• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2 Kebijakan Pengelolaan Sungai Berbasis Pada Konsep Ekohidrolik

Kebijakan pengelolaan sungai berbasis pada konsep ekohidrolik merupakan arahan bagi pemerintah daerah dalam mengambil keputusan tentang kegiatan pengelolaan sungai yang tepat. Kebijakan ini disusun berdasarkan kondisi sosial ekonomi masyarakat dan tingkat partisipasinya dalam pengelolaan sungai.

Kajian tingkat partisipasi masyarakat dilakukan dengan skala perbandingan komparatif yaitu dengan membagi atas tiga kategori tingkat partisipasi yaitu tinggi, sedang dan rendah. Penentuan tingkat partisipasi berdasarkan jawaban responden pada kuesioner yang diberikan. Kajian kondisi sosial ekonomi masyarakat menggambarkan distribusi setiap parameter yang ditinjau dan menunjukkan karakteristik pribadi yang dominan terdapat pada kelompok masyarakat. Masyarakat yang menjadi responden adalah pemilik lahan dan pengelola lahan.

Selanjutnya pengaruh kondisi sosial ekonomi masyarakat dianalisis dengan metode neural network yang terbagi atas tiga tahapan yaitu tahapan

training, validasi dan aplikasi. Tahapan training adalah tahapan penyusunan model dengan menggunakan sebagian data dari masyarakat. Tahapan ini merupakan proses iterasi dan model dapat diterima jika akurasinya mendekati 100%. Sebagian data digunakan dalam proses validasi untuk melihat tingkat akurasi dari model. Model neural network yang menunjukkan akurasi mendekati 100% dapat dilanjutkan pada tahapan aplikasi.

Tahapan aplikasi adalah kegiatan simulasi parameter sosial ekonomi masyarakat yang dinaikkan atau diturunkan, dan jika terjadi perubahan terhadap tingkat partisipasinya maka dapat dinilai bahwa parameter tersebut berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat. Diagram alir penyusunan model pengaruh kondisi sosial ekonomi masyarakat terhadap partisipasinya diuraikan pada Gambar 32.

Gambar 32. Diagram alir analisis neural network

Interpretasi hasil aplikasi dibagi berdasarkan prosentase sampel yang menunjukkan adanya pengaruh. Jika prosentasenya kecil, maka tingkat pengaruhnya dinilai kecil, demikian pula sebaliknya. Variabel yang menunjukkan pengaruh besar terhadap partisipasi masyarakat menjadi rujukan dalam penentuan arahan kebijakan pengembangan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sungai.

Error < 0.05

Data Partisipasi Masyarakat Data kondisi sosial ekonomi

masyarakat Training Ya Validasi Akurasi > 95% Ya Tidak Mulai Aplikasi Tidak Interpretasi Selesai

Kegiatan strategis yang dapat mempengaruhi implementasi model kebijakan pengelolaan sungai berbasis pada konsep ekohidrolik dapat diperoleh berdasarkan analisis AHP dan analisis kegiatan strategis dengan metode Bayes. Analisis AHP diawali dengan kegiatan pengumpulan data yaitu identifikasi kriteria pada faktor, stakeholder, program dan skenario. Identifikasi ini dilakukan dalam focus group discussion bersama responden. Berdasarkan hasil identifikasi tersebut dilakukan penyusunan struktur hirarki AHP yang merupakan dasar dalam pembuatan kuesioner. Kuesioner dibagikan pada pakar untuk menilai perbandingan berpasangan antar kriteria pada setiap level.

Hasil pengisian kuesioner oleh pakar dimasukkan dalam matriks pendapat individu untuk selanjutnya dilakukan perhitungan eigen, indeks consistensi dan consistensi rasio. Pemeriksaan nilai consistensi rasio dilakukan untuk melihat apakah pendapat pakar dapat dinilai valid atau tidak. Nilai CR harus memenuhi syarat yang disajikan pada Tabel 5, dan jika syarat ini tidak dipenuhi maka jawaban pakar tidak dapat dimasukkan dalam penggabungan pendapat responden.

Hasil matriks penggabungan pendapat responden dihitung nilai CRnya untuk menilai validitas pendapat pakar. Selanjutnya dilakukan perhitungan eigen untuk memperoleh bobot setiap kriteria. Kriteria yang memiliki bobot tertinggi menunjukkan kriteria yang prioritas diperhatikan dalam kebijakan pengelolaan sungai secara ekohidrolik. Uraian tentang bagan alir kegiatan analisis AHP disajikan pada Gambar 33.

Metode Bayes dilakukan untuk menilai kegiatan pemerintah daerah yang strategis dalam pelaksanaan pengelolaan sungai secara ekohidrolik. Adapun tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

- Mengidentifikasi kegiatan pemerintah daerah yang terkait dengan kegiatan pengelolaan sungai secara ekohidrolik.

- Menentukan nilai skoring untuk setiap alternatif.

Menghitung hasil kali antaran skoring dengan bobot setiap kriteria (hasil dari AHP).

- Menyusun matriks hubungan antara alternatif dan kriteria.

- Menjumlahkan nilai alternatif dan tentukan peringkat dari setiap alternatif.

Gambar 33. Bagan alir analisis AHP Mulai

Identifikasi kriteria

pada setiap level Penyusunan struktur

AHP Struktur AHP Pembuatan dan pengisian kuesioner Matriks pendapat individu Hitung CR CR memenuhi syarat Ya Tidak Jawaban pakar tidak valid Matriks penggabungan pendapat Hitung CR CR memenuhi syarat Tidak Jawaban pakar tidak valid Ya

Hitung bobot kriteria Bobot kriteria

Kebijakan pengelolaan sungai berbasis pada konsep ekohidrolik yang menghasilkan arahan bagi pemerintah daerah dalam penerapan konsep ekohidrolik disusun atas lima tahapan. Secara detail model kebijakan tersebut diuraikan tahapannya dalam bagan alir pada Gambar 34.

Gambar 34. Disain Kebijakan pengelolaan sungai berbasis pada konsep ekohidrolik. Mulai Data sosek masyarakat Data partisipasi masyarakat Identifikasi kriteria pada setiap level

Analisis kondisi sosial ekonomi masyarakat

Analisis tingkat partisipasi masyarakat Analisis AHP Tingkat partisipasi masyarakat Distribusi kondisi sosek masyarakat

Analisis faktor sosial ekonomi yang paling berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam pengelolaan

sungai

Faktor sosial ekonomi yang paling berpengaruh

terhadap partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sungai Bobot Metode Bayes Kegiatan pemda

Kegiatan strategis yang mendukung pengelolaan sungai dengan ekohidrolik

Pada pengembangan kebijakan pengelolaan sungai, kondisi masyarakat merupakan fokus kajian. Sedang kemampuan pemerintah daerah sebagai salah satu stakeholder tidak diperhitungkan. Kemampuan tersebut terkait dengan kemampuan sumber daya manusia yang dimiliki, teknologi serta keuangan daerah. Selain itu, model ini juga tidak memberikan arahan tentang upaya manajemen operasional dalam implementasinya.

Regulasi yang memberikan kepastian hukum bagi pemerintah daerah dan masyarakat juga hendaknya diperhitungkan dalam model kebijakan. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional diuraikan bahwa sempadan sungai merupakan kawasan lindung setempat, atau sempadan sungai memiliki fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup dan sungai. Namun demikian, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pada umumnya bantaran sungai dimiliki oleh masyarakat dan dijadikan sebagai kawasan budidaya. Olehnya itu, maka perlu adanya kajian tentang kebijakan pemanfaatan ruang khususnya pada daerah sempadan sungai.

5.3.Penerapan Model Pengelolaan Sungai Berbasis pada Konsep Ekohidrolik