• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKNA RUMAH MENURUT PERSPEKTIF TAFSIR AL-QUR'AN (ANALISIS KATA BAYT, DĀR, DAN MASKAN)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MAKNA RUMAH MENURUT PERSPEKTIF TAFSIR AL-QUR'AN (ANALISIS KATA BAYT, DĀR, DAN MASKAN)"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

i MAKNA RUMAH MENURUT PERSPEKTIF TAFSIR AL-QUR'AN

(ANALISIS KATA BAYT, DĀR, DAN MASKAN)

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh : Wahid Ali 11140340000266

PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2021 M /1442 H

(2)
(3)

iii

MAKNA RUMAH MENURUT PERSPEKTIF TAFSIR AL-QUR'AN (ANALISIS KATA BAYT, DĀR, DAN MASKAN)

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Wahid Ali NIM: 11140340000266

Pembimbing

Drs. Ahmad Rifqi Muchtar, MA NIP: 19530107 198303 1 002

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2021 M/ 1442 H

(4)
(5)

v

(6)
(7)

vii LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Wahid Ali

NIM : 11140340000266 Fakultas : Ushuluddin

Jurusan/Prodi: Ilmu al-Qur’an dan Tafsir

Judul Skripsi : Makna Rumah Dalam Perspektif Tafsir al-Qur’an Analisis Kata Bayt, Dar, dan Maskan.

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan merupakan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 15 Juli 2021

Wahid Ali NIM 11140340000266

(8)
(9)

ix ABSTRAK Wahid Ali, 11140340000266.

Makna Rumah Menurut Perspektif Tafsir al-Qur’an Analisis Kata Bayt, Dār, dan Maskan

Dalam al-Qur’an Allah subahanah wata’ala banyak menyebutkan ayat yang menjelaskan tentang tempat tinggal terlebih pengungkapan kata rumah yang bermacam-macam dalam al-Qur’an. Kadang Allah menggunakan kata bayt untuk menggambarkan rumah sebagai tempat tinggal dalam al-Qur’an. Namun Allah juga sering menggunakan kata dār dalam al-Qur’an untuk mengungkapkan rumah. Tak hanya kata bayt, dār yang Allah sebutkan untuk menjelaskan makna rumah namun ada maskan yang Allah sebut dalam al-Qur’an. Dengan ini penulis akan mengkaji tiga kata tersebut.

Terkait dengan penelitian ini penulis akan menggunakan metode kepustakaan (Library research) dengan pengumpulan data yang terdiri dari sumber utama yaitu al-Qur’an al-karim, dan di perkuat oleh data sekunder yakni buku, literatur, dan pendekatannya menggunakan analisis bahasa (Lughawi) yakni dengan tafsir al-Qur’an dari tafsir klasik yaitu Tafsīr Ibnu Kaṡīr, Tafsīr al-Munīr sebagai pendukung adalah Tafsīr al-Qurṭubī, Tafsīr al-Ṭabarī, dan tafsir Modern yaitu al-Mishbah serta pendukung kitab tafsir modern adalah Tafsīr Fī Ẓilāl al-Qur’ān dan beberapa Tafsir lain sebagai pembahasan agar lebih terarah dan jelas.

Dari analisis yang telah penulis lakukan maka diperoleh perbedaan makna antara kata bayt, dār, dan maskan. Kata bayt dalam al-Qur’an memiliki makna rumah yang terdapat bangunan yang telah disebutkan dalam Qs. Ibrahim/ 14: 28. dan Qs. al-Ankabūt/ 29: 41. Kata dār dimaknai kampung atau negeri sebagai tempat tinggal yang kekal yaitu Akhirat yang di huni oleh manusia baik laik-laki maupun perempuan. Term dār dapat diartikan sebagai tempat yang luas karena mencakup negeri akhirat seperti pada Qs. Ibrāhīm/ 14: 28 dan Qs. Gāfir/ 40: 39. Maskan diartikan sebagai Kata Maskan memiliki makna penghuni rumah atau kampung, atau tempat tinggal dengan fasilitas yang baik, nyaman dan membuat tenang seperti yang telah disebutkan dalam Qs. Saba’/ 34: 15. Persamaan dari ketiga kata tersebut adalah memiliki makna yang sama yaitu tempat tinggal atau rumah manusia setelah melakukan aktivitas.

Kata Kunci: Tempat tinggal, Rumah, kata Bayt, Dār, dan Maskan.

(10)
(11)

xi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah yang telah memberikan kemampuan kepada penulis, sehingga berkat rahmat dan kasih sayang-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat dan salam hanya tercurah kepada baginda Nabi Muhammad yang telah mendobrak pintu kebatilan dan kezaliman menuju kemerdekaan.

Adapun judul skripsi ini “Makna Rumah Menurut Perspektif Tafsir Al-Qur'an (Analisis Kata Bayt, Dār, Dan Maskan),” penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana Agama di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Atas dukungan dan kontribusi dari beberapa pihak, baik moril maupun materiil. Penulis merasa berhutang budi dan tidak mampu membalasnya. Maka dari itu penulis mengucapkan terima kasih sebesar- besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Amany Lubis, MA., rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memimpin dan mengelola penyelenggaraan pendidikan sebagaimana mestinya.

2. Dr. Yusuf Rahman, MA., dekan Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta staf pembantu dekan, yang telah mengkoordinir penyelenggaraan pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat di fakultas.

3. Dr. Eva Nugraha, M,Ag., Ketua Program Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir juga Fahrizal Mahdi, Lc. MIRKH, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, yang selalu memfasilitasi, ikhlas, memberikan contoh yang baik dan tak pernah lelah memotivasi, semoga Allah membalas kebaikan beliau dan memberikan keberkahan.

(12)

4. Bapak Ahmad Rifqi Muchtar, M.A yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan arahan untuk segera terselesaikannya skripsi ini, di samping Pembimbing skripsi bapak juga adalah pembimbing akademik yang selalu memberi motivasi serta arahan agar penulis segara menyelesaikan S1 di UIN Jakarta ini.

Semoga bapak dan keluarga dimudahkan segala urusan, sehat selalu, panjang umur, dan murah rezeki.

5. Segenap jajaran dosen dan civitas akademik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu tanpa mengurangi rasa hormat, khususnya program studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir yang ikhlas, tulus dan sabar untuk mendidik kami agar menjadi manusia yang berakhlak mulia dan berintelektual.

6. Keluarga besar kiyai Abdul Khayyi. Terkhusus pengganti orang tua kandung. Ibunda Eti Kusmawati dan Ayahanda Nurkhaliq, dan keluarga Bani Suryat (alm).

7. Keluarga besar FORSILA Buntet Pesantren Cirebon, terkhusus untuk guru saya Kiyai Ahmad Mursyidin sebagai pengasuh pondok pesantren al-Hikmah III Sebrang dan kiyai Bahran Fatin, selaku pengasuh yayasan al-Ridlha.

8. Kawan-kawan Gebyur dan sobat Cakil; Ismail, Jazuli, Fahrul, Khozin selalu menolong penulis ketika waktu-waktu sulit dan selalu memberikan motivasi agar cepat menyelesaikan Studi.

9. Kawan-kawan ngopi (ngobrol pencari inspirasi) Rijal, Syihab, Irwan, Rizki Fadlillah, Mbot, Iqbal, Abdurrahim, Imam N, Roi, Rifa dll.

10. Semua kawan-kawan jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir angkatan 2014 dan khususnya kepada seluruh kawan-kawan IAT kelas G yang rela berbagi ilmu, tawa, canda serta dukungan kepada penulis.

(13)

xiii 11. Kepada Adib Faiq Muhammad dan Khoirod Daroini yang selalu mendukung penulis selama menuntut ilmu di UIN Jakarta juga selalu membantu selama proses penulisan skripsi dari pengajuan proposal sampai pendaftaran wisuda.

12. Peneliti menyadari bahwa keilmuan dan wawasan peneliti masih sedikit, bilamana tulisan ini masih terdapat kekeliruan mohon dimaafkan. Akan tetapi peneliti sudah berusaha semaksimal mungkin dengan kemampuan yang ada untuk menyelesaikan skripsi ini.

Teruntuk kedua orang tua ayahanda Suryat (alm) dan ibunda Eti Ningrum (almh), yang tak terhitung jasa mereka berdua serta telah sepenuh jiwa dan raganya yang selalu menyemangati dan mendukung baik moril maupun materiil, yang tidak pernah menuntut apa pun serta tak henti- hentinya mengirimkan doa kepada penulis hingga akhir hayatnya. Semoga mereka berdua ditempatkan dalam rauḍah min riyāḍ al-Jannah.

Peneliti berharap tulisan ini bisa bermanfaat dan memberikan motivasi kepada para pembaca, serta memberikan kontribusi yang signifikan bagi penelitian selanjutnya.

Wasalamu’alaikum Wr.Wb.

Jakarta, 15 Juli 2021

Wahid Ali NIM 11140340000266

(14)
(15)

xv

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman Transliterasi Arab Latin yang merupakan hasil keputusan bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I. Nomor: 158 Tahun 1987 dan Nomor 0543b/u/1987. Adapun perinciannya sebagai berikut:

A. Konsonan

Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Arab Latin Keterangan

ا

Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan

ب

b be

ت

t te

ث

es (dengan titik di atas)

ج

j je

ح

ha (dengan titik di bawah)

خ

kh ka dan ha

د

d de

ذ

ż zet (dengan titik di atas)

ر

r er

ز

z zet

س

s es

ش

sy es dan ye

ص

es (dengan titik di bawah)

ض

de (dengan titik di bawah)

ط

te (dengan titik dibawah)

ظ

zet (dengan titik di bawah)

(16)

ع

apostrop terbalik

غ

g ge

ف

f ef

ق

q qi

ك

k ka

ل

l el

م

m em

ن

n en

و

w w

ه

h ha

ء

apostrop

ي

y ye

Hamzah (ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apapun, jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda (’).

B. Tanda Vokal

Vokal dalam bahasa Arab-Indonesia terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau disebut dengan diftong, untuk vokal tunggal sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf Latin Nama

َ ا

Fatḥah a a

َ ا

Kasrah i i

َ ا

Ḍammah u u

Adapun vokal rangkap sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ََ ﹷ

ي

Ai a dan i

(17)

xvii

َ ﹷ

و

Au a dan u

Dalam Bahasa Arab untuk ketentuan alih aksara vokal panjang (mad) dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

َاى

ā a dengan garis di atas

َيى

ī i dengan garis di atas

َوى

ū u dengan garis di atas

C. Kata Sandang

Kata sandang dilambangkan dengan (al-) yang diikuti huruf:

syamsiyah dan qamariyah.

al-Qamariyah

َ رْي ن ملا

al-Munīr

al-Syamsiyah

َ لا ج رلا

al-Rijāl

D. Syaddah (Tasydid)

Dalam bahasa Arab syaddah atau tasydid dilambangkan dengan ketika dialihkan ke bahasa Indonesia dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah, akan tetapi, itu tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah terletak setel kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah.

al-Qamariyah

َ ة و قْلا

al-Quwwah

al-Syamsiyah

َ ة ر ْو رَّضلا

al-Ḍarūrah E. Ta Marbūṭah

Transliterasi untuk ta marbūṭah ada dua, yaitu: ta martujah yang hidup atau mendapat harakat fathah, kasrah dan dammah, transliterasi adalah (t), sedangkan ta marbūṭah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah (h), kalau pada kata yang berakhir dengan ta marbūṭah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al-ser bacaan

(18)

yang kedua kata itu terpisah, maka ta marbūtah ditransliterasikan dengan ha (h) contoh:

No Kata Arab Alih Aksara

1

َ ة قْي رَّطلا

Ṭarīqah

2

َ ةَّي م لَْس ْلْاَ ة ع ما جْلا

Al-Jāmi’ah al-Islāmiah

3

َ د ْو ج وْلاَ ة دْح و

Waḥdat al-Wujūd

F. Huruf Kapital

Penerapan huruf kapital dalam alih aksara ini juga mengikuti Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) yaitu, untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal Nama tempat, nama bulan nama din dan lain-lain, jika Nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya.

Contoh: Abu Hamid, al-Gazali, al-Kindi.

Berkaitan dengan penulisan untuk nama-nama tokoh yang berasal dari Indonesia sendiri, disarankan tidak dialih aksarakan meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab, misalnya ditulis Abdussamad al- palimbani, tidak “Abd al-Samad al-Palimbani. Nuruddin al-Raniri, tidak Nur al-Din al-Raniri.

G. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia

Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia, Kata, istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas, Misalnya kata al-Qur’an (dari al-Qur’ān), Sunnah, khusus dan umum, namun bila mereka harus ditransliterasi secara utuh. Contoh: Fī Ẓilāl al-Qur’ān, al-‘Ibrah bi ‘umūm al-lafẓi lā bi khusūs al-sabāb.

(19)

xix DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... xi

PEDOMAN TRANSLITERASI ... xv

DAFTAR ISI ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 7

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

E. Tinjauan Pustaka ... 9

F. Metodologi Penelitian ... 10

G. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH TINGGAL MENURUT AJARAN ISLAM ... 13

A. Definisi Rumah Secara Umum ... 13

B. Fungsi Rumah ... 15

C. Merawat Rumah ... 17

BAB III TINJAUAN AYAT-AYAT AL-QUR’AN TENTANG RUMAH ... 21

A. Bayt ... 21

1. Tempat Tinggal Hewan ... 21

2. Tempat Tinggal Manusia ... 22

3. Tempat Ibadah ... 25

B. Dār ... 26

1. Hari Pembalasan ... 27

2. Rumah Dunia ... 28

3. Rumah Akhirat ... 29

(20)

4. Negeri Akhirat ... 30

C. Maskan ... 31

1. Negri yang Baik ... 32

2. Tempat Kediaman (surga) ... 33

3. Tempat Kesenangan Dunia ... 33

D. Khiyam ... 34

E. Manzil ... 35

F. Ma’wa ... 38

BAB IV ANALISIS MAKNA RUMAH BAYT, DĀR DAN MASKAN MENURUT TAFSIR KLASIK DAN MODERN ... 41

A. Analisis kata Bayt ... 41

B. Analisis Kata Dār ... 47

C. Analisis Kata Maskan ... 52

BAB V PENUTUP ... 57

A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59

(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Allah SWT telah menurunkan kitab suci al-Qur’an dari al-Lauh al- Maḥfūẓ ke bumi dalam bentuk bahasa Arab.1 Bahasa Arab merupakan bahasa yang Allah gunakan untuk mengungkapkan maksud dari ayat-ayat- Nya yang dijadikan pedoman hidup dan sumber hukum. Interpretasi al- Qur’an bagi umat Islam, merupakan tugas yang tak pernah henti. Ia merupakan upaya dan ikhtiar memahami pesan Ilahi. Namun demikian, sehebat apa pun manusia , ia hanya sampai pada derajat pemahaman relatif dan tidak sampai mencapai drajat absolut.2 Setelah itu Allah menurunkan Nabi Adam as sebagai manusia pertama di bumi untuk di jadikan awal manusia bagi seluruh umat manusia.3 Allah telah memberikan suatu kenikmatan tempat untuk bernaung dan tempat beristirahat di setiap makhluk-Nya. Rumah sangat berperan penting untuk berlangsungnya hidup seseorang. Dalam hal ini Allah menyatakan dalam Qs. al-Naḥl/ 16 80:

ًتًوُيُ ب ِّماَعْ نَْلْا ِّدوُلُج نِّ م مُكَل َلَعَجَو اًنَكَس ْمُكِّتوُيُ ب نِّ م مُكَل َلَعَج ُهللَّاَو َمْوَ ي اََنَوُّفِّخَتْسَت ًثََثََأ اَهِّراَعْشَأَو اَهِّرَبَْوَأَو اَهِّفاَوْصَأ ْنِّمَو ْۙ

ْمُكِّتَماَقِّإ َمْوَ يَو ْمُكِّنْعَظ

:لحنلا [ ٍينِّح َٰلَِّإ اًعاَتَمَو 80

“Dan Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai

]

tempat tinggal dan Dia menjadikan bagi kamu rumah-rumah (kemah- kemah) dari kulit binatang ternak yang kamu merasa ringan (membawa)nya di waktu kamu berjalan dan waktu kamu bermukim dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu domba, bulu unta dan bulu

1 Rasyid Rido, Tafsir al-Manār (Kairo: Maktabah al-Taufiqīyah), 215.

2 M. Nur Kholis Setiawan, al-Qur’an Kitab Sastra Terbesar (Yogyakarta: ELSAQ Pres, 2005), 1.

3 Ibn Kaṡīr, Kisah Para Nabi (Jakarta: Pustaka al-Sunah, 2007), 19.

(22)

kambing, alat-alat rumah tangga dan perhiasan (yang kamu pakai) sampai waktu (tertentu).4

Allah menjadikan rumah untuk tempat tinggal kalian rumah-rumah tersebut, untuk menetap di dalamnya. Selain itu Allah menjadikan rumah dari kulit binatang ternak. Maksudnya adalah seperti kemah-kemah dan tenda-tenda agar terasa ringan saat membawanya baik di waktu siang maupun malam. Selain menjadikan rumah-rumah, Allah juga menjadikan alat-alat rumah tangga yang terbuat dari bulu domba, bulu onta dan juga bulu kambing. Bisa dijadikan hiasan pada dinding-dinding rumah dan perhiasan kalian dapat menggunakannya sampai barang-barang tersebut tidak berfungsi lagi atau rusak.5

Tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan pokok yang harus dimiliki manusia sebagai tempat untuk beristirahat dan perlindungan dari sesuatu yang membahayakan dan dapat merugikan untuk dirinya dan keluarga. Setiap manusia sangat penting memiliki rumah, rumah menjadi suatu sarana sebagai tempat tinggal, ibadah, serta meraih kebahagiaan keluarga yang dapat tercipta di dalamnya, hancur dan rusaknya tempat tinggal kita akan merasakan betapa nikmat besar yang Allah berikan ketika kita memiliki rumah, kita baru merasakan jika tidak adanya rumah adalah kesedihan dan kesusahan setiap makhluk.6 Manusia pada umumnya menyebut tempat tinggal dengan rumah (Bahasa Indonesia), House (bahasa English), baytََ(

تيب

) dari (bahasa Arab) yang berasal dari kata bāta. Kata

4 Departemen Agama RI, al-Hikmah al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2008), 276.

5 Jalāluddīn al-Maḥallī dan Jalāluddīn al-Sūyūṭī, al-Qur’an al-Karīm Bi al-Rasm Uṡmani Wa Bi al-Hamsyah (Damaskus: Dār Ibn Kaṡīr, 1407 H), 128.

6 Zaid Susanto Driantoro, “Rumah Adalah Nikmat Yang Besar, 2011, Diakses, 10 April, 2021, https://muslim.or.id/6552-rumah-tempat-tinggal-suatu-nikmat-yang- terlupakan.html.

(23)

3

tersebut disebutkan dalam kata kerja, bentuk maṣdar dan berupa kata benda.7

Perkembangan bentuk rumah pada zaman prasejarah manusia dalam goa, di atas pohon, dan seterusnya menjadi tempat tinggal untuk melindungi dirinya dari sesuatu yang membahayakan atau merugikan kelompok lain, sejalan dengan perkembangan pola pikir manusia, kebutuhan tempat tinggal pun semakin sangat kompleks. Zaman prasejarah merupakan tahap awal tempat tinggal manusia, yakni di gua-gua dengan sistem berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, kemudian beralih ke tahap tradisional dan sedikit lebih maju dengan sistem tempat tinggal yang telah menetap dan bersifat pedesaan. Perkembangan dari tradisional adalah tahap klasik, sejalannya waktu telah berkembang dengan terjadinya revolusi industri, kehidupan masyarakat pun memasuki zaman modern.

Fungsi rumah berdasarkan sosiologi manusia. Banyaknya manusia mendefinisikan bahwa rumah sebagai tempat bernaung untuk keluarga dari panasnya terik matahari, dinginnya hujan dan menghindari bahayanya dari binatang liar yang buas, karena rumah sangat berperan penting dalam keluarga. Pengertian umum dari ciri-ciri keluarga adalah terdiri dari ayah, ibu, dan anak, sebagai anggota keluarga dan fungsinya yaitu merawat, memelihara, melindungi, dan mendidik anak agar terdidik sebagai anak yang patuh kepada kedua orang tuanya.8 Setiap keluarga sangat menginginkan generasi yang baru dalam rumah tangga untuk memperoleh nilai-nilai dan berbudi luhur yang sesuai dengan harapan keluarga dan masyarakat. Margaret Meta telah menjelaskan bahwa keluarga adalah lembaga paling kuat daya tahannya yang dimiliki, oleh karena itu setiap

7 M. Quraish Shihab, Ensiklopedia al-Qur’an, jilid 1, Kajian Kosakata (Jakarta:

Lentera Hati, 2007), 124.

8 Rustina, “Keluarga dalam Kajian Sosiologi”. Musawa, vol.6, no. 2 (Desember 2014): 291.

(24)

orang yang di lahirkan dalam keluarga maka hal-hal dekat dan sangat dikenal oleh orang biasanya tak luput dari pengamatan yang sangat kritis,9 sehingga sangat sulit untuk mengenali ketidakwajaran di dalamnya, oleh karena itu sangat di perlukan usaha ilmiah agar selesai permasalahan yang tidak terungkap. Keluarga dalam rumah merupakan komunitas primer yang penting untuk menjalankan sosial dan pendidikan. Komunitas primer artinya suatu kelompok dengan kedekatan antar anggota-anggotanya sangat erat.10 Rumah sangat penting untuk keluarga terutama anak yang dapat merasakan kemesraan, perlindungan, serta pendidikan. Pendidikan merupakan tugas penting orang tua terhadap anak.11 Pada Qs. al-Naḥl/ 16:

80 dijelaskan bahwa Allah menjadikan rumah untuk tempat tinggal manusia agar terlindung dari panasnya terik matahari dan dingin akibat cuaca hujan.

Di tambahkan lagi bahwa rumah yang terbuat dari kulit binatang ternak yang bersifat sementara waktu, yang diperlukan jika manusia dalam perjalanan agar dijadikan tempat berteduh yang biasa disebut perkemahan.

Rumah juga dapat difungsikan sebagai tempat peribadahan atau berzikir.

Dalam hadis telah di sebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:

“Tidaklah sekali-kali sebuah kaum duduk dengan zikir kepada Allah kecuali mereka akan di kelilingi malaikat dan akan disirami rahmat dan turun kepada mereka ketenangan. Allah swt. akan menyebutkan tentang mereka pada malaikat yang ada di sisi-Nya. (HR. muslim)”.12

9 Ihromi, Bunga Rampai Sosiologi keluarga (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1999), 20.

10 M. Cholil Mansyur, Sosiologi Masyarakat Kota dan Desa (Surabaya: Usaha Nasional, 1977), 30.

11 Jalaludin Rahmat, Islam Aktual (Refleksi Sosial Seorang Cendekiawan Muslim) (Bandung: Mizan, 1986), 8.

12 M Benny Hermawan, “Rumah Tinggal Islami; Arsitektur Melayu dan Lingkungan”. vol.1, no.1 (Januari 2014): 8.

(25)

5 Hadis lain telah menyebutkan, banyak Nash hadis yang menyatakan bahwa malaikat rahmat tidak akan memasuki rumah tinggal yang terdapat peliharaan binatang anjing. Rasulullah saw. Bersabda:

Malaikat tidak memasuki rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan juga tidak memasuki rumah yang di dalamnya terdapat gambar (patung). (HR. Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmiẓi, Nasā’i dan Ibn Majah).13 Dan objek untuk berdakwah seperti yang tercantum dalam Qs. Yūnus/ 10: 87:

َرْصِِّّبِ اَمُكِّمْوَقِّل آهوَ بَ ت نَأ ِّهيِّخَأَو ٰىَسوُم َٰلَِّإ اَنْ يَحْوَأَو ْمُكَتوُيُ ب اوُلَعْجاَو ًتًوُيُ ب

َة َلَهصلا اوُميِّقَأَو ًةَلْ بِّق َ ۗ

َينِّنِّمْؤُمْلا ِّرِّ شَبَو

“Dan Kami wahyukan kepada Musa dan saudaranya: "Ambillah olehmu berdua beberapa buah rumah di Mesir untuk tempat tinggal bagi kaummu dan jadikanlah olehmu rumah-rumahmu itu tempat Salat dan dirikanlah olehmu sembahyang serta gembirakanlah orang- orang yang beriman"

“Umar bin Khattab berkata bahwa Tuhanku telah menyetujui pendapatku atas tiga hal, salah satunya yaitu saat aku berkata kepada Rasulullah, ‘Wahai Rasul, bagaimana jika seandainya kita menjadikan maqom Ibrahim sebagai tempat Salat?’ lalu turunlah ayat ini (HR. Bukhari).14

Arti rumah dalam al-Qur’an memiliki banyak istilah di antarnya yaitu Bayt, Dār, Maskan. Mengapa memerlukan beberapa kata untuk menjelaskan satu kata dari arti yang mirip namun memiliki makna yang berbeda. Allah menginginkan agar manusia belajar lebih dalam untuk mengetahui perbedaan makna dalam al-Qur’an untuk mendapatkan isi kandungan yang tersirat dan yang tersurat pada al-Qur’an.15 Salah satu mukjizat dari al-Qur’an terletak pada susunan kata yang memiliki variasi bahasa yang indah dan struktur yang tertata, al-Qur’an memiliki nada yang tidak ada bandingannya, dan setiap nada yang di suarakan mampu untuk

13 Hussein Bahraeisy, Himpunan Hadits Pilihan (Surabaya: al-Ikhlas, 1980).

14 Ahmad Hatta, Tafsir Qur’an Per Kata (Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2009), 19.

15 Mannā’ al-Khallīl al-Qaṭṭān, Mabāhis fī Ulūm al-Qur’ān (Riyadh: Mansyurat al- Aṣr al-Hadiṡ, 1973), 324.

(26)

menggetarkan manusia untuk menangis dan bersuka-cita. Tidak dapat dipungkiri al-Qur’an memiliki daya magis terhadap siapa saja yang mendengarnya terlebih bagi siapa pun yang membacanya.16

Kemudian terdapat kata dār dalam al-Qs. al-‘Ankabūt/ 29: 64

ُّدلٱ ُةٰوَ يَلحٱ ِّهِّذَٰه اَمَو بِّعَلَو وَلَ هلَِّّإ اَين

َ ۗ ُناَوَ يَلحٱ َيَِّلَ َةَرِّخلْٱ َراهدلٱ هنِّإَو َ ۗ

ْاوُناَك وَل

َنوُمَلعَي

"Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui"

Ayat ini menjelaskan bahwa kata dār yang terdapat pada ayat ini menerangkan bahwa Akhirat adalah rumah bagi kaum Muslim setelah datang kematian baginya dan hidup kekal di dalamnya.

Maskan yang salah satunya terdapat pada Qs. Āli ‘Imrān/ 3: 112.

ٍبَضَغِّب ْوُء ۤ

َبََو ِّساهنلا َن ِّم ٍلْبَحَو ِّٰ للَّا َنِّ م ٍلْبَِّبِ هلَِّّا اْوُفِّقُث اَم َنْيَا ُةهلِّ ذلا ُمِّهْيَلَع ْتَبِّرُض َنْوُلُ تْقَ يَو ِّٰ للَّا ِّتٰيِّٰبَ َنْوُرُفْكَي اْوُ ناَك ْمُهنََِّبَ َكِّلٰذ َ ۗ ُةَنَكْسَمْلا ُمِّه ْيَلَع ْتَبِّرُضَو ِّٰ للَّا َنِّ م

َن ْوُدَتْعَ ي اْوُ ناَكهو اْوَصَع اَِّبِ َكِّلٰذ َ ۗ ٍ قَح ِّْيَْغِّب َء ۤ

َيََ ۗ ِّبْن َْلَّا

“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka (berpegang) pada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia. Mereka mendapat murka dari Allah dan (selalu) diliputi kesengsaraan. Yang demikian itu karena mereka mengingkar i ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi, tanpa hak (alasan yang benar). Yang demikian itu karena mereka durhaka dan melampaui batas.” (Āli 'Imrān/ 3: 112)

Dalam al-Qur'an telah dijelaskan bahwa tempat tinggal bisa di jadikan tempat untuk beribadah sebagaimana salat, dakwah, silaturahmi antar sesama. Namun dari beberapa kata yang menjelaskan makna rumah di atas terdapat persamaan dan perbedaan kata namun memiliki makna yang sama.

Kata dārun bermakna rumah, begitu juga makna baitun memiliki makna

16 Muḥammad Ḥusain al-Żahabī, `Ilm al-Tafsīr (al-Qahirah: Dār al-Ma'arif), 6.

(27)

7 rumah pada dasarnya. Terdapat pula kata manzil dan maskan di dalam al- Qur'an juga bermakna rumah. Hal ini menjadi pemicu penulis ingin menguak apa yang menjadi persamaan yang terdapat pada beberapa kata tersebut dan juga perbedaan yang terkandung dalam kata-kata tersebut.

B. Identifikasi Masalah

Terdapat permasalahan-permasalahan yang ada dalam latar belakang masalah di atas.

1. Rumah dalam bahasa Arab disebut Bayt, kata al-Bayt dalam al-Qur’an disebutkan sebanyak 57 kali dan 2 ayat menjadi pembahasan yaitu pada Qs. Āli ‘Imrān/ 3: 96, dan Qs. al-‘Ankabūt/ 29: 41. Kata al-Dār disebutkan dalam al-Qur’an sebanyak 52 kali dan 2 ayat menjadi pembahasan yaitu pada, Qs. Ibrāhīm/ 14: 28, Qs. Gāfir/ 40: 39.

Sedangkan kata Maskan telah disebutkan dalam al-Qur’an 67 kali dan 1 ayat yang menjadi pembahasan yaitu pada Qs. Saba’/ 34: 15. Serta kata Manzil, dan Ma’wa.

2. Mengumpulkan penafsiran tentang ayat yang mengandung kata rumah.

3. Membedakan makna melalui pendekatan bahasa.

4. Membandingkan kata rumah yang memiliki makna sama.

5. Menguak persamaan dan perbedaan yang terdapat pada kata tersebut.

6. Menyebutkan ada berapa ayat dan berapa surah di dalam al-Qur’an tentang kata Bayt, Dār, dan Maskan.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Adapun dengan judul “Makna Rumah Menurut Perspektif Tafsir al- Qur’an Analisis Kata Bayt, Dār, dan Maskan” yang akan dikemukakan oleh tafsir klasik dan modern.

1. Pembatasan Masalah

Penulis membatasi permasalahan agar skripsi lebih terarah dan jelas.

Dalam penulisan skripsi ini, yaitu berfokus pada persamaan dan perbedaan

(28)

dari tiga kata yang ada pada makna rumah yaitu kata Bayt, Dār, dan Maskan. Selain itu penulis hanya terfokus kata bayt pada Qs. Āli ‘Imrān/ 3:

96, dan Qs. al-‘Ankabūt/ 29: 41. Kata dār pada Qs. Ibrāhīm/ 14: 28, dan Qs.

Gāfir/ 40: 39. Kata Maskan pada Qs. Saba’/ 34: 15. Alasan penulis memilih ayat- ayat tersebut karena ayat tersebut terdapat kata bayt yang memiliki arti rumah, tempat tinggal, dan kampung. Dār yang memiliki arti tempat atau kampung, sedangkan kata maskan memiliki arti kediaman atau tinggal.

Agar tidak terlalu banyak menggunakan tafasir klasik yaitu Tafsīr Ibnu Kaṡīr, Tafsīr al-Qurṭubī, Tafsīr al-Munīr dan tafsir modern yaitu, Tafsir al- Mishbah dan Tafsīr Fī Ẓilāl al-Qur’ān.

2. Perumusan Masalah

Penulis mengambil sebuah rumusan masalah yaitu:

Bagaimana al-Qur’an berbicara makna dari kata Bayt, Dār, dan Maskan perspektif Tafsir al-Qur’an menurut Tafsir klasik dan modern ?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sebagaimana yang sudah dituliskan dalam rumusan masalah sebelumnya, maka tujuan yang penulis ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Tujuan Penelitian

Tujuan pertama dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan ayat-ayat perspektif tafsir yang berkaitan dengan makna rumah atau tempat tinggal dan menjelaskan perbedaan satu kata dengan kata lain yang mencakup dengan makna rumah.

Kedua, untuk memenuhi tugas akademik yang merupakan syarat dalam menyelesaikan studi tentunya untuk mendapatkan gelar sarjana Strata (S1) UIN Syarif Hidayatullah.

(29)

9 2. Manfaat Penelitian

Peneliti berharap dengan adanya penelitian ini dapat memberikan manfaat, dan kontribusi tidak hanya untuk kalangan mahasiswa atau akademisi lainnya, namun juga bermanfaat untuk masyarakat luas dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan Islam khususnya dalam bidang tafsir serta menambah sumber referensi terhadap peneliti lainnya.

3. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi positif bagi para pembaca, dan akademisi yang mengambil bidang llmu al-Qur’an dan Tafsir, khususnya yang berminat di dunia ilmu penafsiran.

4. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi para pembaca, dan akademisi yang mengambil bidang Ilmu al-Qur’an dan Tafsir sebagai wahana untuk mengembangkan wacana dan pemikiran bagi peneliti.

E. Tinjauan Pustaka

Untuk menghindari terjadinya kesamaan pada skripsi ini dengan skripsi, tesis, dan penelitian sejenisnya. Penulis mencoba menelusuri kajian-kajian yang pernah dilakukan dan memiliki kesamaan atau kemiripan. Adapun kajian penelitian-penelitian terdahulu di antaranya:

Artikel yang ditulis oleh Dr. Syofyan Hadi berjudul "Rumah Menurut al-Qur’an" yang membahas rumah perspektif al-Qur'an secara tematik.17 Fitriatul Anita, dalam skripsi yang berjudul “Rumah dalam Perspektif al- Qur’an”.18 Kemudian jurnal "Rumah Adalah Nikmat yang Besar" yang ditulis oleh Zaid Susanto Driantoro, Lc yang menjelaskan rumah adalah

17 Sofyan Hadi, “Rumah menurut Qur'an”. Jurnal al-Dzikra, vol. 1, no. 2 (Juli 2008): 2.

18 Fitriatul Anita, “Rumah dalam Perspektif al-Qur’an” (Skripsi S1., UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2021).

(30)

suatu anugerah yang terbesar pemberian dari Allah SWT.19 Https://muslim.or.id/6552-rumah “tempat tinggal suatu nikmat yang terlupakan”.html. Jurnal yang ditulis oleh Muhammad Arifin ilham dengan judul "Rumah dalam al-Qur’an" yang menjelaskan makna rumah dalam al- Qur'an perspektif bahasa yang mengandung makna rumah secara menyeluruh.20

Dari beberapa artikel dan jurnal di atas tidak ditemukan pembahasan yang menyerupai penelitian yang penulis bahas maka dipastikan penelitian ini ada yang penemuan baru dalam keilmuan al-Qur'an dan Tafsir.

F. Metodologi Penelitian

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan penelitian kepustakaan (Library research) yaitu suatu metode dengan mengumpulkan dan menggunakan data-data yang diperoleh dari beberapa referensi dengan membaca, menelaah buku-buku, majalah-majalah, perpustakaan Online, jurnal dan literatur-literatur lain yang tentunya berhubungan dengan pembahasan pada proposal ini. Dengan penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif analitis yang bercorak mauḍu’i (tematik) untuk memperkuat hasil penelitian ini agar mendapatkan pemahaman yang jelas.

Dalam hal ini penulis merujuk kepada dua sumber, yakni sumber utama (Primary resource) dan sumber pendukung (Secondary resource).

Sumber utama berasal dari kitab al-Qur’an dan Kitab-kitab tafsir, dan bercorak mauḍu’i. sedangkan sumber pendukungnya adalah buku-buku yang berkaitan dengan judul tersebut, skripsi, jurnal, artikel, dan sumber informasi lainnya yang sangat mendukung untuk memudahkan penulis dalam menyusun skripsi dengan mencari bahan tersebut di perpustakaan

19 Zaid Susanto Driantoro, “Rumah Adalah Nikmat yang Besar”. Jurnal Ajaran Islam, vol. 2, no.1 (Maret 2011): 2.

20 Muhammad Arifin Ilham, “Rumah Dalam Qur'an, 2014,” Diakses, 15 Mei 2021, Https://muslim.or.id/6552-rumah “tempat tinggal suatu nikmat yang terlupakan”.html.

(31)

11 online dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, perpustakaan Fakultas Ushuluddin, maupun perpustakaan kampus lain yang sangat mendukung untuk memperoleh sumber-sumber dari judul tersebut.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan suatu gambaran dalam penulisan skripsi ini, maka penulis menyusunnya dalam lima bab di mana antara bab satu dengan yang lainnya merupakan suatu rangkaian yang berhubungan:

Bab I: Bab ini merupakan penjelasan dari pendahuluan dalam penulisan skripsi yang meliputi: latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan sebagai dasar rujukan penulis untuk penelitian yang baik dan jelas.

Bab II: Bab ini merupakan kelanjutan dari bab sebelumnya yaitu untuk memaparkan dan mengenalkan tentang definisi rumah secara umum, fungsi rumah, dan merawat rumah menurut ajaran Islam.

Bab III: Bab ini akan melanjutkan pembahasan sebelumnya untuk menjelaskan kata-kata yang mengandung makna rumah di dalam al-Qur’an seperti kata bayt, dār, maskan, manzil dan ma’wa dengan jumlah pengulangan kata tersebut dalam al-Qur’an berserta derivasinya.

Bab IV: dari ayat yang telah di bahas pada bab sebelumnya penulis mencoba untuk menganalisis penafsiran kata bayt, pada Qs. Āli‘Imrān/ 3:

96, dan Qs. al-‘Ankabūt/ 29: 41. Kata dār, pada Qs. Ibrāhīm/ 14: 28, dan Qs. Gāfir/ 40: 39. kata maskan pada Qs. Saba’/ 34: 15. Juga mengambil persamaan dan perbedaan dari setiap kata yang memiliki makna rumah pada ayat-ayat tersebut dengan menggunakan tafsir klasik dan modern dari beberapa ayat dalam al-Qur’an yang mengandung ketiga kata tersebut.

(32)

Bab V: kesimpulan, dalam bab ini telah dipaparkan dari hasil analisa bab sebelumnya, dan akan memaparkan permasalahan yang terdapat pada latar belakang masalah, juga akan dilanjutkan kepada permohonan saran dan penutup sebagai masukan dari pembaca untuk melengkapi penelitian yang cukup terbatas ini.

(33)

13 BAB II

TINJAUAN UMUM RUMAH TINGGAL MENURUT AJARAN ISLAM

A. Definisi Rumah Secara Umum

Rumah dalam makna bahasa adalah bangunan untuk tempat tinggal, yakni bangunan pada umumnya seperti halnya gedung yang disinggahi untuk tempat berlindung.1 Kebutuhan rumah dan tempat tinggal menjadi hal yang penting untuk disediakan, pembangunan rumah atau tempat tinggal merupakan solusi untuk memenuhi kebutuhan setiap makhluk Allah Subaḥanah wata’ālā. Oleh karena itu rumah bukan hanya sekedar tempat bermalam , tempat beristirahat, atau tempat berlindung. Tetapi lebih jauh lagi, rumah berfungsi sebagai tempat untuk mencari sebuah ketenangan jiwa.

Sebagai makhluk hidup baik hewan maupun manusia sangat membutuhkan tempat tinggal untuk menjalani aktivitas kesehariannya.

Setiap manusia sangat penting memiliki rumah, rumah menjadi suatu sarana sebagai tempat tinggal, ibadah, serta meraih kebahagiaan keluarga yang tercipta di dalamnya, hancur dan rusaknya tempat tinggal kita akan merasakan betapa nikmat besar yang Allah berikan ketika kita memiliki rumah, kita akan merasa jika tidak adanya rumah adalah kesediaan dan kesusahan setiap makhluk.2 Pada dasarnya setiap makhluk tidak bisa bertahan hidup untuk menjalani kehidupannya tanpa memiliki rumah atau tempat. Dan kehidupan manusia tidak akan mungkin lepas dari aktivitas ekonomi, karena sangat diperlukan manusia untuk bertahan hidup. Dalam

1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), 1323.

2 Zaid Susanto Driantoro, “Rumah Adalah Nikmat Yang Besar 2011,” Diakses, 21 Maret, 2021, https://muslim.or.id/6552-rumah-tempat-tinggal-suatu-nikmat-yang- terlupakan.html

(34)

konteks ekonomi, tujuan akhir manusia adalah terpenuhi kebutuhan hidup, sekaligus meraih kesejahteraan dan kebahagiaan hidup.3

Dalam kehidupan manusia pada umumnya, dalam hidup ada tiga kebutuhan dasar yang harus dimiliki bagi setiap seseorang, yaitu kebutuhan sekunder, primer, dan tersier. Rumah adalah masuk dalam urutan kategori ke-3, yang berfungsi melindungi manusia dari ancaman alam, dan lingkungan sekitar.4 Fungsi rumah menurut pandangan Islam adalah bangunan yang dapat digunakan untuk melakukan sesuatu yang memberikan manfaat bagi penghuni rumah sendiri maupun tamu, dan dapat difungsikan sebagai tempat beribadah dan di dalamnya.

Selain dari pada itu, rumah merupakan sebuah bangunan, tempat manusia untuk tinggal dan bersosialisasi dengan norma dan adat kebiasaan yang berlaku. Maka dapat dikatakan bahwa setiap kehidupan di rumah memiliki sistem nilai yang berlaku bagi setiap penghuninya, demikianlah menurut Sarwono.5

Dalam al-Qur’an, rumah memiliki beberapa kata yang berbeda-beda, dengan makna umum yang sama, salah satunya kata bayt (

تيب

( memiliki arti rumah atau tempat tinggal, asal kata tersebut dari kata bāta ( تاب(. Dalam al-Qur’an kata bāta (

تبَ

(relasi dari kata tersebut telah disebutkan sebanyak tujuh kali yang tersebar dari tujuh surah. Kata tersebut di dalam kata kerja, berbentuk maṣdar dan berupa kata benda.6 Selain dari pada itu ada kata al- Dār yang memiliki arti bergerak dan kembali kepada asalnya, dan secara

3 Indri, Hadis Ekonomi; Ekonomi Perspektif Hadis Nabi (Jakarta: Kencana, 2015), 1.

4 Nur Rohman, “Pengertian Kebutuhan Primer, Sekunder, Tersier Beserta Contohnya, 2018,” Diakses 21 Maret, 2021. http://akuntanonline.com/pengertian- kebutuhan-primer-sekunder-tersier/

5 Eko Budiharjo, Sejumlah Masalah Permukiman Kota (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1998), 148.

6 M. Quraish Shihab, Ensiklopedia al-Qur’an, jilid 1 (Jakarta: Lentera Hati, 2007), 124.

(35)

15 meluas al-Dār artinya tempat tinggal atau rumah dunia dan akhirat. Yang ke tiga istilah maskan berasal dari kata sakana atau sukkan yang berarti penghuni rumah atau kampung, kata sakana juga berasal dari sakinah yang artinya tentram atau ketenangan bagi jiwa. Yang ke tempat khiyam adalah bentuk jamak dari khaimah (ةميخ) yang artinya kemah. Kemah bisa dikategorikan dengan rumah karena tempat untuk berteduh dan beristirahat.

Kelima manzil yang berasal dari kata nazala dan kata tersebut berasal dari kata nazala apabila di artikan secara bahasa maka artinya adalah berpindah tempat dari atas ke bawah. Oleh karena itu makna yang tersirat dalam kata nuzul berarti menunjukkan tempat. Dan yang ke enam adalah al-Ma’wa menurut penjelasan muṣṭafā al-Marāgī adalah tempat tinggal.

B. Fungsi Rumah

Rumah adalah tempat berlindung, bernaung, menikmati kehidupan yang nyaman, tempat untuk menunjukkan tingkat sosial dalam masyarakat dan beristirahat dari segala aktivitas luar yang mengakibatkan fisik dan rohani seseorang lelah, terkadang ketika seseorang menghadapi suatu masalah hidup maka tempat yang paling membuatnya tenang adalah rumah.

Maka dari itu selain kebersihan, dan tata ruang, hal yang dapat dilakukan guna untuk menjaga suasana tenang dan nyaman ketika di rumah adalah melakukan anjuran menurut Agama Islam berdasarkan Sunah Rasulullah saw. Secara garis besar dari fungsi rumah ada beberapa aspek untuk merencanakan, merancang bangunan rumah yang optimal agar nyaman ditempati. Rumah tidak semata-mata hanya merupakan tempat bernaung, melindungi diri sendiri dari segala bahayanya gangguan luar, melainkan untuk tempat bernaung, beristirahat setelah melaksanakan perjalanan hidup sehari-hari atau di jadikan tempat untuk beribadah.

Secara garis besar rumah memiliki fungsi yaitu:7

7 Hamidah, “Rumah dan Fungsi Rumah, 2015,” Diakses, 16 April, 2021, http://Hamidah76.blogspot.com/2015/10/Rumah-Dan-Fungsi-rumah.html?m=1.

(36)

1. Rumah memenuhi kebutuhan pokok jasmani manusia karena untuk berlindung dari lelahnya aktivitas dan istirahat di kala sakit.

2. Rumah memenuhi kebutuhan pokok rohani manusia adalah rumah yang memberi perasaan aman dan tenteram bagi seluruh keluarga sehingga mereka bisa dapat bertatap muka, berkumpul dan hidup bersama. Serta dapat mengembangkan kepribadian dan kehidupan yang sehat.

3. Rumah dapat dijadikan tempat untuk berlindung manusia dari cuaca ekstrem yang dapat menyebabkan penyakit terlebih penyakit yang dapat menular dari luar rumah.

4. Rumah sebagai tempat berlindung manusia dari berbagai macam gangguan dari luar seperti gangguan hewan yang berbahaya, gangguan dari orang yang berniat jahat dan segala kejahatan yang dapat membahayakan penghuni rumah.

5. Rumah sebagai tempat tinggal karena rumah adalah ruangan yang paling nyaman untuk menjalani kehidupan.

6. Rumah merupakan sarana mediasi antara manusia dan dunia, dengan adanya rumah maka segala aktivitas akan terpenuhi.

7. Rumah merupakan arsenal, yaitu tempat manusia mendapatkan kekuatan kembali dan juga sebagai tempat menyusun rencana

Mendefinisikan tiga fungsi utama yang terkandung dalam sebuah rumah tempat bermukim, yaitu:8

1. Rumah sebagai penunjang identitas keluarga yang di wujudkan pada kualitas hunian atau perlindungan yang di berikan oleh rumah.

Kebutuhan akan tempat tinggal dimaksudkan agar penghuni dapat memiliki tempat berteduh guna melindungi diri dari iklim setempat.

8 Rully, “Merencanakan dan Merancang Rumah Tinggal yang Optimal”. Ilmu Arsitektur Fakultas Teknik, vol.1, no.3 (September 2003): 102.

(37)

17 2. Rumah sebagai penunjang kesempatan keluarga untuk berkembang dalam kehidupan sosial budaya dan ekonomi atau fungsi pengembang keluarga. Kebutuhan berupa akses ini diterjemahkan dalam pemenuhan kebutuhan sosial dan kemudahan ke tempat kerja guna mendapatkan sumber penghasilan.

3. Rumah sebagai penunjang rasa aman dalam arti terjaminnya keluarga dimasa depan setelah mendapatkan rumah. Jaminan keamanan atas lingkungan perumahan yang ditempati serta jaminan keamanan berupa kepemilikan rumah dan lahan.

C. Merawat Rumah

Dalam Islam sangat dianjurkan untuk menjaga suatu kebersihan dalam hal apa pun baik dalam diri sendiri, lingkungan sekitar, terlebih di dalam rumah, agar keberkahan senantiasa menaungi para penghuninya, dan melalui hadis nabi Rasulullah mengajarkan umat muslim agar selalu menjaga kebersihan seperti kebersihan rumah, kebersihan diri, dan kebersihan lingkungan. Dalam riwayat hadis telah disebutkan :

“Ishāq ibn Manṣūr menceritakan kepada kami, Ḥabban ibn Hilāl menceritakan kepada kami, Abān menceritakan kepada kami, Yaḥyā menceritakan kepada kami, sesungguhnya Zaid menceritakan kepada Yaḥya, sesungguhnya Abū Salām menceritakan kepada Zaid dari

(38)

Abū Mālik al-‘Asy‟arī, dia berkata: Rasulullah s.a.w telah bersabda:

“Kebersihan adalah sebagian dari iman. membaca hamdalah adalah bisa menambah timbangan amal, membaca hamdalah dan subhanallah pahalanya sebesar langit dan bumi. Sembahyang itu pelita, sedekah (derma) itu bakti, sabar itu cahaya dan al-Qur’an akan menjadi kawan atau lawanmu, manusia itu sepanjang hidupnya bekerja untuk keselamatan dirinya atau kecelakaannya”. (H.R Muslim).”9

Kebersihan sangat erat hubungannya dengan keindahan, kesucian, serta kesehatan yang merupakan sesuatu perbuatan terpuji dan disukai oleh Allah, kebersihan yaitu keadaan yang menurut akal dan pengetahuan manusia tidak mengandung noda atau kotoran. Kata bersih sering digunakan untuk menyatakan keadaan atau kondisi suatu benda seperti air bersih, lingkungan bersih, dan lain sebagainya dan terkadang kebersihan juga digunakan untuk mengungkapkan sifat batiniah seperti jiwa suci.

adapun usaha untuk mewujudkan kebersihan rumah agar memperhatikan hal-hal sebagai berikut:10

1. Kebersihan Rumah

Sebagai penghuni rumah yang baik, hendaklah menjaga kebersihan lingkungan di dalam rumah seperti dapur, kamar mandi, ruang tamu, dan lain sebagainya agar indah dan terhindar dari penyakit. Selain tempat yang bersih, peralatan yang sering digunakan sehari-hari haruslah dicuci dan dijaga sterilisasi peralatan rumah. Kebersihan rumah harus dijaga agar senantiasa bersih dan tidak kotor agar terjauh dari binatang atau serangga yang dapat membawa penyakit yang berbahaya bagi penghuni.

2. Menjaga Kebersihan Diri

9 Imām Muslim, Shahih Muslim, terj. A. Rozak dan Rois Latief, cet. VI (Jakarta:

Pustaka al-Husna, 1991), 177-178.

10 Syaikh Said Ḥawwa, Panduan Menata Rumah Islami, Cet. II. terj. M Taufiq Ridha (Jakarta: Robbani Press, 2002), 14-16.

(39)

19 Selain dari menjaga kebersihan lingkungan, sudah seharusnya kebersihan diri dan pakaian adalah hal sangat penting untuk menjaga kesehatan dan kebugaran jasmani. Sekalipun penemuan sains modern berkembang dengan pesat, sehingga mampu menganalisis berbagai penyakit, tetapi menjaga kesehatan merawat diri adalah salah satu terhindarnya dari penyakit, karena menjaga lebih baik dari pada mengobati suatu penyakit akibat mengabaikan kebersihan dan kesehatan.11 Dan dipastikan tidak mudah terserang penyakit jika kita menjaga kebersihan, para dokter yang bekerja di rumah sakit menyarankan. Salah satu cara menjaga kebersihan diri yakni dengan ṭaharah, dalam kebiasaan ini selalu berkenaan dengan air, maka dari itu keadaan rumah yang baik selayaknya menjaga air bersih agar kehidupan para penghuninya pun terhindar dari hal yang kotor dan najis.12

3. Menata Rumah

Penataan atau desain rumah menjadi suatu hal yang perlu diperhatikan agar penghuni rumah dan siapa pun yang datang untuk bertamu merasakan kenyamanan. Pentingnya mendesain rumah dari sisi arsitektur dan hiasan di dalam rumah, mengundang kedamaian pikiran yang diakibatkan udara luar yang sering terkontaminasi, oleh sebab itu Allah swt. Menyukai setiap sesuatu yang indah. Terkadang rumah harus dengan penataan yang baik agar dapat memberikan rasa nyaman dan berbuah inspirasi yang memberikan efek baik bagi penghuni rumah.

Dalam al-Qur’an, ada beberapa konsep yang berkenaan dengan makna rumah. Yaitu konsep bayt, konsep dār, konsep maskan, konsep manzil, dan konsep ma’wa. Manusia membutuhkan rumah karena hal

11 Ahmad Syauqi al-Fanjari, Nilai Kesehatan dalam Syariat Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 201.

12 Hafidz Zamroni Zien dan Tarranita Kusumadewi, “Menata Rumah Yang Islami”.

Fakultas Sains dan Teknologi, vol.3, no.1 (Juni 2014): 87.

(40)

tersebut merupakan sarana tempat tinggal manusia untuk beristirahat, bernaung, berteduh, dan untuk mempertahankan diri dari bencana alam, lingkungan sekitar, dan gangguan luar yang berpotensi melukai atau menyakiti diri manusia. Karena itulah rumah sangat berperan penting untuk kebutuhan manusia. Begitu juga dengan rumah kriteria rumah yang perlu kita ketahui agar suasana rumah bisa lebih tenteram bagi jiwa yaitu: Rumah yang digunakan untuk berzikir kepada Allah yang di dalamnya memiliki ruku dan sujud, Senantiasa rumah dalam keadaan selalu bersih, penghuni rumah yang dalamnya harus dihuni orang-orang jujur dan menepati janji, dihuni oleh orang yang senantiasa menyambung silaturahmi, di tempati oleh orang yang halal perihal makanan, ditempati orang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, yang selalu dibacakan tilawah al-Qur’an, di dalamnya ada istri salihah, yang terhindar dari barang-barang haram, dan di huni oleh orang yang hatinya d penuhi dengan segala kebaikan.13

Dari beberapa penjelasan di atas dapat dipahami bahwa rumah adalah kebutuhan yang wajib dimiliki oleh setiap orang. Rumah sebagai tempat berlindung dari segala macam kejahatan dan marah bahaya, Sebagai tempat berteduh dari panasnya terik matahari dari dinginnya hujan yang turun dan dijadikannya tempat untuk beristirahat dari lelahnya aktivitas, beribadah, dan berdakwah.

13 M. Benny Hermawan, “Rumah Tinggal Islami”. Ilmu Arsitektur fakultas teknik unilak, vol.1, no.1 (januari 2014): 7.

(41)

21 BAB III

TINJAUAN AYAT-AYAT AL-QUR’AN TENTANG RUMAH

A. Bayt

Kata bayt (

تيب

) berasal dari kata bāta (

تبَ

), yang memeiliki arti rumah atau tempat tinggal. Dalam al-Qur’an kata bāta (

تبَ

) Kata tersebut di sebutkan dalam kata kerja, bentuk masdar dann berupa kata benda.1 dengan kata relsinya telah disebutkan 7 kali yang tersebar dalam 7 surah yang mengandung mutaraḍif. Oleh karena itu bayt jika di hubungkan dengan syair maka biasanya sudah berubah menjadi bahasa Indonesia.2 Berikut ayat yang mengandung kata bayt:

1. Tempat Tinggal Hewan

Laba-laba sering kali disebut di dalam bahasa Arab al-‘Ankabūt adalah salah satu jenis serangga yang memiliki kaki delapan dan berwarna abu kehitam-hitaman. Serangga ini bisa menjalin jaring untuk membuat rumah dari benang sutra yang dihasilkan dari perutnya sebagai tempat tinggal sekaligus dijadikan sebagai saran perangkap mangsanya.

َنَهْوَأ هنِّإَو ۖاًتْ يَ ب ْتَذَهتَّا ِّتوُبَكنَعْلا ِّلَثَمَك َءاَيِّلْوَأ ِّهللَّا ِّنوُد نِّم اوُذَهتَّا َنيِّذهلا ُلَثَم :توبكنعلا [ َنوُمَلْعَ ي اوُناَك ْوَل ِّۖتوُبَكنَعْلا ُتْيَ بَل ِّتوُيُ بْلا 41

“Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-

]

pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah.

Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.” (Qs. al-`Ankabūt/ 29: 41)

1 M. Quraish Shihab, Ensiklopedia al-Qur’an; Kajian Kosakata, jilid 1 (Jakarta:

Lentera Hati, 2007), 124.

2 M. Quraish Shihab, Ensiklopedia al-Qur’an, 125.

(42)

Dalam konteks ayat di atas, rumah laba-laba yang dimaksud sebagai perumpamaan lemahnya keimanan manusia yang menjadikan Allah sebagai pelindung di dalam kehidupannya. Karena setiap makhluk sangat membutuhkan perlindungan untuk dijadikan sebagai tempat istirahat setelah melakukan aktivitas sehari-hari.

2. Tempat Tinggal Manusia

Ayat yang menunjukkan istilah bayt sebagai rumah yang sesungguhnya yaitu ada dalam Qs. Āli‘Imrān/ 3: 96. Dalam ayat ini Alah memberikan bahwa rumah yang mula-mula dibangun untuk manusia yakni untuk tempat istirahat dan melakukan ibadah.

Arti bayti (

تيَب

) pada ayat di bawah adalah rumah.

َينِّمَلَٰعلِّ ل ىدُهَو اكَراَبُم َةهكَبِّب يِّذهلَل ِّساهنلِّل َعِّضُو تيَب َلهوَأ هنِّإ

“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia”.

Dalam konteks ayat yang ada di atas menjelaskan tentang sejarah rumah yang di sertai dengan bangunan yang digunakan sebagai tempat untuk istirahat, selain dari pada itu rumah juga dapat digunakan sebagai tempat untuk beribadah.

Sebagai tempat tinggal manusia yang megah, arti baytun (

تيَب

) pada

Qs. al-Isrā’/ 17: 93.

َنِّمؤُّن نَلَو ِّءاَمهسلٱ ِّفِ ٰىَقرَت وَأ ٍفُرخُز نِّ م تيَب َكَل َنوُكَي وَأ َلِّ زَ نُ ت ٰهتََّح َكِّ يِّقُرِّل

“Atau kamu mempunyai sebuah rumah dari emas, atau kamu naik ke langit. Dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai.”

Sebagai tempat tinggal manusia, dari kulit binatang terdapat pada Qs.

al-Naḥl/ 16: 80. Allah menyebutkan nikmat-nikmatnya yang serba lengkap kepada hamba-Nya, dia menjadikan mereka rumah-rumah untuk menetap

(43)

23 dan menutupi dirinya dan menggunakannya untuk berbagai manfaat dan keutamaan lainnya.

نِّ م مُكَل َلَعَج ُهللَّٱَو َ ۗ

ُج نِّ م مُكَل َلَعَجَو اًنَكَس ْمُكِّتوُيُ ب ًتًوُيُ ب ِّمَٰعْ نَْلْٱ ِّدوُل

ْمُكِّتَماَقِّإ َمْوَ يَو ْمُكِّنْعَظ َمْوَ ي اََنَوُّفِّخَتْسَت َ ۗ

اَهِّراَعْشَأَو اَهِّرَبَْوَأَو اَهِّفاَوْصَأ ْنِّمَو

ٍين ِّح َٰلَِّإ اًعَٰتَمَو اًثَٰثَأ

“Dan Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal dan Dia menjadikan bagi kamu rumah-rumah (kemah- kemah) dari kulit binatang ternak yang kamu merasa ringan (membawa)nya di waktu kamu berjalan dan waktu kamu bermukim dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu domba, bulu unta dan bulu kambing, alat-alat rumah tangga dan perhiasan (yang kamu pakai) sampai waktu (tertentu).”3

Arti dari lafaz buyūtikum, buyūtan

ْمُكِّتوُيُ ب - ًتًوُيُ ب

kedua kata tersebut memiliki arti yang sama yaitu rumah-rumah. Bunyi konteks yang dimaksud ayat di atas adalah membuat rumah dengan kulit binatang agar mudah untuk berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain dan Allah menjadikan bagi mereka kulit binatang ternak dapat digunakan sebagai kemah-kemah, mereka memasangnya bila hendak bermukim. Allah menceritakan perihal kaum munafik, bahwa mereka menampakkan setuju dan taat hanya pada lahiriahnya saja. Mereka membuat keputusan di malam hari, Allah menulis siasat yang mereka atur di malam hari itu, maka berpalinglah kamu dari mereka dan tawakal kepada Allah. Cukuplah Allah menjadi Pelindung.

Kata

َتهيَ ب

pada Qs. al-Nisā’/ 4: 81. Memiliki arti, “mengambil keputusan di malam hari”. Seperti yang di firmankan Allah.

ُهللَّٱَو َ ۗ ُلوُقَ ت يِّذهلٱ َيَْغ مُهنِّ م ةَفِّئاَط َتهيَ ب َكِّدنِّع نِّم ْاوُزَرَ ب اَذِّإَف ةَعاَط َنوُلوُقَ يَو

3 Departemen Agama RI, al-Hikmah al-Qur’an dan Terjemahnya, 276.

(44)

“Dan mereka (orang-orang munafik) mengatakan: "(Kewajiban kami hanyalah) taat". Tetapi apabila mereka telah pergi dari sisimu, sebahagian dari mereka mengatur siasat di malam harilain dari yang telah mereka katakan tadi. Allah menulis siasat yang mereka atur di malam hari itu, maka berpalinglah kamu dari mereka dan tawakallah kepada Allah. Cukuplah Allah menjadi Pelindung.”

Kata

َتهيَ ب

memiliki arti malam hari, kata tersebut mengandung kata

mutaradif yang akar katanya dariََ

تبَ

َََkedudukannya sebagai fi’il maḍi dan memiliki makna rumah. Maksud dari ayat di atas dijelaskan waktu malam hari adalah mengambil suatu keputusan dalam rumah.

Qs. al-Taḥrīm/ 66: 11.

تيَب َكَدنِّع ِّلِ ِّنبٱ ِّ بَر تَلاَق ذِّإ َنوَعرِّف َتَأَرمٱ ْاوُنَماَء َنيِّذهلِّ ل لَثَم ُهللَّٱ َبَرَضَو َينِّمِّلٰهظلٱ ِّموَقلٱ َنِّم ِّنِِّ َنَو ۦ ِّهِّلَمَعَو َنوَعرِّف نِّم ِّنِِّ َنَو ِّةهنَلجٱ ِّفِ

“Dan Allah membuat isteri Fir'aun perumpamaan bagi orang- orang yang beriman, ketika ia berkata: "Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.”

Ayat ini merupakan perumpamaan yang dibuat oleh Allah untuk kaum mukmin, bahwa tiada yang membahayakan pergaulan mereka dengan orang-orang kafir. Kata baytan (

اتيب

) pada ayat di atas memiliki arti sebuah rumah.

Ahlul bait pada Qs. al-Qaṣaṣ/ 28: 12.

تيَب ِّلهَأ ٰىَلَع مُكُّلُدَأ لَه تَلاَقَ ف ُلبَق نِّم َعِّضاَرَلمٱ ِّهيَلَع اَنمهرَحَو

“Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan- perempuan yang mau menyusui(nya) sebelum itu; maka berkatalah saudara Musa: "Maukah kamu aku tunjukkan kepadamu ahlul bait yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?”

(45)

25 Konteks ayat di atas dimaksudkan kemuliaan Musa di sisi Allah dan demi memelihara Musa dari menyusui kepada selain ASI ibunya, juga karena Allah telah menjadikan hal tersebut sebagai penyebab kembalinya dia kepada ibunya untuk menyusui secara alami.

Rumah dari orang-orang muslim. Qs. al-Żāriyāt/ 51: 36

َينِّمِّلسُلمٱ َنِّ م تيَب َيَْغ اهيِّف َنَدَجَو اَمَف

“Dan Kami tidak mendapati negeri itu, kecuali sebuah rumah dari orang yang berserah diri.”

Maksud kata

تيَب

di atas memiliki arti negeri mereka yang tidak membedakan antara orang yang menyandang iman dan menyandang Islam dengan alasan bahwa Allah dalam ayat ini menyebut mereka orang-orang mukmin dan juga orang-orang muslim.

3. Tempat Ibadah

Bayt sebagai tempat baik pula untuk beribadah, tidur atau tidak.

Tempat ini bisa berupa rumah, pondok, gua atau tempat mulia untuk dijadikan beribadah, seperti halnya dengan Ka‘bah. Ka’bah tidak hanya dimuliakan, namun menjadi arah kiblat Salat dan menjadi syarat sahnya salat, berdasarkan firman Allah. (Qs. al-Baqarah/ 2: 150).4

Rumah juga bisa difungsikan sebagai tempat untuk dijadikan tempat Salat dan berdakwah, Allah berfirman dalam Qs. Yūnus/ 10: 87.

اوُمي ِّقَأَو ًةَلْ بِّق ْمُكَتوُيُ ب اوُلَعْجٱَو ًتًوُيُ ب َرْصِِّّبِ اَمُكِّمْوَقِّل اَءهوَ بَ ت نَأ ِّهيِّخَأَو ٰىَسوُم َٰلَِّإ اَنْ يَحْوَأَو َينِّنِّمْؤُمْلٱ ِّرِّ شَبَو َ ۗ َةٰوَلهصلٱ

“Dan Kami wahyukan kepada Musa dan saudaranya: "Ambillah olehmu berdua beberapa buah rumah di Mesir untuk tempat tinggal bagi kaummu dan jadikanlah olehmu rumah-rumahmu itu tempat salat dan dirikanlah olehmu sembahyang serta gembirakanlah orang- orang yang beriman".5

4 Ibn Rusyd, Bidāyat al-Mujtahid, jilid 1, Cet. 1, terj. Beni Surbeni (Jakarta: Pustaka Azzam, 2006), 227.

5 Departemen Agama RI, al-Hikmah al-Qur’an dan Terjemahnya, 218.

(46)

Allah menyebutkan penyebab yang menyelamatkan kaum Bani Israil dari Firaun dan kaumnya, serta bagaimana mereka lolos dari Firaun dan kaumnya. Pada Mulanya Allah memerintahkan Musa dan Harun untuk mengambil rumah di Mesir sebagai tempat tinggal buat kaumnya.

Dalam Qs. al-Baqarah/ 2: 125.

ى لَصُم َمِّهَٰربِّإ ِّماَقهم نِّم ْاوُذِّهتَّٱَو انمَأَو ِّساهنلِّ ل ةَباَثَم َتيَبلٱ اَنلَعَج ذِّإَو َٰلَِّإ َنَدِّهَعَو َ ۗ

َينِّفِّئاهطلِّل َِّتِيَب اَرِّ هَط نَأ َليِّعَٰسِّإَو َمِّهَٰربِّإ ِّدوُجُّسلٱ ِّعهكُّرلٱَو َينِّفِّكَٰعلٱَو

“Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqom Ibrahim tempat salat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, yang itikaf, yang ruku' dan yang sujud".

Maksud tempat (rumah) yaitu Ka’bah sebagai tempat berkumpul yang sering dikunjungi, baik pada hari-hari biasa maupun musim Umrah dan Haji, dan tempat yang aman bagi manusia, dan jadikanlah maqom Ibrahim itu sebagai pijakan untuk dijadikan tempat beribadah.

B. Dār

Dār yang berasal dari kata da wa ra (

رود

)ََ yang memiliki arti bergerak dan kembali kepada asalnya. Maksud kata tersebut adalah aktivitas seharian. Semakin meluas arti dari kata terebut yaitu tempat tinggal/rumah.

Karena fungsi dari rumah ialah tempat manusia kembali setelah melakukan aktivitas sehari-hari. Jika berbicara perkampungan ternyata tidak hanya ada di dunia saja, tetapi di akhirat pun ada.6

6 M. Quraish Shihab, Ensiklopedia al-Qur’an, 164.

Referensi

Dokumen terkait

Kata terus-menerus dipahami dari bentuk kata kerja mudhari (masa kini dan datang) yang digunakan ayat ini, yang berarti bahwa mereka terus-menerus terpelihara,

Kata rizqi yang berarti nafkah diungkapkan dalam bentuk kata razaqnahum. Nafkah yang dimaksud disini adalah menafkahkan sebagian rizqinya baik berupa zakat ataupun sedekah. 107

Para mufasir yang mengatakan bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam tidak merujuk pada ayat al- Qur’ an, tetapi menjadikan pemahaman itu (Hawa diciptakan dari

Pada zaman dulu, sistem pembagian harta rampasan baik itu fa’i maupun ghanimah yaitu para komandan perang akan mengambil terlebih dahulu harta tersebut

54 Berangkat dari berbagai pendapat di atas maka dalam penelitian ini, semua nukilan dari ayat-ayat Perjanjian Lama dikategorikan sebagai kategori al-dakhi>l

Untuk memperoleh data, digunakan teknik pengumpulan data yaitu mengumpulkan ayat-ayat al-Qur’an yang mengandung kata al-nūr dan al-zhulumāt, mengidentifikasi makna

Allah memberikan maksud yang berbeda pada kedua ayat tersebut.59 Asy-Sya‟rawi menjelaskan maksud dari orang-orang munafik laki-laki dan perempuan sebagian mereka adalah sebagian yang

Manusia pada umumnya menyebut tempat tinggal dengan sebutan rumah Bahasa Indonesia, Hause Bahasa Inggris bayt dari Bahasa Arab yang berasal dari kata bata تيب bentuk jamak dari kata