• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.6. Skenario Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Berkelanjutan

5.6.1. Analisis Multi Criteria Decision Making

Perumusan skenario pengelolaan dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi yang ada saat ini, dan hasil analisis sebelumnya. Saat ini kondisi terumbu karang di Karimunjawa terlihat menunjukkan kecenderungan untuk terus menurun, baik oleh peristiwa alam seperti peningkatan suhu yang mengakibatkan pemutihan karang, tetapi juga aktivitas manusia. Beberapa lokasi mengindikasikan kerusakan

disebabkan oleh kegiatan destructive fishing. Disisi lain kawasan TN

Karimunjawa bukan hanya kawasan untuk kegiatan perikanan tangkap, didalamnya juga terdapat aktivitas pariwisata, budidaya rumput laut, budidaya karang hias dan budidaya jaring apung. Sehingga pengelolaan dan pemanfaatan suatu kawasan dan sumberdaya alam berpotensi menimbulkan konflik baik konflik kepentingan maupun konflik pemanfaatan.

Analisis Multi Criteria Decision Making (MCDM) digunakan untuk menentukan skenario adaptif terbaik pengelolaan sumberdaya perikanan di TN Karimunjawa, melalui pembobotan nilai yang paling berpengaruh dari kriteria dan sub kriteria. Penetuan kriteria dan sub kriteria diadaptasi dari Wilkinson & Buddemeier (1994), Wesmascot et al. 2000 dan Pomeroy et al.

(2004) yang menyatakan bahwa indikator dalam evaluasi suatu model pengelolaan kawasan konservasi antara lain : biofisik (tutupan karang hidup, kelimpahan ikan), sosial ekonomi (pendidikan, pendapatan, persepsi dan partisipasi) dan pemerintah. Berdasarkan diskusi dengan pakar dan hasil wawancara dengan responden, selanjutnya ditetapkan kriteria yang paling penting dalam pengelolaan TN Karimunjawa, adalah :

(1) kriteria ekologi, yang terdiri atas sub kriteria : (a) keberadaan ekosistem terumbu karang, (b) kelimpahan sumberdaya ikan, (c) aktivitas antropogenik (2) Kriteria ekonomi, yang terdiri atas sub kriteria : (a) produksi ikan, (b)

pendapatan nelayan sebagai pemanfaat langsung sumberdaya terumbu karang (3) Kriteria sosial, yang terdiri atas sub kriteria : (a) peningkatan pendidikan, (b) keharmonisan hubungan antara pemanfaat teumbu karang, (c) partisipasi dalam pengelolaan TN Karimunjawa

(4) Kriteria kebijakan, yang terdiri atas sub kriteria : (a) lembaga pengelola, (b) penerapan regulasi, (c) kepemimpinan formal

Selanjutnya, ke-empat subsistem tersebut dijabarkan dalam 4 skenario pengelolaan yaitu :

(1) Skenario I : as Usual scenario, yaitu kegiatan pengelolaan sumberdaya ikan dan terumbu karang berjalan seperti apa adanya dimana kondisi terumbu karang dan sumberdaya ikan cenderung menurun, spesies langka jarang ditemui, destructive fishing, pengambilan karang serta pengundulan hutan terus berlangsung, peningkatan sedimentasi pada kawasan tertentu, jumlah pendapatan meningkat tetapi tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup.

(2) Skenario II : yaitu apabila pengambilan batu karang dihentikan, rehabilitasi terumbu karang dan mangrove ditingkatkan, kegiatan penangkapan ikan yang merusak dan pengendalian kegiatan wisata, tetapi sedimentasi tidak dikendalikan,

(3) Skenario III : yaitu apabila pengambilan batu karang dihentikan, rehabilitasi terumbu karang dan mangrove ditingkatkan, sedimentasi di kendalikan, tetapi penangkapan ikan yang merusak dan aktivitas pariwisata tidak dikendalikan. (4) Skenario IV : yaitu pengelolaan sumberdaya ikan dan terumbu karang lebih dititik-beratkan pada kepentingan konservasi melalui penghentian penangkapan ikan yang merusak, pengambilan karang serta penggundulan hutan, monitoring dan rehabilitasi terumbu karang ditingkatkan, sedimentasi dikendalikan. Dengan demikian tidak ada perubahan terhadap fungsi terumbu karang sebagai perlindungan pantai, komposisi spesies ikan lebih banyak ikan herbivora dan sedikit penurunan ikan karnivora, adanya

recruitment dan pertumbuhan terumbu karang setelah kejadian pemutihan karang, produktivitas dan komposisi ikan meningkat, pendapatan nelayan meningkat.

Berdasarkan rumusan skenario, aspek yang diperhitungkan dan subkriteria yang terpilih, maka dibentuk struktur hirarki untuk menggambarkan model pengelolaan yang akan dilakukan guna menjaga keberadaan terumbu karang dan ketersediaan stok ikan pada kawasan tersebut (Gambar 38). Bobot persepsi responden didasarkan pada hasil skor dari suatu pertanyaan dengan asumsi bertambah, tetap atau berkurang. Persepsi responden ini selanjutnya diberi bobot dan dihitung rata-rata geometrik dan dianalisis untuk seluruh responden maupun

jenis responden. Nilai kontribusi kriteria dan sub kriteria tersebut akan dijadikan perhitungan dalam menentukan skenario terpilih yang terbaik. Persepsi responden dipengaruhi oleh tingkat kepentingan terhadap sub kriteria yang digunakan.

Gambar 38 Struktur hirarki untuk analisis MCDM

Berdasarkan struktur hirarki yang dibentuk dan analisis data dengan program Criterium Decision Plus melalui metode SMART terhadap rata-rata geometrik dari bobot persepsi responden (Lampiran 13), maka hasilnya diuraikan menurut masing-masing kriteria keberlanjutan dari pengelolaan sumberdaya ikan dan terumbu karang di TN Karimunjawa, sebagai berikut :

(a). Kriteria Ekologi

Skor kriteria ekologi pada masing-masing skenario pengelolaan sumberdaya perikanan berkelanjutan di TN Karimunjawa dipengaruhi oleh skor akhir keberadaan terumbu karang, sumberdaya ikan dan aktivitas antropogenik. Hasil analisis persepsi yang dilakukan terhadap tiga kelompok responden menghasilkan skenario IV sebagai skenario yang terbaik. Hal tersebut menunjukkan bahwa seluruh responden sepakat bahwa terumbu karang dan sumberdaya ikan penting keberadaannya, dengan skenario IV apabila sedimentasi dikendalikan, rehabilitasi terumbu karang dan mangrove ditingkatkan, aktivitas penangkapan ikan yang merusak dihentikan, aktivitas pariwisata dimanagement dengan baik, maka keberadaan terumbu karang akan lebih baik dan kelimpahan ikan akan meningkat.

Skor akhir subkriteria pada persepsi responden nelayan menunjukkan nilai yang sama dengan responden lainnya. Menurut nelayan dengan kondisi

terumbu karang yang baik maka kelimpahan ikan akan banyak. Oleh sebab itu bagi ketiga kelompok responden menyatakan bahwa skenario I, II dan III tidak berdampak terhadap peningkatan kelimpahan ikan maupun perbaikan kondisi terumbu karang. Kondisi saat ini penangkapan lebih sulit, karena penangkapan tidak dapat lagi dilakukan didekat pantai tetapi harus lebih jauh lagi.

Menurut responden nelayan kelimpahan sumberdaya ikan lebih penting dibandingkan dengan keberadaan terumbu karang. Sedangkan menurut pelaku usaha yang umumnya penyedia jasa wisata keberadaan terumbu karang lebih penting untuk menunjang usaha mereka. Berdasarkan persepsi responden nelayan dan pelaku usaha, skor kriteria ekologi untuk skenario II lebih tinggi dibandingkan dengan skenario III, karena pada saat ini perekonomian di Karimunjawa ditunjang oleh kegiatan perikanan dan pariwisata yang mana keberlangsungan kedua sektor tersebut sangat ditentukan oleh kelimpahan ikan dan keberadaan terumbu karang. Sedangkan kontribusi sedimentasi tidak terlalu berpengaruh terhadap kelimpahan ikan dan keberadaan terumbu karang. Selain itu pada saat ini penebangan pohon relatif sudah berkurang jauh. Disisi lain responden penentu kebijakan menilai bahwa skenario II dan skenario III sama pentingnya sehingga skor nilai akhir yang dihasilkanpun sama. Jadi penghentian penangkapan ikan yang merusak mutlak dilakukan, aktivitas kegiatan pariwisata dimanajemen dengan baik dan sedimentasi harus dihentikan.

Gambar 39 Skor akhir kontribusi persepsi responden terhadap kriteria ekologi (b). Kriteria Ekonomi

Skenario IV menghasilkan skor akhir dari kriteria ekonomi yang terbaik menurut responden nelayan, pelaku usaha dan penentu kebijakan. Skor akhir

skenario II selalu lebih tinggi dibandingkan skenario I dan III. Berdasarkan persepsi responden nelayan terlihat bahwa posisi pendapatan dan produksi ikan seimbang, yang mana keduanya saling mempengaruhi, apabila produksi ikan tinggi maka dapat diasumsikan bahwa pendapatan yang diterima akan lebih banyak. Sedangkan menurut responden pelaku usaha, pendapatan lebih penting dibandingkan dengan produksi ikan, jadi meskipun jumlah produksi ikan kecil bukanlah suatu masalah yang besar, yang terpenting adalah nilai keuntungan dari kegiatan perdagangan tersebut. Selanjutnya, menurut persepsi responden penentu kebijakan hanya skenario IV yang dapat meningkatkan produksi ikan dan pendapatan khususnya nelayan.

Gambar 40 Skor akhir kontribusi persepsi responden terhadap kriteria ekonomi

(c). Kriteria Sosial

Skor akhir kriteria sosial dipengaruhi oleh pendidikan, partisipasi masyarakat dan keharmonisan antara pemanfaat sumberdaya yang ada. Hasil analisis terhadap persepsi responden nelayan, pelaku usaha dan penentu kebijakan menghasilkan skenario IV sebagai skenario yang terbaik untuk kriteria sosial. Penghentian destructive fishing, pengelolaan kegiatan wisata dengan baik, pengendalian sedimentasi akan memberikan dampak yang positif terhadap peningkatan partisipasi masyarakat, keharmonisan hubungan antara sektor-sektor yang memanfaatkan kawasan terumbu karang, dan pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendidikan masyarakat. Karena dalam kasus Karimunjawa, kecemburuan sosial merupakan salah satu isu yang hangat

disana. Para pemilik resort menuduh nelayan sengaja melakukan pengrusakan terhadap terumbu karang yang merupakan daya tarik utama wisata. Di sisi lain nelayan merasa bahwa dengan berkembangnya Karimunjawa sebagai kawasan wisata akan mempersempit lahan tangkapan nelayan. Menurut seluruh responden yang ada, keterlibatan masyarakat dalam mengelola TN Karimunjawa saat ini sudah cukup baik, hanya tingkat pendidikan yang perlu ditingkatkan lagi karena kesadaran untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi masih kurang, banyak diantara mereka yang masih beranggapan bahwa tidak perlu bersekolah yang tinggi karena akhirnya hanya akan jadi nelayan.

Gambar 41 Skor akhir kontribusi persepsi responden terhadap kriteria sosial

(d). Kriteria Kebijakan

Skor akhir kriteria kebijakan dipengaruhi oleh regulasi/aturan, lembaga pengelola dan kepemimpinan formal. Pengelola yang dimaksud disini adalah

leading sektor dalam pengelolaan sumberdaya ikan dan terumbu karang. Berdasarkan analisis persepsi responden yang dilakukan ternyata regulasi/ aturan serta leading sektor sangat berpengaruh untuk dapat tercapainya skenario IV sebagai skenario pilihan yang terbaik. Dengan aturan yang jelas, termasuk didalamnya penegakan peraturan tersebut maka kegiatan penangkapan ikan yang merusak dan sedimentasi akan terkendali, kegiatan wisata akan memberikan manfaat secara nyata bukan hanya pengelola tetapi juga masyarakat. Konflik antar pemanfaat sumberdaya ikan dan terumbu karang akan minimal.

Gambar 42 Skor akhir kontribusi persepsi responden terhadap kriteria kebijakan

Analisa terhadap persepsi responden secara keseluruhan menghasilkan pilihan bahwa skenario IV merupakan skenario yang terbaik untuk kelangsungan sumberdaya terumbu karang melalui pendekatan adaptasi dan mitigasi. Hasil analisa keseluruhan responden disajikan pada Gambar 43.

Gambar 43 Skor akhir kontribusi persepsi responden

Berdasarkan analisis tersebut terlihat bahwa skenario IV memiliki skor tertinggi (0.839), dengan demikian dapat dikatakan bahwa untuk mewujudkan pengelolaan perikanan yang berkelanjutan harus lebih dititik-beratkan pada

kepentingan konservasi melalui pengendalian penangkapan ikan yang merusak, penghentian pengambilan karang untuk bangunan serta penggundulan hutan, peningkatan monitoring dan rehabilitasi terumbu karang, serta pengendalian sedimentasi. Sehingga diharapkan fungsi ekologi terumbu karang tidak berubah, produktivitas dan komposisi ikan meningkat, pendapatan nelayan meningkat.

Skor akhir hasil analisis persepsi responden pada masing-masing kriteria untuk skenario (Gambar 44) menunjukkan bahwa kriteria ekologi dan ekonomi bernilai lebih tinggi dibandingkan dengan kriteria kebijakan dan sosial. Hal ini menunjukkan bahwa dalam jangka panjang apabila kondisi ekologi baik, tentunya akan berimplikasi terhadap perekonomian masyarakat baik secara langsung maupun tidak. Dengan terpenuhinya kebutuhan hidup maka akan dapat meminimalisir konflik yang ada dan akan tercipta keharmonisan antara pemanfaat sumberdaya. Terciptanya keharmonisan dalam suatu komunitas, tentunnya akan memberikan sinergi kepada lingkungan tersebut sehingga akan memberikan motivasi kepada masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam pengelolaan kawasan tersebut.

Gambar 44 Skor akhir skenario pengelolaan perikanan berkelanjutan di TN Karimunjawa berdasarkan kriteria