• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. KERANGKA PEMIKIRAN

5.1 Determinan Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekspor

5.1.2 Analisis CMS Cina

Secara umum, prestasi kinerja ekspor Tekstil dan Produk Tekstil Cina ke Amerika Serikat jauh lebih baik daripada prestasi kinerja ekspor Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia ke Amerika Serikat. Pertumbuhan ekspornya hampir tidak pernah negatif.

Analisis lebih spesifik berdasarkan masing-masing periode dapat dijelaskan sebagai berikut :

▪ Periode 1999-2000 :

Pertumbuhan ekspor pakaian jadi Cina di Amerika Serikat mengalami peningkatan sebesar US$ 925,11 juta. Hal ini lebih disebabkan oleh efek pertumbuhan impor yang mendorong dengan proporsi 78,59 % atau senilai US$ 727,04 juta. Kemudian efek daya saing yang juga mendorong dengan proporsi sebesar 40,95 persen atau senilai US$ 378,86 juta. Sebaliknya, penurunan permintaan pakaian jadi Cina di Amerika Serikat menekan dengan proporsi -19,54 persen atau senilai US$ 180,79 juta.

Pertumbuhan ekspor juga terjadi pada komoditi kain dan benang. Pertumbuhan senilai US$ 168,59 juta juga lebih disebabkan karena efek pertumbuhan impor yang mendorong dengan proporsi 119,10 persen atau senilai US$ 200,79 juta. Efek daya saing juga memberikan kontribusi positif sebesar 24,47 persen atau senilai US$ 41, 25 juta. Sebaliknya penurunan

permintaan kain dan benang (efek komposisi komoditi) menekan dengan proporsi -43,57 persen atau senilai US$ 73,46 juta.

▪ Periode 2000-2001 :

Pada periode ini terjadi peninkatan ekspor pakaian jadi sebesar US$ 131,3 juta. Hal ini lebih disebabkan karena permintaan pakaian jadi Cina di Amerika Serikat (efek komposisi komoditi) sedang meningkat dengan proporsi 192,22 persen atau senilai US$ 252,39 juta. Selain itu efek daya saing juga memberi pengaruh positif (mendorong dengan proporsi 139,31 persen atau senilai US$ 182,92 juta) terhadap peningkatan ekspor pakaian jadi Cina ke pasar Amerika Serikat. Penurunan yang terjadi pada efek pertumbuhan impor (dengan kekuatan menekan sebesar -231,53 persen atau senilai US$ 304,01 juta), tidak menyebabkan penurunan ekspor pakaian jadi Cina ke Amerika Serikat, karena kontribusi yang positif pada efek komposisi komoditi dan efek daya saing cukup membuat peningkatan pada ekspor pakaian jadi Cina ke Amerika Serikat.

Berbeda halnya pada komoditi kain dan benang, nilai ekspornya turun sebesar US$ 15,03 juta. Penurunan ini ternyata lebih disebabkan oleh efek pertumbuhan impor yang turun menekan sebesar -521,82 persen atau senilai US$ 78,43 juta. Penurunan yang besar pada efek pertumbuhan impor menyebabkan kenaikan pada efek komposisi (sebesar 215 persen atau senilai US$ 32,43 juta) dan efek daya saing (sebesar 206,05 persen atau senilai US$ 30,97 juta) menjadi kurang berarti.

▪ Periode 2001-2002 :

Pada periode ini kembali terjadi peningkatan pertumbuhan ekspor. Pada komoditi pakaian jadi, pertumbuhan ekspornya meningkat sebsar 8,42 persen atau senilai US$ 413,57 juta. Peningkatan ini ternyata lebih disebabkan oleh efek daya saing yang berkekuatan mendorong dengan proporsi 93,94 persen atau senilai US$ 388,52 juta. Selain itu, efek pertumbuhan impor juga berpengaruh positif dengan proporsi 21,14 persen atau senilai US$ 87,42 juta. Sebaliknya, efek komposisi komoditi berpengaruh negatif dengan kekuatan menekan sebesar 15,08 persen atau senilai US$ 62,37 juta.

Pada komoditi kain dan benang, peningkatan ekspor yang terjadi sebesar 42,42 persen atau senilai US$ 516,82 juta. Efek daya saing yang memberikan kontribusi sebesar 76,03 persen atau senilai US$ 392,93 juta merupakan penyebab utama dari peningkatan ekspor kain dan benang Cina ke Amerika Serikat. Efek ekspansi juga memberikan kontribusi positif dalam peningkatan ekspor kain dan benang Cina ke Amerika Serikat (efek komposisi komoditi mendorong dengan proporsi 19,78 persen atau senilai US$ 102,21 juta dan efek pertumbuhan impor mendorong dengan proporsi 4,19 persen atau senilai US$ 21,68 juta).

▪ Periode 2002-2003 :

Pada periode ini Cina kembali mengalami peningkatan ekspor Tekstil dan Produk Tekstil. Pada komoditi pakaian jadi, peningkatan yang terjadi sebesar 23,13 persen atau senilai US$ 1,232 milyar. Hal ini lebih disebabkan oleh efek daya saing yang memberikan kontribusi positif dengan proporsi sebesar

70,56 persen atau senilai US$ 869,21 juta. Selain itu, efek pertumbuhan impor juga mendorong dengan proporsi 37,05 persen atau senilai US$ 456,35 juta. Sebaliknya, efek komposisi komoditi menekan dengan proporsi -7,61 persen.

Pada komodiiti kain dan benang, peningkatan ekspor sebesar 45,99 persen atau senilai US$ 797,93 juga lebih disebabkan oleh efek daya saing dan efek pertumbuhan impor yang memberikan kontribusi positif dengan proporsi masing-masing sebesar 83,37 persen (senilai US$ 665,20 juta) dan 18,63 persen (senilai US$ 148,69 juta). Sementara itu, terjadi penurunan pada efek komposisi komoditi sebesar 2,00 persen atau senilai US$ 15,96 juta, namun hal ini tidak berpengaruh besar.

▪ Periode 2003-2004 :

Peningkatan ekspor Tekstil dan Produk Tekstil Cina ke Amerika Serikat terus berlangsung pada periode ini. Peningkatan ekspor pakaian jadi sebesar 17,58 persen atau senilai US$ 1,153 milyar pada periode ini lebih disebabkan oleh dorongan pada efek pertumbuhan impor dengan proporsi 97,16 persen atau senilai US$ 1,12 milyar, kemudian efek daya saing mendorong dengan proporsi 64,64 persen atau senilai US$ 742,79 juta. Sementara itu, efek komposisi komoditi memberikan pengaruh negatif dengan kekuatan menekan sebesar 61,60 persen atau senilai US$ 710,10 juta.

Pada komoditi kain dan benang peningkatan ekspor ke Amerika Serikat sebesar 26,91 persen atau senilai US$ 681,63 juta ternyata juga lebih disebabkan oleh dorongan pada efek pertumbuhan impor dengan proporsi

sebesar 63,47 persen atau senilai US$ 432,62 juta, kemudian efek daya saing juga memberikan kontribusi positif dengan proporsi sebesar 50,91 persen atau senilai US$ 347,03 juta. Sementara itu, efek komposisi komoditi pada kain dan benang juga berpengaruh negatif dengan kekuatan menekan sebesar 14,38 persen atau US$ 98,02 juta.

▪ Periode 2004-2005 :

Peningkatan ekspor Tekstil dan Produk Tekstil ke Amerika Serikat yang dialami oleh Cina pada periode ini cukup signifikan. Ternyata dengan diberlakukannya kebijakan penghapusan kuota mulai tanggal 1 Januari 2005 membawa dampak positif bagi negara-negara produsen Tekstil dan Produk Tekstil termasuk Cina. Pada komoditi pakaian jadi, peningkatan ekspornya sebesar 77,62 persen atau senilai US$ 5,985 milyar. Hal lebih disebabkan oleh efek daya saing yang memberikan kontribusi sebesar 92,62 persen atau senilai US$ 5,543 milyar. Kemudian efek pertumbuhan impor juga memberikan kontribusi positif dengan proporsi sebesar 17,45 persen atau senilai US$ 1,045 milyar. Namun efek komposisi memberikan pengaruh negatif dengan kekuatan menekan sebesar 10,07 persen atau seilai US$ 602,88 juta.

Pada komoditi kain dan benang, peningkatan ekspor sebesar 53,14 persen atau senilai US$ 1,709 milyar juga lebih disebabkan oleh efek daya saing yang memberikan kontribusi dengan proporsi sebesar 82,91 persen atau senilai US$ 1,416 milyar. Efek pertumbuhan impor juga memberikan pengaruh positif dengan proporsi 25,50 persen atau senilai US$ 435,57 juta.

Namun efek komposisi memberikan pengaruh negatif dengan kekuatan menekan sebesar 8,41 persen atau seilai US$ 143,69 juta.

Dari hasil analisis Constant Market Share di atas, terlihat bahwa efek daya saing pakaian jadi, kain dan benang Indonesia lebih rendah dari efek daya saing pakaian Jadi, kain lembaran dan benang Cina dalam memberikan kontribusi ekspor. Efek daya saing dan efek pertumbuhan impor Amerika Serikat adalah efek yang paling menentukan dalam peningkatan/penurunan ekspor Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia dan Cina di pasar Amerika Serikat. Namun jika dilihat dari dari rata-rata selama periode 1999-2005, efek yang memberikan kontribusi terbesar dalam pertumbuhan ekspor TPT Indonesia ke AS adalah efek pertumbuhan impor. Sedangkan bagi Cina, efek yang memberikan kontribusi terbesar dalam pertumbuhan ekspor TPT ke AS adalah efek daya saing. Hasil perhitungan yang lebih lengkap mengenai analisis CMS dari Indonesia dan Cina dapat dilihat pada Lampiran 1 Tabel 1 dan Tabel 2.

5.2. Analisis Keunggulan Komparatif Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia

Daya saing suatu negara pada suatu produk atau komoditi dapat diestimasi melalui keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif. Analisis keunggulan komparatif pada penelitian ini menggunakan analisis RCA (Revealed Comparative Advantage). Nilai RCA merupakan gambaran dari kinerja ekspor suatu komoditi. Nilai RCA yang lebih besar dari satu dianggap memiliki kinerja ekspor yang baik. Komoditi dengan nilai RCA lebih dari satu tersebut dapat

dikatakan memiliki keunggulan komparatif sehingga disarankan untuk terus dikembangkan dengan melakukan spesialisasi pada komoditi tersebut.

Berdasarkan hasil estimasi RCA dapat diketahui bahwa Indonesia mempunyai keunggulan komparatif yang cukup baik pada komoditi pakaian jadi di pasar Amerika Serikat, terlihat dari nilai RCA yang selalu lebih dari satu selama periode 1999-2005, yaitu dengan kisaran angka 3,942 sampai dengan 6,176.

Nilai RCA Indonesia di pasar Amerika Serikat untuk komoditi pakaian jadi pada tahun 1999 yaitu 3,942, kemudian meningkat menjadi 4,459 pada tahun 2000. Pada tahun 2001 nilai RCA Indonesia sedikit menurun menjadi 4,456. Penurunan ini berlanjut hingga tahun 2002 dimana nilai RCA Indonesia pada saat itu sebesar 4,292. Pada tahun 2003 nilai RCA Indonesia kembali meningkat menjadi 4,799. Peningkatan nilai RCA Indonesia terus berlangsung hingga tahun 2005, yaitu sebesar 5,171 pada tahun 2004 dan 6,176 pada tahun 2005.

Tabel 5.1 Keunggulan Komparatif Pakaian Jadi Indonesia di Pasar Amerika Serikat

Ekspor Indonesia ke AS

(US$ juta) Ekspor Dunia ke AS (US$ juta) Tahun Pakaian

Jadi Total Pakaian Jadi Total

RCA IndeksRCA 1999 1.508,36 6.896,40 58.784,79 1.059.440 3,942 -2000 2.014,44 8.475,50 67.114,94 1.259.300 4,459 1,131 2001 1.944,16 7.748,70 66.390,96 1.179.180 4,456 0,999 2002 1.803,77 7.558,80 66.731,26 1.200.230 4,292 0,963 2003 1.935,85 7.373,70 71.277,40 1.303.050 4,799 1,118 2004 2.250,57 8.767,30 75.731,27 1.525.680 5,171 1,078 2005 2.817,03 9.868,50 80.070,66 1.732.350 6,176 1,194 Sumber : UN COMTRADE (2007)

Tingginya daya saing pada komoditi pakaian jadi Indonesia di pasar Amerika Serikat yang dicerminkan dengan tingginya nilai RCA salah satunya disebabkan karena Indonesia memiliki sub sektor industri yang lengkap dari hulu ke hilir, yakni dari produk benang (pemintalan), pertenunan, rajutan dan produk akhir. Selain itu Indonesia juga memiliki keunggulan dalam hal jumlah tenaga kerja yang diserap dalam industri tersebut. Untuk komoditi pakaian jadi, sampai saat ini Indonesia menjadi negara pengekspor ke-9 terbesar di dunia dengan pangsa 4,45 persen dari total pasar tekstil dunia.

Perkembangan pangsa relatif komoditi pakaian jadi Indonesia dapat diketahui melalui perhitungan indeks RCA pakaian jadi antara dua waktu. Nilai indeks RCA yang lebih dari satu menunjukkan bahwa ekspor pakaian jadi mengalami peningkatan relatif dibandingkan rata-rata negara-negara lain yang mengekspor ke Amerika Serikat, sehingga pangsa pasarnya meningkat.

Analisis lebih spesifik berdasarkan masing-masing periode dapat dijelaskan sebagai berikut :

▪ Periode 1999-2000 :

Indeks RCA Indonesia sebesar 1,131 (lebih dari satu). Tingginya indeks RCA tersebut memperlihatkan daya saing pakaian jadi Indonesia yang menguat (peningkatan pangsa pasar). Periode 1999-2000, impor pakaian jadi Amerika Serikat meningkat 14,17 persen, akan tetapi ekspor pakaian jadi Indonesia ke Amerika Serikat meningkat jauh lebih besar, bahkan mencapai 33,55 persen. Secara hipotetik, nilai ekspor pakaian jadi Indonesia ke Amerika Serikat tahun 2000 seharusnya sebesar US$ 1,722 milyar (agar

dapat mempertahankan pangsa pasarnya). Namun secara aktual, ekspor yang terjadi pada tahun 2000 sebesar US$ 2,015 milyar. Berarti, kinerja ekspor pakaian jadi Indonesia ke pasar Amerika Serikat menghasilkan USS 0,293 milyar lebih baik dari sekedar mempertahankan pangsa pasar (Lampiran 2, Tabel 3).

▪ Periode 2000-2001 :

Pada periode ini indeks RCA Indonesia sebesar 0,999. Rendahnya indeks RCA tersebut memperlihatkan daya saing pakaian jadi indonesia yang melemah (penurunan pangsa pasar). Periode 2000-2001, impor pakaian jadi Amerika Serikat menurun 1,08 persen, namun ekspor pakaian jadi Indonesia ke Amerika Serikat menurun jauh lebih besar, yaitu mencapai 3,49 persen. Secara hipotetik, nilai ekspor pakaian jadi Indonesia ke Amerika Serikat tahun 2001 seharusnya sebesar US$ 1,992 milyar. Tetapi, relisasi ekspor pakaian jadi Indonesia ke Amerika Serikat pada tahun 2001 turun mencapai US$ 1,944 milyar. Artinya, ada US$ 0,048 milyar milik Indonesia beralih negara pesaing (Lampiran 2, Tabel 3).

▪ Periode 2001-2002 :

Pada periode ini indeks RCA kembali melemah. Nilainya adalah sebesar 0,963. Hal ini mengindikasikan bahwa daya saing pakaian jadi Indonesia di pasar Amerika Serikat yang semakin melemah. Pada periode ini impor pakaian jadi Amerika Serikat naik sebesar 0,51 persen, namun ekspor pakain jadi Indonesia ke Amerika Serikat turun 7,22 persen. Untuk mempertahankan pangsa pasarnya, Indonesia harus mampu mengekspor pakaian jadi ke

Amerika Serikat sebesar US$ 1,954 milyar. Namun realisasinya Indonesia hanya mampu mengekspor senilai US$ 1,804 milyar. Hal ini menunjukkan bahwa ada bagian senilai US$ 0,15 milyar milik Indonesia yang beralih ke negara pesaing (Lampiran 2, Tabel 3).

▪ Periode 2002-2003 :

Indeks RCA menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan daya saing pakain jadi Indonesia di pasar Amerika Serikat, dengan nilai 1,118. Periode ini impor pakaian jadi Amerika Serikat mengalami pertumbuhan sebesar 6,81 persen, tetapi pertumbuhan ekspor pakaian jadi ke Amerika Serikat meningkat lebih besar, yaitu sebesar 7,32 persen. Untuk mempertahankan pangsa pasarnya, Indonesia hanya butuh mengekspor pakaian jadi ke Amerika Serikat senilai US$ 1,927 milyar. Namun realisasinya, Indonesia mampu mengekspor hingga US$ 1,936 milyar. Hal ini menunjukkan bahwa ada senilai US$ 0,009 milyar milik negara pesaing yang beralih ke Indonesia (Lampiran 2, Tabel 3).

▪ Periode 2003-2004 :

Pada periode ini indeks RCA masih berkisar diatas satu, yaitu 1,078. Hal menunjukkan bahwa daya saing pakaian jadi Indonesia di pasar Amerika Serikat masih cukup baik. Impor pakaian jadi Amerika Serikat pada periode ini naik sebesar 6,25 persen, namun ekspor pakaian jadi Indonesia ke Amerika Serikat meningkat sebesar 16,25 persen. Untuk mempertahankan pangsa pasarnya, Indonesia hanya butuh mengekspor pakaian jadi ke Amerika Serikat senilai US$ 2,057 milyar, namun realisasinya Indonesia

mampu mengekspor hingga US$ 2,251 milyar. Artinya, kinerja ekspor pakaian jadi Indonesia ke pasar Amerika Serikat menghasilkan USS 0,194 milyar lebih baik dari sekedar mempertahankan pangsa pasar (Lampiran 2, Tabel 3).

▪ Periode 2004-2005 :

Pada periode ini pangsa pasar pakaian jadi Indonesia di Amerika serikat kembali mengalami peningkatan, terlihat dari indeks RCA sebesar 1,194 (lebih tinggi dari periode sebelumnya). Pada periode ini impor pakaian jadi Amerika Serikat naik sebesar 5,73 persen, namun ekspor pakaian jadi Indonesia ke Amerika Serikat meningkat jauh lebih besar, yaitu 25,17 persen. Untuk mempertahankan pangsa pasarnya, Indonesia hanya butuh mengekspor pakaian jadi ke Amerika Serikat senilai US$ 2,379 milyar, namun kenyataannya Indonesia mampu mengekspor hingga US$ 2,817 milyar. Artinya, kinerja ekspor pakaian jadi Indonesia ke pasar Amerika Serikat menghasilkan USS 0,438 milyar lebih baik dari sekedar mempertahankan pangsa pasar. Atau dengan kata lain, ada senilai US$ 0,438 milyar milik negara pesaing yang beralih ke Indonesia (Lampiran 2, Tabel 3).

Keunggulan komparatif yang dimiliki komoditi kain dan benang Indonesia di pasar Amerika Serikat tidak sebaik yang dimiliki oleh komoditi pakaian jadi. Nilai RCA kain dan benang hanya berkisar antara 1,551 sampai dengan 2,338. Perkembangan nilai RCA kain dan benang Indonesia di pasar Amerika Serikat antara tahun 1999-2000 dapat dikatakan cukup berfluktuatif. Tahun 1999 nilai RCA kain dan benang Indonesia adalah 1,818, kemudian meningkat menjadi

2,261 pada tahun 2000. Pada tahun 2001 nilai RCA naik menjadi 2,338. Tahun 2001 merupakan puncak tertinggi nilai RCA kain dan benang Indonesia di pasar Amerika Serikat selama periode 1999-2005, karena setelah itu nilai RCA kain dan benang indonesia di pasar Amerika Serikat tidak pernah lagi menyentuh angka 2.

Tahun 2002 nilai RCA turun menjadi menjadi 1,871. Penurunan ini berlanjut hingga tahun 2003, dimana nilai RCA kain dan benang Indonesia di pasar Amerika Serikat saat itu hanya mencapai 1,551 (nilai terendah RCA selama periode 1999-2005). Nilai RCA kain dan benang Indonesia di pasar Amerika Serikat mulai meningkat kembali pada tahun 2004 yaitu menjadi sebesar 1,645, namun di tahun 2005 nilai RCA kembali menurun menjadi 1,593.

Nilai RCA kain dan benang Indonesia di pasar Amerika Serikat yang tidak sebaik nilai RCA pakaian jadi menyebabkan Indonesia hingga tahun 2005 hanya menempati peringkat ke-11 negara pengekspor tekstil terbesar di dunia dengan pangsa pasar sebesar 3,15 persen dari total pasar tekstil dunia. Keunggulan komparatif komoditi kain dan benang Indonesia di pasar Amerika Serikat dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2 juga menunjukkan indeks RCA komoditi kain dan benang Indonesia di pasar Amerika Serikat mengalami fluktuasi yang berkisar antara 0,800 hingga 1,244. Hal ini menunjukkan bahwa daya saing untuk komoditi kain dan benang Indonesia di pasar Amerika Serikat tidak selalu baik dalam setiap tahunnya, namun cenderung berfluktuatif.

Tabel 5.2 Keunggulan Komparatif Kain dan Benang Indonesia di Pasar

Amerika Serikat Ekspor Indonesia ke AS

(US$ juta) Ekspor Dunia ke AS (US$ juta) Tahun

Kain dan

Benang Total Kain dan Benang Total

RCA IndeksRCA 1999 169,02 6.896,40 14.277,44 1.059.440 1,818 -2000 243,26 8.475,50 15.985,03 1.259.300 2,261 1,244 2001 236,45 7.748,70 15.388,12 1.179.180 2,338 1,034 2002 199,74 7.558,80 16.953,42 1.200.230 1,871 0,800 2003 160,17 7.373,70 18.251,05 1.303.050 1,551 0,829 2004 195,33 8.767,30 20.662,43 1.525.680 1,645 1,060 2005 204,53 9.868,50 22.538,18 1.732.350 1,593 0,968 Sumber : UN COMTRADE (2007)

Analisis lebih spesifik berdasarkan masing-masing periode dapat dijelaskan sebagai berikut :

▪ Periode 1999-2000 :

Indeks RCA kain dan benang Indonesia pada periode ini adalah sebesar 1,244 (lebih dari satu). Hal ini memperlihatkan bahwa daya saing kain dan benang Indonesia di pasar Amerika Serikat mengalami peningkatan. Impor kain dan benang Amerika Serikat pada periode ini meningkat sebesar 11,96 persen, namun peningkatan ekspor kain dan benang Indonesia ke Amerika Serikat meningkat lebih besar yaitu 43,92 persen. Nilai ekspor kain dan benang Indonesia ke Amerika Serikat pada periode ini seharusnya senilai US$ 189,23 juta. Namun realisasinya, Indonesia mampu mengekspor hingga US$ 243,26 juta. Artinya, ada bagian sebesar US$ 54,03 juta milik negara pesaing yang beralih ke Indonesia. Dengan kata lain, Indonesia berhasil menambah panga pasar sebesar US$ 54,03 juta (Lampiran 2, Tabel 3).

. ▪ Periode 2000-2001 :

Periode ini menunjukkan daya saing kain dan benang Indonesia di pasar Amerika Serikat masih mengalami peningkatan, terlihat dari indeks RCA yang masih berkisar lebih dari satu, yaitu 1,034. Namun, peningkatan daya saing tersebut bukan dikarenakan terjadinya peningkatan ekspor dari Indonesia, melainkan lebih dikarenakan terjadinya penurunan impor kain dan benang Amerika Serikat sebanyak 3,73 persen. Sedangkan ekspor kain dan benang Indonesia ke Amerika Serikat hanya turun sebesar 2,79 persen. Untuk mempertahankan pangsa pasarnya, Indonesia harus mengekspor kain dan benang ke Amerika Serikat senilai (100% - 3,73%) x USS 243,26 juta = US$ 234,19 juta. Pada kenyataannya Indonesia mampu mengekspor komoditi tersebut senilai US$ 236,45 juta. Artinya ada bagian senilai US$ 2,26 juta milik negara pesaing yang beralih ke Indonesia (Lampiran 2, Tabel 3).

. ▪ Periode 2001-2002 :

Terjadi penurunan indeks RCA kain dan benang Indonesia di pasar Amerika serikat menjadi 0,800. Penurunan ini menunjukkan daya saing kain dan benang Indonesia di pasar Amerika Serikat yang melemah. Pada periode ini impor kain dan benang Amerika Serikat meningkat sebesar 10,17 persen, tetapi ekspor kain dan benang Indonesia ke pasar Amerika Serikat turun sebesar 15,52 persen. Untuk mempertahankan pangsa nilainya Indonesia harus mampu mengekspor kain dan benang sebesar US$ 260,49 juta. Namun realisasinya Indonesia hanya mampu mengekspor senilai US$ 199,74 juta.

Berarti ada bagian senilai US$ 60,76 juta yang beralih ke negara pesaing (Indonesia tidak berhasil mempertahankan pangsa pasarnya).

▪ Periode 2002-2003 :

Tidak berbeda dengan periode sebelumnya, Indeks RCA pada periode ini (0,829) masih menunjukkan lemahnya daya saing kain dan benang Indonesia di pasar Amerika Serikat. Ekspor kain dan benang ke Amerika Serikat kembali mengalami penurunan sebesar 19,81 persen, sebaliknya impor kain benang Amerika Serikat terus meningkat menjadi 7,65 persen pada periode ini. Indonesia harus mampu mengekspor senilai US$ 215,02 juta untuk dapat mempertahankan pangsa pasarnya. Namun realisasinya Indonesia hanya mampu mengekspor senilai US$ 160,17 juta. Artinya, ada bagian senilai US$ 54,85 juta yang seharusnya milik Indonesia namun beralih ke negara pesaing (Lampiran 2, Tabel 3).

▪ Periode 2003-2004 :

Peningkatan indeks RCA kembali mulai dialami pada periode ini, terlihat dari nilainya yang lebih besar dari satu, yaitu 1,060. Impor kain dan benang Amerika meningkat 13,21 persen, sedangkan ekspor kain dan benang Indonesia ke Amerika Serikat meningkat 21,95 persen. Untuk mempertahankan pangsa pasarnya Indonesia hanya butuh mengekspor kain dan benang ke Amerika Serikat senilai US$ 181,33 juta, namun realisasinya Indonesia mampu mengekspor hingga US$ 195,33 juta. Artinya, Indonesia mendapatkan tambahan pangsa nilai sebesar US$ 14 juta dari negara pesaingnya (Lampiran 2, Tabel 3).

▪ Periode 2004-2005 :

Peningkatan daya saing yang terjadi pada periode sebelumnya, ternyata tidak dapat dipertahankan pada periode ini. Terlihat dari indeks RCA yang bernilai kurang dari satu, yaitu 0,968. Impor kain dan benang Amerika Serikat pada periode ini meningkat 9,08 persen. Namun ekspor kain dan benang Indonesia ke Amerika Serikat hanya meningkat 4,71 persen. Indonesia harus mampu mengekspor kain dan benang sebanyak US$ 213,06 juta ke Amerika Serikat. Realisasinya, Indonesia hanya mampu mengekspor sebanyak US$ 204,53 juta. Hal ini menunjukkan bahwa ada bagian sebanyak US$ 8,54 juta yang seharusnya milik Indonesia namun beralih ke negara pesaing (Lampiran 2, Tabel 3).

Selama periode 1999-2005, ekspor TPT Indonesia ke Amerika Serikat dapat dikatakan mengalami fluktuasi. Hal tersebut mengakibatkan nilai RCA Indonesia mengalami fluktuasi. Keadaan ekonomi Indonesia yang sangat rentan terhadap perekonomian dunia menyebabkan kondisi ekspor TPT Indonesia sangat tergantung oleh permintaan dunia, khususnya Amerika Serikat sebagai salah satu kekuatan ekonomi dunia yang juga merupakan negara tujuan utama ekspor TPT Indonesia.

Pada periode 1999-2000 misalnya, impor pakaian jadi Amerika Serikat mengalami pertumbuhan 14,17 persen. Pada saat itu pula pertumbuhan ekspor pakaian jadi Indonesia ke Amerika Serikat mengalami pertumbuhan sebesar 33,55 persen. Kemudian pada periode 2000-2001, impor pakaian jadi Amerika Serikat

menurun sebesar 1,08 persen. Pada saat yang sama ekspor pakaian jadi Indonesia ke Amerika Serikat menurun sebesar 3,49 persen.

Dari hal tersebut dapat terlihat bahwa kinerja ekspor TPT Indonesia sangat tergantung dari impor TPT Amerika Serikat. Hal ini semakin menguatkan opini bahwa kondisi perekonomian Indonesia masih bergantung pada kondisi ekonomi dunia. Keadaan ekonomi Indonesia sangat rentan terhadap perekonomian dunia.

Berbeda dengan Cina, kondisi ekonomi negara tersebut tidak terlalu bergantung pada kondisi ekonomi dunia khususnya Amerika Serikat sebagai salah satu kekuatan ekonomi dunia. Pada saat impor pakaian jadi Amerika Serikat sedang turun sebesar 1,08 persen di tahun 2001, kinerja ekspor pakaian jadi Cina tidak terkena dampak negatifnya. Justru ekspor pakaian jadi Cina ke Amerika Serikat tetap tumbuh walaupun kecil, yaitu sebesar 2,75 persen.

5.3 Analisis Keunggulan Komparatif Tekstil dan Produk Tekstil Cina