• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1Analisis Kelayakan

2.5 Prospek Jenis-jenis Tanaman di Tol Jagorawi

Beberapa jenis-jenis tanaman di tol Jagorawi yang memiliki prospek yang cukup baik antara lain :

1. Jati (Tectona grandis)

termasuk dalam famili Verbenaceae. Penyebaran alami meliputi negara-negara India, Birma, Kamboja, Thailand, Malaysia dan Indonesia. Di Indonesia, Jati terdapat di beberapa daerah seperti Jawa, Muna, Buton, Maluku dan Nusa Tenggara.

Pohon Jati cocok tumbuh di daerah musim kering agak panjang yaitu berkisar 3-6 bulan pertahun. Besarnya curah hujan yang dibutuhkan rata-rata 1.250-1.300 mm/tahun dengan temperatur rata-rata tahunan 22-26° C. Daerah-daerah yang banyak ditumbuhi Jati umumnya tanah bertekstur sedang dengan pH netral hingga asam. Kayu Jati termasuk kelas kuat I dan kelas awet II. Penyebab keawetan dalam kayu teras Jati adalah tectoquinon (2-methylanthraquinone). Kayu Jati mengandung 47,5% selulosa, 30% lignin, 14,5% pentosan, 1,4 % abu dan 0,4-1,5% silika.

Kayu Jati banyak digunakan untuk berbagai keperluan. Beberapa kalangan masyarakat merasa bangga apabila tiang dan papan bangunan rumah serta perabotannya terbuat dari Jati. Berbagai konstruksi pun terbuat dari Jati seperti bantalan rel kereta api, tiang jembatan, balok dan gelagar rumah, serta kusen pintu dan jendela. Pada industri kayu lapis, Jati digunakan sebagai finir muka karena memiliki serat gambar yang indah. Dalam industri perkapalan, kayu Jati sangat cocok dipakai untuk papan kapal yang beroperasi di daerah tropis (Irwanto 2006).

2. Pinus (Pinus sp.)

Tegakan Pinus merupakan salah satu jenis tumbuhan berkayu dari famili

Pinaceae. Pohon Pinus merupakan jenis pohon konifer yang terkenal sebagai

tumbuhan/tanaman pelopor. Jenis ini memiliki beberapa nama daerah, yaitu sala, uyeum, sulu, tusam, huyam, susugi, sigi dan pinus. Tanda- tanda lapangan dari jenis Pinus sp. adalah tajuknya berbentuk kerucut dan tinggi bisa mencapai 60 m, diameternya bisa mencapai 150 cm, batang lurus dan bulat, tidak memilin dan biasanya tidak bercabang. Daun berbentuk jarum, kulitnya agak tebal dan membentuk alur yang dalam (Samingan 1982).

Menurut Tedja (1977) pohon Pinus dapat hidup subur di daerah-daerah yang berbatu-batu, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Direktorat Jendral Kehutanan (1976) mengungkapkan di Sumatera Pinus sp. merupakan jenis pohon

15

ciri khas hutan musim tengah atas (1.000-4.100 mdpl). Di Jawa pohon ini dapat tumbuh di daerah dengan ketinggian 200-2.000 mdpl dan tidak membutuhkan persyaratan tempat tumbuh yang tinggi. Walaupun demikian untuk tumbuh dengan baik dibutuhkan ketinggian tempat di atas 400 mdpl dengan curah hujan 1.500-4.000 mm per tahun.

Penyebaran Pinus sp. di Indonesia meliputi daerah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Bali (Samingan 1982). Selain itu, menurut Sastrapradja (1982) Pinus sp. juga tumbuh secara alami di Burma, Thailand, Kamboja, Laos dan Vietnam pada ketinggian 500-2.000 mdpl.

Pohon Pinus termasuk jenis kayu cepat tumbuh, yaitu riap rata-rata umur 20 tahun sebesar 18 m3 per hektar dan kemudian turun sampai 14,6 m3 pada umur 35 tahun. Berdasarkan indikator riap diperkirakan daur fisik Pinus sp. jatuh pada umur 25 tahun. Pada umur ini diameter rata-rata 42,7 cm dan tinggi 31,8 m dengan volume pohon sekitar 2,3 m3 per pohon (Soediono 1983).

3. Meranti (Shorea sp.)

Meranti (Shorea sp.) adalah salah satu jenis pohon hutan penghasil kayu utama Indonesia dan merupakan komoditas penting. Sebagai anggota suku

Dipterocarpaceae, Meranti mendominasi hutan hujan dataran rendah di wilayah

Indonesia bagian barat, dan merupakan marga terpenting yang paling banyak dieksploitasi di kawasan hutan basah Asia. Di Kalimantan, diperkirakan 67% dari tegakan pohon yang ada adalah marga Shorea.

Manfaat kayu Meranti meliputi berbagai penggunaan untuk konstruksi berat sampai konstruksi ringan. Sedangkan manfaat non-kayunya adalah sebagai penghasil damar dan biji tengkawang yang merupakan bahan penting untuk berbagai keperluan. Beberapa jenis tertentu menunjukkan manfaat sebagai obat. Karena sifatnya yang awet, kayu ini juga dimanfaatkan untuk keperluan di tempat-tempat lembab seperti untuk konstruksi rumah maupun bangunan-bangunan pabrik.

Meranti merupakan kelompok penting dalam perdagangan kayu dunia. Meranti menduduki urutan pertama dalam ekspor kayu gergajian dan kayu bulat

di Indonesia dan Malaysia. Pada tahun 1989, nilai ekspor kayu gergajian Indonesia untuk jenis Meranti sebesar US$ 301 juta. Nilai ini hampir setara dengan setengah nilai ekspor kayu gergajian nasional (48,4%). Tahun 1992, nilai ekspor kayu meranti Malaysia sebesar US$ 881 juta, yang berarti melebihi setengah nilai ekspor kayu negara tersebut (58,9%).

Disamping menghasilkan kayu komersial, kelompok Meranti juga merupakan penghasil biji tengkawang yang mempunyai nilai ekonomis penting. Sejak tahun 1985 sampai 1989, ekspor biji tengkawang Indonesia mencapai volume 10.677,01 ton senilai US$ 7.439.167,75. Sementara itu, nilai ekspor minyak tengkawang selama tahun 1985 sampai tahun 1988 sangat berfluktuasi. Hal ini disebabkan oleh masa panen tengkawang yang sangat tergantung musim dan kondisi harga di pasaran (Sudarto 1997).

Nilai ekonomis kelompok Meranti tersebut belum termasuk nilai produksi dari komponen kayu lapis (plywood), pulp, dan hasil non-kayu lainnya seperti damar, resin, bungkil, dan lain-lain. Sebagai gambaran, harga getah damar per kilogramnya adalah Rp. 8.000,-. Untuk sebuah pohon penghasil damar dengan tinggi 30 35 meter dan diameter 60-80 cm, getah yang dihasilkan perbulannya adalah 3-4 kilogram. Jika satu hektar lahan dapat ditumbuhi 200 batang pohon, maka hasil getah damar pertahunnya bisa mencapai 9,6 ton. Dengan harga getah damar Rp. 8.000,- per kilogram, maka pendapatan dari kebun damar tersebut adalah Rp. 76.800.000,- per tahun (Idoes 1998).

4. Mahoni (Swietenia sp.)

Mahoni (Swietenia sp.) termasuk dalam famili Meliaceae dengan nama lokal Mahoni berdaun lebar. Pohon ini selalu hijau dengan tinggi antara 30-35 cm. Kulit berwarna abu-abu dan halus ketika masih muda, berubah menjadi coklat tua, menggelembung dan mengelupas setelah tua. Daun bertandan dan menyirip yang panjangnya berkisar 35-50 cm, tersusun bergantian, halus berpasangan, 4-6 pasang tiap daun dan panjangnya berkisar 9-18 cm.

Kayu Mahoni ini termasuk bahan mebel bernilai tinggi karena dekoratif dan mudah dikerjakan. Ditanam secara luas di daerah tropis dalam program reboisasi dan penghijauan. Dalam sistem agroforestry digunakan sebagai

17

tanaman naungan dan kayu bakar (Joker 2001 dalam Irwanto 2007).

5. Sengon (Paraserianthes falcataria)

Sengon (Paraserianthes falcataria/albizia falcataria) termasuk famili

Mimosaceae, mempunyai sebaran alami di Maluku, Irian Jaya, Malaysia, India

dan Srilangka. Jenis ini telah dibudidayakan dalam bentuk hutan tanaman atau kebun rakyat di Jawa, Sumatera dan beberapa daerah lainnya.

Sengon tumbuh di daerah ketinggian sampai 1.200 mdpl, pada tanah bertekstur ringan sampai berat, bereaksi masam sampai netral (pH 5-7). Kondisi iklim yang diperlukan untuk pertumbuhan optimal dari jenis ini adalah curah hujan 1.500-4.000 mm/tahun, dengan jumlah bulan kering 0-3 bulan dan temperatur maksimal ± 34o C.

Tergantung kepada kesuburan tanahnya, jenis yang tergolong tumbuh cepat ini dapat mencapai riap 30-45 m3/ha/tahun pada akhir daur tanaman yang lazim digunakan yaitu 8-10 tahun. Kayunya berbobot jenis 0,42-0,46, tergolong kelas awet dan kelas kuat IV-V, dapat digunakan antara lain sebagai kayu pertukangan, konstruksi ringan di bawah atap, bahan baku pulp serat pendek dan untuk pengepakan (Dinas Kehutanan Provinsi Dati I Sulawesi Selatan 1990).

6. Akasia (Acacia sp.)

Acacia sp. termasuk dalam sub famili Mimosoideae, famili Leguminosae

dan ordo Rosales. Pada umumnya Acacia sp. mencapai tinggi lebih dari 15 meter, kecuali pada tempat yang kurang menguntungkan akan tumbuh lebih kecil antara 7-10 meter. Pohon Acacia sp. yang tua biasanya berkayu keras, kasar, beralur longitudinal dan warnanya bervariasi mulai dari coklat gelap sampai terang. Dapat dikemukakan pula bahwa bibit Acacia sp. yang baru berkecambah memiliki daun majemuk yang terdiri dari banyak anak daun. Daun ini sama dengan subfamili Mimosoideae misalnya Paraserianthes

falcataria, Leucaena sp, setelah tumbuh beberapa minggu Acacia sp tidak menghasilkan lagi daun sesungguhnya tetapi tangkai daun sumbu utama setiap daun majemuk tumbuh melebar dan berubah menjadi phyllodae atau

phyllocladus yang dikenal dengan daun semu, phyllocladus kelihatan seperti

besarnya sekitar 25 cm x 10 cm.

Acacia sp. termasuk jenis Legum yang tumbuh cepat, tidak

memerlukan persyaratan tumbuh yang tinggi dan tidak begitu terpengaruh oleh jenis tanahnya. Kayunya bernilai ekonomi karena merupakan bahan yang baik untuk finir serta perabot rumah yang menarik seperti: lemari, kusen pintu, dan jendela serta baik untuk bahan bakar. Tanaman Acacia sp yang berumur tujuh dan delapan tahun menghasilkan kayu yang dapat dibuat untuk papan partikel yang baik.

Faktor yang lain yang mendorong pengembangan jenis ini adalah sifat pertumbuhan yang cepat. Pada lahan yang baik, umur 9 tahun telah mencapai tinggi 23 meter dengan rata-rata kenaikan diameter 2- 3 meter dengan hasil produksi 415 m3/ha atau rata-rata 46 m3/ha/tahun. Pada areal yang ditumbuhi alang-alang umur 13 tahun mencapai tinggi 25 meter dengan diameter rata-rata 27 cm serta hasil produksi rata-rata-rata-rata 20 m3/ha/tahun.

Kayu Acacia sp. termasuk dalam kelas kuat III-IV, berat 0,56-0,60 dengan nilai kalori rata-rata antara 4.800-4.900 k.cal/kg (Badan Litbang Departemen Kehutanan 1994 dalam Irwanto 2007).

Simon (2008) menyatakan beberapa kegunaan tanaman perkayuan antara lain :

1. Untuk Kayu Bakar

Untuk kayu bakar biasanya dipilih jenis-jenis yang mempunyai persyaratan cepat tumbuh, menghasilkan trubusan (tunas baru) bila dipangkas dan mempunyai nilai kalori panas yang tinggi. Pembangunan hutan rakyat ini dikaitkan dengan penyediaan bahan bakar untuk industri perusahaan genteng, batu kapur dan pembuatan arang. Jenis-jenis yang dianjurkan untuk kayu bakar terdapat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jenis-jenis Tanaman yang Dianjurkan untuk Kayu Bakar

No Jenis Tanaman Kalori

1 Lamtorogung (Leucanea heucocephala) 4.464 2 Akasia (Accacia auriculiformis) 4.907 3 Kaliandra (Caliandra calothyrsus) 4.617 4 Gamala (Glirisdae maculate) 4.548

19

2. Untuk Kayu Pertukangan

Pemilihan jenis kayu untuk pertukangan dipilih jenis yang mempunyai nilai ekonomi, cepat tumbuh, berkualitas batang baik, produksinya tinggi dan pasarannya cukup baik, jenis-jenis yang dianjurkan adalah:

a. Sengon (Pareserianthes falcataria) mempunyai riap (pertambahan tumbuh) 37,4 m3/ha/tahun dengan rotasi 5 tahun.

b. Mahoni (Swietenia macrophylla) mempunyai riap 16,7 m3/ha/tahun dengan rotasi 10 tahun.

c. Sonokeling (Delbergia lafifolia) mempunyai riap 16 m3/ha/tahun dengan rotasi 15 tahun.

d. Jati (Tectona grandis) mempunyai riap 7,9 10,9 m3/ha/tahun dengan rotasi 60 tahun.

3. Untuk Bahan Baku Industri

Untuk penyediaan bahan baku industri misalnya untuk kertas, pulp atau pabrik korek api, pemilihan ini ditekankan pada nilai ekonomi, bersifat cepat tumbuh dalam berbagai kondisi lahan dan mempunyai riap tinggi. Jenis untuk bahan baku ini adalah:

a. Paraserianthes falcataria mempunyai riap 37,4 m3/ha/tahun dengan rotasi 5 tahun.

b. Eucalypthus deglupta mempunyai riap 24,5 m3/ha/tahun dengan rotasi 9 tahun.

c. Kayu Afrika/Kayu manis (Maesopsis emenii) mempunyai riap 13,34 m3/ha/tahun dengan rotasi 15 tahun.

d. Damar (Agathis larantifolia) mempunyai riap 27,4 m3/ha/tahun dengan rotasi 25 tahun.

e. Pinus (Pinus merkusii) mempunyai riap 19,9 m3/ha/tahun dengan rotasi 15 tahun.

4. Untuk Perbaikan Hydroorologi

Pemilihan jenis dititikberatkan kepada jenis-jenis yang ideal dengan syarat-syarat:

a. Cepat tumbuh

c. Dapat tumbuh di tempat-tempat yang lahannya kritis

d. Mempunyai sistem perakaran yang dalam, melebar dan kuat, sehingga mampu mengikat tanah

e. Mudah ditanam dan tidak memerlukan pemeliharaan f. Tahan terhadap hama penyakit

g. Mampu memperbaiki tanah

h. Berkemampuan menghasilkan trubusan (turunan baru) bila dipangkas Jenis-jenis untuk tujuan hydroorologi:

a. Trembesi (Samanea saman) b. Akasia (Acacia auriculiformis) c. Mahoni (Swietenia marciophylla) d. Puspa (Schima noronhae)

e. Asam (Tamarindus indica) f. Turi (Sesbania grandiflora) g. Kaliandra (Caliandra calothyrsus) h. Beringin (Ficus benyamina)