• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS MAKNA RUMAH BAYT, DĀR DAN MASKAN

A. Analisis kata Bayt

Dalam al-Qur’an kata al-bayt yang berarti rumah memiliki makna global karena menjelaskan makna rumah yang menyeluruh, baik itu rumah manusia, rumah binatang, rumah bagi tumbuhan, dan makhluk-makhluk yang diciptakan oleh Allah swt.

Kata bayt berasal dari kata batā kata tersebut disebutkan dalam kata kerja, bentuk mashdar dan berupa kata benda. Jika dalam bentuk kata kerja, kata ini berkaitan dengan waktu malam hari. Kata turunannya seperti bayyata masih searti dengan waktu malam hari. Adapun kata benda bayt memiliki dua arti, yang pertama diartikan sebagai tempat tinggal yang

selaras dengan kata Maskan, dan kedua, bayt jika dihubungkan dengan syair maka biasanya sudah menjadi bahasa Indonesia.1 Dalam al-Qur’an kata Batā dengan kata relasinya disebutkan sebanyak lima puluh tujuh kali yang tersebar dari berbagai surah. Kumpulan ayat-ayat yang membahas istilah al-bayt dalam al-Qur’an di sebutkan pada, (Qs. al-Nisā’/ 4: 15, 81, 108 (al-Naml/ 27: 49, 52), (Qs. al-Baqarah/ 2: 125, 127, 158, 189), (Āli Imrān/ 3:

96, 97, 49, 154), (al-Mā’idah/ 5: 2, 97), (al-‘Anfāl/ 8: 35), (Hūd/ 11: 73), (al-Isrā’/ 17: 93), (al-Hajj/ 22: 26, 29, 33), (al-Mā’idah/ 5: 36), (al-Ṭūr/ 52:

4), (al-Quraisy/ 106: 3), (al-‘Ankabūt/ 29: 41, al-Taḥrīm/ 66: 11), (al-Anfāl/

8: 5), (Ibrāhīm/ 14: 37), (al-Nisā’/ 4: 100), Yūsuf/ 12: 23), (al-Muminūn/

23: 26), al-‘Arāf/ 7: 28), Nūr/ 24: 27, 29, 61), ‘Ankabūt/ 29: 41), (al-Aḥzāb/ 33: 13, 33, 34, 53), (al-‘Arāf/ 7: 74), (Yūnus/ 10: 87), (al-Ḥijr/ 15:

82), (al-Naḥl/ 16: 68, 80), (al-Qaṣaṣ/ 28: 149), (Yūnus/ 10: 50, 87, (al-Naḥl/

16: 80), Nūr/ 24: 27, 61), Zukhruf/ 43: 33, 34), Ḥasyr/ 59: 2), (al-Ṭalāq/ 65: 1), (al-‘Arāf/ 7: 4, 97).2

Kata al-bayt dalam bahasa Arab memiliki arti yang sangat global dalam menjelaskan makna rumah. Sedangkan kata murninya adalah Bayt yang disebutkan dalam al-Qur’an sebanyak tujuh kali dari tujuh surat yang berbeda pada Qs. Āli ‘Imrān/ 3: 96, yang memiliki makna rumah, Qs. al-Nisā’/ 3: 81, yang memiliki makna mengambil keputusan di malam hari, Qs. al-Isrā’/ 17: 93, yang memiliki makna sebuah rumah, Qs. al-Qaṣaṣ/ 28:

12, yang memiliki makna rumah tangga, Qs. al-‘Ankabūt/ 29: 41, yang memiliki makna rumah, Qs. al-Żāriyāt/ 51: 36, yang memiliki makna sebuah rumah, Qs. al-Taḥrīm/ 66: 11, yang memiliki makna sebuah rumah.

1 M. Quraish Shihab, Ensiklopedia al-Qur’an jilid 1, 124-125.

2 Muḥammad Fuad Abd. Baqi, Mu’jam Mufaḥras Li al-Fāẓ al-Qur’ān al-Karīm (Kairo: Dār al-Hadīṡ, 2007), 140-141.

43 Dalam penggunaannya biasa digunakan untuk menjalani aktivitas setiap hari atau dalam penulisan kata bayt adalah kata yang sering kali digunakan semakin mengerucut maka penulis menggunakan dua ayat yang memiliki Arti rumah seperti pada Qs. Āli ‘Imrān/ 3: 96, yang memiliki makna rumah.

َينِّمَلَٰعلِّ ل ىدُهَو اكَراَبُم َةهكَبِّب يِّذهلَل ِّساهنلِّل َعِّضُو تيَب َلهوَأ هنِّإ

“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.”

Kata

ٍتيَب

(Baytin) memiliki arti rumah, kata tersebut memiliki akar kata dari

kataََ

َتَبَ

ََ bentuk jamaknya adalah masdar dan kedudukanya sebagai fi’il

māḍi.

1. Tafsir Klasik

Dalam Tafsīr al-Munīr telah dijelaskan bahwa Baitul Haram adalah kiblat salat dan tempat untuk berdoa bagi kaum muslim, dan Baitul haram adalah rumah untuk beribadah bagi umat manusia yang pertama kali di bangun. Baitul Haram telah dibangun oleh Nabi Ibrahim untuk beribadah.

Allah berfirman,

“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". (al-Baqarah/ 2:

127).”

Di antara keistimewaan Baitul Haram adalah tempat berkumpulnya para jamah haji dan dijadikannya ibadah haji yang diwajibkan bagi setiap kaum muslim yang mampu menunaikannya. Haji adalah salah satu rukun Islam yang kelima.3

3 Waḥbah al-Zuḥailī, Tafsīr al-Munīr, jilid 2 (Jakarta: Gema Insani, 2013), 346-347.

Bayt adalah sebaik-baik tempat untuk digunakan sebagai tempat beribadah, tidur atau tidak. Tempat ini bisa berupa rumah, pondok, gua atau tempat mulia untuk dijadikan beribadah, seperti halnya dengan Ka’bah.

Kabah ialah tempat yang selalu ramai oleh banyak orang puluhan ribu manusia mendatangi tempat itu berbagai negara sampai berbagai penduduk bumi, begitu pula dengan penduduk tempat yang dekat dengan Ka’bah, karena mereka berbondong-bondong mencari Ridha Allah swt. dan mereka memohon agar ibadahnya di terima Allah.4Ka’bah tidak hanya dimuliakan, namun menjadi arah kiblat salat dan menjadi syarat sahnya salat.5

Dalam ayat di atas menurut tafsiran Ibn Kaṡīr bahwa rumah yang mula-mula dibangun untuk manusia. Namun sebelum Masjid Haram, tetapi Baitullah adalah rumah untuk tempat ibadah dan manasik, di mana mereka melakukan tawaf dan salat serta ber-‘Itikaf kepadanya.6

“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kalian beribadah haji maka berdirilah al-Aqra’ ibn Ḥabis al-Tamimi seraya mengatakan: “apakah haji wajib ditunaikan setiap tahun ya Rasulullah? Nabi terdiam kemudian menjawab: “kalau aku katakan ”Ya” niscaya akan menjadi kewajiban setiap tahun niscaya kalian tidak akan menunaikannya, bahkan tidak mampu menunaikannya. Kewajiban haji itu sekali seumur hidup”.(riwayat al-Nasā’ī dari Ibnu ‘Abbas).”7

Sesuatu yang patut disyukuri adalah ghirah (semangat) kaum muslim Indonesia dalam pemenuhan kewajiban pelaksanaan ibadah haji sangat menggembirakan.

4 Aḥmad Muṣṭafā al-Marāgī, Terj. al-Marāgī, juz 27, 29.

5 Ibn Rusyd, Bidāyatul Mujtahid, jilid 1, Cet. 1, terj. Beni Surbeni (Jakarta: Pustaka Azzam, 2006), 227.

6 Imām Abū Fida, Tafsīr Ibn Kaṡīr, jilid 1, Cet. 1 (Beirut: Dār Kitāb al-Alamiyah, 1999), 16-17.

7 Muchlis M. Hanafi (Editor), Tafsir al-Qur’an Tematik, seri 3, Cet. 1 (Jakarta:

Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an, 2012), 236.

45 2. Tafsir Modern

Dalam perspektif Tafsir al-Misbah setelah membantah orang-orang Yahudi yang mengecam umat Islam yang berkiblat ke Mekkah, padahal Nabi Ibrahim mempunyai keterlibatan dalam pembangunan kiblat itu, maka dalam ayat ini di jelaskan kedudukan Ka’bah itu, apalagi orang-orang Yahudi menduga bahwa Bayt Maqdis, yakni kiblat mereka lebih utama dari Ka’bah. Allah merubah dugaan itu dengan redaksi penegasan yaitu, sesungguhnya rumah yang mula-mula di bangun untuk, tempat ibadah bagi manusia, ialah yang di bakkah yang diberkahi, yakni banyak kebijakan duniawi dan uh}rawi yang dapat diraih dengan kehadiran-Nya dan menjadi petunjuk bagi semua manusia termasuk dari bani Israil, bahkan orang-orang sebelum dan sesudah masa mereka.8

Ayat di atas adalah penegasan bahwa rumah peribadatan pertama untuk manusia adalah Ka’bah. Ini memberikan suatu isyarat bahwa ia telah ada sejak manusia menginjakkan kaki di bumi. Manusia memiliki rasa cemas dan harapan.

Analisis yang disimpulkan dari kedua mufasir setelah memberikan pendapat pada ayat tersebut penulis mengambil kesimpulan bahwa yang di maksud dengan kata Bayt berarti rumah yang memiliki makna rumah, di mana rumah tersebut dijadikan sebuah tempat untuk peribadatan Haji kaum muslim di dunia baik laki-laki atau perempuan , dan dapat digunakan sebagai tempat berlindung dari kecaman orang-orang kafir.

Berikut kata bayt yang memiliki arti rumah pada Qs. al-‘Ankabūt/ 29:

41.

8 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Vol. 2, cet. 1 (Jakarta: Letera Hati 2002), 157.

َنَهوَأ هنِّإَو َ ۗ اتيَب تَذَهتَّٱ ِّتوُبَكنَعلٱ ِّلَثَمَك َءاَيِّلوَأ ِّهللَّٱ ِّنوُد نِّم ْاوُذَهتَّٱ َنيِّذهلٱ ُلَثَم ِّتوُبَكنَعلٱ ُتيَبَل ِّتوُيُ بلٱ َنوُمَلعَي ْاوُناَك وَل َ ۗ

“Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah.

Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.”

1. Tafsir klasik

Ayat di atas dalam tafsir Ibn Kaṡīr kata rumah di atas ialah rumah laba dan telah disebutkan bahwa ayat tersebut merupakan sebuah perumpamaan yang Allah gunakan untuk orang-orang musyrik yang menjadikan Tuhan lain selain Allah, di mana merek membutuhkan pertolongannya, meminta rezeki pada mereka dan berpegang kepada mereka dalam keadaan sempit.

Ini tentu saja dengan orang-orang Islam yang beriman dan bertakwa kepada Allah, dan di samping itu mereka berbuat amal baik dengan mengikuti syariat. Kemudian Allah berfirman untuk mengancam mereka yang menyembah selain Allah dan menyekutukannya. Sesungguhnya Allah memberi suatu balasan kelak setelah kehidupan dunia.9

Tafsiran ayat di atas menurut pandangan tafsir al-Munīr menjelaskan sifat orang-orang musyrik dalam hal menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan selain Allah karena ketamakan untuk bisa menolong, memberi rezeki, memberikan mereka keuntungan dan lemahnya mereka berpegang kepada berhala-berhala itu dalam menghadapi bencana, sama halnya seperti laba-laba dalam hal kelemahannya membuat rumah untuk dirinya yang dianggap bisa menjaga mereka dari gangguan panas dan dingin. Kemudian Allah menjelaskan lemahnya rumah ini, rumah yang paling lemah adalah rumah

9 Abdullah bin Muhammad, Tafsir Ibn Katsir, jilid 5, Cet. 1 (Bogor: Pustaka Imam Syafi’i, 2004), 333.

47 laba-laba sebab ia bisa roboh karena sesuatu yang paling ringan yang tidak tersisa lagi.10

2. Tafsir Modern

Maksud ayat di atas menurut tafsir al-Misbah berbicara tentang kaum musyrikin yang menyembah berhala, dengan mengharapkan suatu perlindungannya, sesuatu yang sama sekali tidak dapat diterima oleh akal yang sehat, pikiran yang cerah serta jiwa yang suci, kini diberi suatu perumpamaan tentang keadaan mereka. Arti surah di atas yang menyatakan:

perumpamaan orang yang menjadikan, dengan sungguh-sungguh dan bersusah payah menjadikan berhala sebagai pelindung selain Allah.

Perumpamaan untuk mereka ibarat hewan laba-laba yang membuat rumah dengan susah payah agar dijadikan perlindungan baginya. Padahal sesungguhnya dengan demikian itu perumpamaan mereka dan berhala-berhala, maka pastilah mereka tidak menjadikannya pelindung.11

Dokumen terkait