• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Analisis Data

Analisis data dilakukan sesuai dengan yang sudah dipaparkan pada

bab III bagian prosedur analisis data. Berikut ini adalah hasil analisis yang

dilakukan peneliti kepada ketiga informan penelitian :

1. Valence

Valence adalah salah satu dari ketiga poin yang merupakan asumsi pokok dari sebuah motivasi yang berbentuk hadiah, hasil, bobot yang

didapatkan berkat kekuatan kinerja seseorang. Adanya valence dapat

mendukung motivasi seseorang memilih suatu pekerjaan dan kinerja

tertentu. Namun dari hasil wawancara kepada ketiga informan, valence

ternyata bukan hal yang melulu diutamakan karena ketiganya lebih

memikirkan tercapainya sebuah tujuan yaitu menjadi prajurit dan

melestarikan budaya. Meskipun valence itu ada, tetapi keikhlasan

mengabdi pada diri seorang prajurit muda menjadi yang utama dan

valence itu sendiri dianggap sebagai point plus selama menjadi prajurit.

Berikut ini peneliti menganalisis hasil wawancara berdasarkan 3 indikator

dari valence yaitu adanya hasil, penghargaan, dan nilai :

a. Hasil

Adanya hasil yang diperoleh oleh ketiga informan juga

72

seseorang terutama prajurit keraton akan semakin termotivasi

dengan adanya hasil tertentu. Ketiga informan memiliki jawaban

yang berbeda mengenai hasil yang diperoleh. A lebih memandang

hasil yang ia peroleh berupa kepuasan batin karena panggilan

jiwanya sudah tersalurkan dengan masuk menjadi prajurit keraton.

Panggilan jiwa yang tersalurkan ini sama halnya dengan hobi yang

tersalurkan.

“Ya yang paling mendasar itu kaitannya dengan panggilan jiwa, ketika panggilan jiwa itu tersalurkan dengan maksimal yang didapat adalah kepuasan batin. Itu yang mendasar. Sama halnya kaya hobi. Kadang malah bukan uang malah tombok malah kan ada. Ya kepuasan batin kaya hobi tersalurkan gitu” A (1437-1446)

A memaknai panggilan jiwa sebagai suatu keinginan yang

akan diwujudkan dengan perbuatan-perbuatan agar dapat

merasakan kepuasan apabila yang diinginkan tercapai. Keinginan

A adalah mengabdikan diri pada raja dan kraton. Pengabdiannya

ini merupakan cara agar A mendapat kepuasan batin. Hal ini

73

Selain tersalurnya panggilan jiwa, A juga merasa mendapat

berkah (manfaat yang diterima dan dirasakan) berupa

bertambahnya relasi dengan orang lain baik yang masih muda

maupun yang sudah tua. Relasi yang semakin luas akan

memudahkan seseorang untuk mewujudkan harapannya, seperti

harapan A yaitu ingin semakin dikenalnya keprajuritan Kraton

Ngayogyakarta Hadiningrat oleh seluruh dunia.

“Tapi kalau berkah yang saya dapat itu yang paling saya rasakan ketika ngabdi itu adalah srawung, jadi relasi banyak kenalan itu berkah paling besar. Jadi ketika saya mengabdi itu saya banyak temen dan relasi dari muda sampai tua itu sebuah berkah untuk saya.” A (1510–1518)

Penjelasan mengenai berkah dan harapan A dibuktikan pada

lampiran halaman 187.

B juga merasakan bahwa hasil yang ia dapatkan berupa relasi

74

bermain alat musik, pengetahuan akan budaya, dan kesempatan

untuk ikut serta dalam melaksanakan grebeg juga merupakan hasil

yang telah ia peroleh sampai saat ini.

“hasilnya ya bisa main musik mbak, kenal teman lebih banyak tua muda, bisa ikut serta dalam grebeg, lebih tau tentang budaya, tau kalau bisa ngajeni siapa dan apapun itu ada baiknya juga” B (1069-1075)

Berbeda dari A dan B, F justru tidak memahami hasil apa yang

ia peroleh. selama ini hanya paringan dalem dan kemampuan

bermain musik. Paringan dalem dijelaskan oleh A dan F sebagai

pemberian dari pihak kraton dan biasanya berupa uang ataupun

barang. Penjelasan tersebut dapat dilihat pada lampiran halaman

75

Bagi seorang prajurit keraton hasil yang akan diperoleh tidak

terlalu dipikirkan. F juga menyatakan bahwa hasil bukanlah yang

utama bahkan ia tidak tahu apa saja hasil yang akan diperoleh

selama menjadi prajurit selain paringan dalem dan bermain musik.

“saya belum dapat apa-apa, ya cuma paringan dalem berupa uang itu aja. Ya kemampuan bermain musik. Kalau tau sejarah itu tau dari temen-temen, ga diajarin oleh kraton. ya Kalau sekolah Dalang ada juga itu kalau mau belajar, di Praci itu ada. Sulingnya Nyutra juga ada yang ikut mbak. Padahal kerjanya ga nyambung gitu ya mungkin karena seneng seni, nah dia ikut sekolah Dalang di kraton. Tapi nek saya gak mikir hasil sih mbak. Ya gak tau juga hasilnya apa” F (1084-1099)

b. Penghargaan

Seperti halnya hasil, adanya penghargaan juga dapat

76

termotivasi atau tidak. Kedua informan yaitu A dan F memiliki

pandangan yang berbeda mengenai penghargaan yang akan

diterima oleh seorang prajurit keraton.

F merasa belum mendapatkan penghargaan bahkan F juga

menuturkan jika ia tidak memikirkan hal tersebut. Sebuah

penghargaan dimaknai F sebagai sesuatu yang sulit didapatkan oleh

semua orang kecuali seperti A yang menurutnya orang hebat

sehingga layak untuk mendapat penghargaan.

“penghargaan ya belum mbak, jarang itu yang dapet. Ya istilahnya mung nguri-nguri kabudayan. Mungkin A yang punya tapi kan karena dia orang hebat, pengrawit juga, banyak dibutuhkan, ya jadi mungkin hanya orang seperti dia yang dapet. Kalau saya kan belum dapet.” F (1101-1110)

Hal tersebut juga dibuktikan dengan penghargaan yang sudah

didapat oleh A yaitu penghargaan dari KJRI (Konsulat Jenderal

Republik Indonesia) berupa kesempatan ikut serta dalam acara misi

ke Jepang bersama putra-putri Sultan.

“Jadi Agustus itu saya ke Jepang itu penghargaan, ya penghargaan dari KJRI Jndonesia-Jepang. Itu penghargaan.” A (1506-1508)

Tidak semua abdi dalem dan prajurit keraton mendapat

kesempatan untuk ditugaskan di luar negeri pada saat itu. hanya

orang-orang tertentu yang beruntung dan memiliki kemampuan

serta keterampilan di bidang tertentu. A termasuk salah satu

prajurit yang dibutuhkan untuk misi ke Jepang karena memiliki

77

juga mengenal A dari media sosial sehingga ia lebih mudah

mendapat kesempatan tersebut.

“ya putra-putrinya niteni dan mengenal saya seperti mantu Sultan juga kenal saya di sosmed atau apa dan abdi dalem juga kenal begitu kemudian kenal ada yang kenal saya belajar di karawitan dan prajurit terus saya diajak waktu misi Jogja-Kyoto itu, kalau disini diperingati di UGM, nah saya nderekke Sri Sultan ke Kyoto nya. Itu ada upacara disana kebetulan saya juga nya nyanggar itu sanggar saya di Pujakusuman itu kebetulan ditunjuk. Ketika putri keraton itu tau kalau saya juga disitu, saya ditembungi kan sing ngiring Pujakusuman jadi kowe sesuk melu nabuh.” A (1488-1506)

2. Expectancy

Expectancy merupakan keinginan atau harapan seseorang untuk mencapai suatu target atau tujuan tertentu. Adanya expectancy dapat

mencerminkan apa saja yang membuat seorang prajurit termotivasi untuk

masuk dan bekerja sebagai prajurit keraton. Dari hasil wawancara

mengenai expectancy, peneliti memperoleh persamaan dan perbedaan

jawaban dari ketiga informan. Persamaannya adalah ketiga informan yakni

A, B, dan F ingin melestarikan budaya dan usaha mempertahankan tradisi

dengan cara menjadi prajurit keraton yang memiliki keunikan sendiri

dibanding pelestari budaya lainnya. Namun perbedaannya adalah proses

dari awal informan dapat masuk di keprajuritan untuk magang hingga

sekarang sudah resmi menjadi prajurit keraton dan pandangan tiap

informan mengenai keistimewaan dari prajurit yang membuatnya memiliki

harapan kedepan. Berikut ini peneliti menganalisis hasil wawancara

berdasarkan 4 indikator dari expectancy yaitu adanya ketertarikan,

78

a. Ketertarikan

Ketertarikan seorang prajurit memilih masuk dan mengabdikan

dirinya merupakan salah satu indikator dari harapan seseorang.

Dengan kata lain, setiap orang terutama prajurit akan memiliki

ketertarikan terhadap sesuatu yang ia harapkan atau yang ia tuju.

Ketiga informan memiliki ketertarikan yang berbeda-beda, namun

dengan tujuan sama yakni mengenai pelestarian budaya.

A memiliki ketertarikan visual untuk menjadi prajurit keraton

karena berawal dari melihat gambar dan kostum di majalah saat ia

SD. Ketertarikannya itu membuat A ingin menonton grebeg secara

langsung. Setelah sering menonton grebeg, A semakin tertarik

untuk masuk ke prajurit keraton.

“saya tertarik karena gambar, gambarnya kostum atau penjelasan didalamnya, mulai dari itu saya sering ikut bapak ke kantor terus minta di apa, ditontonin itu acara grebeg itu, sing ono prajurit itu yang ada prajuritnya itu terus sekitar SD kelas 4 kelas 5 itu sering nonton grebeg jadi mulai dari itu saya tertarik prajurit itu” A ( 18-28)

Lingkungan tempat tinggal A kaya akan budaya karena

beberapa orang masih mau melestarikan budaya seperti menjadi

prajurit keraton sebagai salah satu pelestari budaya. Disisi lain,A

juga memiliki kesenangan terhadap musik tradisional yang

mendukung niatnya untuk melestarikan budaya dengan menjadi

prajurit keraton. Salah satu tugas dari seorang prajurit keraton

adalah bermain musik untuk mengiringi jalannya grebeg dan

79

memiliki ciri khas dan mengandung unsur tradisional.

Kesenangannya terhadap musik tradisonal membuat A ingin terus

mempelajarinya dengan ikut menjadi prajurit di kampungnya.

“saya tumbuh di lingkungan yang berbudaya makanya tentang seni itu bagian dari budaya.“ A (228-230)

“pas saya SMP kampung mengadakan grup prajurit jadi prajurit kampung gitu anak anak SMP SMA itu mengadakan grup prajurit saya ikut kebetulan saya kan suka ini musik jadi entah gamelan entah pemusik tradisi. Musik prajurit kan termasuk musik tradisi sebenarnya bisa tertarik terus saya belajar musik di kampung” A (30-40)

Keikutsertaannya dalam grup prajurit kampung, membuat A

mempunyai panggilan jiwa untuk melestarikan budaya dengan

masuk menjadi prajurit keraton di Yogyakarta yang merupakan

salah satu pelestari budaya.

“yaa ada panggilan jiwa untuk melestarikan, jadi saya yang paling mendasar untuk melestarikan itu tadi panggilan jiwa,” A (231-236)

Selain itu, keberadaan prajurit yang masih langka di beberapa

keraton khususnya di Pulau Jawa sudah sangat jarang. Namun

Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menjadi satu-satunya keraton

yang masih melestarikan keberadaan seorang prajurit keraton

sebagai salah satu pelestari budaya. Oleh sebab itu, A semakin

yakin dengan panggilan jiwanya untuk masuk menjadi prajurit

keraton dan melestarikan budaya yang sudah ada.

“Jadi kenapa saya tertarik jadi prajurit itu keadaan, keberadaan prajurit keraton itu ternyata memang langka dari mungkin cara apa kewilayahan mungkin di Jawa keraton yang mempunyai prajurit ini enggak setiap kerajaan yang masih eksis ini mempunyai prajurit itu bahkan sampai dunia kalo kita amati beberapa keraajaan yang mempunyai prajurit jarang sekali, mungkin dari situ juga kenapa saya harus mengabdikan diri saya ke abdi dalem

80

prajurit karena keberadaannya sangat langka kemudian keunikan prajurit keraton ini memang unik” A (255-272)

Sedikit berbeda dari A, B memiliki ketertarikan untuk masuk

menjadi prajurit keraton juga karena ada pengaruh dari lingkungan.

Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan dalam keprajuritan.

B menjadi tertarik untuk masuk ke prajurit keraton karena sikap

dan perilaku para prajurit saat latihan. Keakraban antar prajurit

membuat B semakin tertarik untuk terus mengikuti latihan secara

rutin.

“Ya nonton gitu mbak, terus kok saya nyaman. Denger musiknya gitu kok asik, orang-orangnya juga saling akrab. Mulai agak suka mbak liatnya.” B (43-47)

“Lha itu baru muncul niat. Jadi lucu mbak, saya itu malah muncul niat pas latihan-latihan itu..” B (72-74)

Berbeda dari B, A dan F memiliki ketertarikan untuk

masuk menjadi prajurit karena sejak kecil keduanya sudah

menyukai hal-hal yang berhubungan dengan budaya seperti

upacara-upacara kebudayaan di kraton yaitu grebeg. Hal ini

81

b. Keinginan

Adanya sebuah keinginan dapat menjadi alasan yang

mendukung munculnya harapan seseorang. Selain ketertarikan,

seorang prajurit juga memiliki keinginan yang berbeda-beda untuk

mencapai harapannya. Banyaknya jawaban informan, peneliti

menemukan jawaban yang sama dari ketiganya yaitu ingin

melestarikan budaya dan mengajak anak muda untuk sadar akan

82

Pengalaman yang dialami oleh A mengenai seni dan budaya

menimbulkan keinginan dalam dirinya untuk melestarikan seni

budaya. Hal ini juga didukung oleh kesenangannya terhadap musik

tardisional dan beberapa kegiatannya di sanggar karawitan.

Semakin banyak pengalaman yang didapatkan oleh A, semakin

tinggi pula niatnya untuk melestarikan dan terus menjaga seni

budaya tersebut.

“pengalaman yang saya dapat itu banyak hal yang kaitannya dengan seni berbudaya gitu. Jadi dari pengalaman saya yang sering saya liat, hal yang sering saya dengarkan itu seni pertunjukan, mulai dari situ saya udah berkeinginan untuk melestarikan seni budaya.” A (236-244)

Hampir serupa dengan A, B juga memiliki keinginan untuk

belajar dan mengetahui lebih banyak tentang kebudayaan. Ingin

belajar tentang kebudayaan yang dimaksud seperti keinginan untuk

dapat menguasai semua alat musik di prajurit sesuai dengan

kemampuannya.

“Keinginan belajar yang masih sulit dan alat musik juga alasan saya selalu ingin di prajurit mbak, rasanya pengen nyoba semua tapi kan ya kemampuan orang gak tau mbak, pengen tau budaya lebih banyak dan mendalam sebenarnya” B (462-469)

Berbeda dengan B, awal mula niat F hanya ingin ikut-ikutan

dan mengambil kesempatan untuk belajar tentang seni dan

kebudayaan saat diajak temannya yang juga seorang prajurit

keraton. Ajakan tersebut yaitu ikut latihan setiap hari minggu di

tepas keprajuritan, namun ajakan tersebut justru memunculkan

83

“Awal mulanya pas diajak itu saya mau karena cuma pengen tau aja yaa itung-itung belajar kesenian budaya mbak, tapi ee lama-lama saya kepengen juga untuk melestarikan budaya” F (42-47)

Kesempatan ini dimanfaatkan oleh F karena sebelum menjadi

prajurit, F adalah pemain marching band dan ia memiliki

keinginan untuk ikut melestarikan budaya namun belum tercapai.

Berkat ajakan teman, F merasa senang karena dapat mewujudkan

keinginannya tersebut. Hal ini dapat dilihat pada lampiran

halaman 195.

Dengan tercapainya keinginan tersebut, F menunjukkan juga

bahwa ia mau menjalani tugas-tugasnya sebagai prajurit dengan

hati yang ikhlas dan senang karena F percaya bahwa akan

membawa hal yang baik ke depannya. Kepercayaan seperti ini

terkadang sulit untuk ditangkap dan diterima dalam kenyataan,

bahkan apa yang akan didapatnya pun juga tidak dapat

84

“yang penting pengen belajar melestarikan budaya aja” F ( 379-381)

“nek saya udah seneng, udah ikhlas menjalani grebeg. Gak dikasih uang juga gak apa-apa. Ya istilahnya mau melestarikan budaya kok minta upah. Istilahnya kan warisan leluhur, wong ya kita hidup berdampingan dengan leluhur. Semua punya leluhur. Gitu mbak. Yo percaya aja nek kita ikhlas, pasti ada jalan.” F ( 1024-1034)

A, B, dan F memiliki keinginan yang serupa berkaitan dengan

saran dan harapan bagi anak muda yakni agar semakin banyak

prajurit muda dan kesadaran untuk melestarikan budaya ada

didalam diri anak muda di jaman modern ini. Keinginan mereka

ini juga merupakan ajakan agar anak muda ikut menjaga tradisi

terutama di Yogyakarta karna keberadaan prajurit yang masih

eksis saat ini hanya di Keraton Yogyakarta.

“Jangan sampai kita kehilangan. Jadi ketika dumeh awak dewe ora seneng yo ojo sampai ngilangke, ya nek bisa mempertahankan itu biar keberadaanya eksis syukur-syukur itu ikut melestarikan, ikut memiliki.” A (1573-1580)

“Harapannya ya masyarakat itu ya melestarikan itu prajurit juga dengan berbagai cara biar tetap eksis. Kalau saya itu, biar selalu eksis, biar selalu berlangsung kegiatan keprajuritan untuk melengkapi dan mengindahkan khazanah kebudayaan kita.” A (1592-1599)

“meskipun ada mall, kemodernan dan segala macam, kalau bisa disamping itu ada kesadaran untuk melestarikan budaya.” B ( 1052-1056)

“makin banyak peminat untuk menjadi prajurit. Entah tua atau muda yang penting budaya prajurit itu harus tetap ada.” B ( 1111-1114)

“yang masih nguri kabudayan, banyak juga yang engga. Tapi ya ada yang ikut modern. Ya sekarang makin kesini makin dikit sih mbak. Pengennya sih ya podo menyadari budaya mbak. Ora mung mall wae, seneng-seneng wae. Wong ya kita bisa ada sampai sekarang juga karena leluhur.” F (1038-1047)

85

c. Keistimewaan Tersendiri

Seseorang terutama prajurit ketika termotivasi untuk mencapai

sesuatu akan ada beberapa hal yang ia senangi yang berbeda dari

lainnya seperti keistimewaan atau keunikan. Jawaban dari ketiga

informan sangat banyak dan bervariasi ketika memandang apa

keistimewaan prajurit keraton yang membuat dirinya lebih

termotivasi lagi.

Hasil wawancara menunjukkan bahwa A, B, dan F memiliki

pandangan sendiri tentang prajurit keraton. A menyatakan bahwa

prajurit keraton memiliki keistimewaan yang berbeda dari lainnya.

Keistimewaan yang dimaksud adalah peran dan fungsi seorang prajurit keraton yang sudah ada aturannya atau “pakemnya”. Hal tersebut dirasa A berbeda dari pelestari budaya yang lainnya.

“jadi secara perbedaan kalo menurut saya yang utama di peran dan fungsi, karena fungsi prajurit keraton dah jelas ada pakemnya sesuai peraturan di keraton Jogja” A (517-522)

Meskipun banyak yang mendaftar di korps musik namun

lamanya magang di korps musik kita tidak tahu akan berapa lama

karena di tentukan dengan kebutuhan musiknya. Hal ini juga

menunjukkan bahwa untuk menjadi prajurit keraton itu tidak

mudah dan harus dilandasi dengan jiwa yang ikhlas mengabdi.

“Memang benar kalau di korps musik kita tidak tau magangnya sampai kapan tergantung kebutuhan musiknya.” A (1170-1173)

Keistimewaan yang seperti itu juga dirasakan oleh B. B

86

yang memiliki bakat seni, namun lebih pada tujuan pribadi setiap

pelestari budaya. Menurut B, prajurit keraton lebih pada

pengabdian yang dilandasi dengan niat dari dalam hati.

“bedanya sih apa yaa kalau karnaval kan semua orang yang mempunyai bakat seni kan bisa masuk, tapi kalau prajurit keraton apa yaa engga semua orang berbakat seni bisa masuk prajurit keraton. Jadi orang luar itu bisa masuk ke karnaval, tapi prajurit keraton ga bisa semua orang masuk. Semacam itu. Mungkin kalau seperti tujuannya sama mbak, sama-sama ingin mensukseskan sebuah acara, pengen lancar, membawa kesenian. Cuma yang berbeda yaa saya ga tau ya kalau orang lain ada tujuan pribadi engga, misal kaya eksis, atau adanya uangnya banyak, atau sertifikat. Kalau kami prajurit terutama saya gak ada mikir kaya gitu mbak. Cuma inginnya ya grebeg itu lancar, masyarakat bisa ikut nguri-uri kebudayan.” B (199-222)

Senada dengan A dan B, F juga merasakan keistimewaan

prajurit lebih pada tugas dan niatnya untuk mengabdi pada

keraton. Tugas yang dimaksud F adalah ngayahi grebeg, caos, dan

merawat alat karena tidak sembarang orang memahami

unggah-ungguh yang membuat F bangga mendapat pengalaman seperti

itu.

“Nek keunikannya apa ya.. yaaa lebih tau tentang unggah-ungguh aja dari kraton, itu kan mesti prajuritnya punya unggah-ungguh” F (335-340)

A juga menjelaskan bahwa tugas pokok dan rutin prajurit

keraton adalah melaksanakan grebeg dan hajad-hajad keraton. Ia

juga menyatakan bahwa terdapat beberapa prosesi sebelum grebeg

berlangsung seperti siraman alat musik yang harus dilakukan oleh

87

“jadi tentang tata cara membersihkan alat ngerakit tambur atau alat sudah diajarkan ketika magang dan bahkan sudah ikut diprajurit masih belajar bersama jadi diajarkan juga untuk membersihkan dan cara merawat.” A (728-734)

Sesuai dengan A, B juga memberi tahu bahwa siraman alat

bukan tugas yang utama namun ada baiknya untuk dilakukan. Hal

ini juga merupakan kemampuan yang tidak dimiliki oleh banyak

orang karena harus hati-hati dan memahami tata caranya.

“itu bukan tugas pokoknya prajurit sih, cuma ya disitu kadang abdi dalemnya mungkin ga sanggup atau ga bisa buat siraman, lha itu siapa yang bisa dan mau itu boleh melakukan itu. Ya dari prajurit juga boleh. Saya mau nyoba tapi takut e mbak hahaha. Takut salah mbak.” B (652-660)

F juga memberikan penjelasan yang sama dengan A bahwa

prajurit mempunyai beberapa tugas termasuk siraman alat musik

yang harus dilakukan oleh prajurit itu sendiri.

“kalau yang sekarang itu eee yang wajib itu setahun 3 kali itu ngayahi grebeg, caos itu tuh kayak ronda yang hanya 20 hari sekali, terus yang rutinnya itu sama grebeg itu setahun tiga kali. Merawat alat musiknya, tata cara mengambil, meletakkan ada sendiri-sendiri. Yang musik ya istilahe ngresiki alat musik, ntar yang tombak dan lain-lain yo jaga sing di cekel apa.” F (307-318)

Selain tugas dan kemampuan, pangkat prajurit yaitu jajar juga

dirasakan oleh A, B, dan F sebagai salah satu keistimewaan

prajurit keraton

“abdi dalem korps musik tidak bakal naik pangkat secara gaji oleh pihak keraton pangkatnya cuma jajar terus jadi selama hidupnya abdi dalem korps musik dapet gaji setara pangkat jajar padahal prajurit yang membawa senjata bisa naik pangkat artinya gaji yang didapat bisa naik tapi kalo korps musik selama hidupnya cuma jajar terus jadi bayarnya cuma jajar.” A (1000-1011)

“Semua itu pasti ya dari jajar dulu dan berlatih yang pasti kudu benar-benar ingin mengabdi mbak. Kalau ga beneran ya ga jadi-jadi. Entah gimana penjelasannya tapi ya gitu mbak. Susah,

Dokumen terkait