• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.6. Skenario Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Berkelanjutan

5.6.2. Analisis Prospektif

Pengelolaan kawasan pesisir dan laut harus dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan dengan mempertimbangkan ekologi dan ekonomi dalam rangka mengurangi efek perubahan iklim global sehingga diharapkan frekuensi dan luasan kejadian pemutihan karang tidak meningkat dan sumberdaya ikan tetap terjaga untuk kesejahteraan masyarakat. Skenario adaftif pengelolaan terumbu karang dirancang berdasarkan pada hasil analisis prospektif. Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk mempersiapkan tindakan strategis di masa depan dengan cara

menentukan faktor-faktor kunci yang berperan penting terhadap berbagai

kemungkinan yang akan terjadi di masa depan. Berdasarkan identifikasi dari expert

(pakar) didapatkan 21 faktor kunci yang dianggap berpengaruh dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang di Karimunjawa di masa depan, yaitu: (1) motivasi dan partisipasi, (2) kemampuan pemulihan alami terumbu karang pada kawasan tersebut, (3) kebijakan pemerintah, (4) sumberdaya manusia, (5) no take zone area, (6) keanekaragaman terumbu karang, (7) siswasmas, (8) kesadaran masyarakat dalam mengelola lingkungannya, (9) jaring sosial masyarakat, (10) biofisik lingkungan, (11) dukungan pihak lain, (12) akses terhadap sumberdaya alam, (13) kesempatan bekerja dan berusaha, (14) adanya investor, (15) kelembagaan nelayan, (16) pendanaan, (17) jaringan kemitraan, (18) infrastruktur, (19) ketahanan pangan, (20) ketersediaan air bersih, dan (21) produksi ikan.

Hasil analisis matriks hubungan antara faktor kunci terhadap pengaruh langsung dan tidak langsung antar faktor kunci tersebut dari sistem yang dikaji, secara rinci disajikan pada Lampiran 14 - Lampiran 18, dan analisis silang antar faktor kunci tersebut dipresentasikan secara grafik (Gambar 44), dan akan terpilih faktor kunci (penting) dalam penentuan strategi adaptif pengelolaan TN Karimunjawa. Dari analisis prospektif terlihat bahwa faktor penting dalam pengelolaan sumberdaya perikanan berkelanjutan terkelompokkan dalam 4 kuadran.

Kuadran kiri atas (kuadran I) merupakan kelompok faktor yang memberikan pengaruh tinggi terhadap kinerja sistem dengan ketergantungan yang rendah terhadap keterkaitan antar faktor. Kuadran ini terdiri dari satu faktor, yaitu kebijakan pemerintah. Faktor ini akan digunakan sebagai input di dalam sistem yang dikaji. Kuadran kanan atas (kuadran II) merupakan kelompok faktor yang memberikan pengaruh tinggi terhadap kinerja sistem dan mempunyai ketergantungan antar faktor yang tinggi pula, sehingga digunakan sebagai stake

(penghubung) di dalam sistem. Kuadran ini terdiri dari dua faktor yaitu: 1) no take zone area, 2) motivasi dan partisipasi, 3) kemampuan recovery, 4) sumberdaya manusia (SDM). Kuadran kanan bawah (kuadran III) memiliki pengaruh yang rendah terhadap kinerja sistem dan ketergantungan yang tinggi terhadap keterkaitan antar faktor, sehingga menjadi output di dalam sistem. Kuadran ini

terdiri dari enam faktor, yaitu: 1) keanekaragaman hayati, 2) infrasruktur/fasilitas, 3) jaringan kemitraan, 4) supplay air bersih, 5) food security, 6) produksi ikan. Kuadran kiri bawah (kuadran IV) mempunyai pengaruh rendah terhadap kinerja sistem dan ketergantungan juga rendah terhadap keterkaitan antar faktor. Kuadran ini terdiri dari empat faktor, yaitu: 1) siswasmas, 2) kelembagaan nelayan, 3) akses terhadap sumberdaya, 4) jaring sosial masyarakat, 5) pendanaan, 6) investor, 7) kesadaran masyarakat, 8) biofisik lingkungan, 9) dukungan pihak lain, 10) kesempatan kerja.

Gambar 45 Tingkat kepentingan faktor-faktor yang berpengaruh pada pengelolaan ekosistem terumbu karang di Karimunjawa

Berdasarkan pada penilaian pengaruh langsung antar faktor dari ke-21 faktor kunci tersebut didapatkan sebanyak dua faktor yang mempunyai pengaruh tinggi terhadap kinerja sistem dan ketergantungan antar faktor yang tinggi pula, yaitu: adanya (1) zona inti (no take zone area), (2) motivasi dan partisipasi, (3) kemampuan pemulihan terumbu karang, dan (4) sumberdaya manusia, serta satu faktor yang mempunyai pengaruh yang tinggi terhadap kinerja sistem walaupun ketergantungan antar faktor rendah, yaitu kebijakan pemerintah. Oleh sebab itu, kelima faktor tersebut perlu dikelola dengan baik dan dibuat state (kondisi) yang mungkin terjadi di masa depan sehubungan dengan pengendalian pemutihan karang. Deskripsi dari masing-masing faktor kunci hasil analisis pengaruh langsung antar faktor adalah sebagai berikut :

a) No take zone area, merupakan kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mana tidak diperbolehkan adanya aktivitas apapun.

b) Motivasi dan partisipasi

Persepsi masyarakat adalah pandangan responden tentang kegiatan pengelolaan kawasan TN Karimunjawa khususnya dalam pemutihan karang. Cara mengetahuinya adalah melalui beberapa indikator pertanyaan yang menjelaskan pandangan responden terhadap (1) kegiatan pencegahan pengrusakan dan pemutihan karang, (b) kegiatan penanggulangan pengrusakan dan pemutihan karang dan (3) kegiatan dalam partisipasi pada pencegahan dan penanggulangan kerusakan dan pemutihan karang.

c) Kemampuan pemulihan, merupakan kemampuan suatu lingkungan untuk kembali

pada kondisi awal (pulih) setelah adanya gangguan. Pengurangan tekanan

terhadap ekosistem pesisir dan laut akan meningkatkan carrying capacity dan kapasitas adaptasi kawasan tersebut.

d) Sumberdaya manusia, potensi yang terkandung dalam diri

mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang adaptif dan transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan.

e) Kebijakan pemerintah

Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dalam bentuk aturan/regulasi dalam bidang pariwisata, perikanan, budidaya, penataan ruang, kehutanan dapat mempengaruhi sumberdaya perikanan dan terumbu karang.

Skenario adaptif pengelolaan terumbu karang dan sumberdaya ikan berkelanjutan dibuat berdasarkan perkiraan responden mengenai kondisi faktor kunci di masa mendatang. Dari perkiraan responden mengenai kondisi faktor-faktor penting tersebut di masa mendatang, disusun skenario yang mungkin terjadi di daerah penelitian. Hasil perkiraan responden mengenai kondisi faktor-faktor di masa datang, selanjutnya dilakukan kombinasi yang mungkin terjadi antar kondisi faktor tersebut (Tabel 25), dan didapatkan empat skenario yaitu : (1) skenario sangat optimis, (2) optimis, (3) optimis perlu biaya dan (4) pesimis. Nilai dan presentase dari keempat skenario disajikan pada Tabel 24.

Tabel 24 Skenario 5 faktor terpilih dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang hingga tahun 2020 KEADAAN FAKTOR 1 A 1 B 1 C 1 D Kawasan perlindungan

Makin luas, banyak, keanekaragaman tinggi, menunjang Tetap, keanekaragaman tinggi, menunjang Sempit, menunjang

Makin sempit, tidak menunjang, keanekaranan rendah 2 A 2 B 2 C Motivasi dan partisipasi Besar, tinggi Meningkat secara bertahap karena adanya sosialisasi Meningkat, bertahap Sedikit, rendah 3 A 3 B Kemampuan pemulihan Meningkat, dengan kondisi biofisik yang mendukung maka akan pulih relatif cepat lambat, minim 4 A 4 B 4C Sumberdaya manusia Meningkat karena adanya training dan motivasi untuk maju

Besar, rendah Sedikit,

rendah 5 A 5 B 5 C 5 D Kebijakan pemerintah Mendukung dengan membuat kebijakan pengendalian, implementasi kebijakan yang efektif dan lebih memfasilitasi Mendukung, tetapi kurang proaktif karena dianggap tidak berpengaruh terhadap kesejahteraan. Mendukung tetapi tidak berpihak pada masyarakat Tidak mendukung sama sekali

Tabel 25 Prospektif skenario pengelolaan terumbu karang di masa depan

No Skenario Urutan faktor Presentase (%)

1 Sangat Optimis IA,2A,3A,4A,5A 33.188

2 Optimis IA,2A,3A,4A, 5B 31.878

3 Optimis perlu biaya (Moderat) IC,2B,3A,4B,5BC 20.087

4 Pesimis ID,2C,3B,4C,5D 14.847

Jumlah 100.00

Jumlah skenario yang dapat dirumuskan dalam rangka pengelolaan adaptif terumbu karang dan sumberdaya ikan bisa lebih dari empat, namun dari keadaan dari masing-masing faktor kunci, kemungkinan yang paling besar diperkirakan akan terjadi di masa yang akan datang dari keempat skenario tersebut adalah :

1. Skenario pesimis merupakan suatu skenario yang dibangun berdasarkan keadaan (state) dan faktor kunci dengan kondisi dimana : (1) jumlah dan luasan zona inti berkurang, (2) motivasi dan partisipasi masyarakat menurun karena

kurangnya sosialisasi dan penyuluhan dari pemerintah, (3) rusaknya lingkungan mengakibatkan kemampuan pemulihan menjadi rendah dan lambat, (4) rendahnya tingkat pendidikan menjadikan pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan terumbu karang dan sumberdaya ikan menurun, (5) pemerintah daerah kurang mendukung karena menganggap bahwa pemutihan karang kurang berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar TN Karimunjawa. Penerapan konsep skenario pesimistik ini akan memberikan implikasi berupa : (1) kerusakan terumbu karang semakin meningkat, (2) kepedulian masyarakat terhadap kerusakan terumbu karang semakin berkurang, (3) beban lingkungan semakin meningkat, (4) kerusakan lingkungan berimplikasi terhadap hasil tangkapan dan pendapatan nelayan, sehingga jika dimungkinkan akan terjadi penurunan sumberdaya manusia, (5) pemerintah daerah kurang memberi perhatian terhadap pengelolaan terumbu karang dan sumberdaya ikan. 2. Skenario optimis yang memerlukan biaya (moderat) adalah skenario

moderat mengandung pengertian bahwa keadaan masa depan yang mungkin terjadi diperhitungkan dengan penuh pertimbangan sesuai dengan keadaan dan kemampuan sumberdaya yang dimiliki saat ini. Skenario ini dibangun berdasarkan state dari faktor kunci dengan kondisi sebagai berikut : (1) zona inti yang ada semakin sempit meskipun masih mampu menunjang keanekaragaman dan ekologi yang ada, (2) motivasi dan partisipasi meningkat secara bertahap sesuai dengan

kemampuan dan pengetahuan masyarakat, (3) rusaknya lingkungan

mengakibatkan kemampuan pemulihan menjadi rendah dan lambat, (4) jumlah sumberdaya yang terdedia banyak, namun mempunyai kemampuan yang yang

rendah, (5) kebijakan pemerintah mendukung, namun tidak berpihak pada

masyarakat dan kurang proaktif. Penerapan konsep skenario moderat ini akan memberikan implikasi berupa : (1) kerusakan terumbu karang akan tetap pada kondisinya semula, (2) kepedulian masyarakat akan meningkat secara bertahap, (3) sumberdaya manusia akan meningkat secara bertahap karena adanya sosialisasi.

3. Skenario optimistik dibangun berdasarkan keadaan (state) dan faktor kunci