• Tidak ada hasil yang ditemukan

6.1 Aspek Non Finansial

6.2.2 Analisis Aspek Finansial Skenario II

Analisis aspek finansial skenario II merupakan analisis finansial rencana pengembangan usaha agrowisata Kampung Budaya Sindangbarang dengan mendirikan toko cinderamata. Toko cinderamata ini direncanakan akan dioperasikan pada tahun 2011 dan saat ini bangunannya telah didirikan di lokasi usaha Kampung Budaya Sindangbarang. Tujuan analisis aspek finansial skenario II adalah untuk mengetahui apakah dengan didirikannya toko cinderamata dapat menambah manfaat yang diterima oleh Kampung Budaya Sindangbarang secara keseluruhan.

6.2.2.1. Arus Penerimaan (Inflow)

Arus penerimaan pada skenario II terdiri dari lima komponen yaitu pendapatan kunjungan wisatawan, dana sumbangan, pendapatan konsumsi wisatawan, nilai sisa, dan pendapatan toko cinderamata. Pendapatan kunjungan

wisatawan, dana sumbangan, pendapatan konsumsi wisatawan, dan nilai sisa jumlahnya sama dengan hasil perhitungan pada skenario I.

Pendapatan toko cinderamata merupakan pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk toko cinderamata kepada wisatawan. Kampung Budaya Sindangbarang memperoleh produk cinderamata melalui pembelian produk dalam jumlah yang besar dari pengrajin dan toko grosir untuk kemudian dijual lagi secara eceran kepada wisatawan. Pembelian ini direncanakan akan dilakukan dalam waktu satu bulan sekali. Dengan asumsi bahwa jumlah persediaan sebulan seluruhnya terjual habis dalam satu bulan usaha, maka perhitungan pendapatannya adalah harga jual produk cinderamata dikalikan dengan jumlah persediaan selama satu bulan. Rincian pendapatan toko cinderamata dapat dilihat pada Tabel 28.

Tabel 28. Pendapatan Toko Cinderamata

No. Jenis Produk Toko Cinderamata Jumlah Persediaan Satu Bulan (unit) Harga Jual Satuan (Rp) Pendapatan per Bulan (Rp) Pendapatan per Tahun (Rp)

1 Tas Bulu Domba 20 150.000 3.000.000 36.000.000 2 Kujang 15 75.000 1.125.000 13.500.000 3 Sendal KBS 40 10.000 400.000 4.800.000

4

Kaos dan Baju

Pangsi 5 150.000 750.000 9.000.000 5 Gantungan Kunci Kujang 30 12.500 375.000 4.500.000 6 Gantungan Kunci Biasa 30 7.000 210.000 2.520.000 7 Gelang 150 2.000 300.000 3.600.000 8 Majalah Balebat 15 10.000 150.000 1.800.000 9 Ikat Kepala 30 25.000 750.000 9.000.000 10 Wadah Korek Api 15 5.000 75.000 900.000 Total 7.135.000 85.620.000

Sumber : Data Primer (2010)

6.2.2.2. Arus Pengeluaran (Outflow)

Arus pengeluaran pada analisis finansial skenario II terdiri dari tiga macam biaya yaitu biaya investasi, biaya operasional, dan biaya pajak. Besarnya biaya pajak tidak berbeda dengan skenario I. Biaya investasi yang akan ditambahkan dalam analisis finansial skenario II adalah bangunan toko cinderamata. Bangunan toko cinderamata berupa saung terbuka dengan arsitektur tradisional sunda. Bangunan toko cinderamata bernilai Rp 1.000.000,- dengan

umur ekonomis selama enam tahun sehingga bangunan toko cinderamata tidak memerlukan biaya reinvestasi dan tidak memiliki nilai sisa saat berakhirnya umur usaha. Penyusutan per tahun bangunan toko cinderamata adalah sebesar Rp 166.666,67 per tahun. Bangunan toko cinderamata dibangun pada tahun keempat usaha dan dioperasikan pada tahun kelima usaha..

Tambahan biaya operasional dalam skenario II adalah biaya pemeliharaan bangunan toko cinderamata, biaya angkut, dan biaya administrasi dan pencatatan pada komponen biaya tetap serta biaya modal toko cinderamata dan gaji tenaga kerja toko cinderamata pada komponen biaya variabel. Biaya pemeliharaan toko cinderamata dalam satu bulan adalah Rp 50.000,- sehingga biaya per tahunnya adalah Rp 600.000,-. Biaya angkut dan biaya administrasi per bulannya diproyeksikan secara berturut-turut sebesar Rp 100.000,- dan Rp 20.000, sehingga biaya per tahunnya sebesar Rp 1.200.000,- dan Rp 240.000,-.

Tambahan komponen biaya operasional selanjutnya adalah biaya modal toko cinderamata. Biaya modal toko cinderamata adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli produk cinderamata. Rincian biaya modal toko cinderamata dapat dilihat pada Tabel 29.

Tabel 29. Biaya Modal Toko Cinderamata

No. Jenis Produk Toko Cinderamata Jumlah Persediaan Satu Bulan (unit) Harga Beli Satuan (Rp) Biaya Modal per Bulan (Rp) Biaya Modal per Tahun (Rp)

1 Tas Bulu Domba 20 125.000 2.500.000 30.000.000

2 Kujang 15 65.000 975.000 11.700.000

3 Sendal KBS 40 5.000 200.000 2.400.000

4

Kaos dan Baju

Pangsi 5 135.000 675.000 8.100.000 5 Gantungan Kunci Kujang 30 10.000 300.000 3.600.000 6 Gantungan Kunci Biasa 30 5.000 150.000 1.800.000 7 Gelang 150 500 75.000 900.000 8 Majalah Balebat 15 8.000 120.000 1.440.000 9 Ikat Kepala 30 15.000 450.000 5.400.000 10 Wadah Korek Api 15 3.000 45.000 540.000 Total 5.490.000 65.880.000

Sumber : Data Primer (2010)

Toko cinderamata direncanakan akan dijaga oleh satu orang tenaga kerja tidak tetap dengan gaji per hari adalah Rp 30.000,-. Toko cinderamata hanya

beroperasi apabila ada kunjungan wisatawan ke Kampung Budaya Sindangbarang, sehingga perhitungan gaji tenaga kerja toko cinderamata per tahun adalah gaji per hari dikalikan dengan jumlah kunjungan wisatawan per tahun. Proyeksi jumlah kunjungan tahun keempat sampai dengan tahun ke-15 adalah 118 kunjungan, sehingga didapatkan gaji per tahun tenaga kerja toko cinderamata adalah Rp 3.540.000,-. Keseluruhan tambahan arus pengeluaran analisis finansial skenario II dapat dilihat pada Tabel 30.

Tabel 30. Tambahan Arus Pengeluaran (Outflow) Analisis Finansial Skenario II

Tambahan Biaya Pada Skenario II

Tahun

4 5-10*

Biaya Investasi Bangunan (Rp) 1.000.000 0*

Biaya Operasional

Gaji Tenaga Kerja (Rp) 3.540.000* Biaya Modal (Rp) 85.620.000* Biaya Angkut (Rp) 1.200.000* Biaya Administrasi

dan Pencatatan (Rp) 240.000* *) Rata-rata, dengan jumlah yang konstan.

Sumber : Data Primer (2010)

6.2.2.3. Analisis Kelayakan Finansial

Analisis kelayakan finansial skenario II usaha Kampung Budaya Sindangbarang dapat dilihat berdasarkan proyeksi laba rugi usaha. Proyeksi laba rugi usaha dapat dilihat pada Lampiran 10. Berdasarkan proyeksi laba-rugi usaha, dengan dioperasikannya toko cinderamata, maka keseluruhan usaha mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp 642.863.409,09. Jumlah ini lebih besar Rp 63.310.909,09 dibandingkan dengan skenario I tanpa membangun toko cinderamata. Rekapitulasi proyeksi laba-rugi dalam skenario II dapat dilihat pada Tabel 31.

Tabel 31. Rekapitulasi Proyeksi Laba-Rugi Usaha Skenario II

Tahun Laba Bersih Usaha (Rp)

1 -97.678.333,33 2 57.666.666,67 3 54.576.666,67 4 80.712.500,00 5-10* 91.264.318,18* Total 642.863.409,09

*) Rata-rata, dengan jumlah yang konstan. Sumber : Data Primer (2010)

Analisis kelayakan finansial skenario II juga menggunakan kriteria nilai NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Period sebagai penentu kelayakan finansialnya. Arus kas (cash flow) sebagai dasar perhitungan nilai kriteria kelayakan usaha dapat dilihat pada Lampiran 11, sedangkan hasil kelayakan finansial skenario II dapat dilihat pada Tabel 32.

Tabel 32. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Skenario II

No. Kriteria Kelayakan Finansial Nilai

1 Net Present Value Rp 639.704.205,85

2 Net Benefit Cost Ratio 1,64

3 Investment Rate of Return 15,76 %

4 Payback Period 9,06 tahun

Sumber : Data Primer (2010)

Hasil analisis kelayakan finansial skenario II menunjukkan nilai NPV sebesar Rp 639.704.205,85 artinya, usaha Kampung Budaya Sindangbarang mampu menghasilkan nilai manfaat bersih sebesar Rp 639.704.205,85 dengan melakukan pengembangan usaha yaitu membangun toko cinderamata. Nilai NPV yang bernilai lebih dari nol menunjukkan bahwa skenario II layak untuk dijalankan.

Komponen penilaian kelayakan finansial selanjutnya adalah Net B/C. Nilai Net B/C yang dihasilkan sebesar 1,64 yang artinya setiap Rp 1,- yang dikeluarkan untuk usaha, maka akan menghasilkan manfaat sebesar Rp 1,64. Nilai Net B/C yang lebih besar dari satu menunjukkan bahwa usaha tersebut layak untuk dijalankan sehingga rencana Kampung Budaya Sindangbarang membangun toko cinderamata adalah tepat.

Kriteria kelayakan finansial yang ketiga adalah IRR. Nilai IRR sebesar 15,76 persen menunjukkan bahwa tingkat pengembalian internal investasi yang ditanamkan usaha Kampung Budaya Sindangbarang adalah 15,76 persen. Jumlah ini lebih besar dibandingkan dengan tingkat discount rate yang digunakan (6,50 persen). Sesuai dengan kriteria kelayakan IRR, nilai kelayakan IRR yang lebih besar dari tingkat discount rate yang digunakan menunjukkan bahwa usaha skenario II yang direncanakan Kampung Budaya Sindangbarang layak untuk dijalankan.

Kriteria kelayakan finansial yang terakhir adalah PP. Nilai PP sebesar 9,06 tahun menunjukkan bahwa modal usaha Kampung Budaya Sindangbarang akan kembali dalam waktu sembilan tahun 22 hari. Waktu ini lebih cepat daripada umur usaha yang diproyeksikan (10 tahun), sehingga rencana mengembangkan usaha dengan membangun toko cinderamata layak untuk dijalankan.

6.2.2.4. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan dengan menggunakan nilai pengganti

(switching value) sampai memperoleh nilai NPV yang mendekati nol. Sama

dengan skenario I, hal yang akan dianalisis dalam analisis sensitivitas ada dua hal yaitu penurunan jumlah wisatawan dan penurunan harga paket wisata. Arus kas yang digunakan untuk menghitung sensitivitas usaha skenario II dapat dilihat pada Lampiran 12 dan 13, sedangkan hasil switching value dapat dilihat pada Tabel 33.

Tabel 33. Hasil Analisis Switching Value Skenario II

No. Analisis Switching Value Nilai

1 Penurunan Jumlah Wisatawan 31,75 %

2 Penurunan Harga Paket Wisata 33,50 %

Sumber : Data Primer (2010)

Berdasarkan analisis sensitivitas dengan menggunakan switching value, nilai pengganti untuk penurunan jumlah wisatawan adalah sebesar 31,75 persen. Artinya jumlah maksimal penurunan wisatawan yang dapat ditoleransi adalah sebesar 31,75 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa dengan dibangunnya toko cinderamata, Kampung Budaya Sindangbarang harus mempertahankan jumlah wisatawan yang datang, minimal sebanyak 4.140 orang dari tahun keempat hingga ke-10. Jumlah wisatawan dibawah 4.140 orang akan menyebabkan skenario usaha II agrowisata Kampung Budaya Sindangbarang tidak layak untuk dijalankan.

Analisis switching value selanjutnya adalah penurunan harga paket wisata. Nilai switching value menunjukkan angka sebesar 33,50 persen, artinya Kampung Budaya Sindangbarang mampu menurunkan harga paket wisatanya sampai 33,50 persen. Penurunan harga paket wisata di atas jumlah ini akan menyebabkan rencana pengembangan usaha Kampung Budaya Sindangbarang menjadi tidak layak untuk dijalankan.