• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis data dilakukan secara berjenjang dengan beberapa metode untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan. Metode analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Logical Framework Analysis (LFA)

Logical Framework Analysis (LFA) adalah instrumen analisis, presentasi dan manajemen yang dapat membantu perencana untuk menganalisis situasi existing, membangun hirarki logika dari tujuan yang akan dicapai, mengidentifikasi risiko potensial yang dihadapi dalam pencapaian tujuan dan hasil, membangun cara untuk melakukan monitoring dan evaluasi terhadap tujuan (output) dan hasil (outcomes), menyajikan ringkasan aktivitas suatu kegiatan serta membantu upaya monitoring selama pelaksanaan implementasi proyek (Ausguidline, 2005 dalam

Yantieuyulandh, 2011 ). Metode LFA dilakukan dengan bantuan dikusi dengan pakar dan dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis data harapan

stakeholder yang diperoleh dari survei dengan kuesioner sehingga didapat indikator untuk mengukur pencapaian harapan tersebut.

2. Analytical Hierarchy Process (AHP)

Proses tingkatan analitik (Analytical Hierarchy Process) dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton School of Business pada tahun 1970-an untuk mengorganisasikan informasi dan judment dalam memilih alternatif yang paling disukai. AHP memungkinkan pengguna untuk memberikan nilai bobot relatif dari suatu kriteria majemuk (atau alternatif majemuk terhadap suatu kriteria) secara intuitif, yaitu dengan melakukan perbandingan berpasangan (pairwise

comparisons) Kemudian menentukan cara yang konsisten untuk mengubah

perbandingan berpasangan menjadi suatu himpunan bilangan yang

mempresentasikan prioritas relatif dari setiap kriteria dan alternatif (Saaty dalam

Marimin, 2005).

Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan. Menurut saaty (1983) dalam Marimin (2005) untuk berbagai persoalan skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty adalah sebagai berikut:

Nilai 1 adalah kriteria/alternatif A sama dengan kriteria/alternatif B Nilai 3 adalah A sedikit lebih penting dari B

Nilai 5 adalah A jelas lebih penting dari B Nilai 7 adalah A sangat jelas lebih penting dari B Nilai 9 adalah A mutlak lebih penting dari B

Adapun nilai 2, 4, 6, 8 adalah apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan. Berikut penjelasan langkah-langkah metode AHP, yakni:

a) Menentukan jenis-jenis kriteria yang akan menjadi persyaratan calon pejabat struktural.

b) Menyusun kriteria-kriteria tersebut dalam bentuk matriks berpasangan. c) Menjumlah matriks kolom.

d) Menghitung nilai elemen kolom kriteria dengan rumus, masing-masing elemen kolom dibagi dengan jumlah matriks kolom.

e) Menghitung nilai prioritas kriteria dengan rumus, menjumlah matriks baris hasil langkah ke d dan hasilnya dibagi dengan jumlah kriteria.

f) Menentukan alternatif-alternatif yang akan menjadi pilihan.

g) Menyusun alternatif-alternatif yang telah ditentukan dalam bentuk matriks berpasangan untuk masing-masing kriteria, sehingga akan ada sebanyak n

buah matriks berpasangan antar alternatif.

h) Masing-masing matriks berpasangan antar alternatif sebanyak n buah matriks, masing-masing matriksnya dijumlah per kolomnya.

i) Menghitung nilai prioritas alternatifmasing-masing matriks berpasangan antar alternatif dengan rumus seperti langkah d dan langkah e.

j) Menguji konsistensi setiap matriks berpasangan antar alternatif dengan rumus,

53

nilai prioritas kriteria. Hasilnya masing-masing baris dijumlah, kemudian hasilnya dibagi dengan masing-masing nilai prioritas kriteria sebanyak λ1, λ2,

λ3, ….., λn.

k) Menghitung Lamda max dengan rumus:

λmax = ∑λ / n

l) Menghitung Consistensy Index (CI) dengan rumus :

CI = λmax / (n-1)

m) Menghitung Consistency Ratio (CR) dengan rumus:

CR = CI / RI, RI= Random Index dari tabel RI, pada Lampiran 12,

Jika CR < 0,1 maka nilai perbandingan berpasangan pada matriks kriteria yang diberikan konsisten. Jika CR ≥ 0,1, maka nilai perbandingan berpasangan pada matriks kriteria yang diberikan tidak konsisten. Jika tidak konsisten, maka pengisian nilai-nilai pada matriks berpasangan pada unsur kriteria maupun alternatif harus diulang.

3. Focus Group Discussion (FGD)

Focus Group Discussion yang lebih terkenal dengan singkatannya FGD merupakan salah satu metode riset kualitatif yang paling terkenal selain teknik wawancara. FGD adalah diskusi terfokus dari suatu group untuk membahas suatu masalah tertentu, dalam suasana informal dan santai. Jumlah pesertanya bervariasi antara 8-12 orang, dilaksanakan dengan panduan seorang fasilitator. FGD dimaksudkan untuk menghindari pemaknaan yang salah dalam suatu penelitian

terhadap fokus masalah yang diteliti. Kehadiran orang lain menjadi “penolong”

terhadap kelemahan pemikiran pribadi (Bungin, 2007).

Dalam proses FGD melibatkan berbagai pihak yang dipandang dapat memberi sumbangan pemikiran terhadap persoalan yang didiskusikan. Penentuan peserta FGD berkaitan dengan beberapa hal, yaitu keahlian/kepakaran, pengalaman, pribadi terlibat, tokoh otoritas, dan masyarakat (Bungin, 2007).

Dalam penelitian ini FGD digunakan untuk menetapkan standar nilai yang digunakan untuk menentukan skor penilaian. Standar nilai ditetapkan dalam diskusi dengan memperhatikan data sejarah dari tiap-tiap indikator yang menjadi acuan penilaian.

4. Objective Matrix (OMAX)

Objective Matrix (OMAX) dikembangkan oleh James L. Riggs berdasarkan pendapat bahwa penilaian adalah fungsi dari beberapa faktor kinerja yang berlainan. Konsep dari pengukuran ini yaitu penggabungan beberapa kriteria kinerja ke dalam sebuah matriks. Setiap kriteria kinerja memiliki sasaran berupa jalur khusus untuk perbaikan serta memiliki bobot sesuai dengan tingkat kepentingannya terhadap tujuan organisasi. Hasil akhir dari pengukuran ini adalah nilai tunggal organisasi. Dengan menggunakan Omax, pihak manajemen dapat dengan mudah menentukan kriteria apa yang menjadi ukuran. Pada akhirnya pihak manajemen dapat mengetahui organisasi yang menjadi tanggung jawabnya berdasarkan bobot dan skor untuk setiap kriteria. Penentuan kriteria penilaian dilakukan dengan pengembangan skor/angka. Skor OMAX terletak pada rentang nol sampai dengan10, dimana nilai nol menunjukkan bahwa kinerja sangat jauh di bawah target (kinerja terjelek) dan nilai 10 kinerja terbaik atau menunjukkan kinerja telah mencapai target dan jauh melampaui target. Nilai satu sampai dengan sembilan merupakan nilai interpolasi antara nilai nol dan 10. Penentuan target dan nilai pada skor OMAX dilakukan dengan Focus Group Discussion (FGD).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN