• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. KERANGKA PEMIKIRAN

5.3 Analisis Keunggulan Komparatif Tekstil dan Produk

Amerika Serikat, maka Cina dianggap sebagai pesaing utama dalam mengekspor komoditi tersebut ke Amerika Serikat. Ternyata, daya saing pakaian jadi Cina di pasar Amerika Serikat seperti yang ditunjukkan nilai RCA dalam Tabel 5.3, tidak sebaik nilai RCA yang dimiliki Indonesia. Nilai RCA Cina hanya berkisar antara 1,241 hingga 1,816. Hal ini menunjukkan bahwa secara komparatif, pakaian jadi Indonesia masih memiliki keunggulan yang lebih tinggi daripada pakaian jadi Cina di pasar Amerika Serikat.

Nilai RCA pakaian jadi Cina di pasar Amerika Serikat pada tahun 1999 adalah sebesar 1,654, kemudian meningkat menjadi 1,719 pada tahun 2000. Pada

tahun 2001 nilai RCA Cina menurun menjadi 1,605. Penurunan ini berlanjut hingga tahun 2004, dimana nilai RCA Cina pada saat itu sebesar 1,367 pada tahun 2002, 1,294 pada tahun 2003 dan 1,241 pada tahun 2004. Pada tahun 2005 nilai RCA Cina kembali meningkat menjadi 1,816.

Tabel 5.3 Keunggulan Komparatif Pakaian Jadi Cina di Pasar Amerika Serikat

Ekspor Cina ke AS

(US$ juta) Ekspor Dunia ke AS (US$ juta) Tahun

Pakaian

Jadi Total Pakaian Jadi Total

RCA IndeksRCA 1999 3.854,96 42.004,22 58.784,79 1.059.440 1,654 -2000 4.780,07 52.156,43 67.114,94 1.259.300 1,719 1,039 2001 4.911,37 54.355,08 66.390,96 1.179.180 1,605 0,934 2002 5.324,94 70.050,09 66.731,26 1.200.230 1,367 0,852 2003 6.556,83 92.626,30 71.277,40 1.303.050 1,294 0,946 2004 7.709,42 125.148,96 75.731,27 1.525.680 1,241 0,959 2005 13.693,86 163.180,46 80.070,66 1.732.350 1,816 1,463 Sumber : UN COMTRADE (2007)

Walaupun nilai RCA Cina lebih rendah dari nilai RCA Indonesia, namun bila dilihat dari volume ekspor pakaian jadi ke Amerika Serikat, Cina selalu jauh lebih tinggi dari Indonesia. Rendahnya nilai RCA Cina jika dibandingkan dengan Indonesia lebih dikarenakan rendahnya kontribusi ekspor pakaian jadi terhadap total ekspor Cina ke Amerika Serikat. Rata-rata kontribusi pakaian jadi terhadap total ekspor Cina ke Amerika Serikat hanya 8 persen per tahun. Jika dibandingkan dengan pakaian jadi Indonesia yang memiliki rata-rata kontribusi sekitar 23 % per tahun, jelas nilai RCA Indonesia lebih tinggi dari Cina.

Seperti halnya nilai RCA, indeks RCA Cina yang pada umumnya rendah, bukan menunjukkan pangsa nilai komoditi pakaian jadi Cina yang rendah. Hal ini terlihat dari selalu bertambanya pangsa nilai dari komoditi pakaian jadi Cina pada setiap tahunnya. Analisis lebih spesifik berdasarkan masing-masing periode dapat dijelaskan sebagai berikut :

▪ Periode 1999-2000 :

Pada perode ini indeks RCA Cina sebesar 1,039. Angka ini menunjukkan pangsa nilai pakaian jadi Cina di pasar Amerika Serikat mengalami peningkatan. Impor pakaian jadi Amerika Serikat pada periode ini meningkat 14,17 persen dan ekspor pakaian jadi Cina ke Amerika Serikat meningkat 23,99 persen. Nilai ekspor pakaian jadi Cina ke Amerika Seikat tahun 2000 seharusnya meningkat (100%+14,17%) x US$ 3,855 = US$ 4,401 milyar. Namun realisasinya Cina mampu mengekspor hingga US$ 4,781 milyar. Hal ini berarti ada senilai US$ 0,38 milyar yang beralih ke Cina. Bila dibandingkan dengan Indonesia, tampaknya pada periode ini Indonesia dan Cina sedang mengalami peningkatan pangsa pasar. Namun bila dilihat dari jumlah pangsa pasar yang berhasil diperoleh, Cina sedikit lebih unggul dibandingkan dengan Indonesia (Lampiran 2, Tabel 4).

▪ Periode 2000-2001 :

Penurunan indeks RCA menjadi sebesar 0,934 seharusnya memperlihatkan pangsa pasar pakaian jadi Cina di Amerika Serikat yang menurun. Namun yang terjadi adalah peningkatan pangsa pasar pakaian jadi Cina di pasar Amerika Serikat. Hal ini disebabkan karena peningkatan pangsa pasar

pakaian jadi Cina lebih rendah dari peningkatan pangsa pasar total ekspor Cina di Amerika Serikat. Dengan kata lain, peningkatan total ekspor Cina ke Amerika Serikat lebih tinggi dari peningkatan ekspor pakaian jadi. Hal ini juga yang menyebabkan nilai RCA Cina cenderung lebih rendah dari RCA Indonesia. Impor pakaian jadi Amerika Serikat turun sebesar 1,08 persen. Untuk mempertahankan pangsa pasarnya, Cina hanya butuh mengekspor pakaian jadi ke Amerika Serikat senilai US$ 4,728 milyar, namun realisasinya Cina mampu mengekspor hingga US$ 4,911 milyar. Berarti ada sebanyak US$ 0,183 milyar yang beralih ke Cina. Pada periode ini diduga telah terjadi peralihan pangsa pasar dari Indonesia ke Cina karena Indonesia yang telah kehilangan pangsa pasarnya sebanyak US$ 0,048 milyar (Lampiran 2, Tabel 4).

▪ Periode 2001-2002 :

Kondisi pada periode ini tidak jauh berbeda dengan periode sebelumnya. Dimana indeks RCA yang senilai 0,852 (kurang dari satu) bukan mencerminkan rendahnya daya saing (turunnya pangsa pasar) komoditi pakaian jadi Cina, tetapi karena peningkatan pangsa pasar pakaian jadi Cina di pasar Amerika Serikat diikuti oleh peningkatan yang lebih besar pada pangsa pasar total ekspor Cina di pasar Amerika Serikat. Impor pakaian jadi Amerika meningkat 0,51 persen. Cina hanya butuh mengekspor senilai US$ 4,936 milyar untuk mempertahankan pangsa pasarnya. Namun realisasinya Cina mampu mengekspor hingga US$ 5,324 milyar. Artinya ada bagian sebayak US$ 0,388 milyar yang berali ke Cina. Diduga telah terjadi peralihan

pangsa pasar dari Indonesia ke Cina, karena pada saat itu Indonesia telah kehilangan pangsa pasarnya sebanyak US$ 0,15 milyar (Lampiran 2, Tabel 4).

▪ Periode 2002-2003 :

Pada periode ini indeks RCA Cina sebesar 0,946. Kondisi ini juga tidak jauh berbeda pada periode sebelumnya. Walaupun indeks RCA masih kurang dari satu, namun pangsa pasar pakaian jadi Cina terus meningkat. Peningkatan pangsa pasar pada periode ini mencapai US$ 0,869 milyar. Cina cukup mengekspor pakaian jadi ke Amerika Serikat sebanyak US$ 5,687 milyar untuk mempertahankan pangsa pasarnya. Namun Cina mampu mengekspor hingga 6,556 milyar. Bila dibandingkan dengan Indonesia, peningkatan pangsa pasar yang diperoleh Cina lebih besar, karena pada saat itu Indonesia hanya mampu meningkatkan pangsa pasarnya sebanyak US$ 0,009 milyar (Lampiran 2, Tabel 4).

▪ Periode 2003-2004 :

Peningkatan pangsa pasar dari total ekspor Cina ke Amerika Serikat yang lebih tinggi dari peningkatan pangsa pasar pakaian jadi Cina ke Amerika Serikat menyebabkan indeks RCA pakaian jadi Cina hanya bernilai 0,959. Impor pakaian jadi Amerika Serikat pada periode ini meningkat 6,25 persen. Untuk mempertahankan pangsa pasarnya, Cina hanya butuh mengekspor pakaian jadi senilai US$ 6,966 milyar ke Amerika Serikat. Namun Cina mampu mengekspor hingga US$ 7,709 milyar. Artinya, ada bagian sebanyak US$ 0,743 milyar yang beralih ke Cina. Pada periode ini, Indonesia juga

mengalami peningkatan pangsa pasar, namun tidak sebesar yang dialami oleh Cina, karena Indonesia hanya mampu meningkatkan pangsa pasar sebesar USS 0,194 milyar (Lampiran 2, Tabel 4).

▪ Periode 2004-2005:

Indeks RCA Cina pada perode ini sebesar 1,463. Hal ini menunjukkan daya saing pakaian jadi mengalami peningkatan yang cukup besar (peningkatan pangsa pasar). Bahkan peningkatan pangsa pasar pakaian jadi tersebut lebih besar dari peningkatan pangsa pasar dari total ekspor Cina ke Amerika Serikat. Untuk mempertahankan pangsa pasarnya, Cina hanya butuh mengekspor pakaian jadi sebanyak US$ 8,151 milyar. Namun Cina mampu mengekspor hingga US$ 13,693 milyar. Berarti ada bagian sebanyak US$ 5,542 milyar yang beralih ke Cina. Bila dibandingkan dengan Indonesia, peningkatan pangsa pasar yang dialami oleh Cina jauh lebih besar, karena Indonesia hanya mampu meningkatkan pangsa pasarnya senilai US$ 0,438 milyar.

Prestasi kinerja ekspor yang dimiliki komoditi pakaian jadi, ternyata juga diikuti oleh komoditi kain dan benang Cina. Terlihat dari nilai ekspor komoditi tersebut yang selalu mengalami pertumbuhan positif (kecuali tahun 2001). Nilai RCA kain dan benang Cina berkisar antara 1,753 sampai dengan 2,319. Bila dibandingkan dengan Indonesia, nilai RCA Cina untuk komoditi kain dan benang sedikit lebih baik. Pada periode 1999, nilai RCA Cina lebih tinggi dari nilai RCA Indonesia. Kemudian pada periode 2000 hingga 2002, nilai RCA Indonesia selalu

diatas nilai RCA Cina, namun setelah periode tersebut hingga periode 2005 nilai RCA Cina selalu diatas nilai RCA Indonesia.

Keunggualn komparatif kain dan benang Cina cukup berfluktuatif, pada tahun 1999, nilai RCA Cina sebesar 1,881, kemudian turun menjadi 1,863 pada tahun 2000. Penurunan nilai RCA kembali terjadi pada tahun 2001 yaitu menjadi 1,717, namun meningkat kembali pada tahun 2002 menjadi 1,753. Peningkatan kembali terjadi pada tahun 2003 secara terus-menerus hingga tahun 2005 (1,952 pada tahun 2003, 1,897 pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 sebesar 2,319). Keunggulan komparatif komoditi kain dan benang Cina di pasar Amerika Serikat dapat dilihat pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4 Keunggulan Komparatif Kain dan Benang Cina di Pasar Amerika Serikat

Ekspor Cina ke AS (US$ juta)

Ekspor Dunia ke AS (US$ juta) Tahun Kain dan

Benang Total

Kain dan

Benang Total

RCA IndeksRCA 1999 1.064,64 42.004,22 14.277,44 1.059.440 1,881 -2000 1.233,22 52.156,43 15.985,03 1.259.300 1,863 0,990 2001 1.218,19 54.355,08 15.388,12 1.179.180 1,717 0,922 2002 1.735,01 70.050,09 16.953,42 1.200.230 1,753 1,021 2003 2.532,94 92.626,30 18.251,05 1.303.050 1,952 1,114 2004 3.214,57 125.148,96 20.662,43 1.525.680 1,897 0,972 2005 4.922,64 163.180,46 22.538,18 1.732.350 2,319 1,222 Sumber : UN COMTRADE (2007)

Tabel 5.4 memperlihatkan bahwa indeks RCA untuk komoditi kain dan benang dapat dikatakan mengalami fluktuasi dan berkisar antara 0.922 sampai dengan 1,222. Seperti halnya pada komoditi pakaian jadi, indeks RCA kain dan

benang yang pada umumnya rendah, bukan menunjukkan pangsa relatif komoditi kain dan benang Cina yang rendah. Hal ini terlihat dari selalu bertambanya pangsa pasar dari komoditi kain dan benang Cina pada setiap tahunnya (kecuali periode 2000-2001). Analisis lebih spesifik berdasarkan masing-masing periode dapat dijelaskan sebagai berikut :

▪ Periode 1999-2000 :

Indeks RCA pada periode ini sebesar 0,990 (kurang dari satu). Rendahnya indeks RCA kain dan benang Cina tersebut seharusnya mencerminkan daya saing kain dan benang Cina yang melemah (berkurangnya pangsa pasar). Namun yang terjadi adalah peningkatan pangsa pasar kain dan benang Cina di pasar Amerika Serikat. Hal ini disebabkan karena peningkatan pangsa pasar dari total ekspor Cina di Amerika Serikat lebih tinggi dari peningkatan pangsa pasar kain dan benang. Dengan kata lain, peningkatan total ekspor Cina ke Amerika Serikat lebih tinggi dari peningkatan ekspor pakaian jadi. Pada periode ini Cina berhasil menambah pangsa pasarnya sebesar US$ 0,041 milyar. Pada periode ini Indonesia dan Cina sedang mengalami peningkatan pangsa pasar. Namun bila dilihat dari jumlah pangsa pasar yang berhasil diperoleh, Indonesia sedikit lebih unggul dibandingkan dengan Cina. Karena Indonesia mampu menambah pangsa pasarnya sebesar US$ 0,054 milyar (Lampiran 2, Tabel 4).

▪ Periode 2000-2001 :

Pada periode ini indeks RCA sebesar 0,922. Angka menunjukkan melemahnya daya saing kain dan benang Cina. Impor kain dan benang

Amerika Serikat pada periode ini sedang turun sebesar 3,73 persen. Demikian pula ekspor kain dan benang Cina ke Amerika Serikat, nilainya turun sebesar 1,22 persen. Untuk mempertahankan pangsa pasarnya, Cina harus mengekspor kain dan benang ke Amerika Serikat sebesar (100% - 3,73%) x US$ 1,233 milyar = US$ 1,187 milyar. Namun realisasinya Cina mampu mengekspor sebesar US$ 1,218 milyar. Berarti ada bagian sebanyak US$ 0,031 milyar yang beralih ke Cina. Bila dibandingkan dengan peningkatan pangsa pasar yang dialami Indonesia, Cina sedikit lebih unggul, karena Indonesia hanya berhasil menambah pangsa pasarnya sebanyak US$ 2,26 juta.

▪ Periode 2001-2002 :

Pada periode ini indeks RCA kain dan benang Cina mencapai 1,021. Hal ini menunjukkan peningkatan daya saing kain dan benang Cina di pasar Amerika Serikat. Impor kain dan benang Amerika Serikat meningkat sebesar 10,17 persen. Cina hanya butuh mengekspor kain dan benang sebanyak US$ 1,342 milyar (untuk mempertahankan pangsa pasarnya). Namun Cina berhasil mengekspor kain dan benang hingga US$ 1,735 milyar. Artinya ada bagian sebanyak US$ 0,393 milyar yang beralih ke Cina. Pada periode diduga telah terjadi peralihan pangsa pasar dari Indonesia ke Cina. Karena pada saat itu Indonesia telah kehilangan pangsa pasarnya sebanyak US$ 0,061 milyar (Lampiran 2, Tabel 4).

▪ Periode 2002-2003 :

Indeks RCA kain dan benang Cina sebesar 1,114. Angka tersebut mencerminkan meningkatnya daya saing kain lembaran dan benang (peningkatan pangsa pasar). Impor kain dan benang Amerika Serikat meningkat 7,65 persen, sementara itu ekspor kain lembaran dan benang Cina ke Amerika Serikat meningkat 45,99 persen. Untuk mempertahankan pangsa pasarnya, Cina hanya butuh mengekspor kain lembaran dan benang sebanyak US$ 1,867 milyar. Namun Cina mampu mengekspor hingga US$ 2,532 milyar. Berarti ada bagian sebesar US$ 0,665 milyar. Pada periode ini juga diduga terjadi peralihan pangsa pasar yang semula milik Indonesia namun beralih ke Cina, karena pada saat itu Indonesia telah kehilangan pangsa pasarnya sebanyak US$ 0,054 milyar (Lampiran 2, Tabel 4).

▪ Periode 2003-2004 :

Pada periode ini indeks RCA kain dan benang Cina turun menjadi 0,972. Namun hal ini bukan berarti telah terjadi penururan daya saing atau penurunan pangsa pasar kain dan benang Cina di pasar Amerika Serikat. Justru pada periode ini terjadi peningkatan pangsa pasar kain dan benang Cina. Peningkatan ini disebabkan karena pangsa pasar pakaian jadi Cina di pasar Amerika Serikat diikuti oleh peningkatan yang lebih besar pada pangsa pasar dari total ekspor Cina di pasar Amerika Serikat. Ekspor kain dan benang Cina ke Amerika Serikat yang terjadi pada periode ini mencapai US$ 3,214 milyar. Hal ini menyebabkan pangsa pasar Cina meningkat sebesar

US$ 0,347 milyar. Di lain pihak Indonesia hanya berhasil meningkatkan pangsa pasarnya sebesar US$ 0,014 milyar (Lampiran 2, Tabel 4).

▪ Periode 2004-2005 :

Pada perode ini daya saing kain lembaran dan benang Cina kembali menguat (peningkatan pangsa pasar) dengan indeks RCA sebesar 1,222. Impor kain lembaran dan benang Amerika Serikat meningkat sebesar 9,08 persen. Sementara itu, ekspor kain lembaran dan benang Cina ke Amerika Serikat meningkat hingga 53,14 persen. Secara hipotetik, nilai ekspor kain dan benang Cina ke Amerika Serikat tahun 2005 seharusnya sebesar US$ 3,506 milyar (agar dapat mempertahankan pangsa pasarnya). Namun Cina mampu mengekspor hingga US$ 4,922 milyar. Berarti Cina berhasil menambah pangsa pasarnya sebesar US$ 1,416 miliar. Sebaliknya, Indonesia justru kehilangan pangsa pasar sebesar sebanyak US$ 8,54 juta, maka ada kemungkinan pangsa pasar tersebut beralih ke Cina (Lampiran 2, Tabel 4).

5.4 Analisis Keunggulan Kompetitif Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia