanaman kehutanan adalah 3 m x 3 m sehingga kebutuhan bibit pertahun termasuk sulaman sebesar 20% untuk masing-masing jenis tanaman antara lain : Jati, Pinus Meranti dan Mahoni masing-masing-masing-masing sebanyak 317 bibit, Sengon dan Akasia masing-masing sebanyak 1.267 bibit. Sedangkan untuk jenis tanaman penghias jarak tanam yang digunakan adalah 5 m x 5 m sehingga kebutuhan bibit pertahun termasuk sulaman sebesar 1% untuk masing-masing jenis tanaman antara lain : Trembesi dan Beringin masing-masing sebanyak 121 bibit serta Dadap merah, Flamboyan, Kembang kupu-kupu, Kembang sapu tangan dan Tanjung masing-masing sebanyak 49 bibit.

Kegiatan penebangan pertahun dilakukan pada tahun ke-11 dan seterusnya untuk jenis Sengon dan Akasia yang telah berumur 10 tahun, kemudian pada tahun ke-31 dan seterusnya dilakukan penebangan untuk jenis Jati, Pinus, Meranti dan Mahoni yang telah berumur 30 tahun.

61

2. Skenario 2

Dalam skenario ini lahan di daerah milik jalan tol Jagorawi seluas 60 ha ditanami dengan masing-masing jenis tanaman dengan komposisi 60% lahan atau seluas 36 ha ditanami dengan tanaman kehutanan dan 40% lahan atau seluas 24 ha ditanami dengan tanaman penghias.

Adapun jenis-jenis tanaman penghias yang digunakan dalam skenario ini sama dengan yang digunakan pada skenario 1. Proporsi penggunaan lahan yang dirancang pada skenario untuk masing-masing jenis tanaman kehutanan yang akan dikembangkan dan juga mempertimbangkan daya serap karbon dioksida yang dimiliki oleh jenis-jenis tanaman penghias disajikan pada Tabel 18.

Tabel 18. Proporsi Penggunaan Lahan Jenis-jenis Tanaman Kehutanan dan Tanaman Penghias Skenario 2

No Jenis Tanaman Luas Total (ha) Daur (tahun) Proporsi Lahan (%) Luas (ha) Luas (ha/tahun) 1 Jati 36 30 15 5,40 0,18 2 Pinus 30 15 5,40 0,18 3 Meranti 30 15 5,40 0,18 4 Mahoni 30 15 5,40 0,18 5 Sengon 10 20 7,20 0,72 6 Akasia 10 20 7,20 0,72 Subtotal 100 36,00 2,16 1 Trembesi 24 10 25 6,00 0,60 2 Beringin 10 25 6,00 0,60 3 Dadap merah 10 10 2,40 0,24 4 Flamboyan 10 10 2,40 0,24 5 Kembang kupu-kupu 10 10 2,40 0,24 6 Kembang sapu tangan 10 10 2,40 0,24

7 Tanjung 10 10 2,40 0,24

Subtotal 100 24,00 2,40

Berdasarkan Tabel 18 proporsi penggunaan lahan untuk jenis tanaman kehutanan yang berdaur panjang, yaitu Jati, Pinus, Meranti dan Mahoni masing-masing sebesar 15% atau seluas 5,4 ha sehingga kegiatan penanaman pertahun sebesar 0,18 ha sedangkan untuk jenis tanaman kehutanan yang berdaur pendek, yaitu Sengon dan Akasia masing-masing sebesar 20% atau seluas 7,2 ha sehingga kegiatan penanaman pertahun sebesar 0,72 ha. Adapun untuk jenis tanaman

penghias, jenis Trembesi dan Beringin masing-masing sebesar 25% atau seluas 6 ha sehingga kegiatan penanaman pertahun sebesar 0,6 ha sedangkan untuk jenis Dadap merah, Flamboyan, Kembang kupu-kupu, Kembang sapu tangan dan Tanjung masing-masing sebesar 10% atau seluas 2,4 ha sehingga kegiatan penanaman pertahun sebesar 0,24 ha.

Rencana kegiatan pengusahaan tanaman pada skenario ini khususnya untuk jenis tanaman penghias mengikuti daur tanaman yang paling pendek, yaitu 10 tahun. Hal ini pun diduga akan memberikan efek positif dan menjaga keseimbangan lingkungan di daerah milik jalan tol Jagorawi. Adapun rencana kegiatan pengusahaan tanaman pada skenario ini disajikan pada Lampiran 8.

Berdasarkan Lampiran 8 dapat dijelaskan bahwa volume kegiatan pertahun seluas 4,56 ha sampai tahun ke-10 terdiri dari Jati, Pinus, Meranti dan Mahoni masing-masing seluas 0,18 ha, Sengon dan Akasia masing-masing seluas 0,72 ha, Trembesi dan Beringin masing masing seluas 0,60 ha serta Dadap merah, Flamboyan, Kembang kupu-kupu, Kembang sapu tangan dan Tanjung masing-masing seluas 0,24 ha. Sedangkan pada tahun ke-11 hingga tahun ke-60 volume kegiatan seluas 2,16 ha pertahun. Volume kegiatan tersebut diperoleh dari pembagian antara proporsi luas masing tanaman dengan daur masing-masing tanaman yang sudah ditetapkan pada penelitian ini.

Khusus untuk jenis tanaman penghias seperti yang telah dikemukakan sebelumnya mengikuti daur jenis tanaman yang paling pendek, yaitu 10 tahun sehingga pada tahun ke-10 kegiatan penanaman sudah dapat diselasaikan. Hal ini akan sangat berpengaruh dalam menjaga keseimbangan lingkungan di daerah milik jalan tol Jagorawi. Semakin cepat jenis-jenis tanaman penghias ditanam, maka akan semakin baik dampak positif yang dihasilkan. Hal ini pun disebabkan jenis-jenis tanaman penghias tidak dilakukan kegiatan penebangan melainkan hanya dilakukan kegiatan pemeliharaan secara terus-menerus dimulai dari tahun ke-11.

Jarak tanam yang digunakan untuk tanaman kehutanan adalah 3 m x 3 m sehingga kebutuhan bibit pertahun termasuk sulaman sebesar 20% untuk masing jenis tanaman antara lain : Jati, Pinus, Meranti dan Mahoni

masing-63

masing sebanyak 238 bibit, Sengon dan Akasia masing-masing sebanyak 950 bibit. Sedangkan untuk jenis tanaman penghias jarak tanam yang digunakan adalah 5 m x 5 m sehingga kebutuhan bibit pertahun termasuk sulaman sebesar 1% untuk masing-masing jenis tanaman antara lain : Trembesi dan Beringin masing-masing sebanyak 242 bibit serta Dadap merah, Flamboyan, Kembang kupu-kupu, Kembang sapu tangan dan Tanjung masing-masing sebanyak 98 bibit.

Kegiatan penebangan pertahun dilakukan pada tahun ke-11 dan seterusnya untuk jenis Sengon dan Akasia yang telah berumur 10 tahun, kemudian pada tahun ke-31 dan seterusnya dilakukan penebangan untuk jenis Jati, Pinus, Meranti dan Mahoni yang telah berumur 30 tahun.

3. Skenario 3

Dalam skenario ini dirancang dengan komposisi 80% lahan atau seluas 48 ha ditanami dengan tanaman kehutanan tanpa tanaman penghias. Adapun proporsi penggunaan lahan yang dirancang pada skenario ini untuk masing-masing jenis tanaman kehutanan yang akan dikembangkan disajikan pada Tabel 19.

Tabel 19. Proporsi Penggunaan Lahan Jenis-jenis Tanaman Kehutanan Skenario 3

No Jenis Tanaman Luas Total (ha) Daur (tahun) Proporsi Lahan (%) Luas (ha) Luas (ha/tahun) 1 Jati 48 30 15 7.2 0.24 2 Meranti 30 15 7.2 0.24 3 Pinus 30 15 7.2 0.24 4 Mahoni 30 15 7.2 0.24 5 Sengon 10 20 9.6 0.96 6 Akasia 10 20 9.6 0.96 Total 100 48 2.88

Berdasarkan Tabel 19 proporsi penggunaan lahan untuk jenis tanaman kehutanan yang berdaur panjang, yaitu Jati, Pinus, Meranti dan Mahoni masing-masing sebesar 15% atau seluas 7,2 ha sehingga kegiatan penanaman pertahun sebesar 0,24 ha sedangkan untuk jenis tanaman kehutanan yang berdaur pendek, yaitu Sengon dan Akasia masing-masing sebesar 20% atau seluas 9,6 ha sehingga kegiatan penanaman pertahun sebesar 0,96 ha. Adapun rencana kegiatan pengusahaan tanaman pada skenario ini disajikan pada Lampiran 9.

Berdasarkan Lampiran 9 dapat dijelaskan bahwa volume kegiatan pertahun seluas 2,88 ha terdiri dari Jati, Pinus, Meranti dan Mahoni masing-masing seluas 0,24 ha, Sengon dan Akasia masing-masing seluas 0,96 ha. Volume kegiatan tersebut diperoleh dari pembagian antara proporsi luas masing-masing tanaman dengan daur masing-masing tanaman yang sudah ditetapkan pada penelitian ini.

Jarak tanam yang digunakan adalah 3 m x 3 m sehingga kebutuhan bibit pertahun termasuk sulaman sebesar 20% untuk masing-masing jenis tanaman antara lain : Jati, Pinus Meranti dan Mahoni masing-masing sebanyak 317 bibit, Sengon dan Akasia masing-masing sebanyak 1.267 bibit. Kegiatan penebangan pertahun dilakukan pada tahun ke-11 dan seterusnya untuk jenis Sengon dan Akasia yang telah berumur 10 tahun, kemudian pada tahun ke-31 dan seterusnya dilakukan penebangan untuk jenis Jati, Pinus, Meranti dan Mahoni yang telah berumur 30 tahun.

Berdasarkan 3 skenario yang diajukan di atas, kondisi tanaman yang ada di daerah milik jalan tol Jagorawi saat ini diubah secara perlahan-lahan. Adapun sistem penanaman pengusahaan tanaman kehutanan di daerah milik jalan tol Jagorawi dari 3 skenario yang diajukan dengan sistem blok. Hal ini bertujuan untuk memudahkan sistem pemanenan tanaman kehutanan. Selain itu, sistem blok penanaman dilakukan secara berseling, dimulai dari tanaman penghias kemudian tanaman kehutanan berdaur panjang dan seterusnya. Sketsa sistem penanaman pengusahaan tanaman kehutanan dari 3 skenario yang dirancang disajikan pada Gambar 8.

Gambar 8 Sistem Penanaman Pengusahaan Tanaman Kehutanan

Tre Jat Ber Sg Dad Pin Fla Mer K.k Aka K.s Ma Tan

Tre Jat Ber Sg Dad Pin Fla Mer K.k Aka K.s Ma Tan

BOGOR

65

Keterangan : Tre = Trembesi Mer = Meranti

Jat = Jati K.k = Kembang kupu-kupu Ber = Beringin Aka = Akasia

Sg = Sengon K.s = Kembang sapu tangan Dad = Dadap merah Ma = Mahoni

Pin = Pinus Tan = Tanjung

Fla = Flamboyan