• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II: LANDASAN TEORETIS

C. Implikatur

2. Ciri-ciri Implikatur

Ciri-ciri implikatur ada lima yaitu dapat terbatalkan, tak terlekatkan dari apa yang sedang dikatakan, bukan bagian dari makna ungkapannya, tidak dibawakan oleh apa yang dikatakannya, dan tak terbatas.47

a) dapat terbatalkan maksudnya pernyataan yang diberikan oleh penutur dapat dibatalkan dengan memilih keluar dari prinsip kooperatif percakapan. Contoh: kita dapat saja menambahkan Saya tidak bermaksud untuk menyiratkan;

b) tak terelakkan dari apa yang sedang dikatakannya yaitu hal yang sama dikatakan dengan cara yang berbeda, maka implikatur yang sama akan melekat pada kedua sikap ungkapan tersebut. Implikatur yang sama „telah gagal mencapai sesuatu‟ melekat pada ungkapan-unkapannya. Contoh, „Aku mencoba untuk melakukannya‟ dan „Aku berusaha untuk melakukannya‟ ujaran-ujaran ini melekat pada parafrase-parafrase;

c) bukan bagian dari makna ungkapannya. Maksud dari pernyataan tersebut yaitu makna yang tersimpan dari tuturan bukan bagian dari ungkapannya. Contohnya dalam kata „agaknya‟ itu dapat mengandung dua makna yang tergantung pada pengetahuan sebelumnya terhadap makna kata tersebut;

47

d) tidak dibawakan dari apa yang dikatakan yaitu makna yang disampaikan bukan bawaan dari proposisionalnya; dan

e) tak terbatas. Maksudnya makna yang dihasilkan oleh tuturan tak terbatas karena tidak terikat secara harfiah.

Berdasarkan ciri-ciri yang telah dijelaskan tersebut, implikatur bukanlah sesuatu yang kaku. Pelanggaran terhadap prinsip kerjasama dapat membatalkan pernyataan yang dituturkan oleh penutur. Tuturan yang disampaikan tidak membawakan makna yang yang dimaksud oleh penutur.

Grice characterizes a potential interpretation as an implicature if it fulfills certain conditions. (1) Implicatures are not part of the conventional, semantic meaning; (2) implicatures are nondetachable, namely, they would be generated from the same content of utterance in the same context even if the utterance was to be differently phrased (with the exclusion of manner implicatures); (3) implicatures must be computable, that is, we should be able to reconstruct all the assumed steps required in generating them; (4) implicatures are not fully determinate (they are open ended to some extent), since there

may be more than one way to explain the speaker‟s adherence to the cooperative

principles while flouting some maxim: (5) implicatures are cancelable, which means that we can explicitly deny our commitment to them without creating a contradiction.48

(Ciri interpretasi potensi Grice sebagai implikatur bila memenuhi kondisi tertentu. (1) Implikatur bukan bagian dari konvensional, makna semantik, (2) implikatur yang tidak dapat dilepaskan, yaitu mereka akan dihasilkan dari konten yang sama dari ucapan dalam konteks yang sama bahkan jika ucapan itu harus berbeda diutarakan (dengan pengecualian implikatur cara), (3) implikatur harus diperhitungkan, yaitu kita harus mampu merekonstruksi semua langkah yang diperlukan diasumsikan dalam menghasilkan mereka, (4) implikatur tidak sepenuhnya sudah tentu (mereka terbuka berakhir sampai batas tertentu), karena mungkin ada lebih dari satu cara untuk menjelaskan kepatuhan pembicara dengan prinsip-prinsip kerjasama sambil melanggar beberapa maksim: (5) implikatur dapat dibatalkan, yang berarti bahwa kita dapat secara eksplisit menyangkal komitmen kita kepada mereka tanpa membuat kontradiksi). Jadi, implikatur harus memenuhi beberapa persyaratan, pertama, bukanlah makna sebenarnya atau makana dari apa yang disampaikan atau konvensional. kedua, implikatur merupakan hasil dari konteks yang sama dan saling terkait. Ketiga, implikatur

48

harus direncanakan dan diperkirakan. Keempat, implikatur bukanlah hal yang kaku. Kelima, implikatur dapat sangkal dan dibatalkan.

Implikatur memiliki dua sifat yang menurut para ahli pragmatik.

a) semuanya bersifat tertentu atau tegas. Premis dan kesimpulan secara tegas mengandung kandungan yang logis;

b) bertanggung jawab sepenuhnya bagi kebenaran premis dan kesimpulan. ..., ada kecendrungan dalam pragmatika modern untuk melakukan implikatur dengan cara ini: yaitu sebagai asumsi-asumsi yang tegas dimana penuturnya bertanggung jawab atas isinya seolah dia telah menyatakan secara langsung.49 Jadi, implikatur harus memiliki sifat yang tegas dan bertanggungjawab terhadap premis dan kesimpulan yang dilakukan. Setiap penutur harus memiliki sifat yang tegas terhadap asumsi-asumsi yang disampaikannya dan bertanggung jawab terhadap isi yang disampaikan dengan menganggap bahwa itu merupakan tuturan secara langsung dan harus memiliki kelogisan.

Aneka Tindak Tutur dalam Pengungkapan Implikatur

Pengungkapan di dalam berkomunikasi menurut kerangka teori Parker (1986) sekurang-kurangnya dapat dibedakan menjadi empat yaitu tindak tutur langsung, tindak tutur tidak langsung, tindak tutur literal, tindak tutur tidak literal. Literal dan tidak leteral sama saja dengan langsung dan tidak langsung maka oleh karena itu akan dipaparkan pengungkapan dengan tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsunng. Dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Pengungkapan dengan Tindak Tutur Langsung

Tindak tutur langsung adalah tindak tutur yang maksud pertuturannya diungkapkan dengan kalimat-kalimat yang sesuai dengan modusnya, yakni kalimat berita untuk memberitakan, kalimat tanya untuk bertanya, dan kalimat memerintah untuk memerintah.

49

2) Pengungkapan dengan Tindak Tutur Tidak Langsung

Tindak tutur tidak langsung adalah tindak tutur yang situasi atau pertuturannya diutarakan dengan modus kalimat yang tidak bersesuaian. Misalnya maksud memerintah diutarakan dengan kalimat tanya, dan sebagainya.50

Jadi, Pengungkapan tindak tutur langsung dan tidak langsung dalam berkomunikasi sama saja dengan literal dan tidak literal. Tindak tutur langsung, tuturannya diungkapkan sesuai dengan maksud pembicaraan. Tindak tutur tidak langsung, tuturan yang diutarakan tidak bersesuaian dengan maksud yang diinginkan penutur. Contoh, kalimat berita dimaksudkan untuk memerintah.

Levinson dalam PWJ Nababan dalam Alek mengemukakan Keberadaan Implikatur dalam suatu percakapan (wacana dialog) diperlukan antara lain untuk:

1. Memberikan penjelasan fungsional atas fakta-fakta kebahasaan yang tidak terjangkau oleh teori-teori linguistik struktural;

2. Menjembatani proses komunikasi antarpenutur;

3. Memberikan penjelasan yang tegas dan eksplisit tentang bagaimana kemungkinan pemakai bahasa dapat menangkap pesan, walaupun hal yang diucapkan secara lahiriah berbeda dari hal yang dimaksud;

4. Dapat menyederhanakan pemerian semantik dari perbedaan hubungan antarklausa, meskipun klausa-klausa itu dihubungkan dengan kata dan struktur yang sama; dan

5. Dapat menerangkan berbagai macam fakta dan gejala kebahasaan yang secara lahiria tidak berkaitan.51

Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa implikatur diperlukan untuk memberikan penjelasan fungsional atas fakta kebahasan yang tidak tercapai oleh linguistik struktural. Selain itu implikatur juga diperlukan untuk menjembatani

50

I Dewa Putu Wijana dan Muhammad Rohmadi, op. cit., h. 126-127 51

proses komunikasi, memberipenjelasan yang tegas, menyederhanakan pemerian semantik, dan dapat menerangkan fakta kebahasaan yang secara harfiah tidak terkait.

Dokumen terkait