BAB III: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
B. Analisis Data
Data dalam penelitian ini berupa penggalan konteks-konteks percakapan di dalam novel 99 Cahaya di Langit Eropa; Perjalanan Menapak Jejak Islam di
Eropa karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra. Penggalan
konteks-konteks percakapan terpilih kemudian dipenggal lagi menjadi penggalan pasangan percakapan, selanjutnya dianalisis berdasarkan prinsip kerjasama percakapan yang dikemukakan oleh Grice dan teori relevansi yang dinyatakan oleh Sperber dan Wilson serta dianalisis dengan menggunakan analisis konteks cf. Syafie‟ie. Disetiap sub judul terdapat kode halaman novel yang berisi penggalan konteks percakapan. Misalkan (h. 34), menandakan bahwa penggalan konteks percakapan tersebut terdapat pada halaman ke-34 dalam novel 99 Cahaya di Langit Eropa;
Perjalanan Menapak Jejak Islam di Eropa. Berikut ini adalah deskripsi data
penggalan konteks percakapan dan analisis nya.
1) Data 1
Penasihat: ...Mmm...Panglima...apakah Panglima juga berkenan mendengar berita lainnya? Hanya saja berita ini sedikit kurang baik..., (diam, menunduk penuh ketakutan)
Panglima: (Mata Panglima tiba-tiba melotot. Dia seperti tak percaya karena ini adalah detik-detik yang menentukan dan seharusnya tidak ada berita buruk). Katakan! (dengan suara yang berat)
Penasihat: Mereka tidak menyerang, Panglima. Tetapi anak buah kita melihat tembakan api terus-menerus dilontarkan ke udara di dalam benteng, (Menjawab dengan satu tarikan napas)
(Sumber, Rais, 2012 : 13) P1: Penasihat
P2: Panglima
Berdasarkan data 1 mengetahui bahwa ada 2 orang pembicara yaitu penasihat dan Panglima untuk mendapatkan 4 maksim dalam prinsip kerja sama Grice digunakan alat ukur atau pisau analisis yaitu:
P1: Penasihat
Topik: Berita kurang baik
Latar waktu: Malam hari di musim panas
Latar tempat: Di Eropa Barat dalam sebuah barak untuk persiapan ekspansi
Latar Peristiwa: P1 menyampaikan berita buruk
Saluran: Bahasa lisan dengan terbatah-batah dan ekspresi wajah dengan mata melotot
Kode: Bahasa Indonesia
Tujuan: P1 ingin menyampaikan berita pada P2
Bertumpu pada analisa di atas, diperoleh beberapa maksim yang dilanggar dan maksim yang terpenuhi, yaitu sebagai berikut:
1. Maksim yang dilanggar yaitu maksim cara. Maksim cara dilanggar pada percakapan penasihat yang terbatah-batah, terdapat pada kutipan berikut:
“...Mmm...Panglima...apakah Panglima juga berkenan mendengar
berita lainnya? Hanya saja berita ini sedikit kurang baik..., (diam, menunduk penuh ketakutan)”
Maksim cara yang selanjutnya dilanggar karena jawaban dari Panglima mengandung ambiguitas, terdapat pada penggalan percakapan sebagai berikut:
“(Mata Panglima tiba-tiba melotot. Dia seperti tak percaya karena ini adalah detik-detik yang menentukan dan seharusnya tidak ada berita buruk). Katakan! (dengan suara yang berat)”
2. Maksim yang terpenuhi yaitu sebagai berikut:
a) Maksim kuantitas. Maksim kuantitas terpenuhi karena jawaban Panglima sesuai dengan informasi yang dibutuhkan penasihat, terdapat pada kutipan berikut: “Katakan!”
b) Maksim kualitas. Maksim kualitas terpenuhi karena penasihat memberikan informasi yang sesuai dengan kejadian yang sebenarnya terjadi, terdapat pada kutipan penggalan percakapan berikut:
“Mereka tidak menyerang, Panglima. Tetapi anak buah kita melihat
tembakan api terus-menerus dilontarkan ke udara di dalam benteng,”
c) Maksim relevansi. Maksim ini terpenuhi karena data yang diberikan oleh penasihat dengan kejadian yang melatar belakangi percakapan saling berhubungan. Terdapat pada kutipan berkut:
“Mereka tidak menyerang, Panglima. Tetapi anak buah kita melihat
tembakan api terus-menerus dilontarkan ke udara di dalam benteng,”
Implikatur: P2 melototkan matanya karena terkejut dan tidak mengharapkan ada berita buruk.
2) Data 2
Fatma: Karena ini, Hanum, (sambil mengarahkan telunjuknya ke kepala). Mungkin..., (berhenti berbicara seolah mencari ide di kepalanya). Karena aku berjilbab. Aku tidak pernah mendapatkan balasan balasan dari perusahaan tempat aku melayangkan lamaran pekerjaan. Jika harus bersekolah aku tidak mampu mengeluarkan biaya, (ucapnya lirih).
Hanum: Fatma, maaf jika aku menyinggungmu. Kenapa kau tak berpikir, mungkin mmm...kualifikasimu kurang sesuai, atau pengalaman kerjamu kurang sehingga perusahaan di sini tidak menerimamu? (dengan ucapan yang terbata-bata).
Fatma: Ah, tadinya kupikir juga demikian, Hanum. Sampai kuturunkan pilihanku. Katakan padaku, apakah profesionalitas dan kompetensi sangat dibutuhkan sekadar untuk menjadi portir dalam dapur?
(Sumber, Rais, 2012 : 23) P1: Fatma
P2: Hanum
Berdasarkan data 2 mengetahui bahwa ada 2 orang pembicara yaitu Hanum dan Fatma untuk mendapatkan 4 maksim dalam prinsip kerja sama Grice digunakan alat ukur atau pisau analisis yaitu:
P1: Fatma
P2: Hanum
Topik: Berjilbab mengakibatkan sulit mendapatkan pekerjaan
Latar waktu: Siang hari
Latar tempat: dalam bus, kota Wina
Latar peristiwa: P2 tidak setuju dengan pernyataan P1
Saluran: Bahasa lisan dan akrab
Kode: Bahasa Indonesia
Bertumpu pada analisa di atas, diperoleh beberapa maksim yang dilanggar dan maksim yang terpenuhi, yaitu sebagai berikut:
1. Maksim yang dilanggar yaitu sebagai berikut:
a) Maksim kuantitas. Maksim kuantitas dilanggar karena jawaban Fatma lebih dari informasi yang dibutuhkan Hanum, hal tersebut terdapat pada kutipan berikut:
“Ah, tadinya kupikir juga demikian, Hanum. Sampai kuturunkan pilihanku. Katakan padaku, apakah profesionalitas dan kompetensi
sangat dibutuhkan sekadar untuk menjadi portir dalam dapur?”
b) Maksim cara. Maksim cara dilanggar karena jawaban Fatma tidak ringkas. Bukti bahwa jawaban Fatma kurang ringkas terdapat pada kutipan penggalan percakapan saat melanggar maksim kuantitas.
2. Maksim yang terpenuhi yaitu sebagai berikut:
a) Maksim kualitas. Maksim ini terpenuhi karena pernyataan P1 berdasarkan dari pengalaman pribadi P1. Terpenuhinya maksim kualitas dapat dilihat pada kutipan penggalan percakapan berikut:
“Ah, tadinya kupikir juga demikian, Hanum. Sampai kuturunkan pilihanku. Katakan padaku, apakah profesionalitas dan kompetensi sangat dibutuhkan sekadar untuk menjadi portir dalam dapur?”
b) Maksim relevansi. Maksim relevansi terpenuhi karena pertanyaan P2 terhadap P1 dapat di jawab dengan baik. Mereka sama-sama mengetahui konteks yang melatarbelakangi percakapan, yaitu P1 merasa susah mendapatkan pekerjaan karena berjilbab.
Implikatur: P1 memperkuat pernyataannya dengan melontarkan pertanyaan balik kepada P2
3) Data 3
Hanum: Hai, nama aku Hanum. Namamu siapa? Senang berkenalan denganmu. Magst du Schokolade. Maukah kau coklat ini?
Fatma: Ah, Milka! Ich mag Milka gern. Aber...danke, Ich faste. Saya sangat suka coklat Milka. Tapi...terimakasih, saya sedang berpuasa
Hanum: Ambillah untuk berbuka puasa nanti. Kau berpuasa Senin-Kamis ya?
Fatma: (Fatma terlihat senang dengan respon Hanum yang paham dengan puasa yang sedang dilakoninya)
(Sumber, Rais, 2012 : 26-27) P1: Hanum
P2: Fatma
Berdasarkan data 3 mengetahui bahwa ada 2 orang pembicara yaitu Hanum dan Fatma untuk mendapatkan 4 maksim dalam prinsip kerja sama Grice digunakan alat ukur atau pisau analisis yaitu:
P1: Hanum
P2: Fatma
Topik: Coklat Milka
Latar waktu: Pagi hari saat kelas bahasa Jerman baru di mulai
Latar tempat: Kelas bahasa Jerman
Latar peristiwa: Fatma puasa Senin-Kamis
Saluran: Bahasa lisan dan akrab
Kode: Bahasa Indonesia campur bahasa Jerman
Tujuan: P1 ingin memberi kesan baik dalam perkenalan awal
Bertumpu pada analisa di atas, diperoleh beberapa maksim yang dilanggar dan maksim yang terpenuhi, yaitu sebagai berikut:
1. Maksim yang dilanggar yaitu sebagai berikut:
a) Maksim kuantitas. Maksim kuantitas dilanggar karena P2 tidak memberikan informasi yang dibutuhkan P1. Pelanggaran tersebut terdapat pada kutipan penggalan percakapan berikut:
“Hanum: Hai, nama aku Hanum. Namamu siapa? Senang berkenalan denganmu. Magst du Schokolade. Maukah kau coklat ini?
Fatma: Ah, Milka! Ich mag Milka gern. Aber...danke, Ich faste. Saya
sangat suka coklat Milka. Tapi...terimakasih, saya sedang berpuasa”
b) Maksim cara. Maksim cara dilanggar karena P2 tidak menjawab pertanyaan dari P1 secara tertata dan ringkas. Pelanggaran terhadap maksim cara dapat dilihat pada penggalan percakapan yang sama dengan kutipan pelanggaran maksim kuantitas.
2. Maksim yang terpenuhi yaitu sebagai berikut:
a) Maksim kualitas. Maksim ini terpenuhi karena alasan dari P2 untuk menolak pemberian P1 berdasarkan fakta. Terpenuhinya maksim kualitas dapat dilihat pada penggalan percakapan pada kutipan berikut:
“Ah, Milka! Ich mag Milka gern. Aber...danke, Ich faste. Saya sangat suka coklat Milka. Tapi...terimakasih, saya sedang berpuasa”
b) Maksim relevansi. Maksim ini terpenuhi karena alasan yang diberikan oleh P2 menolak pemberian P1 dapat dipahami oleh P1. Hal tersebut terjadi karena mereka memiliki pengetahuan yang sama atas konteks yang melatarbelakangi percakapan. Bukti terpenuhinya maksim relevansi terlihat dalam kutipan berikut:
“Ambillah untuk berbuka puasa nanti. Kau berpuasa Senin-Kamis ya?” Implikatur: P2 menolak pemberian P1 karena melakukan ibadah puasa
4) Data 4
Hanum: Fatma, kurasa...mmm...sebaiknya kita menghangatkan diri di kafe.
Fatma: Kenapa? Sudah terlanjur berlari kemari. Sebaiknya kita masuk dulu ke gereja. Di dalam banyak patung reilief yang artistik. Kau perlu mengabadikan dengan kameramu. Setelah itu, baru kita bersantai di kafe. Lekas masuk! Aku tahu cara menghangatkan badan yang paling efektif dalam gereja, (Fatma seperti bisa membaca kegelisahan Hanum).
(Sumber, Rais, 2012 : 34) P1: Hanum
P2: Fatma
Berdasarkan data 4 mengetahui bahwa ada 2 orang pembicara yaitu Hanum dan Fatma untuk mendapatkan 4 maksim dalam prinsip kerja sama Grice digunakan alat ukur atau pisau analisis yaitu:
P1: Hanum
P2: Fatma
Topik: Menghangatkan badan
Latar Waktu: Sore menjelang malam
Latar tempat: Gereja Saint Joseph
Latar Peristiwa: P1 menduga P2 tidak nyaman menghangatkan diri di Gereja Saint Joseph
Saluran: Bahasa lisan dan akrab
Tujuan: P1 mengajak P2 menghangatkan badan di kafe karena P1 menduga bahwa P2 tidak nyaman berada di Gereja
Bertumpu pada analisa di atas, diperoleh beberapa maksim yang dilanggar dan maksim yang terpenuhi, yaitu sebagai berikut:
1. Maksim yang dilanggar yaitu sebagai berikut:
a) Maksim kuantitas. Maksim ini dilanggar karena P2 memberikan informasi yang lebih dari yang dibutuhkan P1. Pelanggaran terhadap maksim kuantitas dapat dilihat melalui kutipan penggalan percakapan berikut:
“Kenapa? Sudah terlanjur berlari kemari. Sebaiknya kita masuk dulu ke gereja. Di dalam banyak patung reilief yang artistik. Kau perlu mengabadikan dengan kameramu. Setelah itu, baru kita bersantai di kafe. Lekas masuk! Aku tahu cara menghangatkan badan yang paling efektif dalam gereja, (Fatma seperti bisa membaca kegelisahan Hanum).”
b) Maksim cara. Maksim ini dilanggar karena jawaban P2 memberikan informasi yang tidak singkat kepada P1. Pelanggaran terhadap maksim cara dapat dilihat pada kutipan penggalan percakapan pelanggaran maksim kuantitas.
2. Maksim yang terpenuhi yaitu sebagai berikut:
a) Maksim kualitas. Maksim ini terpenuhi karena P2 memberikan jawaban yang sesuai dengan kenyataan mengenai Gereja Saint Joseph dan dapat di buktikan kebenarannya. Terpenuhinya maksim kualitas dapat dilihat pada kutipan penggalan percakapan berikut:
“Kenapa? Sudah terlanjur berlari kemari. Sebaiknya kita masuk dulu ke gereja. Di dalam banyak patung reilief yang artistik. Kau perlu mengabadikan dengan kameramu. Setelah itu, baru kita bersantai di kafe. Lekas masuk! Aku tahu cara menghangatkan badan yang paling efektif dalam gereja, (Fatma seperti bisa membaca kegelisahan Hanum).”
b) Maksim relevansi. Maksim ini terpenuhi karena jawaban yang diberikan P2 kepada P1 memiliki hubungan sehiingga P1 dapat mengerti maksud dari P2. Hubungan tersebut terjadi karena mereka sama-sama memahami konteks yang melatarbelakangi terjadinya percakapan.
5) Data 5
Hanum: Psst...psst, Fatma...diamlah sebentar...,
Fatma: Ada apa? Kau tak suka kita membicarakan gereja?
Hanum: Kurasa tamu di balik tembok ini sedang menjelek-jelakan Islam. Mereka menyebut croissant melambangkan bendera Turki yang bisa dimakan. Kau makan croissant artinya makan Islam! Pokoknya menyebalkan!
(Sumber, Rais, 2012 : 39) P1: Hanum
P2: Fatma
Berdasarkan data 5 mengetahui bahwa ada 2 orang pembicara yaitu Hanum dan Fatma untuk mendapatkan 4 maksim dalam prinsip kerja sama Grice digunakan alat ukur atau pisau analisis yaitu:
P1: Hanum
P2: Fatma
Topik: Beberapa turis menjelek-jelekan Islam dengan memakan roti croissant Latar waktu: Sore hari
Latar tempat: Kafe
Latar peristiwa: P1 menguping beberapa turis yang sedang menjelek-jelekan Islam
Saluran: Bahasa lisan dan akrab
Kode: Bahasa Indonesia
Tujuan: P1 memberitahukan kepada P2 bahwa ada beberapa turis sedang menjelek-jelekan Islam dengan memakan roti croissant
Bertumpu pada analisa di atas, diperoleh beberapa maksim yang dilanggar dan maksim yang terpenuhi, yaitu sebagai berikut:
1. Maksim yang dilanggar yaitu sebagai berikut:
a) Maksim kuantitas. Maksim ini dilanggar karena jawaban yang diberikan oleh P1 memberikan informasi lebih dari yang dibutuhkan oleh P2. Pelanggaran terhadap maksim kuantitas dapat dilihat pada kutipan penggalan percakapan berikut:
“Kurasa tamu di balik tembok ini sedang menjelek -jelakan Islam.
dimakan. Kau makan croissant artinya makan Islam! Pokoknya menyebalkan!”
b) Maksim cara. Maksim ini dilanggar karena P1 menjawab pertanyaan P2 tidak tertata dan tidak ringkas. Pelanggaran terhadap maksim ini dapat dilihat pada penggalan kutipan percakapan berikut:
“Fatma: Ada apa? Kau tak suka kita membicarakan gereja?
Hanum: Kurasa tamu di balik tembok ini sedang menjelek -jelakan Islam. Mereka menyebut croissant melambangkan bendera Turki yang bisa dimakan. Kau makan croissant artinya makan Islam! Pokoknya menyebalkan!”
2. Maksim yang terpenuhi yaitu sebagai berikut:
a) Maksim kualitas. Maksim ini terpenuhi karena alasan yang diberikan oleh P1 kepada P2 benar-benar terjadi pada saat percakapan berlangsung. Terpenuhinya maksim kualitas dapat dilihat melalui kutipan penggalan percakapan berikut:
“Kurasa tamu di balik tembok ini sedang menjelek-jelakan Islam. Mereka menyebut croissant melambangk an bendera Turki yang bisa dimakan. Kau makan croissant artinya makan Islam! Pokoknya menyebalkan!”
b) Maksim relevansi. Maksim ini terpenuhi karena diantara P1 dan P2 terjadi percakapan yang saling berkesinabungan. P2 dapat memahami jawaban dari P1 kerena mereka berada pada tempat yang sama dalam konteks yang melatarbelakangi percakapan.
Implikatur: P1 tidak keberatan membicarakan mengenai gereja. P1 menjelaskan alasan kenapa menyuruh P2 untuk diam tiba-tiba.
6) Data 6
Hanum: Bapak ingin belajar sejarah Islam atau musik di Wina?
Muhammad Djam’an: Wina-lah kota terakhir tempat ekspansi Islam
berhenti
(Sumber, Rais, 2012 : 44) P1: Hanum
Berdasarkan data 6 mengetahui bahwa ada 2 orang pembicara yaitu Hanum dan Muhammad Djam‟an untuk mendapatkan 4 maksim dalam prinsip kerja sama Grice digunakan alat ukur atau pisau analisis yaitu:
P1: Hanum
P2: Muhammad Djam‟an Topik: Kota Wina
Latar waktu: Siang hari
Latar tempat: Ruang kelas
Saluran: Bahasa lisan
Kode: Bahasa Indonesia
Tujuan: P1 ingin mengetahui tujuan P2 ke Wina
Bertumpu pada analisa di atas, diperoleh beberapa maksim yang dilanggar dan maksim yang terpenuhi, yaitu sebagai berikut:
1. Maksim yang dilanggar yaitu sebagai berikut:
a) Maksim kuantitas. Maksim ini dilanggar karena P2 tidak menjawab dan memberikan informasi yang dibutuhkan oleh P1 secara semantis. Pelanggaran terhadap maksim kuantitas dapat dilihat pada kutipan penggalan percakapan berikut:
“Hanum: Bapak ingin belajar sejarah Islam atau musik di Wina?
Muhammad Djam‟an: Wina-lah kota terakhir tempat ekspansi Islam berhenti”
b) Maksim cara. Maksim cara dilanggar karena P2 tidak menjawab pertanyaan P1 secara tertata. Pelanggaran terhadap maksim ini dapat dilihat pada kutipan yang sama dengan kutipan penggalan percakapan pelanggaran maksim kuantitas.
2. Maksim yang terpenuhi yaitu sebagai berikut:
a) Maksim kualitas. Maksim ini terpenuhi karena jawaban yang diberikan P2 sesuai dengan fakta dan dapat dibuktikan kebenarannya. Terpenuhinya maksim kualitas dapat dilihat pada kutipan penggalan percakapan berikut:
b) Maksim relevansi. Maksim ini terpenuhi karena P2 memberikan jawaban yang relevan dengan konteks yang melatarbelakangi percakapan, yaitu keinginan P2 mengunjugi kota memiliki sejarah Islam di Eropa.
Implikatur: P2 ingin ke Wina untuk mempelajari sejarah Islam.
7) Data 7
(1) Hanum: Bagaimana kau bisa tak marah sedikit pun, Fatma?
Fatma: Tentu saja aku tersinggung, Hanum. Dulu aku juga jadi emosi jika mendengar hal yang tak cocok di negeri ini. Apalagi masalah etnis dan agama. Tapi seperti kau dan dinginnya hawa di Eropa ini, suhu tubuhmu akan menyesuaikan. Kau perlu penyesuaian, Hanum. Hanya satu yang harus kita ingat. Misi kita adalah menjadi agen Islam yang damai, teduh, indah, yang membawa keberkahan di komunitas non-muslim. Dan itu tidak akan pernah mudah.
(2) Hanum: Tapi, bukankah itu menunjukkan kita begitu lemah dan terinjak-injak?
Fatma: Suatu saat kau akan banyak belajar bagaimana bersikap di negeri tempat kau harus menjadi minoritas. Tapi menurut pengalamanku selama ini, aku tak harus mengumbar nafsu dan emosiku jika ada hal yang tak berkenan di hatiku.
(Sumber, Rais, 2012 : 47) P1: Hanum
P2: Fatma
Berdasarkan data 7 mengetahui bahwa ada 2 orang pembicara yaitu Hanum dan Fatma untuk mendapatkan 4 maksim dalam prinsip kerja sama Grice digunakan alat ukur atau pisau analisis yaitu:
P1: Hanum
P2: Fatma
Topik: Menyesuaikan diri di negeri minoritas Islam
Latar waktu: Sore hari
Latar tempat: Kafe
Latar peristiwa: P2 tidak merasa marah
Saluran: Bahasa lisan dan akrab
Kode: Bahasa Indonesia
Tujuan: P2 membagi pengalamannya dalam menyesuaikan diri di negeri minoritas Islam
Bertumpu pada analisa di atas, diperoleh beberapa maksim yang dilanggar dan maksim yang terpenuhi, yaitu sebagai berikut:
1. Maksim yang dilanggar yaitu sebagai berikut:
a) Maksim kuantitas. Maksim ini dilanggar karena P2 memberikan jawaban melebihi informasi yang dibutuhkan oleh P1. Pelanggaran terhadap maksim kuantitas dapat dilihat pada kutipan penggalan percakapan berikut:
“Tentu saja aku tersinggung, Hanum. Dulu aku juga jadi emosi jika mendengar hal yang tak cocok di negeri ini. Apalagi masalah etnis dan agama. Tapi seperti kau dan dinginnya hawa di Eropa ini, suhu tubuhmu akan menyesuaikan. Kau perlu penyesuaian, Hanum. Hanya satu yang harus kita ingat. Misi kita adalah menjadi agen Islam yang damai, teduh, indah, yang membawa keberkahan di komunitas non-muslim. Dan itu tidak akan pernah mudah.”
b) Maksim cara. Maksim ini dilanggar karena jawaban dari P2 tidak singkat dan tidang tertata. Jawaban yang tidak singkat dapat dilihat pada kutipan penggalan percakapan yang sama pada pelanggaran maksim kuantitas. Pelanggaran maksim cara karena jawaban P2 tidak tertata terlihat pada kutipan penggalan percakapan berikut:
“Hanum: Tapi, bukankah itu menunjukkan kita begitu lemah dan terinjak-injak?
Fatma: Suatu saat kau akan banyak belajar bagaimana bersikap di negeri tempat kau harus menjadi minoritas. Tapi menurut pengalamanku selama ini, aku tak harus mengumbar nafsu dan emosiku jika ada hal yang tak berkenan di hatiku.”
2. Maksim yang terpenuhi yaitu sebagai berikut:
a) Maksim kualitas. Maksim ini terpenuhi karena P2 memberikan jawaban yang sesuai dengan pengalamannya sendiri. Terpenuhinya maksim kualitas dapat dilihat pada kutipan penggalan percakapan berikut:
“Tentu saja aku tersinggung, Hanum. Dulu aku juga jadi emosi jika mendengar hal yang tak cocok di negeri ini. Apalagi masalah etnis dan agama. Tapi seperti kau dan dinginnya hawa di Eropa ini, suhu tubuhmu akan menyesuaikan. Kau perlu penyesuaian, Hanum. Hanya satu yang harus kita ingat. Misi kita adalah menjadi agen Islam yang damai, teduh, indah, yang membawa keberkahan di komunitas non-muslim. Dan itu tidak akan pernah mudah.”
b) Maksim relevansi. Maksim ini terpenuhi karena percakapan yang terjadi antara P1 dan P2 relevan dengan konteks yang melatarbelakangi percakapan. Pertanyaan P1 direspon dengan baik oleh P2 dan dijelaskan dengan rinci agar P1 memahami alasan yang diberikan P2. Terpenuhinya maksim relevansi ini dapat dilihat pada kutipan penggalan percakapan terpenuhinya maksim kualitas.
Implikatur: P2 tidak sepaham dengan P1.
8) Data 8
Konteks: Hanum dan Fatma turun dari bus, jam menunjukan pukul 20.05. udara semakin dingin.
Hanum: Ngopi dulu yuk. Gantian aku yang mentraktir cappucino
Fatma: Terimakasih. Asye agaknya sedikit demam. Aku harus segera membawanya pulang.
Hanum: Anakmu mimisan, Fatma. dongakkan kepalanya dan cepat kau usap,....
(Sumber, Rais, 2012 : 49) P1: Hanum
P2: Fatma
Berdasarkan data 8 mengetahui bahwa ada 2 orang pembicara yaitu Hanum dan Fatma untuk mendapatkan 4 maksim dalam prinsip kerja sama Grice digunakan alat ukur atau pisau analisis yaitu:
P1: Hanum
P2: Fatma
Topik: Mentraktir cappucino Latar waktu: Malam hari 20.05
Latar tempat: Halte bus
Latar peristiwa: Ayse demam
Saluran: Bahasa lisan dan akrab
Kode: Bahasa Indonesia
Tujuan: P1 ingin mentraktir P2 cappucino
Bertumpu pada analisa di atas, diperoleh beberapa maksim yang dilanggar dan maksim yang terpenuhi, yaitu sebagai berikut:
1. Maksim yang dilanggar yaitu sebagai berikut:
a) Maksim kuantitas. Maksim ini dilanggar karena jawaban P2 melebihi dari informasi yang dibutuhkan P1. Pelanggaran terhadap maksim kuantitas dapat dilihat dalam kutipan penggalan percakapan berikut:
“Terimakasih. Asye agaknya sedikit demam. Aku harus segera membawanya pulang.”
b) Maksim cara. Maksim ini dilanggar karena jawaban P2 tidak singkat. Pelanggaran terhadap maksim cara dapat dilihat dalam penggalan kutipan yang sama saat melanggar maksim kuantitas.
2. Maksim yang terpenuhi yaitu sebagai berikut:
a) Maksim kualitas. Maksim ini terpenuhi karena jawaban dari P2 berdasarkan kenyataan dan dapat dibuktikan kebenarannya. Terpenuhinya maksim kualitas dapat dilihat pada kutipan penggalan percakapan berikut:
“Fatma: Terimakasih. Asye agaknya sedikit demam. Aku harus segera membawanya pulang.
Hanum: Anakmu mimisan, Fatma. dongakkan kepalanya dan cepat kau usap,....”
b) Maksim relevansi. Maksim ini terpenuhi karena jawaban P2 dan respon P1 relevan dengan konteks yang melatarbelakangi percakapan mereka. Terpenuhinya maksim relevansi dapat dibuktikan melalui penggalan kutipan percakapan yang sama dengan maksim kualitas.
Implikatur: P2 menolak tawaran P1
9) Data 9
Fatma: Aku selalu memperingatkan kawan-kawan Turkiku. Jangan kita yang berkerudung dan pendatang ini suka mengemplang koran. Malu dengan orang lokal. (Fatma berbisik kepada Hanum)
Hanum: Kalau semua orang mengambil koran tanpa membayar, pasti
Oesterreich akan merugi, ya, (kata Hanum menyindir dirinya