• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS MAKNA RUMAH BAYT, DĀR DAN MASKAN

C. Analisis Kata Maskan

Istilah kata maskan berasal dari kata sakana yang bisa diartikan bagi penghuni rumah atau kampung, namun penulis tidak diharuskan untuk bermalam, dan siapa pun juga dapat menghuni di tempat tersebut. Setiap rumah (maskan) adalah tempat tinggal (bayt), tetapi tidak semua tempat tinggal adalah tempat.

Di dalam al-Qur’an kata maskan disebutkan Berikut ayat-ayat yang membahas istilah sakana dan berbagai bentuknya: (QS. al-An’ām/ 6: 13, 96, (Ibrāhīm/ 14: 14, 37, 45), (al-Ṭalāq/ 65: 6), (Yūnus/ 10: 67), (al-Qaṣaṣ/

17 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Vol. 12, 323-324.

53 (al-Anbiyā’/ 21: 13), (Ṭāha/ 20: 128), (al-‘Ankabūt/ 29: 38), (al-Sajadah/ 32 :26), (al-Aḥqāf/ 46: 25), (al-Nūr/ 24: 22, 29), (Āli‘Imrān/ 3: 112), (al- Qalam/ 68: 24), (al-Ḥaqah/ 69: 34), (al-Mudaṡir/ 74: 44), (al-Fajr/ 89: 18), (al-Mā’un/ 107: 3), (al-Mujadalah/ 58: 4), (al-‘Insān/ 76: 8), (al-Balad/ 90:

16), (al-Nisā’/ 4: 8, 36), (al- Mā’idah/ 5: 89, 90), (al-Anfāl/ 8: 41), (al-Kahf/

18: 79), (al-Ḥasyr/ 59: 7, (Yūnus/ 10: 31).18 Qs. Saba’/ 34: 15. Allah telah berfirman.

لةَيٰا ْمِّهِّنَكْسَم ِّْفِ ٍاَبَسِّل َناَك ْدَقَل

tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri, (kepada mereka dikatakan), “Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik (nyaman) sedang (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun.”

Diriwayatkan dari Ibn Abi Hatim yang bersumber dari Ali bin Rabah bahwa Farwah bin Masik al-Ghathafani menghadap Rasulullah saw. Berkata: “Ya Nabiyallah, di zaman jahiliyah kaum Saba’ merupakan kaum yang gagah dan kuat. Aku takut sekiranya mereka menolak unuk masuk Islam, apakah aku boleh memerangi mereka?” Bersabdalah Rasulullah, “Aku tidak diperintahkan apa-apa berkenaan dengan mereka.” Maka turunlah ayat, (Qs. Saba’/ 34: 15-17) yang menggambarkan keadaan kaum Saba’ yang sesungguhnya.19

18 Muḥammad Fuad Abd. Baqi, Mu’jām Mufahras Li al-Fāẓ al-Qur’an al-Karīm, 353-354.

19 Ahmad Hatta, Tafsir Qur’an Per Kata, 430.

Dari keterangan tafsir untuk ayat di atas menurut Muṣṭafā al-Marāgī mengatakan dalam tafsirannya bahwa makna dari kata al-Maskan ialah bentuk dari wazannya, seperti kata Manzil yang artinya tempat tinggal.

Penjelasan maksud dari ayat ini adalah ma’rib yang terdapat pada wilayah yaman. Sedangkan perjalanan antara Ma’rib sampai Ṣan’a menghabiskan waktu tiga hari. Maksud dari ayat ini adalah penduduk negeri Yaman yang terdapat para raja-raja yaman dalam hidup sangat berkecukupan, kenikmatan yang besar dan rezeki yang sangat luas. Mereka memiliki hamparan kebun yang luas dan subur, taman-taman pada lembah sisi kanan kiri. Allah mengutus seorang Rasul-rasulnya kepada mereka untuk menuntun dan memerintahkan memakan rezeki mereka dan senantiasa bersyukur kepadanya dengan mengesakan dan menunaikan ibadah kepada Allah. Melaksanakan segala yang diperintahkan ialah salah satu bentuk dari rasa terima kasih kepada Allah. Tetapi kemudian mereka menentang semua yang sudah diperintahkan oleh Allah. Sampai mereka pun diberikan suatu balasan Allah dengan didatangkan banjir yang besar, sehingga rusaklah negeri mereka dan mereka bercerai berai.20

Penjelasan tafsir, makna maskan pada pembahasan ayat di atas di artikan sebagai kediaman bangsa saba’ yang bertempat di Yaman di bagian selatan. Tempat tersebut memiliki tempat yang sangat indah, sejuk dan menentramkan jiwa, baik dari segi tanahnya yang subur dan perairannya yang sangat lancar dan air yang sangat jernih. Namun mereka malah mengingkari dan mengkufuri nikmat yang telah Allah berikan kepada mereka.

20 Aḥmad Muṣṭafā al-Marāgī. Terj. al-Marāgī, juz 7, 111-112.

55

Bayt sangat tidak memiliki makna seperti kata dār atau maskan.

Kata bayt memiliki makna tersendiri yaitu menjelaskan rumah secara umum atau bisa untuk menggambarkan secara global, dan makna dār adalah bergerak dan kembali pada asalnya maksudnya istirahat setelah melakukan aktivitas seharian. Selain dari pada itu dār memiliki arti perkampungan, semakin meluas artinya bisa diletakan pada rumah dunia dan akhirat.

Sedangkan makna maskan yaitu penghuni rumah atau kampung, karena mereka telah menetap atau tinggal di tempat tersebut.

Jika melihat makna bayt, dār, dan maskan pada umumnya bermakna rumah, namun pada dasarnya ketiga kata tersbut memiliki relasi makna tersendiri. Jelas perbedaannya antara bayt, dār, dan maskan juga terlihat pada penggunaan kata yang menginterpretasikan makna rumah. Karena ketiga makna tersebut sangat jelas memiliki perbedaan makna serta penggunaannya sesuai dengan kondisi tempat dan waktu, maka dari pada itu penulis dapat memastikan bahwa semua kata yang mempunyai kemiripan dalam ayat-ayat al-Qur’an memiliki perbedaan setiap makna.

Namun setelah penulis mengkaji beberapa tafsir yang menjelaskan makna dari ketiga kata maka begitu jelas perbedaan makna dari antara tiga kata tersebut memiliki beberapa kata yang berbeda bentuk namun memiliki penjelasan dan bentuk yang sama, memiliki kemiripan atau senada.21

Menurut Abdul Wahab kosakata bisa digunakan untuk menunjukkan atau menjelaskan arti kesamaan, karena banyak kata yang memiliki makna yang sama atau satu sama lain sama makna dan adanya kata-kata yang memiliki makna yang mirip.22 Salah satu keistimewaan al-Qur’an yakni

21 KKBI Pusat Bahasa, cet. IV (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996), 1315.

22 Abdul Wahab, teori semantik (Surabaya: Airlangga Univ, 1995), 26.

kata dan kalimat-kalimatnya yang singkat dapat menampung sekian banyak makna. Ia bagaikan berlian yang memancarkan cahaya dari setiap sisinya.23 telah disampaikan oleh M. Quraish Shihab dalam bukunya kaidah tafsir, bahwa keunikan bahasa arab juga memiliki kekayaan kosakata, namun kosakata tersebut tidak selalu memiliki makna yang sepenuhnya sama.24

23 M. Quraish Shihab, Mukjizat al-Qur’an (Bandung: Anggota Ikapi, 2007), 120.

24 M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir Cet. II (Tangerang: Lentera Hati, 2013), 41.

57 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari rangkaian penjelasan yang telah penulis paparkan di atas, dapat diambil kesimpulan dari makna rumah dalam tafsir al-Qur’an yang menggunakan tafsir klasik dan tafsir modern.

Ketiga kata tersebut memiliki pemaknaan yang sama yaitu menjelaskan makna rumah. Tetapi dalam penggunaannya berbeda dan memiliki spesifikasi makna yang khusus. Dari analisis yang telah penulis lakukan maka diperoleh perbedaan makna antara kata bayt, dar, dan maskan. Kata bayt dalam al-Qur’an menjelaskan makna rumah yang telah disebutkan dalam Qs. Ibrāhīm/ 14: 28. dan Qs. al-‘Ankabūt/ 29: 41. Kata dār dimaknai kampung atau negeri sebagai tempat tinggal yang kekal yaitu Akhirat. Term dār dapat diartikan sebagai tempat yang luas karena mencakup negeri akhirat seperti pada Qs. Ibrāhīm/ 14: 28 dan Qs. Gāfir/

40: 39. Maskan diartikan sebagai tempat tinggal yang di tempati manusia dengan fasilitas yang baik, nyaman dan membuat tenang seperti yang telah disebutkan dalam Qs. Saba’/ 34: 15. Persamaan dari ketiga kata tersebut adalah memiliki makna yang sama yaitu tempat tinggal atau rumah manusia setelah melakukan aktivitas.

Penulis mengambil benang merah bahwa kata bayt memiliki makna rumah secara global atau umum baik digunakan untuk tidur atau tidak.

Tempat ini bisa berupa rumah, pondok, gua, atau tempat mulia yang dijadikan beribadah, seperti halnya dengan ka’bah. Kata dār dimaknai sebagai kampung halaman, yang berisi banyaknya rumah, banyaknya tetangga, dan penduduk yang hidup pada lingkungan tersebut, kata dār juga dapat disimpulkan sebagai tempat tinggal yang kekal (Akhirat) setelah

kehidupan. Kata maskan memiliki makna penghuni rumah atau kampung, karena mereka telah menetap atau tinggal di tempat tersebut. ketiga kata tersebut menggambarkan rumah secara umum akan tetapi, tetap dari masing-masing kata tersebut memiliki perbedaan makna yang khusus dalam mengungkapkan rumah dalam waktu dan keadaan tertentu.

B. Saran

Berdasarkan uraian terhadap kumpulan kata Bayt, Dār, Maskan, Manzil, dan Ma’wa, penulis memberikan saran sebagai berikut :

1. Penulis berharap pada pembaca skripsi ini umumnya dan khususnya kepada penulis sendiri agar tetap berusaha lebih untuk memahami tentang rumah atau tempat tinggal dalam al-Qur’an terlebih tentang banyaknya kata-kata yang menjelaskan tentang rumah dalam al-Qur’an, dan pengkajian lebih luas agar dapat menjelaskan makna-makna yang tersirat dalam al-Qur’an.

2. Sebagai manusia yang tidak akan pernah terlepas dari suatu kesalahan dan keterbatasan dalam ilmu pengetahuan, penulis mengharapkan kritik dan saran kepada pembaca. Dengan harapan, masukan itu bisa di jadikan motivasi penulis agar lebih giat untuk terus belajar dan menjadi inspirasi bagi penulis selanjutnya agar lebih terperinci, detail, kritis, dan aktual.

3. Jika memungkinkan penelitian lebih lanjut maka peneliti akan meneliti kata rumah dalam al-Qur’an dengan jangkauan yang lebih meluas.

59

DAFTAR PUSTAKA

Baqi, Muhammad Fuad Abdil. Mu’jam Mufahras Li Fazhil Qur’anul Karim. Kairo: al-Dar al-Hadis, 2007.

Bahasa, KKBI Pusat. cet. IV. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996, 1315.

Bahraeisy, Hussein. Himpunan Hadits Pilihan. Surabaya: al-Ikhlas, 1980.

Budiharjo, Eko. Sejumlah Masalah Permukiman Kota. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1998.

al-Fanjari, Ahmad Syauqi. Nilai Kesehatan dalam Syariat Islam. Jakarta:

Bumi Aksara, 1996.

al-Fanjari, Hafidz Zamroni dan Tarranita Kusumadewi. “Menata Rumah Yang Islami”. Fakultas Sains dan Teknologi. vol. 3, no. 1 (juni 2014):

87.

al-Fida, Imam Abu. Tafsir Ibn Katsir, jilid 1. cet 1. terj. Abdul Ghoffar.

Beirut: Darul Kitab al-Alamiyah, 1999.

Hadi, Sofyan. Rumah menurut Qur'an. Padang: 2008.

Hanafi, Muchlis M. Tafsir al-Qur’an Tematik, jilid 3, cet. 1. Jakarta:

Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an 2012.

Hatta, Ahmad. Tafsir Qur’an Per Kata. Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2009.

Hawwa, Syaikh Said. Panduan Menata Rumah Islami, terj. M Taufiq Ridha. Jakarta: Robbani Press, 2002.

Hermawan, M Benny. “Rumah Tinggal Islami.” Arsitektur Melayu dan Lingkungan. vol. 1, no. 1 (Januari 2014): 8.

---. “Rumah Tinggal Islami”. Ilmu Arsitektur Fakultas Teknik Unilak.

vol. 1, no. 1 (Januari 2014): 7.

al-Hifnawi, M. Ibrahim. Tafsir al-Qurtubi, jilid 15, cet. 1. Jakarta: Pustaka Azzam.

Ihromi. Bunga Rampai Sosiologi keluarga. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1999.

Ilham, Muhammad Arifin. Rumah Dalam Qur'an. Jakarta: 2014.

Indri. Ekonomi Perspektif Hadis Nabi. Jakarta: Kencana, 2015.

Kaṡīr, Ibn. Kisah Para Nabi. Jakarta: Pustaka al-Sunah, 2007.

al-Mahalli, Jalaluddin dan Jalaluddin al-Syuyuthi. al-Qur’an Al-Karim Bil Rasm Utsmani Wa Bi Hamsyah. Damaskus: Dar Ibn Katsir, 1407 H.

Mansyur, M. Cholil. Sosiologi Masyarakat Kota dan Desa. Surabaya:

Usaha Nasional, 1977

al-Maraghi, Ahmad Musthafa. Terjemah al- Maraghi, juz 4, 5, 7, 10, 11, 21, 23, 27, 30, terj. Bahrun Abu Bakar. Semarang: Toha Putra, 1987.

Muhammad, Abdullah bin. Tafsir Ibn Katsir, jilid 4, cet. I. Bogor: Pustaka Imam Syafi’i, 2004.

Muslim, Imam. Sahih Muslim, terj. A. Rozak dan Rois Latief. Jakarta:

Pustaka al-Husna, 1991.

Nasional, Departemen Pendidikan. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta:

Pusat Bahasa, 2008.

al-Qaṭṭan, Manna al-Khallil. Mabahis fî Ulum al-Qur’an. Riyadh:

Mansyurat al-Ashr al-Hadis, 1973.

Rahmat, Jalaludin. Islam Aktual (Refleksi Sosial Seorang Cendekiawan Muslim). Bandung: Mizan, 1986.

RI, Departemen Agama, al-Hikmah al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung:

CV Penerbit Diponegoro, 2008.

RI, Mentri Agama. al-Qur’an dan Terjemah. Bandung: 2005.

Rido, Rasyid. Tafsir al-Manar. Kairo: Maktabah al-Taufiqiyyah, 1999.

Rully. “Merencanakan dan Merancang Rumah Tinggal yang Optimal”. Ilmu Arsitektur Fakultas Teknik. vol. 1, no. 3 (September 2003): 102.

61 Rustina. “Keluarga dalam Kajian Sosiologi.” Musawa, vol. 6, no. 2

(Desember 2014): 291.

Rusyd, Ibn. Bidayatul Mujtahid, jilid 1, cet. 1. Jakarta: Pustaka Azzam.

Setiawan, M. Nur Kholis. al-Qur’an Kitab Sastra Terbesar. Yogyakarta:

ELSAQ Pres, 2005.

Shihab, M. Quraish. Ensiklopedia al-Qur’an: Kajian Kosakata, jilid 1.

Jakarta: Lentera Hati, 2007.

---. Tafsir al-Misbah, vol. 2, 7, 10, 12, cet. 1. Jakarta: Letera Hati 2002.

---. Mukjizat al-Qur’an. Bandung: Anggota Ikapi, 2007.

---. Kaidah Tafsir, cet. II. Tangerang: Lentera Hati, 2013.

al-Ṭabari, Abu Ja’far Muhammad bin Jarir. Tafsir al-Ṭabari, jilid 10.

Jakarta: Pustaka Azzam, 2007.

Wahab, Abdul. Teori Semantik. Surabaya: Airlangga Univ, 1995.

al-Żahabi, Muhammad Husain. Ilmu al-Tafsir. al- Qahirah: Dār al-Ma'arif.

al-Zuhaili, Wahbah. Tafsir al-Munir, jilid 2, 7, 10. Jakarta: Gema Insani, 2013.

Anita, Fitriatul, “Rumah Dalam Perspektif al-Qur’an.” Skripsi S1, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2021.

Diantoro, Zaid Susanto. “Rumah Adalah Nikmat Yang Besar, 2011.”

Diakses, 10 April, 2021, https://muslim.or.id/6552-rumah-tempat-tinggal-suatu-nikmat-yang-terlupakan.html

Rohman, Nur. “Pengertian Kebutuhan Primer, Sekunder, Tersier Beserta Contohnya, 2018.” Diakses, 21 Maret, 2021, http://akuntanonline.com/pengertian-kebutuhan-primer-sekunder-tersier/

Dokumen terkait