• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.4 Pengambilan Data dan Analisis Data

3.4.4 Analisis arahan perencanaan pengembangan ekowisata

Arahan perencanaan pengembangan ekowisata dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT. Analisis ini bertujuan untuk membantu menentukan kebijakan yang diperlukan dalam rencana pengembangan potensi wisata di daerah peisisir. Analisa SWOT merupakan instrumen perencanaan strategis yang klasik dengan menggunakan kerangka kerja kekuatan dan kelemahan dan kesempatan eksternal dan ancaman untuk memformulasikan strategi suatu kegiatan (Start dan Hovland 2004). Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis SWOT adalah sebagai berikut :

1. Identifikasi Kekuatan/Kelemahan dan Peluang/Ancaman

Pada tahap ini dilakukan penelaahan kondisi faktual di lapangan dan kecenderungan yang mungkin terjadi untuk menidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman pengelolaan wisata peneluran penyu di Pantai Pangumbahan sebagai kawasan ekowisata.

Pada tahap ini dilakukan analisis hubungan keterkaitan untuk memperoleh beberapa alternatif kebijakan (SO, ST, WO, WT). Untuk mendapatkan prioritas kebijakan maka dilakukan pemberian skor dan bobot point faktor berdasarkan tingkat kepentingan. Skor yang diberikan berkisar antara 1-5, nilai tersebut mewakili tingkat kepentingan, yaitu nilai 1 untuk yang tidak penting hingga nilai 5 untuk yang terpenting. Sedangkan perhitungan bobot, masing-masing point faktor dilaksanakan secara saling ketergantungan. Artinya, penilaian terhadap satu point faktor adalah dengan membandingkan tingkat kepentingannya dengan point faktor lainnya.

Selanjutnya unsur-unsur tersebut dihubungkan keterkaitanya untuk memperoleh beberapa alternatif kebijakan (SO, ST, WO dan WT). Kemudian Skor dikalikan dengan bobot setiap alternatif kebijakan tersebut dijumlahkan dengan ranking tertinggi merupakan alternatif kebijakan yang diprioritaskan untuk dilakukan.

Alternatif kebijakan pada matriks hasil analisis SWOT dihasilkan dari kekuatan kawasan untuk mendapatkan peluang (SO), kebijakan berdasarkan penggunaan kekuatan yang ada untuk menghadapi ancaman yang akan datang (ST); pengurangan kelemahan yang ada dengan memanfaatkan peluang (WO) dan pengurangan kelemahan yang ada untuk menghadapi ancaman yang akan datang (WT) (Tabel 5).

Tabel 5. Skema analisis SWOT

Internal -External Strength (S) Weakness (W)

Opportunities (O) SO WO

Threat (T) ST WT

Alternatif strategi yang diperoleh dari matrik tersebut adalah :

Strategi SO : Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mendapatkan peluang yang sudah ada.

Strategi ST : Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman. Strategi WO : Berusaha mendapatkan keuntungan dan kesempatan yang ada

dengan mengatasi kelemahan yang ada.

adalah pandan laut (Pandanus tectorius) (Gambar 4), selain itu terdapat juga Ipomoea pes-caprae,Terminalia catappa, Ardisia humilis,Calopyllum inophyllum, Crinum asiaticum, Cyperus peddinculatus. Menutut Nuitja (1992) banyak terdapatnya pandan laut akan meningkatkan naluriah alami penyu untuk bertelur. Pantai yang masih bersih, asri dan tidak terlalu banyak berubah dari masa sebelumnya membuat penyu tetap bertelur di Pantai Pangumbahan. Berbeda dengan Pantai Cibuaya dan Pantai Ujung Genteng yang menurut responden masyarakat sekitar, dahulu merupakan tempat bertelurnya penyu tetapi sekarang telah berubah dengan banyaknya bangunan di pinggir pantai dan cahaya buatan yang membuat hilangnya tempat penyu untuk bertelur. Semua kondisi tersebut membuat penyu tetap bertelur di Pantai Pangumbahan.

Kondisi sumberdaya alam di Pantai Pangumbahan masih dapat dikatakan dalam kondisi yang baik. Kondisi ini ditunjukkan dengan 100% jumlah responden masyarakat yang lokal yang mengatakan bahwa keadaan penyu, kondisi vegetasi sekitar pantai dan keindahan pantai masih dalam kondisi baik dan telah tersedianya sarana pendukung kegiatan wisata seperti villa dan kios kios makanan di sekitar kawasan. Kondisi ini dapat dijadikan modal awal dalam pengembangan potensi sumberdaya yang ada di Pantai Pangumbahan. Kondisi seperti ini harus tetap dijaga kelestarianya agar tetap dalam kondisi baik.

Sumberdaya yang menjadi primadona dari pantai pangumbahan sehingga menjadi daya tarik utama bagi wisatawan adalah adanya penyu hijau yang naik untuk bertelur dan pelepasan tukik pada sore hari dimana wisatawan dapat ikut berpartisipasi dalam melepasnya ke pantai. Penyu yang naik ke Pantai Pangumbahan masih dalam jumlah yang banyak dengan rata rata penyu yang naik pada musim bertelur sebanyak 5 hingga 7 ekor, sedangkan pada saat tidak musim bertelur rata-rata penyu yang naik untuk bertelelur berjumlah 2 ekor (Tabel 6).

Tabel 6. Jumlah penyu yang bertelur (DKP Kab. Sukabumi 2011)

Tahun Jumlah

2009 1.695 ekor

2010 1.733 ekor

2011 1.507 ekor

Selain itu, Pantai Pangumbahan juga memiliki potensi sumberdaya lainya, yaitu memiliki pantai berpasir putih halus yang landai dan luas, wisatawan juga dapat menikmati pemandangan matahari terbenam (sunset) yang indah dan wilayah yang masih asri serta hamparan terumbu karang yang indah (Gambar 5). Ketika air laut surut maka wisatawan dapat melihat terumbu karang yang indah dan terhampar luas. Pantai Pangumbahan juga memiliki ombak yang besar sehingga wisatawan dapat memanfaatkanya untuk olahragasurfing.

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

(g) (h)

Gambar 5. (a) Kegiatan wisatawan melihat penyu bertelur; (b) Penyu bertelur; (c) Pemandangan matahari terbenam di Pantai Pangumbahan; (d) Wisatawan menikmati keindahan pantai; (e) Tukik menuju ke laut; (f) Wisatawan melepaskan tukik ke laut; (g) Hamparan padang lamun; (h) Pemandangan di muara sungai Cipanarikan

Berbagai kegitan dilakukan oleh wisatawan selama berwisata ke Pantai Pangumbahan antara lain, melihat penyu sebesar 43%, fotografi 22%, surfing 1%, melihat pemandangan 29% dan lainya sebesar 5% (Gambar 6).

Gambar 6. Komposisi wisatawan responden berdasarkan kegiatan yang dilakukan di Pantai Pangumbahan

Populasi penyu menurun karena disebabkan oleh beberapa gangguan, diantaranya masih adanya pencurian telur, pengambilan pandan laut untuk dijadikan anyaman dan penanggulangan sampah yang kurang baik menjadi permasalahan yang ada disana. Selama ini penanganan sampah di Pantai Pangumbahan oleh masyarakat masih dengan cara yang tradisional yaitu dengan dibakar. Tempat sampah yang jumlahnya masih kurang menjadi penyebab utama banyaknya sampah di beberapa tempat dan ditanggulangi dengan cara dibakar. Dengan banyaknya sampah berserakan akan menganggu ekologi habitat penyu dan pembakaran sampah akan menyebabkan polusi udara (Gambar 7). Oleh karena itu, diperlukan kerjasama yang baik antara pemerintah dengan masyarakat serta wisatawan dalam penanganan sampah ini agar tidak merusak sumberdaya yang ada di Pantai Pangumbahan.

Gambar 7. Kondisi sampah di Pantai Pangumbahan