• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.3. Penerapan Model Pengelolaan Sungai Berbasis Pada Konsep Ekohidrolik

5.3.4. Analisis Beban Banjir

Muka air banjir yang menunjukkan ketinggian air yang terjadi pada saat banjir dengan debit yang diperkirakan. Hasil perhitungan muka air banjir untuk periode ulang 2 tahun di 8 stasiun di Seppang menunjukkan nilai tertinggi muka air banjir adalah 3.93 meter. Untuk periode ulang 5 tahun adalah 4.29 meter, 10 tahun adalah 4.49 meter, 20 tahun adalah 4.66 meter, 25 tahun 4.70 meter dan untuk periode 50 tahun adalah 4.80 meter. Dari delapan titik yang ditinjau di lokasi Seppang menunjukkan semua wilayah menerima ancaman banjir untuk periode ulang 50 tahun. Hal ini digambarkan pada Gambar 48.

Gambar 48. Kondisi banjir di Daerah Seppang

Gambar 48 menunjukkan tinggi muka air banjir lebih tinggi dibandingkan dengan tinggi tanggul pada semua titik. Selisih terbesar diperoleh pada sta 800 yaitu sebesar 4.4 meter dan selisih terkecil sebesar 1.0 meter pada sta 2 200.

Pada daerah Lawo dengan jarak 2 400 hingga 6 400 meter dilakukan analisis muka air banjir pada enam titik. Muka air banjir tertinggi pada daerah ini adalah sebesar 4.415 meter pada periode ulang 50 tahun. Hasil analisis tersebut disajikan pada Gambar 49

Gambar 49. Kondisi banjir di Daerah Lawo

Gambar 49 menunjukkan bahwa terdapat satu titik pembacaan yang tidak mengalami ancaman banjir yaitu pada sta 2 600 akibat ketinggian tanggul relatif aman. Pada lima titik lainnya, selisih tinggi muka air banjir dengan tinggi tanggul melebih satu meter dan bahkan mencapai 4.1 meter pada Sta 3 200.

Kondisi sungai pada daerah Cenrana juga menunjukkan karakter banjir yang hampir sama dengan dua daerah sebelumnya. Muka air banjir untuk periode ulang 2 tahun berkisar antara 1.4 meter dan 2.2 meter, sedang untuk periode 50 tahun muka air banjir antara 1.9 meter dan 3.0 meter. Pada lima stasiun yang dianalisis, nampak bahwa muka air banjir 50 tahunan melebihi ketinggian tanggul. Hal ini diuraikan pada Gambar 50.

Pada Gambar 50 nampak bahwa selisih tertinggi antara muka air banjir dan ketinggian tanggul adalah pada 6 800 yaitu sebesar 2.5 meter dan selisih terendah sebesar 1.0 meter pada stasiun 7 200. Data menunjukkan bahwa ketinggian tanggul kanan pada statiun 6 800 dan 7 200 lebih tinggi dibandingkan dengan muka air banjir yang mengindikasikan bahwa pada kedua titik tersebut banjir hanya terjadi pada sisi kiri.

Pada daerah Paowe banjir terjadi di sepanjang sungai. Muka air banjir tertinggi pada daerah ini untuk periode ulang 50 tahunan sebesar 4.864 meter. Perbandingan antara tinggi muka air dan tinggi tanggul dapat dilihat pada Gambar 51. -2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000 8000 8400 8800 9200 9600 10000 m. a .b ( me te r) Sta

Tinggi tanggul m.a.b 50

Gambar 51. Kondisi banjir di Daerah Paowe

Gambar 51 menunjukkan bahwa di sepanjang dua kilometer dengan analisis muka air banjir pada enam titik memberikan hasil bahwa muka air banjir lebih tinggi dibandingkan dengan ketinggian tanggul. Selisih tertinggi antara muka air banjir dan tinggi tanggul diperoleh pada sta 9 800 sebesar 4.7 meter dan selisih terendah pada sta 9 000 sebesar 1.2 meter.

Kondisi serupa juga nampak pada wilayah Talumae. Muka air banjir maksimum periode 2 tahun bahkan mencapai 4.3 meter sedang pada periode 50 tahun diperoleh nilai maksimum sebesar 5.8 meter. Ketinggian muka air banjir dibandingkan dengan tinggi tanggul pada analisis enam stasiun disajikan pada Gambar 52.

Gambar 52. Kondisi banjir pada Daerah Talumae

Gambar 52 menunjukkan bahwa sta 10 200 hingga sta 11 200 terjadi ancaman banjir yang relatif tinggi dimana selisih tinggi muka air banjir dengan tinggi tanggul melebihi 2 meter. Pada wilayah Ganra banjir juga terjadi di sepanjang sungai namun dengan pola ancaman yang berbeda. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 53.

Gambar 53. Kondisi banjir di Daerah Ganra

Gambar 53 menunjukkan bahwa di wilayah Ganra mengalami ancaman banjir yang besar di sepanjang sungai. Tinggi muka air banjir yang melebihi 11 meter sedang tinggi tanggul hanya berkisar 4 meter. Bahkan untuk banjir dengan periode ulang 2 tahun, ketinggian muka air banjir di sembilan stasiun melebihi tiga meter. Hasil wawancara dengan masyarakat di lokasi ini menguraikan bahwa

di Ganra sering terjadi banjir bahkan pada kondisi tidak ada hujan di Ganra. Pada tahun 2010 antara bulan Januari hingga Juli telah terjadi banjir besar selama 3 kali dan menggenangi pemukiman setinggi hampir 1 meter. Hal ini menggambarkan bahwa kapasitas sungai di Ganra yang sangat kecil akibat sedimentasi serta tingginya kecepatan air dari hulu.

Daerah Bakke memberikan gambaran banjir yang hampir sama dengan Ganra. Kejadian banjir di daerah Bakke juga terjadi di sepanjang sungai sebagaimana diuraikan pada Gambar 54.

Gambar 54. Kondisi banjir di Daerah Bakke

Gambar 54 menunjukkan bahwa wilayah Bakke mengalami ancaman banjir yang cukup tinggi dimana selisih muka air banjir dengan tinggi tanggul berkisar antara 2 meter hingga 12 meter. Hasil pemantauan di lapangan menunjukkan bahwa banjir terjadi setiap tahun dan bahkan terjadi berkali-kali dalam setahun. Banjir menggenangi pemukiman, sawah dan infrastruktur sehingga menimbulkan kerugian masyarakat.

Uraian kejadian banjir pada setiap lokasi menunjukkan bahwa Sungai Lawo mengalami ancaman banjir yang cukup besar terutama pada daerah hilir sungai. Ancaman tersebut bahkan tidak dapat direduksi dengan adanya upaya normalisasi sungai serta pembuatan tanggul secara parsial. Analisa beban banjir yang dilakukan untuk melihat besarnya ancaman banjir di setiap lokasi menunjukkan bahwa daerah Seppang, Lawo, Cenrana dan Paowe mengalami ancaman banjir

yang lebih kecil dari 2 meter, sedang Talumae mengalami ancaman banjir yang lebih besar dari 2 meter. Nilai beban banjir yang dihitung berdasarkan rata-rata selisih muka air banjir dan tinggi tanggul (Lampiran 5) untuk setiap wilayah di Sungai Lawo dapat dilihat pada Gambar 55.

Gambar 55 Beban Banjir di Sungai Lawo

Hasil analisis pada Gambar 55 juga menunjukkan bahwa Ganra mengalami ancaman dua kali lipat dibandingkan dengan Talumae. Dearah Bakke mengalami ancaman banjir yang sangat besar yaitu sebesar 7.85 meter. Pada daerah Ganra dan Bakke mengalami ancaman banjir yang besar akibat terjadinya pendangkalan dan sedimentasi. Kemiringan memanjang sungai yang juga semakin kecil menyebabkan aliran air semakin lambat. Hal ini juga diperburuk dengan meningkatnya muka air banjir di Danau Tempe sehingga terjadi aliran balik ke sungai.