• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Motivasi

1. Pengertian Motivasi

Sebelum mendefinisikan pengertian motivasi, motivasi itu sendiri

berasal dari kata motif. Motif dan motivasi merupakan satu kesatuan tetapi

memiliki arti yang saling berkaitan. Menurut McClelland (Martaniah,

1984), motif merupakan dorongan untuk berubah dalam kondisi yang

afektif dan mendasari suatu perbuatan. Senada dengan pengertian tersebut,

Atkinson dalam buku yang sama milik Martaniah (1984) menganggap

motif sebagai suatu disposisi laten yang berusaha dengan kuat untuk

menuju ke tujuan tertentu. Uno (2008) juga menjelasan bahwa motif

24

tertentu. Berdasarkan beberapa definisi tersebut, peneliti menyimpulkan

bahwa motif adalah dasar suatu perbuatan yang akan dilakukan untuk

tujuan tertentu.

Definisi motivasi menurut Lubis (2008) adalah pendorong

seseorang untuk berbuat sesuatu yang dapat memberi pengaruh dalam

menambah semangat maupun tidak sesuai dengan apa yang diperintah

otak. Pendapat Uno (2008) juga serupa mengenai motivasi yaitu dorongan

dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Motivasi merupakan

suatu tenaga atau faktor yang menimbulkan, mengarahkan, dan

mengorganisasi suatu tingkah laku manusia agar tujuannya tercapai.

Atkinson dalam Martaniah (1984) mendefinisikan motivasi sebagai

keadaan individu yang terangsang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, motivasi menurut peneliti

adalah suatu tenaga pendorong manusia yang mengarahkan pada tujuan

tertentu yang ingin dicapai.

2. Tokoh-tokoh dan Teori Motivasinya

Gomes (2003) mengemukakan bahwa teori motivasi dapat

dikelompokkan dalam dua kategori utama yaitu Content dan Process.

Teori content meliputi teori-teori kebutuhan yang menjelaskan bahwa

perilaku manusia didorong oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu. Teori ini

lebih cocok digunakan oleh seorang manajer untuk menebak kebutuhan

25

membutuhkan sesuatu. Sedangkan teori process menjelaskan bahwa

semua perilaku yang ada berkaitan erat dengan pengharapan dimana

seorang individu mempercayai sesuatu akan diperoleh dengan tingkah laku

mereka. Berikut ini merupakan kerangka yang disebut produk motivasi

dasar seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai keinginannya :

Gambar 1. Proses Motivasi

a. Abraham Maslow

Abraham Maslow (1909-1970) yang merupakan tokoh psikologi

humanistik lebih menekankan pada teori content dengan menuangkan teori

kebutuhan-kebutuhan yang mendasari motivasi (Benson, 2001). Maslow

mengatakan bahwa individu akan termotivasi untuk memenuhi kebutuhan

yang paling kuat pada waktu tertentu dan mempunyai keinginan untuk

memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi lagi (Lubis, 2008). Kebutuhan

manusia secara hirarki semuanya laten dalam diri individu yang mencakup

KEINGINAN

CITA-CITA, DORONGAN, HASRAT, DLL PENGARUH DARI LINGKUNGAN HARAPAN TINDAKAN

26

kebutuhan fisiologis, perasaan aman, memiliki dan cinta, penghargaan,

dan aktualisasi diri (Uno, 2008).

Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan dasar setiap orang

sebab tanpa pemuasan berbagai kebutuhan ini, kebutuhan setelahnya

dirasa sulit terpenuhi untuk memotivasi kita (Benson, 2001). Kebutuhan

fisiologis yang dimaksud adalah rasa lapar, rasa haus, hasrat untuk seks,

kebutuhan untuk tidur, pengaturan suhu tubuh, dan kebutuhan dasar

lainnya. Kebutuhan ini bersifat universal dan mendesak, tidak mengenal

batas usia, jenis kelamin, suku, status, tingkat pendidikan, dan merupakan

kebutuhan dasar yang memiliki pengaruh motivasional serta behavioral

yang sangat kuat bagi manusia (Koeswara, 1995).

Kebutuhan rasa aman atau kebutuhan akan keamanan meliputi

perlindungan dari benda/situasi yang membahayakan seperti penyakit dan

cuaca ekstrem (Benson, 2001). Selain itu, kebutuhan akan jaminan,

stabilitas, perlindungan, ketertiban, dan bebas dari ketakutan serta

kecemasan juga termasuk di dalam kebutuhan rasa aman (Kanisius, 1991).

Maslow mengatakan bahwa faktor belajar dan pengalaman individu

mempunyai peran yang penting dalam pemuasan kebutuhan akan rasa

aman (Koeswara, 1995).

Kebutuhan akan memiliki dan cinta berisi tentang rasa ingin

diterima oleh orang lain, dianggap penting, diikutsertakan dalam

kelompok, dan ingin dicintai. Kebutuhan ini dapat dipuaskan dengan

27

dengan prinsip yaitu memberi dan menerima adalah hal yang sama-sama

penting (Kanisius, 1991). Maslow menekankan bahwa yang dibutuhkan

oleh setiap orang adalah cinta yang matang antara dua orang atau lebih dan

dibangun dengan rasa saling percaya serta menghargai (Koeswara, 1995).

Kebutuhan akan penghargaan ini menuntut kita untuk mampu

menghargai diri sendiri terlebih dahulu, sebab akan sulit meyakinkan

orang lain apa yang kita harapkan apabila kita tidak menghargai diri

terlebih dahulu (Kanisius, 1991). Hal tersebut senada dengan pendapat

Maslow yang membagi kebutuhan ini dalam dua sub yaitu penghormatan

dari diri sendiri dan penghargaan dari orang lain yang pada akhirnya akan

menghasilkan rasa dan sikap percaya diri, berharga, kuat, dan mampu

dalam diri individu (Koeswara, 1995).

Aktualisasi diri menjadi kebutuhan paling atas dimana kebutuhan

ini diwujudkan setelah seseorang memahami akan potensi diri dan

mengembangkannya sebagai karya hidupnya (Koeswara, 1995).

Kebutuhan aktualisasi diri setiap orang berbeda-beda dan berisi

penggunaan semua bakat yang dimiliki (Kanisius, 1991). Selain itu,

mewujudkan semua potensi diri dan menjadi seseorang yang berkualitas

maksimal terhadap dirinya juga termasuk dalam kebutuhan aktualisasi diri

(Benson, 2001). Koeswara (1995) mengemukakan pendapat Maslow

bahwa kebutuhan ini tidak mudah dicapai oleh setiap orang dan ciri-ciri

yakni mampu mengamati realitas secara efisien, menerima diri sendiri dan

28

memusatkan diri pada masalah, memiliki kebutuhan akan privasi,

memiliki kemandirian dari lingkungan dan kebudayaan, mampu

mengapresiasi, memiliki pengalaman puncak atau mistis, memiliki minat

sosial, membentuk hubungan antarpribadi, berkarakter demokratis,

memiliki perbedaan antara cara dan tujuan, memiliki rasa humor yang

filosofis, kreatif, dan otonom.

Peneliti memandang bahwa teori kebutuhan milik Maslow ini lebih

menekankan pada pemenuhan kebutuhan secara berjenjang atau hirarki

dan mengungkap bahwa kebutuhan manusia tidak hanya berupa material

saja namun non material juga dibutuhkan. Apabila kebutuhan dasar belum

terpenuhi, maka kebutuhan selanjutnya akan terhambat dan kurang

memuaskan. Peeliti juga memandang bahwa setiap individu tidak akan

pernah merasa puas, meskipun kebutuhan dasar telah terpenuhi pasti akan

muncul kebutuhan lainnya yang lebih tinggi dan memuaskan.

b. Frederick Herzberg

Frederick Herzberg (1923-2000) adalah seorang ahli psikolog

klinis dan Profesor Manajemen di Universitas Utah College of Business.

Hook (2006) banyak mengemukakan teori Herzberg atau dikenal dengan

“Model Dua Faktor”. Herzberg dalam membagi dua kelompok faktor

dalam masalah pekerjaan yaitu faktor motivasi yang berisi tentang

pendorong prestasi seseorang dari dalam dirinya (keberhasilan yang diraih,

29

pemeliharaan yang berisi tentang pendorong pretasi namun sumbermya

dari luar diri yang ikut menentukan perilaku seseorang dalam hidup

ataupun pekerjaannya. Teori Herzberg tentang faktor pemeliharaan atau

maintenance merupakan hal paling dasar dan diutamakan yang mampu membuat seorang pekerja merasa berhak atas pekerjaannya dengan

melihat hal-hal berikut ini :

1) Gaji yang memadai dan sesuai dengan pekerjaannya serta standar

UMR di tempat ia bekerja.

2) Kepuasan terhadap kondisi kerja seperti dekorasi dan penataan ruang

yang membuat pekerja nyaman.

3) Keuntungan lebih yang menyenangkan seperti mendapat jaminan

kesehatan, bonus-bonus, dan juga hari libur.

4) Hubungan antara atasan dan pekerja yang baik dengan saling

berkomunikasi dan saling menghargai.

Penjelasan teori motivasi yang dikemukakan dalam Hook (2006)

berisi tentang pemberian motivasi kepada pekerja dengan menyesuaikan

faktor maintenance atau pemeliharaan. Herzberg berpendapat bahwa akan

sia-sia saja memotivasi pekerja bila hanya dengan mendukung dan

menyemangati pekerja tanpa melihat pemeliharaan yang meliputi gaji, tata

ruang, keuntungan, dan relasi dengan atasan.

Pendapat peneliti mengenai teori ini yaitu faktor dalam diri saja

tidak cukup untuk meningkatkan motivasi seseorang atau pekerja,

30

seseorang atau pekerja semakin besar dan hasil kerjanya pun semakin

produktif.

c. Victor H. Vroom

Victor Vroom (1964) mengembangkan sebuah teori motivasi yang

disebutnya “Teori Harapan” atau “The Expectancy Theory”. Motivasi

menurut teori ini adalah hasil upaya seseorang dalam mewujudkan

keinginan atau harapannya. Apabila harapan atau keinginan dalam

mencapai sesuatu itu besar, maka motivasinya akan semakin

mendorongnya. Namun apabila harapan atau keinginannya tidak terlalu

besar, maka motivasinya pun rendah (Lunenburg, 2011).

Dalam teori harapan ini terdapat tiga asumsi pokok yaitu valence,

expectancy, dan. instrumentally.

1) Valence yakni hadiah, hasil, bobot yang didapatkan berkat kekuatan kinerja seseorang. Hadiah yang dimaksud merupakan

pencapaian atau potensi imbalan yang sesuai dengan apa yang

sudah diusahakan, seperti kenaikan gaji, promosi, penerimaan dari

teman sebaya, pengakuan oleh pengawas, atau imbalan lainnya.

Semakin baik kekuatan kinerja seseorang, maka hadiah yang

didapat akan semakin sesuai dan positif bagi dirinya.

2) Expectancy yakni perkiraan seseorang bahwa upaya yang berhubungan dengan pekerjaan akan menghasilkan suatu tingkat

31

pekerjaannya akan selesai dengan segala upaya untuk mewujudkan

harapannya.

3) Instrumentally yakni perkiraan seseorang mengenai bekerja pada tingkat kinerja tertentu akan mencapai hasil kerja yang

diinginkan. Sebagai contoh, seorang karyawan akan mencapai

tingkat kinerja tertentu yang menghasilkan gaji lebih besar. Namun

tetap dilihat besarnya performansinya, apabila ia

bersungguh-sungguh maka hasilnya pun akan sesuai.

Gambar 2. Proses Motivasi Victor Vroom

Expectancy Instrumentally

Effort performance rewards

Valence

Kerangka di atas merupakan isi dari teori Harapan secara singkat

yang dapat diungkapkan bahwa seseorang yang memiliki harapan akan

berusaha dan melakukan tindakan sebagai sarana dalam mencapai hadiah

atau hasil yang sesuai dengan harapannya.

Wijono (2007) juga menjelaskan mengenai Teori Harapan dengan

32

1) Nilai (Valence)

Suatu dorongan yang membuat seseorang ingin mendapatkan

suatu balasan atau imbalan atas apa yang telah dikerjakannya.

Misalnya ketika seseorang ingin naik jabatan, maka ia harus

bekerja keras untuk lebih berprestasi.

2) Harapan (Expectancy)

Suatu ambisi, keinginan, dan impian yang dimiliki seseorang

dan tercermin dalam kekuatan usahanya. Semakin kuat ambisi

atau harapan yang dimiliki seorang karyawan, maka semakin

kuat pula usaha untuk memenuhi tujuannya.

3) Ganjaran dan Prestasi (Instrumentally)

Sebuah sarana yang mendukung untuk mencapai prestasi yang

diinginkan. Apabila seorang karyawan merasa bahwa sebuah

prestasi kerja yang tinggi akan memunculkan sebuah promosi

jabatan dari atasan dan hal itu menjadi keinginannya, maka ia

akan semakin bekerja keras untuk mencapai prestasi yang

dimaksud.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti berpendapat bahwa teori

harapan milik Victor H. Vroom ini menjelaskan tentang keinginan

seseorang akan sesuatu dan ia mampu memperkirakan bahwa jalan

menuju pencapaiannya akan terbuka sehingga semua usahanya akan

33

Dari ketiga teori milik Maslow, Herzberg, dan Vroom

masing-masing memiliki penekanan yang berbeda. Maslow lebih menekankan

pada pemenuhan kebutuhan secara hirarki, sedangkan setiap individu tidak

pernah merasa puas dan ingin selalu mencari kepuasan dengan cara yang

tidak selalu hirarki. Herzberg lebih menekankan pada adanya faktor

pemeliharaan yang mendukung dalam meningkatkan motivasi, namun

seseorang bisa saja menyalahkan faktor pemeliharaan apabila ia

mengalami kegagalan dalam bekerja. Sedangkan Vroom lebih

menekankan pada harapan seseorang yang besar akan memunculkan hasil

yang besar pula, begitu pula sebaliknya. Peneliti lebih memilih

menggunakan Teori Harapan milik Victor Vroom mengenai harapan

seseorang bekerja karena ia akan memiliki motivasi apabila ada nilai,

harapan, dan sarana yang mendukung. Sesuai dengan penelitian ini yang

akan mengungkap motivasi menjadi prajurit Keraton di usia remaja akhir.

Berkaitan dengan pengertian pada aspek Valence, Expectancy, dan

Instrumentally, peneliti dapat merumuskan beberapa indikator yang akan mendukung dan menjelaskan munculnya setiap aspek tersebut dengan

mengartikan kata-kata dari KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

sebagai berikut :

1. Valence :

a. Hasil

Hasil adalah sebuah pendapatan, perolehan, akibat, dan

34 b. Penghargaan

Dapat dikatakan juga sebagai perbuatan menghargai,

penghormatan, dan sesuatu yang harus dibayarkan untuk

sebuah produk atau jasa.

2. Expectancy :

a. Ketertarikan

Hal, keadaan, peristiwa yang membuat tertarik dan

membangkitkan rasa kasih (sayang, suka, ingin),

mempengaruhi atau membangkitkan hasrat untuk lebih

memperhatikan ke hal yang menarik tersebut.

b. Keistimewaan Tersendiri

Sifat-sifat istimewa, khas (ada tujuan yang tentu), khusus,

lain daripada yang lain yang mendukung sebuah harapan

c. Keinginan

Kehendak, hasrat yang ingin dicapai dan terdapat

harapan-harapan di dalamnya. Dalam hal ini keinginan memiliki

persepsi yang berbeda dari ketertarikan. Peneliti akan lebih

berfokus pada keinginan seperti apa yang memotivasi

seseorang untuk mencapai tujuannya. Sedangkan pada

ketertarikan, peneliti lebih berfokus pada sejak kapan

seseorang memiliki ketertarikan dan apa saja yang

35 d. Usaha

Kegiatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran, atau badan

untuk mencapai suatu maksud, suatu pekerjaan untuk

mencapai sesuatu. Pada bagian expectancy, usaha yang

dimaksud adalah usaha-usaha yang akan ia lakukan untuk

dapat mewujudkan tujuan atau maksud seseorang.

3. Instrumentally :

a. Sarana yang mendukung

Segala sesuatu yang menunjang dan dapat dipakai sebagai

alat dalam mencapai maksud atau tujuan, media yang

digunakan untuk semakin memotivasi seseorang agar

bekerja lebih maksimal.

b. Keyakinan

Sebuah kepercayaan yang sungguh-sungguh, sebuah

kepastian, ketentuan, hal-hal yang meyakinkan. Seseorang

pasti memiliki sebuah keyakinan untuk dapat bekerja

dengan maksimal jika ada sarana yang pasti dan

meyakinkan.

c. Tindakan

Sesuatu yang (akan ataupun sudah) dilakukan, berkaitan

dengan perbuatan, tindakan yang dilaksanakan untuk

mengatasi sesuatu, terdapat beberapa langkah. Dalam hal

36

aspek dan rencana peneliti dalam mewawancarai informan.

Perbedaan tersebut terletak pada sebuah perbuatan yang

akan dilakukan (usaha) dan yang sudah atau sedang

dilakukan (tindakan).

d. Kemampuan

Adanya kekuatan, perasaan sanggup akan melakukan

sesuatu, dan keahlian yang dimiliki seseorang untuk dapat

mewujudkan suatu tujuan.

3. Motivasi Instrinsik dan Motivasi Ekstrinsik

Sardiman (2006) menjelaskan mengenai 2 jenis motivasi yaitu :

a.Motivasi Instrinsik :

Motivasi instrinsik berisi tentang motif-motif dari dalam diri

individu yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu. Motif-motif

tersebut menjadi aktif dan berfungsi tanpa mendapat rangsangan dari

luar. Usman (2005) juga menjelaskan bahwa motif instrinsik muncul

atas kemauan individu itu sendiri, tanpa dipaksa orang lain.

b. Motivasi Ekstrinsik :

Motivasi ekstrinsik berisi tentang motif-motif yang berfungsi

dan aktif karena dipengaruhi oleh rangsangan dari luar diri individu.

Motivasi ini tidak selalu dianggap jelek karena fungsi sebenarnya

untuk membantu mengaktifkan motivasi instrinsik individu. Apabila

37

instrinsiknya akan hilang karena orang itu melulu membutuhkan

rangsangan dari luar.

Menurut Dimyanti & Mudjiono (2002), motivasi memiliki dua

jenis yaitu motivasi primer dan motivasi sekunder. Motivasi primer

berasal dari motif dasar individu atau motif biologis-jasmani.

Sedangkan motivasi sekunder berasal dari hasil belajar individu yang

terkait dengan afeksi, kognisi, dan akurasi.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti memiliki pemahaman

bahwa motivasi instrinsik dan ekstrinsik memiliki perbedaan dalam hal

asal rangsangan. Rangsangan motivasi instrinsik berasal dari dalam

diri individu dan rangsangan motivasi ekstrinsik berasal dari luar diri

individu. Keduanya saling menguatkan dan saling melengkapi agar

tujuan individu dapat tercapai. Sedangkan motivasi primer dan

sekunder perbedaannya terletak pada kebutuhan dan pengalaman

individu karena mencakup motif biologis dan motif hasil belajar.

4. Fungsi Motivasi

Sardiman (2006) menjelaskan bahwa motivasi berfungsi sebagai :

1) Pendorong manusia untuk bergerak dan melakukan sesuatu

2) Pengarah suatu perbuatan agar sesuai dengan tujuan yang ingin

dicapai

38

Djamarah (2002) juga menyatakan hal yang serupa mengenai fungsi

motivasi yaitu sebagai :

1) Pendorong untuk melakukan sesuatu yang ingin dicapai

2) Penggerak untuk melakukan sesuatu yang ingin dicapai

3) Pengarah untuk melakukan sesuatu yang ingin dicapai

Hamalik (2003) juga senada dengan kedua penjelasan diatas yaitu :

1) Motivasi yang akan mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan

2) Motivasi yang akan mengarahkan ke tujuan yang ingin dicapai

seseorang

3) Motivasi yang akan menjadi penggerak apakah suatu pekerjaan dapat

diselesaikan atau dicapai dengan cepat atau lambat.

Berdasarkan uraian fungsi motivasi diatas, fungsi motivasi menurut

peneliti adalah sesuatu yang mendorong, mengarahkan, dan membantu kita

dalam berperilaku atau bekerja untuk mencapai suatu impian yang ingin

dicapai.

Dokumen terkait