• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL INDONESIA DI PASAR AMERIKA SERIKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL INDONESIA DI PASAR AMERIKA SERIKAT"

Copied!
190
0
0

Teks penuh

(1)

OLEH :

AHMAD HERI FIRDAUS H14103079

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007

(2)

Mempengaruhi Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia di Pasar Amerika Serikat (dibimbing oleh MUHAMMAD FIRDAUS).

Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) merupakan penyumbang devisa terbesar di sektor industri karena memiliki daya saing yang relatif baik di pasar internasional. Amerika Serikat merupakan negara tujuan ekspor TPT terbesar Indonesia. Pada masa liberalisasi perdagangan seperti sekarang ini, tantangan dan persaingan semakin besar, ditambah lagi dengan sudah tidak diberlakukannya pasar kuota. Sebagai salah satu negara produsen dan eksportir produk-produk tekstil terbesar di dunia, Indonesia memandang bahwa liberalisasi perdagangan dunia merupakan peluang yang cukup terbuka bagi kegiatan ekspor produk-produk tekstil. Namun di sisi lain hal ini dipandang sebagai tantangan untuk meningkatkan daya saing agar dapat menghasilkan produk-produk tekstil yang semakin kompetitif di pasarinternasional.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis posisi daya saing Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia di pasar Amerika Serikat (dibandingkan dengan Cina sebagai negara pesaing) serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor TPT Indonesia ke Amerika Serikat dari sisi penawaran dalam jangka panjang. Metode yang digunakan untuk menganalisis daya saing khususnya dalam mengukur dinamika tingkat daya saing suatu industri TPT Indonesia di pasar Amerika Serikat adalah metode Constant Market Share Analysis (CMSA) yang dilanjutkan dengan menggunakan metode Revalead Comparatif Advantage (RCA) untuk menganalisis keunggulan komparatif TPT Indoneisa dan Cina di pasar Amerika Serikat. Penggunaan kedua metode tersebut diolah dengan bantuan software Microsoft Excel 2007. Kemudian untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor TPT Indonesia ke Amerika Serikat digunakan metode Vector Error Correction Model (VECM) dengan bantuan software E-Views 4.1.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kekuatan penawaran ekspor Indonesia yang dicerminkan oleh kekuatan daya saing dari TPT Indonesia masih dibawah kekuatan daya saing TPT Cina. Dari hasil analisis Constant Market Share, terlihat bahwa efek daya saing pakaian jadi, kain lembaran dan benang Indonesia lebih rendah dari efek daya saing pakaian Jadi, kain lembaran dan benang Cina dalam memberikan kontribusi ekspor. Daya saing secara komparatif untuk komoditi pakaian jadi Indonesia lebih baik dibanding komoditi pakaian jadi Cina, hal ini disebabkan ekspor pakaian jadi Indonesia ke Amerika Serikat memberikan kontribisi yang cukup besar terhadap total ekspor Indonesia ke Amerika Serikat. Namun, untuk komoditi kain dan benang Cina lebih memiliki keunggulan komparatif. Perkembangan indeks RCA menunjukkan bahwa pangsa

(3)

pasar Indonesia di Amerika Serikat untuk komoditi pakaian jadi, kain dan benang cenderung berfluktuasi dalam setiap tahunnya, sementara pangsa pasar Cina di Amerika Serikat cenderung bertambah.

Dalam jangka panjang, penurunan ekspor pakaian jadi Indonesia ke Amerika Serikat disebabkan oleh peningkatan harga domestik dan nilai tukar, sedangkan peningkatan ekspor pakaian jadi disebabkan oleh peningkatan harga ekspor dan pemberlakuan kebijakan penghapusan kuota. Perkembangan ekspor pakaian jadi Indonesia ke Amerika Serikat dalam jangka panjang tidak dipengaruhi oleh tingkat produksinya. Dalam jangka panjang peurunan ekspor kain dan benang disebabkan oleh peningkatan produksi dan nilai tukar rupiah. Peningkatan ekspornya disebabkan oleh peningkatan harga ekspor, harga domestik dan pemberlakuan kebijakan penghapusan kuota.

Berdasarkan implikasi yang menunjukkan bahwa dengan diberlakukannya kebijakan penghapusan kuota akan menyebabkan peningkatan ekspor pakaian jadi, kain dan benang Indonesia, maka penulis menyarankan agar kebijakan tersebut tetap dipertahankan. Implikasi tersebut juga menjelaskan bahwa penurunan ekspor dan produksi dapat disebabkan oleh adanya penyelundupan TPT yang disinyalir berasal dari negeri Cina, maka pemerintah harus berusaha sedapat mungkin untuk dapat mencegah atau mengurangi penyelundupan tersebut. Karena dengan adanya penyelundupan yang harganya jauh lebih murah, maka dapat merugikan para produsen domestik. Pemerintah harus lebih memperhatikan keadaan industri ini, mengingat industri ini mempunyai potensi yang cukup bagus di masa depan.

(4)

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK

TEKSTIL INDONESIA DI PASAR AMERIKA SERIKAT

Oleh:

AHMAD HERI FIRDAUS H14103079

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007

(5)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh : Nama Mahasiswa : Ahmad Heri Firdaus Nomor Registrasi Pokok : H14103079

Departemen : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Daya Saing dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia di Pasar Amerika Serikat

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing, Muhammad Firdaus Ph.D NIP : 132 158 758 Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP. 131 846 872

(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Mei 2007

Ahmad Heri Firdaus H14103079

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Ahmad Heri Firdaus, lahir pada tanggal 13 Januari 1985 di Depok, Jawa Barat. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan M. Rizal dan Henny Gandawati. Pada tahun 1990-1997 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Islam As-Syafi’iah, kemudian melanjutkan pendidikan ke SLTP Negeri 20 Jakarta. Tahun 2003, penulis menyelesaikan pendidikannya di SMU Negeri 51 Jakarta dan diterima di Departemen Ilmu Ekonomi IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di beberapa organisasi kemahasiswaan diantaranya Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen (DPM FEM) pada tahun 2004-2005 dan Himpunan Profesi dan Peminat Ilmu Ekonomi (Hipotesa) pada tahun 2004-2006. Selain organisasi kampus, penulis juga aktif di luar kampus, yakni menjadi pengurus inti Ikatan Mahasiswa Ilmu Ekonomi dan Pembangunan (IMEPI) periode 2006-2007.

Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, penulis melakukan penelitian mengenai “Analisis Daya Saing dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia di Pasar Amerika Serikat”. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. Atas izin-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Daya Saing dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia di Pasar Amerika Serikat”

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk membandingkan posisi daya saing Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia dengan TPT Cina di pasar Amerika Serikat serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor TPT Indonesia ke Amerika Serikat dari sisi penawaran dalam jangka panjang.

Di atas segala hal, untuk kuasa Illahi Rabbi, penulis mengucapkan syukur atas segala karunia selama perjalanan hidup. Dengan segenap kerendahan hati, pada kesempatan kali ini izinkanlah penulis menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih yang mendalam kepada :

1. Ibunda Henny Gandawati dan Ayahanda M. Rizal yang telah memberikan do’a, semangat, motivasi dan pengorbanan dengan rasa penuh kasih sayang yang tak terhingga.

2. Muhammad Firdaus Ph.D selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingannya dalam penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.

3. Dr. Sri Mulatsih dan Jaenal Effendi, MA selaku dosen penguji utama dan dosen penguji dari komisi pendidikan yang telah banyak memberikan saran dan kritik demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

4. Seluruh pihak dari Badan Pusat Statistik dan Departemen Perindustrian RI yang telah berkenan membantu dalam penyusunan skripsi ini.

5. Keluarga besar nenek Tjitjih Soekarsih yang telah banyak memberikan do’a, motivasi dan dukungan dalam berbagai bentuk.

6. Teman dekat penulis (Irmaida) yang selalu setia membantu dalam berbagai hal sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan denga baik.

(9)

7. Semua teman-teman IE angkatan 40 (Aji, Wida, Mimi, Bunda, Wenny, Wiwit, Aga, Ratih, Giri, Nur, Rico, Elly, Rio, Beby, Abang, Winsih) atas dukungan, motivasi dan keceriaan serta kebersamaan yang diberikan selama penulisan skripsi ini.

8. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis baik langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan serta keterbaasan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang semata-mata bertujuan untuk memperbaiki berbagai kekurangan yang ada sangat penulis harapkan. Akhirnya, semoga skripsi ini bisa memeberikan sumbangan kecil bagi perkembangan ekonomi Indonesia serta dapat menambah khazanah pengetahuan kita.

Bogor, Mei 2007

Ahmad Heri Firdaus

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix DAFTAR LAMPIRAN ... x I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar belakang ... 1 1.2 Perumusan masalah ... 5 1.3 Tujuan penelitian ... 8 1.4 Manfaat penelitian ... 9

1.5 Ruang lingkup penelitian ... 10

II. KERANGKA PEMIKIRAN ... 11

2.1 Terminologi ... 11

2.1.1 Pengertian Industri ... 11

2.1.2 Pengertian Industri TPT ... 11

2.1.3 Pengertian Daya Saing ... 13

2.1.4 Ekspor dan impor ... 13

2.2 Penelitian terdahulu ... 14

2.2.1 Penelitian Mengenai Industri Tekstil ... 14

2.2.2 Penelitian Mengenai Daya Saing ... 15

2.2.3 Penelitian Mengenai Vector Error Correction Model (VECM)……….. 16

2.3 Kerangka pemikiran teoritis ……… 17

2.3.1 Teori Perdagangan Internasional ………... 17

2.3.2 Teori Penawaran Ekspor ……… 20

2.3.3 Teori Permintaan Ekspor ………... 21

2.3.4 Teori Keunggulan Kompetitif Negara ……… 22

(11)

2.3.6 Teori Constant Market Share (CMS) ………... 26

2.3.7 Teori Vector Error Correction Model (VECM) ……… 27

2.3.8 Teori Kointegrasi ….………... 28

2.4 Kerangka Pemikiran Operasional ……….……. 30

2.5 Hipotesis ……….…. 36

III METODE PENELITIAN ………... 37

3.1 Jenis dan Sumber Data ……….. 37

3.2 Metode Analisis dan Pengolahan Data ……….. 38

3.2.1 Revalead Comparatif Advantage (RCA) ……… 38

3.2.2 Constant Market Share (CMS) ………... 39

3.2.3 Uji Unit Root ...……… 40

3.2.4 Kriteria Informasi ………... 41

3.2.5 Uji Kointegrasi ………... 42

3.2.6 Vector Error Correction Model (VECM) …..………… 43

3.2.7 Uji Kausalitas Multiariat ………... 44

3.2.8 Variance Decomposition (VD) dan Impulse Response Funciton (IRF) ………..……….. 45

3.3 Definisi Operasional ……….. 46

IV GAMBARAN UMUM ………..……… 48

4.1 Perkembangan Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia ………... 48

4.1.1 Jumlah Perusahaan Pada Industri TPT Indonesia …….. 48

4.1.2 Jumlah Tenaga Kerja Pada Industri TPT Indonesia ….. 48

4.1.3 Jumlah Mesin Pada Industri TPT Indonesia …………. 49

4.1.4 Jumlah Produksi Yang Pada Industri TPT Indonesia ... 50

4.2 Perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia ………….. 51

4.3 Ketentuan Perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil di Pasar Internasional ………..……….. 54

4.3.1 Perjanjian TPT Dalam Ketentuan MFA (Multi Fibre Arrangement) ……… 55

4.3.2 Perjanjian TPT Di Bawah Kerangka WTO (World Trade Organization) ……….. 57

(12)

V ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL INDONESIA DI PASAR AMERIKA

SERIKAT ………. 59

5.1 Determinan Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil di pasar Amerika Serikat ………… 59

5.1.1 Analisis CMS Indonesia ……… 59

5.1.2 Analisis CMS Cina ………. 65

5.2. Analisis Keunggulan Komparatif Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia ... 70

5.3 Analisis Keunggulan Komparatif Tekstil dan Produk Tekstil Cina ... 81

5.4 Analisis Keunggulan Kompetitif Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia (Porter’s Diamond) ... 91

5.4.1 Kondisi Faktor ……….. 91

5.4.2 Kondisi Permintaan ………... 95

5.4.3 Strategi Perusahaan, Struktur, dan Persaingan ………... 96

5.4.4 Industri Terkait dan Industri Pendukung …………... 99

VI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL INDONESIA KE PASAR AMERIKA SERIKAT ... 102

6.1 Uji Unit Root ……….……… 102

6.2 Penetapan Tingkat Lag Optimal ………... 104

6.3 Uji Kointegrasi ……….. 105

6.4 Estimasi Vector Error Coreection Model (VECM) …………. 107

6.5 Uji Kausalitas Multivariat ……… 109

6.6 Matriks Korelasi ………... 111

6.7 Variance Decomposition (VD) ………. 113

6.8 Impulse Response Function (IRF) ……… 115

6.8.1 Respon Ekspor Pakaian Jadi Indonesia ke Amerika Serikat Terhadap Inovasi Faktor - Faktor Yang Mempengaruhinya ………... 116

6.8.2 Respon Ekspor Kain dan Benang Indonesia ke Amerika Serikat Terhadap Inovasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya ……… 120

(13)

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 130

7.1 Kesimpulan ... 130

7.2 Saran ... 131

DAFTAR PUSTAKA ………. 132

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1.1 . Nilai Ekspor Non Migas Indonesia (menurut sektor) tahun

2001 – 2006 ... 1 1.2 . Nilai Ekspor TPT Indonesia ke Berbagai Negara tahun

2000 – 2006 ... 3 1.3 . Nilai Ekspor TPT Indonesia dan Cina ke Amerika Serikat

tahun 1998 – 2005 (US$) ……….. 6 3.1 . Jenis dan Sumber Data ...…… 37 4.1 . Jumlah Perusahaan Pada Industri TPT Indonesia ………. 48 4.2 . Jumlah Tenaga Kerja pada Industri TPT Indonesia ……....…….. 49 4.3 . Jumlah Mesin Pada Industri TPT Indonesia ………... …….. 50 4.4 . Jumlah Produksi Yang Dihasilkan Pada Industri TPT Indonesia ... 51 4.5 . Nilai Ekspor dan Impor Industri TPT Indonesia ………...…….. 53 5.1 . Keunggulan Komparatif Pakaian Jadi Indonesia di Pasar

Amerika Serikat ... 71 5.2 . Keunggulan Komparatif Kain dan Benang Indonesia di Pasar

Amerika Serikat ... 77 5.3 . Keunggulan Komparatif Pakaian Jadi Cina di Pasar Amerika

Serikat... 81 5.4 . Keunggulan Komparatif Kain dan Benang Cina di Pasar

Amerika Serikat ... 86 6.1 . Uji Unit Root Variabel-Variabel dalam Fungsi Ekspor Pakaian

Jadi, Kain dan Benang Indonesia ke Amerika Serikat (level) …… 103 6.2 . Uji Unit Root Variabel-Variabel dalam Fungsi Ekspor Pakaian

Jadi, Kain dan Benang Indonesia ke Amerika Serikat

(First Difference) ………... 104 6.3 . Perhitungan Lag Optimal Variabel-Variabel Dalam Fungsi Ekspor

Pakaian Jadi, Kain dan Benang Indonesia ke Amerika Serikat…… 105 6.4 . Hasil Uji Kointegrasi Variabel-Variabel Dalam Fungsi Ekspor

Pakaian Jadi Indonesia ke Amerika Serikat ……… 106 6.5 . Hasil Uji Kointegrasi Variabel-Variabel Dalam Fungsi Ekspor

Kain dan Benang Indonesia ke Amerika Serikat ... 107 6.6 . Estimasi VEC Ekspor Pakaian Jadi Indonesia ke Amerika

(15)

6.7 . Estimasi VEC Ekspor Kain dan Benang Indonesia ke Amerika Serikat dengan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya ... 109 6.8 . Hasil Uji VAR Pairwise Granger Causality Test Antara Ekspor

Pakaian Jadi Indonesia ke Amerika Serikat dengan Faktor-

Faktor yang Mempengaruhinya ………... 110 6.9 . Hasil Uji VAR Pairwise Granger Causality Test Antara Ekspor

Kain dan Benang Indonesia ke Amerika Serikat dengan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya …..………...……... 111 6.10 . Matriks Korelasi Variabel-Variabel dalam Fungsi Ekspor

Pakaian Jadi Indonesia ke Amerika Serikat. ... 112 6.11 . Matriks Korelasi Variabel-Variabel dalam Fungsi Ekspor

Kain dan Benang Indonesia ke Amerika Serikat ……… 112 6.12 . Variance Decompositon Variabel Ekspor Pakaian Jadi

Indonesia ke Amerika Serikat ………. …….. 114 6.13 . Variance Decompositon Variabel Ekspor Kain dan Benang

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

2.1. Keseimbangan Dalam Perdagangan Internasional ... 19 2.2. Porter’s Diamond ... 23 2.3. Skema Kerangka Pemikiran Operasional... 35 6.1. Respon Ekspor Pakaian Jadi Terhadap Inovasi Ekspor Pakaian

Jadi ... 116 6.2. Respon Ekspor Pakaian Jadi Terhadap Inovasi Kebijakan

Penghapusan Kuota ... 117 6.3. Respon Ekspor Pakaian Jadi Terhadap Inovasi Produksi

Domestik ... 118 6.4. Respon Ekspor Pakaian Jadi Terhadap Inovasi Harga Domestik ... 118 6.5. Respon Ekspor Pakaian Jadi Terhadap Inovasi Harga Ekspor ... 119 6.6. Respon Ekspor Pakaian Jadi Terhadap Inovasi Nilai Tukar

Rupiah ... 120 6.7. Respon Ekspor Pakaian Jadi Terhadap Inovasi Ekspor Kain

dan Benang ………. 120 6.8. Respon Ekspor Pakaian Jadi Terhadap Inovasi Kebijakan

Penghapusan Kuota ..………. 121 6.9. Respon Ekspor Pakaian Jadi Terhadap Inovasi Harga Ekspor …. 122 6.10. Respon Ekspor Pakaian Jadi Terhadap Inovasi Nilai Tukar …… 122 6.11. Respon Ekspor Pakaian Jadi Terhadap Inovasi Harga Domestik .. 123 6.12. Respon Ekspor Pakaian Jadi Terhadap Inovasi Produksi

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Hasil Kalkulasi CMSA Pakaian Jadi, Kain dan Benang Indonesia

di Pasar Amerika Serikat ………... 135

Hasil Kalkulasi CMSA Pakaian Jadi, Kain dan Benang Cina di Pasar Amerika Serikat ………... 136

2. Perhitungan Efek Daya Saing Pakaian Jadi, Kain dan Benang Indonesia di Pasar Amerika Serikat ………. 137

Perhitungan Efek Daya Saing Pakaian Jadi, Kain dan Benang Cina di Pasar Amerika Serikat ………. 138

3. Nilai Impor total, pakaian jadi serta kain dan benang USA tahun 1999 – 2005 ……….. 139

Nilai ekspor Pakaian Jadi, Kain dan benang Indonesia dan Cina ke Amerika Serikat tahun 1999 – 2005 ……….. 139

4 Data Pakaian Jadi yang digunakan ……… 140

Data Kain dan Benang yang digunakan ……… 142

5 Uji Stasioneritas Data ………... 146

5.1 Variabel-variabel Fungsi Ekspor Pakaian Jadi Indonesia ke Amerika Serikat ……… 146

5.2 Variabel-variabel Fungsi Ekspor Kain dan Benang Indonesia ke Amerika Serikat ……… 154

6 Penetapan Lag Optimal 6.1 Variabel-Variabel Fungsi Ekspor Pakaian Jadi Indonesia ke Amerika Serikat ………. 162

6.2 Variabel-Variabel Fungsi Ekspor Kain dan Benang Indonesia ke Amerika Serikat ……… 162

7 Uji Kointegrasi 7.1 Variabel-Variabel Fungsi Ekspor Pakaian Jadi Indonesia ke Amerika Serikat ………. 163

7.2 Variabel-Variabel Fungsi Ekspor Kain dan Benang Indonesia ke Amerika Serikat ………. 163

8 Estimasi VECM 8.1 Variabel Ekspor Pakaian Jadi Indonesia ke Amerika Serikat dengan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya ………... 164

(18)

8.2 Variabel Ekspor Kain dan Benang Indonesia ke Amerika Serikat dengan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya ………. 165 9 Uji Kausalitas Multivariat ………..……… 168

9.1 Uji VAR Pairwise Granger Causality Test Antara Ekspor Pakaian Jadi Indonesia ke Amerika Serikat dengan Faktor-

Faktor yang Mempengaruhinya ………. 168 9.2 Uji VAR Pairwise Granger Causality Test Antara Ekspor

Kain dan Benang Indonesia ke Amerika Serikat dengan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya ………. 169 10 Variance Decomposition (VD) ……….. 171

10.1 VD Variabel Ekspor Pakaian Jadi Indonesia ke Amerika

Serikat ………. 171 10.2 VD Variabel Ekspor Kain dan Benang Indonesia ke Amerika

Serikat ……….. 172 11 Impulse Response Function (IRF) ………. 173

11.1 Respon Ekspor Pakaian Jadi Indonesia ke Amerika Serikat

Terhadap Inovasi Faktor-faktor yang Mempengaruhinya ……… 173 11.2 Respon Ekspor Kain dan Benang Indonesia ke Amerika Serikat

(19)

Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk industri dinilai selalu memiliki nilai tukar yang tinggi atau lebih menguntungkan serta menciptakan nilai tambah yang lebih besar dibandingkan dengan produk-produk sektor lain (Dumairy, 2000). Hingga saat ini, sektor industri telah memberikan kontribusi terbesar terhadap pembentukan ekspor dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya. Ini memberikan arti bahwa kontribusi pertumbuhan nasional dari sektor industri masih sangat besar. Dengan demikian, apabila kinerja pada sektor industri ini mengalami gangguan, maka secara tidak langsung perekonomian nasional juga ikut terganggu.

Seperti yang sudah terangkum dalam Tabel 1.1, jumlah ekspor yang paling besar selama periode tahun 2001 hingga pertengahan tahun 2006 adalah pada sektor industri.

Tabel 1.1 Nilai ekspor non migas Indonesia (menurut sektor) tahun 2001 – 2006 (Juta US$) Sektor 2001 2002 2003 2004 2005 2006* Pertanian 2.438,5 2.568,3 2.526,1 2.496,2 2.880,2 1.244,8 Pertamba- ngan 3.569,6 3.743,7 3.995,6 4.761,4 7.946,8 3.765,7 Industri 37.671,1 38.729,6 40.879,9 48.677,3 55.593,6 24.818,9 Komoditi Lainnya 5,4 4,5 5,2 4,4 7,8 2,8

Keterangan : *) Januari - Mei

(20)

Industri yang selama ini cukup menjadi andalan bagi sejumlah negara, termasuk Indonesia adalah industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT). Sebagai salah satu negara produsen dan eksportir TPT terbesar di dunia, Indonesia memandang bahwa liberalisasi perdagangan dunia merupakan peluang yang cukup terbuka bagi kegiatan ekspor TPT. Di sisi lain hal ini dipandang sebagai tantangan untuk meningkatkan daya saing agar dapat menghasilkan TPT yang semakin kompetitif di pasar internasional.

Peningkatan daya saing komoditi merupakan tantangan terbesar bagi industri TPT Indonesia, terutama untuk menghadapi era perdagangan bebas. Mengingat iklim persaingan yang semakin ketat, ditambah lagi dengan sudah tidak diberlakukannya pasar kuota menyebabkan industri TPT Indonesia mendapat ancaman yang serius dari negara-negara yang juga merupakan produsen TPT seperti Cina. Indonesia yang selama ini merupakan salah satu negara pengekspor TPT terbesar ke Amerika Serikat mulai mendapat tantangan dari pesaing-pesaing negara-negara yang juga merupakan produsen TPT seperti Cina, India, Vietnam, Pakistan dan Bangladesh. Dengan semakin banyaknya TPT Cina yang masuk ke pasar Amerika Serikat tersebut tentunya menjadi tantangan sekaligus ancaman terhadap ekspor TPT Indonesia ke Amerika Serikat.

Perkembangan ekspor TPT Indonesia menunjukkan bahwa selama tahun 2000 hingga 2002 ekspor TPT Indonesia secara umum mengalami penurunan. Namun ekspor TPT Indonesia mulai meningkat kembali dari tahun 2003 hingga tahun 2005. Ekspor tahun 2006 hingga 2008 diprediksi akan terus meningkat karena pengaruh dari pemberlakuan kebijakan penghapusan kuota. Berdasarkan

(21)

Tabel 1.2, selama periode tahun 2000 sampai dengan pertengahan tahun 2006, Amerika Serikat merupakan pasar tujuan utama ekspor TPT Indonesia.

Tabel 1.2 Nilai Ekspor TPT Indonesia ke berbagai negara tahun 2000 – 2006 .(Juta US$) Negara 2001 2002 2003 2004 2005 2006* Amerika Serikat 2175,50 2008,19 2105,31 2452,72 3034,41 1361,04 Jepang 459,98 369,89 424,17 461,41 460,70 251,33 Jerman 377,55 328,82 402,58 459,28 489,88 275,30 Korea 186,99 195,06 173,63 193,68 215,50 103,68 UEA 380,94 327,88 350,81 268,88 309,06 154,48 Malaysia 163,57 190,14 203,21 187,87 191,39 92,07 Keterangan : *) Januari - Mei

Sumber : UN COMTRADE (2006)

Secara konseptual, pertumbuhan atau kinerja ekspor TPT Indonesia akan ditentukan oleh dua fakor, yaitu faktor permintaan dan faktor penawaran. Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekspor akan dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi dunia. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi dunia, maka akan semakin tinggi impor dari Indonesia yang artinya semakin tinggi pula ekspor Indonesia. Dari sisi penawaran, kinerja ekspor akan sangat dipengaruhi oleh daya kompetisi yang bisa dicerminkan dari nilai tukar riil dan juga berbagai hambatan domestik.

Cina diprediksi akan menguasai 22 persen pasar dunia. Sedangkan keseluruhan negara Asia lainnya hanya akan menguasai pasar sebesar 16 persen. Pangsa pasar Indonesia jelas akan lebih kecil lagi. Meskipun demikian, peluang dari sisi permintaan tetap ada. Artinya, dari sisi permintaan sebenarnya industri TPT Indonesia masih memiliki peluang.

(22)

Adanya pengaruh pertumbuhan ekspor TPT Cina yang semakin pesat ke seluruh dunia, akan menekan pertumbuhan ekspor TPT Indonesia. Pertumbuhan ekspor TPT Cina yang tinggi tersebut dapat dilihat dari semakin banyaknya TPT Cina yang membanjiri pasar tujuan ekspor utama yakni Amerika Serikat. Ekspor TPT Indonesia ke Amerika Serikat per tahun hanya 5 miliar dollar AS, sedangkan Cina bisa mencapai 40 miliar dollar AS.

Sebagai pengekspor hasil-hasil sumberdaya alam, Indonesia bisa menarik banyak keuntungan. Namun, pada saat yang sama, industralisasi akan kian sulit akibat persaingan. Salah satu tindakan nyata yang harus dilakukan oleh industri TPT Indonesia adalah meningkatkan daya saing.

Dalam membangun sebuah industri TPT yang kuat dan memiliki daya saing tinggi, banyak tantangan atau masalah yang harus dihadapi. Permasalahan dari dalam antara lain berkaitan dengan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi output. Faktor-faktor produksi mulai dari bahan baku seperti kapas masih harus diimpor dari negara lain, padahal bahan baku tersebut merupakan bahan baku yang paling utama dalam proses produksi industri TPT. Kemudian masalah mesin-mesin produksi, menurut Sekretaris Eksekutif Asosiasi Pertekstilan Indonesia Ernovian G. Ismy, mesin-mesin TPT pada umumnya sudah berusia rata-rata lebih dari 15 tahun. Hal ini menyebabkan produktivitas menurun, sementara konsumsi bahan bakar semakin meningkat. Akibatnya jumlah ekspor TPT Indonesia semakin tidak mampu mengimbangi permintaan dunia yang semakin besar. Pada tahun 2000 ekspor TPT mencapai US$ 8,2 miliar, tetapi sejak itu tidak pernah lagi menyentuh US$ 8 miliar, kecuali tahun lalu senilai US$ 8,5

(23)

miliar1. Suku cadang mesin dan bahan penolong lainnya juga masih harus diimpor. Masalah internal lain yang menghambat perkembangan industri TPT antara lain seperti peningkatan biaya akibat dari kenaikan tarif listrik dan Bahan Bakar Minyak, penyelundupan dan proses bea cukai, serta kenaikan “ekonomi biaya tinggi” lainnya. Semua hal diatas dapat berpengaruh pada daya saing dari output industri TPT.

Permasalahan dari luar yaitu berkaitan dengan penghapusan kuota di pasar utama ekspor yakni Amerika Serikat dan Uni Eropa, per 1 Januari 2005, serta persaingan dengan Cina, India, Vietnam dan pakistan. Seharusnya penghapusan kuota dapat dijadikan sinyal positif, karena menguntungkan produsen yang dapat bersaing dari segi harga maupun mutu. Penghapusan kuota di pasar Amerika Serikat dan Uni Eropa diperkirakan akan meningkatkan ekspor TPT dunia.

1.2 Perumusan Masalah

Industri TPT merupakan industri salah satu sub sektor industri yang menopang perekonomian Indonesia. Industri ini memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi pertumbuhan nasional. Dari segi penyerapan tenaga kerja industri ini juga menyerap sekitar seperempat dari total tenaga kerja di sektor manufaktur2.

Dalam perkembangan beberapa tahun terakhir, industri TPT mengalami pertumbuhan ekspor yang lebih lambat dibanding negara-negara pesaing utama seperti Cina. Hal ini disebabkan oleh hambatan-hambatan yang terbagi menjadi dua bagian, yaitu permasalahan eksternal dan internal. Tantangan eksternal adalah penghapusan kuota di pasar utama ekspor yakni Amerika Serikat dan Uni Eropa,

(24)

pada 1 januari 2005, serta persaingan dengan salah satu negara besar di Asia, yaitu Cina, baik dalam persaingan di pasar internasional maupun di pasar lokal. Tantangan internal berhubungan dengan daya saing, yaitu peningkatan biaya, masalah buruh, ekonomi biaya tinggi dan rendahnya investasi yang mengalir ke industri ini.

Dari Tabel 1.3 dapat terlihat bahwa nilai ekspor TPT Cina ke Amerika Serikat selalu jauh diatas nilai ekspor TPT Indonesia ke Amerika Serikat. Selain itu, rata-rata ekspor TPT Cina ke Amerika Serikat mengalami pertumbuhan yang sangat tinggi dan jauh di atas Indonesia, walaupun pertumbuhan ekspor TPT Indonesia ke Amerika Serikat sempat di atas Cina pada tahun 1999 – 2000, namun setelah itu Indonesia selalu dibawah. Pada tahun 1998 nilai ekspor TPT Indonesia ke Amerika Serikat sebesar US$ 1.363.509.682, kemudian naik menjadi US$ 1.680.939.082 pada tahun 1999 yang menyebabkan pertumbuhan ekspor TPT Indonesia naik sebesar 23,3 persen. Begitu juga pada tahun 2000, nilai ekspor TPT Indonesia ke Amerika Serikat naik menjadi US$ 2.261.348.797, menyebabkan petumbuhan ekspor TPT Indonesia ke Amerika Serikat naik sebesar 34,5 persen. Sementara Cina walaupun nilai ekspornya lebih tinggi yaitu pada tahun 1998 sebesar US$ 4.700.615.121 dan pada tahun 1999 sebesar US$ 4.960.113.595 namun pertumbuhannya hanya 5,5 persen pada tahun 1999. Begitu juga pada tahun 2000 yaitu nilai ekspornya sebesar US$ 6.029.249.623 hanya mengalami pertumbuhan sebesar 21,5 persen.

Mulai dari tahun 2001 hingga tahun 2005 pertumbuhan ekspor TPT Indonesia ke Amerika Serikat selau dibawah Cina, bahkan pada tahun 2001 dan

(25)

2002 pertumbuhan ekspor TPT Indonesia ke Amerika Serikat mengalami penurunan masing-masing sebesar 3,8 persen dan 7,7 persen. Sementara Cina hanya turun sebesar 0,4 persen pada tahun 2001 kemudian meningkat lagi pada tahun 2002 sebesar 15,6 persen.

Tabel 1.3 Nilai Ekspor TPT Indonesia dan Cina ke Amerika Serikat tahun .1998 – 2005 (US$)

Indonesia China Tahun

Nilai Perubahan (%) Nilai Perubahan (%)

1998 1.363.509.682 _ 4.700.615.121 _ 1999 1.680.939.082 23,3 4.960.113.595 5,5 2000 2.261.348.797 34,5 6.029.249.623 21,5 2001 2.175.502.336 -3,8 6.005.696.108 -0,4 2002 2.008.187.668 -7,7 6.942.222.916 15,6 2003 2.105.310.241 4,8 8.996.040.409 29,6 2004 2.452.720.973 16,5 10.866.382.074 20,8 2005 3.034.413.617 23,7 18.591.329.025 71,1 Sumber : UN COMTRADE (2006)

Pada tahun 2003, nilai ekspor TPT Indonesia ke Amerika Serikat sebesar US$ 2.105.310.241, menyebabkan pertumbuhannya naik sebesar 4,8 persen, namun tertinggal jauh oleh Cina yang mengalami pertumbuhan sebesar 29,6 persen dengan nilai ekspor sebesar US$ 8.996.040.409. Begitu juga pada tahun 2004 pertumbuhan ekspor TPT Indonesia ke AS mengalami kenaikan sebesar 16,5 persen dengan nilai ekspor sebesar US$ 2.452.720.973, sedangkan Cina mengalami pertumbuhan sebesar 20,8 persen dengan nilai ekspor sebesar US$ 10.866.382.074.

(26)

Pertumbuhan ekspor TPT ke Amerika Serikat secara drastis dialami oleh Cina pada tahun 2005 yaitu sebesar 71,1 persen dengan nilai ekspor US$ 18.591.329.025. Sedangkan Indonesia hanya meningkat sebesar 23,7 persen dengan nilai US$ 3.034.413.617. Pertumbuhan total ekspor TPT ke Amerika Serikat yang dialami oleh Cina dari tahun 1998 hingga tahun 2005 adalah sebesar 295,5 persen dengan nilai ekspor sebesar US$ 4.700.615.121 pada tahun 1998 dan sebesar US$ 18.591.329.025 pada tahun 2005. Sedangkan Indonesia hanya mengalami pertumbuhan sebesar 122,5 persen dengan nilai ekspor sebesar US$ 1.363.509.682 pada tahun 1998 dan sebesar US$ 3.034.413.617 pada tahun 2005.

Hal di atas menunjukkan bahwa TPT indonesia harus lebih memiliki daya saing yang tinggi agar dapat bersaing dengan TPT dari negara pesaing seperti Cina. Berdasarkan pada penjelasan di atas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. .Bagaimana posisi daya saing industri TPT Indonesia dan Cina di pasar Amerika Serikat ?

2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi ekspor TPT Indoneisa di pasar Amerka Serikat ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini ádalah sebagai berikut :

1.. Membandingkan posisi daya saing industri TPT Indonesia dan Cina di pasar Amerika Serikat.

(27)

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor TPT ke Amerika Serikat.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi serta bukti empirik mengenai daya saing TPT Indonesia di pasar tujuan ekspor utama yaitu Amerika Serikat. Serta dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang paling dominan mempengaruhi ekspor TPT ke Amerika Serikat, khususnya pada masa penghapusan kuota. Manfaat secara lebih khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi pemerintah sebagai pembuat kebijakan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai daya saing industri TPT indonesia di salah satu pasar tujuan ekspor yaitu Amerika Serikat, sehingga pemerintah mendapat informasi dan bahan masukan dalam merumuskan berbagai kebijakan yang bersifat kompetitif di masa yang akan datang.

2. Bagi para pelaku pasar, hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi tambahan atas kondisi industri TPT di Indonesia saat ini dan dapat mengetahui langkah-langkah untuk meningkatkan daya saing industri TPT indonesia. 3. Bagi penulis, penelitian ini sebagai sarana pembelajaran dalam memahami

industri TPT secara lebih mendalam. Selain itu, penelitian ini juga sebagai proses belajar untuk lebih kritis dalam menganalisis daya saing TPT Indonesia di pasar Amerka Serikat, serta dapat membuka wawasan dan pemahaman untuk mencari jawaban atas perumusan masalah.

(28)

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Departemen Perindustrian, jenis TPT digolongkan menjadi: serat (fiber), benang (yarn), pakaian jadi (clothing and accessories), tekstil atau kain lembaran (textile) dan produk tekstil lainnya (other textile product). Namun tidak semua jenis tekstil yang akan dibahas di dalam penelitian ini, melainkan hanya jenis pakaian jadi (SITC 84), kain lembaran dan benang (SITC 65). Pakaian jadi merupakan komoditi yang memberikan kontribusi ekspor terbesar dari semua jenis TPT.

Penelitian ini membahas mengenai daya saing TPT Indonesia dan Cina di pasar Amerika Serikat dari segi keunggulan komparatif. Sedangkan dari segi keunggulan kompetitif hanya dibahas untuk negara Indonesia saja. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor TPT Indonesia ke Amerika Serikat dalam penelitian ini lebih dilihat dari sisi penawaran dalam jangka panjang.

(29)

2.1.1 Pengertian Industri

Istilah industri mempunyai dua arti. Pertama, industri dapat berarti himpunan perusahaan-perusahaan sejenis. Dalam konteks ini sebutan industri kosmetika misalnya, berarti himpunan perusahaan penghasil produk-produk kosmetik, industri tekstil maksudnya himpunan pabrik atau perusahaan tekstil. Kedua, industri dapat pula merujuk suatu sektor ekonomi yang di dalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi. Dalam pengolahan itu sendiri dapat bersifat masinal, elektrikal, atau bahkan manual (Dumairy, 2000).

2.1.2 Pengertian Industri TPT (Tekstil dan Produk Tekstil)

Secara umum, tekstil adalah bahan pakaian atau kain. Jika dilihat dari sisi keuntungan, tekstil tidak hanya untuk pakaian, tapi juga dapat digunakan untuk kebutuhan rumah tangga, industri atau kegunaan lainnya (kain kasur, gorden, taplak meja, tas, koper, dan lain-lain). Tekstil berasal dari bahasa latin yaitu textiles yang berarti menenun atau kain tenun. Menurut Gunadi dalam Djamrie (2003), tekstil adalah suatu benda yang berasal dari serat atau benang yang dianyam (ditenun) atau dirajut, direnda, dilapis, dikempa, untuk dijadikan bahan pakaian atau untuk keperluan lainnya. Jadi industri Tekstil dan Produk Tekstil adalah kegiatan memproduksi barang yang berasal dari serat atau benang yang

(30)

dianyam (ditenun) atau dirajut, direnda, dilapis, dikempa, untuk dijadikan bahan pakaian atau untuk keperluan lainnya.

Empat sektor penting industri TPT adalah serat, benang, tenunan/kain, dan garment. Secara teknis, struktur industri TPT nasional dibagi menjadi tiga sub sektor, yaitu :

1. Sektor hulu (upstream)

Industri sektor hulu adalah industri pembuat serat (fiber) dan pemintal (spinning), seperti serat kapas, serat sintetik, serat selulosa, dan bahan baku serat sintetik. Industri ini bersifat padat modal, full-automatic, berskala besar, jumlah tenaga kerja sedikit, dan output per tenaga kerja besar.

2. Sektor menengah (midstream)

Sektor menengah meliputi industri yang bergerak pada bidang pemintalan (spinning), pertenunan (weaving), dan pencelupan/penyempurnaan (dyeing/finishing). Industri ini bersifat semi padat modal dan teknologi yang digunakan telah berkembang dengan penyerapan tenaga kerjanya lebih besar dari sektor hulu.

3. Sektor hilir (downstream)

Industri pada sektor hilir adalah garmen atau pakaian jadi. Sektor ini paling banyak menyerap tenaga kerja sehinga sifat industrinya adalah padat karya. Jumlah tenaga kerja yang sebagian besar adalah wanita menjadi pembeda sektor hilir dengan sektor-sektor lainnya.

(31)

2.1.3 Pengertian Daya Saing

Daya saing merupakan kemampuan suatu komoditi untuk memasuki pasar luar negeri dan kemampuan untuk dapat bertahan di dalam pasar tersebut, dalam artian jika suatu produk mempunyai daya saing maka produk tersebutlah yang banyak diminati konsumen (Tambunan, 2001). Dilihat dari keberadaannya mengenai keunggulan dalam daya saing, maka keunggulan daya saing dari suatu komoditi dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu keunggulan alamiah/keunggulan absolut (natural advantage) dan keunggulan yang dikembangkan (acquired advantage).

Pada saat ini keunggulan alamiah atau keunggulan absolut yang dimiliki oleh suatu negara untuk salah satu komoditinya tidak secara langsung menyebabkan komoditi tersebut akan menguasai pangsa pasar dunia, ini dikarenakan jumlah produsen tidak hanya satu negara, akan tetapi ada beberapa negara yang sama-sama menghasilkan komoditi tersebut dengan kondisi keunggulan alamiah yang sama. Untuk dapat bersaing di pasaran dunia maka suatu komoditi harus memiliki keunggulan lain selain keunggulan alamiah, yaitu keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif suatu komoditi adalah suatu keunggulan yang dapat dikembangkan, jadi keunggulan ini harus diciptakan untuk dapat memilikinya.

2.1.4 Ekspor dan Impor

Ekspor merupakan penjualan barang yang dihasilkan oleh suatu negara ke negara lain. Suatu negara dapat mengekspor barang-barang yang dihasilkannya ke negara-negara lain yang tidak dapat menghasilkan sendiri barang-barang yang

(32)

dihasilkan oleh negara pengekspor. Dalam perdagangan internasional khususnya ekspor mempunyai peranan penting, yakni sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Sebab ekspor dapat menghasilkan devisa, yang selanjutnya dapat digunakan untuk membiayai impor dan pembiayaan pembangunan sektor-sektor di dalam negeri.

Impor merupakan pembelian barang yang dilakukan oleh suatu negara kepada negara lain yang menghasilkan barang tersebut. Impor dapat terjadi karena disebabkan suatu negara tidak bisa menghasilkan barang-barang modal dan bebagai jenis barang untuk keperluan pengembangan berbagai jenis industri negaranya. Jika impor lebih besar daripada ekspor, maka cadangan devisa akan berkurang atau neraca perdagangan akan devisit.

2.2 Penelitian Terdahulu

2.2.1 Penelitian Mengenai Industri Tekstil

Wardiani (2005) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Perkembangan Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) dan peran pasar kuota bagi Indonesia” menunjukkan bahwa variabel yang secara nyata mempengaruhi model ekspor tekstil Indonesia ke negara tujuan kouta yaitu Amerika Serikat adalah GNP riil dan nilai tukar riil. Sedangkan variabel yang secara nyata mempengaruhi model ekspor pakaian jadi adalah GNP riil, nilai tukar riil, dummy krisis dan dummy pergejolakan nilai tukar. Untuk negara tujuan non-kouta yaitu Singapura, variabel yang secara nyata mempengaruhi ekspor tekstil adalah GDP riil dan dummy krisis. Sedangkan variabel yang nyata mempengaruhi ekspor pakaian jadi adalah GDP riil dan dummy krisis.

(33)

Perkembangan ekspor TPT Indonesia ke Singapura berfluktuatif pada periode tahun 1980-2002, sementara krisis ekonomi di negara non-kuota Singapura menyebabkan terjadinya penurunan ekspor komoditi tekstil dan pakaian jadi Indonesia, dapat dilihat dari penurunan jumlah dan nilai produksi, ekspor serta impornya. Sedangkan di negara kuota Amerika Serikat, perkembangan ekspor TPT Indonesia periode yang sama meningkat sementara krisis ekonomi menyebabkan terjadinya penurunan ekspor hanya pada komoditi Pakaian Jadi.

2.2.2 Penelitian Mengenai Daya Saing

Penelitian-penelitian dengan metode Revealed Comparatif Advantage Indonesia cukup banyak, diantaranya adalah penelitian mengenai daya saing industri manufaktur Indonesia yang dilakukan oleh Aswicahyono (1996) berjudul "Transformasi Industri Indonesia dalam Era Perdagangan Bebas", yang menunjukkan bahwa dibandingkan dengan Malaysia, Thailand (terkecuali tahun 1965), Cina, Korea Selatan dan beberapa negara lain, atau NSB rata, indeks RCA Indonesia paling rendah, walaupun mengalami peningkatan pada tahun 1996 hanya mencapai 0,67. Hanya Cina dan Korea Selatan yang pada tahun 1994 mempunyai keunggulan komparatif di atas dunia untuk produk-produk manufaktur.

Penelitian lain mengenai daya saing industri manufaktur dilakukan oleh Soesastro (2000) yang menunjukkan bahwa indeks RCA bervariasi antarproduk menurut intensitas faktor produksi yang digunakan. Berdasarkan data UNINDO untuk periode 1965 hingga 1995, dapat dilihat dari hasil penelitian tersebut

(34)

bahwa sejak tahun 1983 Indonesia telah memiliki keunggulan komparatif dalam ekspor produk-produk manufaktur padat SDA, khususnya kayu lapis. Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa daya saing produk-produk manufaktur padat tenaga kerja lebih tinggi dibandingkan daya saing barang-barang padat modal. Indeks RCA dari ekspor produk-produk padat tenaga kerja mencapai 1 pada era tahun 1990 – 2000, sedangkan indeks RCA dari barang-barang padat modal pada tahun yang sama jauh dibawah 1, demikian juga indeks RCA rata-rata ekspor manufaktur.

2.2.3 Penelitian Mengenai Vector Error Correction Model (VECM)

Margarettha (2005) dalam penelitiannya yang berjudul "Dampak Liberalisasi Perdagangan Di Sektor Industri Tekstil Terhadap Neraca Perdagangan Indonesia" dengan menggunakan metode Vector Error Correction

Model menunjukkan bahwa variabel ekspor mempunyai pengaruh yang positif

terhadap neraca perdagangan. Setiap kenaikan 1 persen pada ekspor maka nilai neraca perdagangan akan meningkat sebesar 2,435094 persen. Namun, variabel impor dan pendapatan nasional mempunyai pengaruh yang negatif. Hal ini dapat dilihat dari tanda negatif pada parameter. Setiap kenaikan 1 persen pada impor dapat menurunkan neraca perdagangan sebesar 1,251859 persen. Begitu juga halnya pada peningkatan pendapatan nasional 1 persen akan menurunkan neraca pembayaran 2,706368 persen. Berarti terbukti bahwa antara neraca perdagangan dengan pendapatan nasional mempunyai pengaruh yang negatif.

Selain itu, dengan adanya kebijakan liberalisasi perdagangan pada industri tekstil ternyata memberikan pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan neraca

(35)

perdagangan. Hal ini terbukti dari analisis VECM yaitu, adanya dummy kebijakan akan memberikan peningkatan terhadap neraca perdagangan sebesar 0,397353 persen. Hasil ini juga semakin dipertegas dalam Impulse Response Function, dimana dengan adanya kebijakan liberalisasi perdagangan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap neraca perdagangan.

2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis 2.3.1 Teori Perdagangan Internasional

Perdagangan antar negara atau perdagangan internasional sudah ada sejak dahulu namun dalam jumlah dan ruang lingkup yang terbatas, dimana pemenuhan kebutuhan yang tidak dapat diproduksi dalam negeri masing-masing negara yang terlibat dalam perdagangan tersebut dipenuhi dengan cara barter. Pada awalnya perdagangan internasional merupakan pertukaran atau perdagangan tenaga kerja dengan barang dan jasa lainnya, yang selanjutnya diikuti perdagangan barang dan jasa sekarang dengan kompensasi barang dan jasa di kemudian hari. Akhirnya berkembang hingga pertukaran antarnegara dengan aset-aset yang mengandung risiko, seperti saham, valuta asing yang saling menguntungkan kedua belah pihak bahkan semua negara yang terkait didalamnya. Hal tersebut memungkinkan setiap negara melakukan diversivikasi atau penganekaragaman kegiatan perdagangan yang dapat meningkatkan pendapatan mereka melalui perluasan komoditi ekspor dan memperbesar penerimaan devisa.

Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan meningkatnya taraf kehidupan yang bersamaan dengan kemajuan teknologi informasi menyebabkan peningkatan kebutuhan masyarakat. Maka perdagangan internasional menjadi

(36)

suatu hal yang penting. Pada saat ini tidak ada satu negara pun yang berada dalam kondisi autarki, yaitu negara yang terisolasi, tanpa mempunyai hubungan ekonomi.

Terdapat beberapa hal yang mendorong terjadinya perdagangan internasional diantaranya dikarenakan perbedaan permintaan dan penawaran antar negara juga turut menyebabkan terjadinya perdagangan internasional. Perbedaan ini terjadi karena : (a) tidak semua negara memiliki dan mampu menghasilkan komoditi yang diperdagangkan, karena faktor-faktor alam negara tersebut tidak mendukung, seperti letak geografis dan kandungan buminya dan (b) perbedaan pada kemampuan suatu negara dalam menyerap komoditi tertentu pada tingkat yang lebih efisien.

Menurut teori Heckscher – Ohlin terdapat perbedaan opportunity cost suatu produk antar satu negara dengan negara lain yang disebabkan karena adanya perbedaan jumlah atau proporsi yang dimiliki masing-masing negara. Negara-negara yang memiliki faktor produksi relatif banyak dan murah dalam produksinya akan melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barangnya. Keadaan sebaliknya, masing-masing negara akan mengimpor barang tertentu apabila negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif langka dan mahal dalam produksinya (Hady dalam Octrianto, 2006).

Perdagangan internasional antar dua negara yang terjadi akibat dari perbedaan permintaan dan penawaran dapat dilihat pada Gambar 2. 1 yang mengambarkan perdagangan antara Negara P dan Negara Q. DP dan SP adalah

(37)

kurva penawaran untuk Negara P dan DQ dan SQ adalah kurva penawaran untuk

Negara Q.

Pada kondisi dimana kedua negara tidak dalam perdagangan, produksi dan konsumsi Negara P untuk suatu komoditi (misalnya tekstil) berada pada keseimbangan di titik A, berdasarkan harga relatif sebesar P1. Pada Negara Q

produksi dan konsumsinya terjadi pada titik keseimbangan A

dengan tingkat harga P3. Kondisi ini dengan asumsi bahwa harga domestik di Negara P lebih

rendah dibandingkan dengan harga di Negara Q (P1<P3).

Panel A Panel B Panel C

Negara P Negara Q

Px/Py Px/Py Px/Py SQ A’’ P 3 P3 Ekspor S A’ Sp E* B’ E’ P2 B E B* P1 D Impor A A* DQ Dp 0 X 0 X 0 X Gambar 2.1 Keseimbangan dalam Perdagangan Internasional Sumber : Salvatore (1997)

Apabila kondisi harga di atas P1, maka Negara P akan memasok atau

memproduksi komoditi tekstil lebih banyak daripada tingkat permintaan (konsumsi) domestik sehingga akan menyebabkan kelebihan penawaran (excess supply) di negara P. Kelebihan produksi itu selanjutnya akan diekspor ke Negara Q. Di lain pihak jika harga yang berlaku lebih kecil dari P3, maka Negara Q akan

mengalami peningkatan permintaan (karena konsumen akan meminta lebih banyak pada tingkat harga yang relatif murah), sehingga tingkat permintaannya

(38)

lebih tinggi daripada produksi domestiknya. Hal ini akan mendorong Negara Q untuk mengimpor kekurangan kebutuhannya atas komoditi tekstil tersebut dari Negara yang mengalami kelebihan produksi komoditi tekstil yaitu Negara P.

Berdasarkan harga relatif P1, kuantitas komoditi tekstil yang ditawarkan

akan sama dengan kuantitas yang diminta. Pada saat berlangsungnya perdagangan internasional antara Negara P dan Q tingkat harga berada di titik P2 dan

mengambil asumsi bahwa tidak ada biaya transportasi dalam proses perdagangan tersebut, maka Negara P akan mengekspor hasil kelebihan produksinya yang ditunjukkan oleh garis BE. Sementara itu karena tingkat harga yang berlaku di pasar internasional lebih rendah dibandingkan dengan tingkat harga domestik Negara Q, maka Negara Q akan mengimpor kekurangan produksinya sebesar garis B’E’. Hubungan penawaran dan permintaan kedua negara tersebut pada tingkat harga P2 akan menyebabkan terjadinya keseimbangan internasional di titik

E* (Panel B). Kurva S dan D pada panel B menunjukkan tinkat penawaran dan permintaan yang terjadi dalam perdagangan internasional. Pada tingkat keseimbangan, kuantitas ekspor yang ditawarkan oleh Negara P sama dengan yang diminta oleh Negara Q (BE = B’E’).

2.3.2 Teori Penawaran Ekspor

Penawaran suatu komoditi merupakan jumlah komoditi yang ditawarkan oleh produsen kepada konsumen dalam suatu pasar pada tingkat harga dan waktu tertentu. Beberapa faktor yang mempengaruhi penawaran suatu komoditi adalah harga komoditi yang bersangkutan, harga faktor produksi, tingkat teknologi, pajak dan subsidi (Lipsey et al., 1995).

(39)

Ekspor suatu komoditi selain untuk memenuhi permintaan dalam negeri, penawaran suatu komoditas juga dimaksudkan untuk memenuhi permintaan masyarakat luar negeri. Penawaran ekspor suatu komoditi dari suatu negara merupakan selisih antara penawaran domestik dengan permintaan domestik. Di lain pihak, negara lain membutuhkan komoditi tersebut sebagai akibat dari kelebihan permintaan di negara tersebut. Berdasarkan uraian tersebut maka teori penawaran ekspor bertujuan untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor suatu negara.

Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

SXt = Qt – Ct + St-1 ... (2.1) Dimana : SXt = Jumlah ekspor komoditi periode waktu t

Qt = Jumlah produksi domestik periode waktu t Ct = Jumlah konsumsi domestik periode waktu t St-1 = Stok periode waktu sebelumnya (t-1)

Dari persamaan 2.1 dapat terlihat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor pada dasarnya terdiri dari faktor-faktor yang mempengaruhi produksi, konsumsi dan stok.

2.3.3 Teori permintaan Ekspor

Permintaan ekspor suatu komoditi merupakan hubungan yang menyeluruh antara kuantitas komoditi yang akan dibeli konsumen selama periode tertentu pada suatu tingkat harga. Permintaan pasar suatu komoditi merupakan penjumlahan secara horizontal dari permintaan-permintaan individu suatu komoditi (Lipsey et al., 1995).

(40)

Dilihat dari segi permintaan, kegiatan ekspor diasumsikan sebagai fungsi permintaan pasar internasional terhadap suatu komoditi yang dihasilkan oleh suatu negara. Permintan ekspor adalah permintaan pasar internasional/negara tertentu terhadap suatu komoditi. Teori permintaan ekspor bertujuan untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor suatu negara.

Sebagai sebuah permintaan, ekspor suatu negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya harga domestik negara tujuan ekspor (HDIt), harga impor negara tujuan (HIt), pendapatan perkapita penduduk negara tujuan ekspor (YPIt) dan selera masyarakat negara tujuan (CPIt). Secara keseluruhan fungsi permintaan ekspor suatu komoditi dapat dirumuskan sebagai berikut :

PXt = f (HDIt , HIt , YPIt , CPIt) ... (2.2)

2.3.4 Teori Keunggulan Kompetitif Negara

Konsep ini dikembangkan oleh Michael E. Porter dalam bukunya yang berjudul Competitif Advantage of Nations. Menurut Porter, terdapat empat atribut yang dapat membentuk lingkaran dimana perusahaan-perusahaan lokal berkompetisi sedemikian rupa sehingga mendorong terciptanya keunggulan kompetitif. Keempat atrIbut tersebut yaitu, kondisi faktor, kondisi permintaan, industri terkait dan industri pendukung serta strategi perusahaan, struktur dan persaingan. Keempat atribut tersebut saling berhubungan sehingga Porter menggambarkannya dalam sebuah diamond, atau lebih dikenal dengan Porter’s Diamond. Proses penentuan daya saing (secara kompetitif) nasional dalam pembangunan ekonomi di suatu negara yang digambarkan dalam Porter’s Diamond seperti pada Gambar 2.2.

(41)

Gambar 2.2 Porter’s Diamond Sumber : Porter (1995)

1. Kondisi faktor, yaitu posisi negara dalam faktor poduksi, seperti tenaga kerja terampil atau infrastruktur, perlu untuk bersaing dalam suatu industri tertentu. Titik awal pada negara berkembang yaitu memiliki ketergantungan yang tinggi pada ketersediaan upah rendah dan tenaga kerja tidak terampil, kemudian kurangnya kapital. Hampir semua teknologi dipasok dan dikendalikan secara eksternal, serta belum berkembangnya infrastruktur, pasar modal, dan sistem pendidikan membuat produktivitas negra menjadi rendah. Dengan adanya persaingan faktor produksi dalam suatu industri maka negara berkembang dapat membangun ekonomi yang sukses.

2. Kondisi Permintaan, yaitu sifat dari permintaan pasar asal untuk barang dan jasa industri. Titik awal pada negara berkembang dapat terlihat dari produk yang terdiferensiasi adalah menjadi andalan ekspor utama, demand Kondisi faktor

Strategi perusahaan, Strukrur, dan

Persaingan

Industri Terkait dan Industri pendukung

Kondisi permintaan

(42)

lokal yang tidak canggih (informasi terbatas, seleksi yang terbatas, fokus terhadap harga), rancangan produk dan jasa bersifat imitasi atau lisensi dari luar, rendahnya standar produk, terjadi permintaan lokal yang tinggi. 3. Industri terkait dan industri pendukung. Keberadaan atau ketiadaan

industri pemasok dan industri terkait lainnya di negara tersebut yang secara internasional bersifat kompetitif. Titik awal pada negara berkembang dapat dilihat dari industrinya yang berorientasi pada ekspor yang terisolasi, industri pendukung langka dan tidak kompetitif, mesin-mesin canggih dan peralatan yang modern didapat dari impor.

4. Strategi Perusahaan, struktur, dan persaingan. Kondisi dalam negara yang mengatur bagaimana perusahaan diciptakan, diatur, dan dikelola, sebagaimana juga sifat dari persaingan domestik.

2.3.5 Teori Revalead Comparatif Advantage (RCA)

Revalead Comparatif Advantage (RCA) atau keunggulan komparatif yang

terungkap, merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengukur keunggulan komparatif di suatu wilayah (negara, propinsi dan lain-lain) yang cukup sering digunakan. Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Ballasa pada tahun 1965, yang menganggap bahwa keunggulan komparatif suatu negara direfleksikan atau terungkap dalam ekspornya (Syahresmita dalam Pramudito, 2004).

Metode RCA didasarkan pada suatu konsep bahwa perdagangan antar wilayah sebenarnya menunjukkan keunggulan komparatif yang dimiliki oleh suatu wilayah. Variabel yang diukur adalah kinerja ekspor suatu produk terhadap

(43)

total ekspor suatu wilayah yang kemudian dibandingkan dengan pangsa nilai produk dalam perdagangan dunia.

Rumus RCA adalah sebagai berikut : Xij / Xit

RCA = ... (2.3) Wj / Wt

dimana : Xij = Nilai ekspor komoditi i dari negara j Xit = Nilai total ekspor (komoditi i dan lainnya) negara j

Wj = Nilai ekspor dunia komoditi i Wt = Nilai total ekspor dunia

Penelitian ini mengukur daya saing TPT Indonesia dan Cina di pasar Amerika Serikat. Variabel yang digunakan adalah kinerja ekspor TPT Indonesia ke Amerika Serikat terhadap total ekspor Indonesia ke Amerika Serikat yang selanjutnya dibandingkan dengan pangsa nilai ekspor TPT dunia terhadap total nilai ekspor dunia. Dalam penelitian ini rumusnya menjadi:

Xij / Xj

RCA = ... (2.4) Wic / Wc

dimana : Xij = Nilai ekspor komoditi tekstil dari Indonesia ke Amerika

...Serikat

Xj = Nilai total ekspor negara Indonesia ke Amerika Serikat Xic = Nilai ekspor komoditi tekstil dunia ke Amerika Serikat

Xc = Nilai total ekspor dunia ke Amerika Serikat

Setiap metode tentunya ada keunggulan dan kelemahannya, sama halnya dengan metode Revealed Comparative Advantage (RCA). Keunggulan metode ini

(44)

adalah mengurangi dampak pengaruh campur tangan pemerintah sehingga kita dapat melihat keunggulan komparatif yang jelas suatu produk dari waktu ke waktu. Sedangkan kelemahannya yaitu :

1. Asumsi bahwa suatu negara dianggap mengekspor semua komoditi.

2. Indeks RCA tidak dapat menjelaskan apakah pola perdagangan yang sedang berlangsung tersebut sudah optimal.

3. Tidak dapat mendeteksi dan memprediksi produk - produk yang berpotensi di masa yang akan datang.

4. Keunggulan komparatif tercermin dari hasil perhitungan ini bisa jadi bukan merupakan keunggulan komparatif yang sesungguhnya, namun bisa saja akibat adanya kebijakan pemerintah di bidang ekonomi dan perdagangan, seperti nilai tukar yang dibuat under value, proteksi ekspor dan sebagainya.

2.3.6 Teori Constant Market Share (CMS)

Pendekatan Constant Market Share (CMS) digunakan untuk mengukur dinamika tingkat daya saing suatu industri dari suatu negara. Penggunaan pendekatan ini didasarkan pada pemahaman bahwa laju pertumbuhan ekspor suatu negara bisa lebih kecil, sama, atau lebih tinggi daripada laju pertumbuhan ekspor rata-rata dunia.

Jadi dalam analisis CMS, lambat atau tingginya laju pertumbuhan ekspor suatu negara dibandingkan laju pertumbuhan standar (rata-rata dunia) diuraikan menjadi tiga faktor, yakni komposisi komoditi ekspor, pertumbuhan impor dan daya saing. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

(45)

Efek Pertumbuhan impor :

mX

ijk1

...

(2.5)

Dimana m = Persentase peningkatan impor umum di negara k

Xijk1 = Ekspor komoditi i dari negara j ke negara k tahun ke-(t-1)

Efek Komposisi komoditi ekspor :

{(m

i

- m)X

ijk1

} ...

(2.6) Dimana m = Persentase peningkatan impor umum di ngara j

mi = Persentase peningkatan impor komoditi i di negara k Xijk1 = Ekspor komoditi i dari negara j ke negara k tahun ke-(t-1)

Efek Daya saing :

{X

ij2

– X

ij1

– m

i

X

ijk1

} ...

(2.7)

Dimana mi = Persentase peningkatan impor komoditi i di negara j Xijk1 = Ekspor komoditi i dari negara j ke negara k tahun ke-(t-1)

Xijk2 = Ekspor komoditi i dari negara j ke negara k tahun ke-(t)

2.3.7 Teori Vector Error Correction Model (VECM)

Vector Error Correction model (VECM) adalah restricted Vector Autoregrerssion (VAR) yang terkointegrasi. VECM didesain untuk data time series non stasioner yang berkointegrasi dengan faktornya yang dikenal sebagai error correction term, mengingat bahwa keseimbangan jangka panjang diperbaiki secara perlahan melalui beberapa tahap jangka pendek (www.eviews.com). Studi yang sering dilakukan oleh Maysami dan Sim Koh dalam Octrianto (2006), VECM dapat digunakan sebagai model equilibrium jangka pendek dan jangka

(46)

panjang untuk menganalisis hubungan dinamis antar variabel-variabel independen (variabel bebas) dengan variabel dependen (varabel tak bebas).

Sebagai contoh, jika terdapat sistem dengan dua variabel yang memiliki satu persamaan kointegrasi dan tidak memiliki faktor lag difference, maka persamaan kointegrasinya :

y

2,t = β

y

1,t ... (2.8) maka VECM adalah sebagai berikut :

Δ

y

1,t =

γ

1

(y

2,t-1- β

y

1,t-1

)

+

ε

1

,

t ... (2.9) Δ

y

2,t =

γ

2

(y

2,t-1- β

y

1,t-1

)

+

ε

2

,

t ... (2.10) Pada model yang sederhana tersebut, variabel yang terletak di sisi kanan adalah error corection term. Pada keseimbangan jangka panjang, faktor ini akan bernilai nol. Namun jika y1 dan y2 mengalami deviasi dari keseimbangan jangka

panjang pada periode sebelumnya, maka error corection term tidak akan bernilai nol dan setiap variabel akan menyesuaikan sehingga terdapat keseimbangan. Koefisien

γ

1 dan

γ

2 mengukur kecepatan penyesuaian.

2.3.8 Teori Kointegrasi

Pada umumnya analisis time series yang digunakan adalah analisis regresi, dimana variabel-variabel yang tidak stationer tidak dimasukkan dalam model analisis. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi spurios regresssion yang akan menimbulkan R² tinggi dan DW rendah yang berati terdapat korelasi serial pada galat, sehingga asumsi antar galat saling bebas tidak terpenuhi dan bahkan

(47)

mungkin model yang dihasilkan tidak mempunyai arti berdasarkan teori ekonomi. (Granger dan Newbol dalam Nurmakiahepi, 2005).

Kointegrasi adalah suatu hubungan jangka panjang (long-term relationship) antara variabel-variabel yang tidak stationer. Kointegrasi berarti walaupun secara individual tidak stationer, kombinasi linear antara variabel tersebut dapat menjadi stationer. Konsep kointegrasi diperkenalkan oleh Engle-Granger dalam Octrianto, 2006. Analisis formulanya dimulai dengan mendasarkan pada himpunan peubah (variabel) ekonomi yang berada pada keseimbangan jangka panjang.

Ada empat hal penting yang harus diperhatikan mengenai kointegrasi, yaitu :

1. Kointegrasi adalah kombinasi linear dari variabel-variabel yang tidak stasioner. Secara teoritis, sangat tidak mungkin terdapat hubungan jangka panjang yang non linear di antara variabel-variabel yang terintegrasi. 2. Dari definisi Engle-Granger, kointegrasi merujuk pada variabel yang

terintegrasi pada ordo yang sama. Umumnya variabel-variabel I(d) tidak berkointegrasi. Ketidakhadiran kointegrasi mengindikasikan bahwa tidak terdapat keseimbangan jangka panjang antar variabel.

3. Jika Xt ada sebanyak n komponen yang tidak stasioner, maka terdapat

paling banyak n-1 vektor kointegrasi tak bebas yang linear.

4. Umumnya literatur-literatur mengenai kointegrasi hanya memfokuskan pada kasus-kasus dimana setiap variabel hanya memiliki satu unit root. Hal ini dikarenakan pada umumnya analisis regresi atau time series hanya

(48)

diaplikasikan ketika variabel-variabel adalah I(0). Di lain pihak, hanya ada beberapa variabel ekonomi yang terintegrasi. Umumnya kointegrasi merujuk pada kasus dimana variabel-variabelnya adalah CI (1,1).

Ada beberapa cara untuk melakukan uji kointegrasi, diantaranya adalah Eangle-Granger Cointegration Test, Johansen Cointegration Test dan Cointegrating Regresion Durbin-Watson (CRDW) Test.

Menurut Enders (2004), metodologi Engle-Granger memiliki beberapa kelemahan, yaitu :

1. Tidak memiliki prosedur sistematis untuk mengestimasi vektor kointegrasi berganda (multiple cointegration) secara terpisah.

2. Prosedur estimasi Engle-Granger terdiri atas dua tahap yang saling berkaitan. Tahap pertama adalah menghasilkan residual (

ε^

t

)

. Tahap

kedua adalah mengestimasi regresi dalam bentuk Δ

ε^

t

=

a 1

ε^

t-1. Akibatnya, koefisien a 1 diperoleh dengan cara mengestimasi regresi

dengan menggunakan residual dari regresi lainnya. Hal ini mengakibatkan error yang dihasilkan pada tahap pertama dilanjutkan pada tahap kedua.

2.4 Kerangka Pemikiran Operasional

Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) merupakan salah satu komoditi ekspor non migas yang diandalkan dari kelompok industri manufaktur yang berperan dalam perluasan lapangan kerja, peningkatan kesejahteraan buruh dan perolehan devisa negara. Seiring dengan semakin banyaknya permintaan TPT akibat dari semakin banyaknya model atau ciri khas TPT yang dimiliki Indonesia

(49)

menyebabkan industri TPT mempunyai prospek yang baik terutama untuk pasar internasional.

Salah satu negara importir utama yang membutuhkan tekstil dan produk tekstil dalam jumlah yang sangat besar yaitu Amerika Serikat. Amerika Serikat merupakan negara yang jumlah penduduknya besar serta pendapatan per kapitanya juga besar, sehingga negara tersebut layak menjadi salah satu pasar utama bagi Indonesia.

Pada saat ini, khususnya setelah kebijakan penghapusan kuota, persaingan dalam perdagangan TPT semakin ketat. Negara yang dianggap menjadi pesaing utama Indonesia dalam perdagangan TPT adalah Cina. Nilai ekspor TPT Cina ke Amerika Serikat selalu lebih tinggi dibanding Indonesia, pertumbuhannya pun naik demikian pesat dari tahun ke tahun. Walaupun demikian, bila dilihat dari segi komparatif, daya saing TPT Indonesia di pasar Amerika Serikat masih lebih tinggi dibanding Cina, terutama untuk komoditi pakaian jadi. Hal ini dikarenakan TPT Indonesia masih memiliki kontribusi yang cukup besar yakni sekitar 20 persen – 30 persen terhadap total ekspor Indonesia ke Amerika Serikat.

Selama periode tahun 1999 – 2006, ekspor TPT Indonesia ke Amerika Serikat masih mengalami fluktuasi. Hal tersebut diduga oleh pengaruh fluktuasi dari berbagai faktor yang mempengaruhinya, seperti harga ekspor TPT, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, harga domestik TPT, produksi domestik dan kebijakan yang berhubungan dengan ekspor TPT Indonesia ke Amerika Serikat. Peningkatan ekspor TPT Indonesia ke Amerika Serikat diduga karena peningkatan

(50)

pada produksi dan harga ekspor komoditi tersebut serta melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis daya saing, perkembangan ekspor serta mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor TPT Indonesia ke Amerika Serikat. Semua variabel uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah berdasarkan hasil dari rujukan penelitian-penelitian terdahulu dan hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini.

Pertumbuhan ekspor suatu negara dipengaruhi oleh efek pertumbuhan dunia atau efek ekspansi dan efek daya saing. Efek ekspansi yaitu pertumbuhan ekspor suatu negara akan terjadi bila mempertahankan pangsa pasarnya, artinya ekspor akan meningkat di pasar yang sedang mengalami peningkatan permintaan, sedangkan efek daya saing yaitu daya saing relatifnya. Efek ekspansi terbagi menjadi dua, yakni efek pangsa makro dan efek pangsa mikro. Pangsa makro berhubungan dengan posisi Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia terhadap total impor Amerika Serikat, sedangkan pangsa mikro adalah posisi TPT Indonesia di pasar Amerika Serikat. Ketiga efek yang mempengaruhi pertumbuhan ekspor TPT Indonesia tersebut (efek pangsa makro, efek pangsa mikro dan efek daya saing) dapat dianalisis dengan menggunakan analisis CMS (Constant Market Share).

Dari ketiga efek tersebut hanya efek daya saing saja yang dapat dikendalikan dan diestimasi oleh suatu industri, dalam hal ini industri TPT (karena hanya berhubungan dengan ekspor Indonesia ke Amerika Serikat). Daya saing TPT Indonesia di pasar Amerika Serikat dapat dilihat berdasarkan

(51)

keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Analisis keunggulan komparatif pada penelitian ini menggunakan analisis RCA (Revalead Comparatif Advantage). Nilai RCA diperoleh dari perbandingan pangsa pasar TPT Indonesia di pasar Amerika Serikat dengan pangsa pasar TPT dunia di pasar Amerika Serikat, sehingga jika nilai RCA sama dengan satu berarti pangsa pasar TPT Indonesia di pasar Amerika Serikat sama dengan pangsa pasar TPT dunia (pesaing Indonesia) di pasar Amerika Serikat. Daya saing TPT Indonesia di pasar Amerika Serikat dikatakan kuat jika nilai RCA lebih dari satu, artinya pangsa pasar TPT Indonesia di pasar Amerika Serikat lebih tinggi daripada pangsa pasar TPT dunia (pesaing Indonesia) di pasar Amerika Serikat. Daya saing TPT Indonesia berdasarkan keunggulan kompetitif dianalisis dengan menggunakan Porter’s Diamond. Analisis ini melihat daya saing berdasarkan kondisi faktor (faktor sumberdaya manusia, faktor sumberdaya alam, faktor sumberdaya ilmu pengetahuan dan teknologi, faktor sumberdaya modal dan infrastruktur), kondisi permintaan, industri terkait dan pendukung, strategi perusahaan, struktur dan persaingan. Data yang digunakan untuk perhitungan metode CMS dan RCA dalah data time series tahunan.

Kemudian untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor TPT Indonesia ke Amerika Serikat pada penelitian ini data yang digunakan adalah time series bulanan, mulai bulan Januari 1999 hingga Desember 2006. Peluang untuk terjadinya trend pada series cukup besar. Hal ini akan mengindikasikan bahwa series mengandung unit root atau tidak stasioner. Apabila series yang tidak stasioner diregresikan, maka akan mendorong terjadinya spurious regresion, yaitu

Gambar

Tabel 1.1 Nilai ekspor non migas Indonesia (menurut sektor) tahun 2001 –   2006 (Juta US$)  Sektor 2001  2002 2003 2004 2005  2006* Pertanian  2.438,5 2.568,3 2.526,1 2.496,2 2.880,2 1.244,8 Pertamba-  ngan  3.569,6 3.743,7 3.995,6 4.761,4 7.946,8 3.765,7
Tabel 1.2, selama periode tahun 2000 sampai dengan pertengahan tahun 2006,  Amerika Serikat merupakan pasar tujuan utama ekspor TPT Indonesia
Tabel 1.3 Nilai Ekspor TPT Indonesia dan Cina ke Amerika Serikat tahun   .1998 – 2005 (US$)
Gambar 2.1   Keseimbangan dalam Perdagangan Internasional            Sumber : Salvatore (1997)
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Hasil analisis of varians (Anova) menujukkan bahwa prevalensi jamur pada telur ikan komet dengan pemberian larutan biji pepaya dosis berbeda, menunjukkan berbeda nyata

Proses pengumpulan data-data yang terkait dengan analisis metafora dan pesan moral puisi tanka karya Tawara Machi, penulis menggunakan. metode

Demikian Pengumuman ini buat untuk diketahui adanya. Pokja

Berdasarkan kerentanan bangunan dengan kerusakan bangunan yang telah terjadi di daerah penelitian, kerusakan bangunan yang pernah terjadi mayoritas terjadi pada

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pelatihan guru, kompetensi guru dan sarana prasarana terhadap kesiapan guru prodi bisnis manajemen

(3) prestasi belajar siswa yang lebih baik pada masing-masing model, antara peserta didik dengan sikap positif, netral, atau negatif.(4) prestasi belajar siswa

Sistem informasi penjualan barang masih dilakukan secara manual, sehingga sering mengakibatkan keterlambatan dalam memberikan informasi yang cepat dan akurat pada pimpinan,