• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Data Potensi dan Informasi serta kecenderungannya

Dalam dokumen NOMOR : LP. 115/BPKH VI-3/2015 TAHUN 2015 (Halaman 120-155)

101

BAB IV. ANALISIS DAN PROYEKSI

A. Analisis Data Potensi dan Informasi serta Kecenderungannya 1. Potensi wisata alam

Potensi wisata alam pantai hingga pegunungan merupakan suatu keunggulan komparatif dari kawasan KPHL Unit VI. Sebagian lokasi wisata alam telah dikenal dan dimanfaatkan. Wisata alam di wilayah KPHL didominasi wisata alam pantai sebanyak 8 lokasi dan wisata alam daratan 2 lokasi. Pengembangan jasa lingkungan untuk pariwisata pantai dan laut tersebut didukung oleh kebijakan Kabinet Kerja tahun 2014-2019 yakni pembangunan ekowisata maritim. Selanjutnya di tingkat daerah Kabupaten Minahasa Utara telah menjadikan wisata sebagai sasaran utama menggerakan pembangunan wilayah.

Peningkatan kunjungan wisata mancanegara diperkirakan akan meningkat tajam seiring dengan kondisi politik stabil dan keamanan nasional yang kondusif. Dilain pihak Negara tujuan wisata yang popular mengalami gejolak keamanan akibat ancama teroris. Dengan demikian produk jasa lingkungan ke depan akan memberikan kontribusi bagi pembangunan wilayah dan harus dimanfaatkan oleh pengelola KPHL Unit VI sebagai peluang besar.

Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke daerah Sulawesi Utara mencapai 22.009 orang turis pada periode bulan Januari - Mei 2015 atau naik 64,7% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebanyak

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHL UNIT VI MINAHASA UTARA-BITUNG-MANADO

102 13.356 kunjungan. Sesuai data Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Sulawesi Utara, kunjungan wisman tertinggi terjadi pada bulan Februari 2015 sebanyak 7.603 orang turis dan Maret 2015 sebanyak 6.042 orang turis. Sementara itu, jumlah kunjungan wisatawan nusantara (domestik) sampai dengan Mei 2015 tercatat sebanyak 344.182 orang atau tumbuh 11,1% dibandingkan dengan pencapaian periode yang sama tahun lalu. Wisatawan berkebangsaan Jerman menempati urutan tertinggi diikuti bangsa Jepang, Amerika Serikat, Singapura, Inggris, Prancis Belanda, Hong Kong, Tiongkok, dan Malaysia (Bisnis.com 29/06/2015 ).

2. Potensi Jasa Lingkungan (sumberdaya air)

Potensi mata air yang berasal dari kawasan hutan di wilayah KPHL Unit VI tergolong tinggi dan telah berkontribusi bagi pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat desa dan perkotaan serta digunakan untuk industry air mineral, budidaya air tawar serta rekreasi alam berbasis air (kolam pemancingan, wisata kuliner) yang saat ini berkembang di Minahasa Utara. Ketersediaan air yang memadai juga merupakan prasyarat terlaksananya pembangunan yang telah direncanakan di sekitar KPHL Unit VI Minahasa Utara-Bitung-Manado sebagai kawasan ekonomi tumbuh cepat dan kawasan industri, infrastruktur transportasi dan pariwisata.

Peran strategis kawasan HL di wilayah KPHL bagi penyangga kehidupan sosial ekonomi masyarakat yaitu menjamin fungsi hidroorologis kawasan untuk menjaga agar wilayah hutan berfungsi secara optimal dalam meningkatkan

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHL UNIT VI MINAHASA UTARA-BITUNG-MANADO

103 ketersediaan air tanah dan air permukaan bagi kebutuhan saat ini maupun generasi yang akan datang yang tentunya membutuhkan air yang makin besar.

Kebutuhan air bersih berhubungan linier dengan jumlah penduduk dan tingkat pertumbuhan ekonomi wilayah. Dengan asumsi bahwa pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Utara tergolong pada kategori tinggi, maka diperkirakan kebutuhan air bersih Rumah Tangga perkotaan dan Industri (RKI) pada tahun 2032 sebagaimana disajikan pada Tabel 29.

Tabel 29. Proyeksi Kebutuhan Air Bersih RKI Tahun 2032 dengan Asumsi Pertumbuhan Ekonomi Tinggi

Sumber :Pola pengelolaan Sumber daya air wilayah sungai Tondano-sangihe-talaud-miangas (2013) BWS I.

Mengacu pada data proyeksi kebutuhan air bersih penduduk di Sulawesi Utara secara umum dan penduduk di wilayah Kota Manado hingga Kota Bitung khususnya, terlihat bahwa kawasan hutan di wilayah KPHL Unit VI memiliki peran yang sangat strategis untuk menjaga sistem tata air dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup mendasar yaitu air bagi kelangsungan hidup generasi yang akan datang.

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHL UNIT VI MINAHASA UTARA-BITUNG-MANADO

104 3. Potensi Tegakan dan HHBK serta Kanekaragaman Hayati

Hasil inventarisasi biogiofisik menunjukkan bahwa kawasan hutan KPHL Unit VI, masih memiliki potensi kayu walaupun sekitar 60 % dari luas wilayahnya telah diokupasi masyarakat menjadi kebun. Potensi tegakan pada hutan lahan kering ditemukan sebanyak 435 pohon dengan jenis dominan adalah tayapu (Trema orientalis) 58 pohon dengan volume 50,58 m³, kananga (Cananga

odorata Hook.f.et.Th) sebanyak 45 pohon dengan volume 38,20 m³ makembes

(Eugenia sp) sebanyak 19 pohon dengan volume 19,68 m³. Sedangkan pada hutan mangrove 347 pohon/2plot terdiri atas 8 jenis dengan jenis yang dominan yakni Avicenia marina sebanyak 83 pohon, diikuti jenis Rhizophora stylosa sebanyak 64 pohon dan jenis Xylocarpus spp sebanyak 56 pohon.

Selain potensi tegakan alamiah juga terdapat potensi kayu hutan rakyat yang dikembangkan masyarakat disekitar wilayah KPHL Unit VI. Potensi tersebut menggambarkan animo dan daya tarik usaha kehutanan sudah mulai berkembang. Kondisi ini dapat menjadi dasar pengembangan pemberdayaan masyarakat. Berdasarkan hasil sensus pertanian tahun 2013 aktifitas ekonomi rumah tangga dalam budidaya kehutanan mengalami peningkatan sebesar 23 % pada periode tahun 2003 -2013. Aktifitas yang dominan adalah budidaya tanaman kehutanan termasuk penangkaran satwa dan pemungutan hasil hutan non kayu.

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHL UNIT VI MINAHASA UTARA-BITUNG-MANADO

105 Tabel 30. Kecenderungan Aktifitas Budidaya Kehutanan di Wilayah Sekitar

KPHL Unit VI Minahasa Utara-Bitung-Manado

Kabupaten/Kota Jenis Kegiatan Budidaya Tanaman Kehutanan (ha) Penangkaran Satwa/ Tumbuhan Liar (Unit) Penangkapan Satwa Liar (Unit) Pemungutan Hasil Hutan (Unit) Jumlah Rumah Tangga Usaha Kehutanan (RT) Minahasa Utara 2.543 6 132 234 2.774 Kota Manado 297 1 5 4 305 Kota Bitung 439 12 50 109 583 Sulawesi Utara 42.992 64 985 1.818 44.761

Sumber: Data Sensus Pertanian 2013 - Badan Pusat Statistik Republik Indonesia

Selain hasil hutan kayu juga terdapat komoditas HHBK yang telah dihasilkan di dalam dan sekitar wilayah KPHL Unit VI, diantaranya industri rumah tangga gula aren, industri makanan ringan dengan bahan baku kenari dan pengambangan tanaman jahe untuk tanaman obat dan bumbuh masak.

4. Potensi non Kehutanan

Potensi non kehutanan yang dominan di wilayah KPHL Unit VI yakni tambang emas, biji besih dan galian C (pasir). Pemanfaatan kawasan secara legal seperti : Izin Usaha Pertambangan yakni PT. Meares Soputan Mining, PT. Mikgro Metal Perdana dan PT. Tambang Tondano Nusajaya. Dari IUP tersebut diatas terdapat Izin pinjam pakai kawasan untuk Eksplorasi yakni PT. Maeras Soputan Mining melalui Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor : 8/1/IPPKH/PMA/2015 tanggal 8 April 2015 yang berada di kawasan hutan HPT Gn. Wiau seluas 1.830,62 ha dan Tambang Tondano Nusa Jaya melalui Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor :

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHL UNIT VI MINAHASA UTARA-BITUNG-MANADO

106 3/1/IPPKH/PMA/2015 tanggal 18 Maret 2015 yang berada di kawasan hutan HPT Gn. Saoan seluas 6.091,87 ha.

Tugas pengelola KPHL Unit VI yaitu memastikan penggunaan kawasan sesuai dengan peraturan yang berlaku, menjamin hak-hak Negara atas kawasan hutan serta proses rehabilitasi dan reklamasi berlangsung sesuai dengan ketentuan. Rincian penggunaan kawasan hutan untuk usaha non kehutanan disajikan pada Tabel 31.

Tabel 31. Potensi Pemanfaatan Wilayah untuk non Kehutanan yang Ada di Wilayah KPHL Unit VI Minahasa Utara-Bitung-Manado

Pemegang IUP Nama kawasan Luas (ha) Persentase (%)

PT. Meares Soputan Mining HPT Gn. Wiau 1.554,30 21,53

PT. Mikgro Metal Perdana HPT P Bangka 193,90 2,69

PT. Tambang Tondano Nusajaya HPT Gn. Saoan 3.497,39 48,44 HPT Gn. Wiau 1.124,93 15,58 HPT Gn. Wiau 0,42 0,01 HPT P Bangka 11,04 0,15 HPT P. Talise 838,51 11,61 Jumlah 7.220,47 100,00

Sumber : Tata hutan kawasan KPHL Unit VI Minahasa Utara-Bitung –Manado (2015)

Selain aktifitas legal sebagaimana disajikan pada Tabel 31 juga terdapat Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) oleh masyarakat di HPT Gn. Saoan Kecamatan Talawaan serta pengambilan pasir di sekitar HL. Gn. Klabat. Tugas KPHL Unit VI yakni menertibkan dan melakukan pemberdayaan masyarakat

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHL UNIT VI MINAHASA UTARA-BITUNG-MANADO

107 agar penggunaan kawasan hutan tersebut bersifat legal serta dapat menjamin kelestarian lingkungan.

5. Potensi pasar output

Potensi pasar output hasil pengelolaan sumberdaya hutan tergolong tinggi. Pasar output yang dimaksud mencakup produk tangible seperti : industri plywood, industri pengolahan kayu perkakas, industri pemanfaatan HHBK (gula aren dan kenari ) serta potensi jumlah penduduk tinggi dengan pendapatan yang tergolong cukup sebagai pengguna hasil hutan dan jasa lingkungan. Kondisi ini ditopang oleh prasarana transportasi seperti pelabuhan laut dan udara yang dapat meningkatkan nilai kompetitif dan komparatif produk yang dihasilkan.

Prospek pasar output ditopang oleh letak strategis wilayah sekitar kawasan hutan KPHL Unit VI yang ditetapkan sebagai kawasan strategis nasional untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi yaitu sebagai Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Manado-Bitung, kawasan strategis propinsi KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) Tanjung Merah Bitung dan kawasan industri koridor Bitung - Kema – Airmadidi.

B. Identifikasi Lingkungan Strategis

Isu-isu kebijakan berdasarkan potret kondisi saat ini (biofisik kawasan, kelembagaan dan aturan pendukung serta sosial ekonomi dan budaya masyarakat) yang diperkirakan menjadi faktor kunci mendorong ataupun menghambat pencapaian tujuan pengelolaan adalah sebagai berikut :

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHL UNIT VI MINAHASA UTARA-BITUNG-MANADO

108 1. Biofisik kawasan

a) Kawasan KPHL Unit VI memiliki tipe ekosistem dan kondisi sumberdaya yang bervariasi dan letaknya tidak kompak. Tipe ekosistem bervariasi mulai dari ekosistem pulai kecil, pesisir pantai hingga hutan pengunungan. Letak tersebar di 3 wilayah administrasi kabupaten kota dengan luas keseluruhan 14.693,57 ha.

b) Sebagian besar kawasan hutan yang memiliki aksessibilitas yang tinggi telah diokupasi masyarakat baik pada hutan lindung maupun hutan produksi menjadi kebun, tambang rakyat bahkan pemukiman.

c) Kondisi HPT dalam wilayah kelola sebagian besar tergolong lahan kritis dengan potensi tegakan rendah.

d) Tekstur tanah wilayah KPHL yang didominer tanah berpasir sangat rentan kehilangan kesuburan tanah.

e) Terdapat potensi tambang emas dan galian C di beberapa wilayah kelola. f) Terdapat konflik izin pemanfaatan kawasan yaitu untuk izin pertambangan dan

izin IUHHK –HTR.

g) Kondisi lereng curam hingga sangat curam mendominer kawasan kelola. h) Potensi keanekaragaman hayati flora dan fauna terancam oleh penebangan

liar dan perburuan yang tergolong intensif.

2. Isu-isu kelembagaan (organisasi dan aturan-aturan yang terkait).

a) Visi Provinsi Sulawesi Utara dan Kabupaten Minahasa Utara menggambarkan dukungan untuk optimalisasi fungsi kawasan hutan bagi kesejahteraan masyarakat.

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHL UNIT VI MINAHASA UTARA-BITUNG-MANADO

109 b) Kondisi SDM baik jumlah dan spesifikasi pendidikan berlatar belakang ilmu

kehutanan yang terbatas.

c) Adanya persepsi tentang peran KPHL Unit VI Minahasa Utara-Bitung-Manado yang akan mengambil alih tugas SKPD terkait.

d) Hubungan tata kerja peran pemerintah daerah baik provinsi dan kabupaten/kota dengan tupoksi kelembagaan KPHL Unit VI belum diatur secara rinci sebagai dasar implementasi program dan kegiatan pengelolaan hutan di wilayah kelola.

e) Belum terbangunnya persepsi para pihak formal maupun informal tentang peran kelembagaan KPHL Unit VI dalam mengelola dan mengendalikan pemanfaatan seluruh sumberdaya (tangible dan intangible) yang terkandung dalam kawasan.

3. Isu-isu Sosial Ekonomi dan Budaya

a) Konflik tenurial kawasan hutan. Hak atas kawasan hutan masih menjadi isu utama KPHL Unit VI. Sebagian besar kawasan HPT dan sebagian kecil HL telah dikuasai masyarakat sejak dahulu yang ditandai dengan adanya pohon kelapa sudah tua sebagai dasar penguasaan dan diklaim sebagai budel (harta warisan).

b) Adanya kebanggaan bagi penduduk sekitar kawasan untuk menguasai lahan yang luas walaupun tidak memberikan nilai manfaat bagi pendapatan keluarga.

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHL UNIT VI MINAHASA UTARA-BITUNG-MANADO

110 c) Penduduk pendatang dari berbagai etnis di luar Sulawesi Utara seperti

Gorontalo, Buton dan lainnya mendominir pemanfaatan hasil hutan non kayu terutama aren untuk produksi gula merah serta memanfaatkan lahan milik penduduk asli tanpa kompensasi dengan mengusahakan tanaman semusim seperti cabe, jahe dan lainnya di bawah pohon kelapa.

d) Lahan kawasan HPT dan sebagian HL dikuasai masyarakat namun dikelola dengan cara yang tidak produktif.

e) Adanya ketimpangan yang sangat tajam antara penawaran dan permintaan hasil hutan kayu.

f) Persepsi tentang fungsi jasa lingkungan hutan seperti air, wisata dan keanekaragaman hayati dan nilai valuasinya untuk kepentingan kebijakan baik para pihak formal maupun informal belum terbangun dengan baik. C. Analisis strategi

Analisis SWOT merupakan instrumen perencanaaan strategis klasik. Dengan menggunakan kerangka kerja kekuatan dan kelemahan dan kesempatan ekternal dan ancaman untuk memperkirakan cara terbaik melaksanakan sebuah strategi. Tujuan analisis ini adalah memberikan gambaran hasil analisis keunggulan, kelemahan, peluang dan ancaman pengelolaan KPHL Unit VI secara menyeluruh dan digunakan sebagai dasar penyusunan sasaran dan strategi pencapaian sasaran tersebut.

Analisis SWOT didahului dengan mengelompokkan faktor-faktor isu-isu strategis sebagai faktor internal (kekuatan dan hambatan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman). Faktor internal berkaitan dengan kondisi potensi

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHL UNIT VI MINAHASA UTARA-BITUNG-MANADO

111 sumberdaya yang terkandung di kawasan hutan kelola, kelembagaan pengelolaan (organisasi dan aturan pendukung), SDM dan kondisi dukungan pendanaan. Selanjutnya faktor eksternal berkaitan dengan kondisi masyarakat sekitar, pasar input-output serta instansi terkait serta serta pemangku kepentingan formal dan informal yang berkepentingan terhadap pengelolaan. 1. Faktor Internal

a. Kekuatan (S)

1). Terdapat political will pemerintah yang tercantum dalam Renstra kementerian LHK 2014-2019, RKTN dan RKTP yang sangat kuat dan konsisten dalam mewujudkan KPH sebagai instrumen pengelolaan hutan berkelanjutan terimplementasi di tingkat tapak.

2). Potensi kawasan yang mewakili tipe-tipe ekosistem mulai dari ekosistem pesisir hingga ekosistem pegunungan dengan potensi HHBK dan Jasa lingkungan yang memiliki keunggulan komparatif.

3). Adanya dukungan kebijakan pemerintah provinsi dan kabupaten yang cukup baik terlihat dari RTRW propinsi dan kabupaten/kota dan visi dan misi pembangunan kehutanan yang sinkron dengan mandat KPHL. 4). Aksessibilitas yang tersedia menuju kawasan hutan sangat tinggi. 5). Tersedianya pasar input-dan output yang memadai di sekitar wilayah

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHL UNIT VI MINAHASA UTARA-BITUNG-MANADO

112 b. Kelemahan (W)

1). Tenurial kawasan hutan sebagai masalah utama, terutama pada kawasan HPT dan sebagian HL.

2). Terjadi tumpang tindih perizinan pada kawasan HPT antara Pencadangan IUPHHK-HTR dan IUPK untuk tamban emas.

3). Areal KPH yang tidak kompak sebagian dalam bentuk pulau-pulau kecil dan berada pada 3 wilayah administrasi kabupaten/kota.

4). Masih terbatasnya ketersediaan pendanaan lewat APBD pemerintah provinsi dan kabupaten/kota.

5). Persepsi mengenai peran KPHL oleh para pihak formal yang belum terbangun dengan baik.

6). Sifat tanah yang sebagian besar rawan terdegradasi kesuburannya.

7). Aturan dan mekanisme hubungan antara pengelola KPHL dengan pemerintah kabupaten belum dipahami dengan baik.

2. Faktor Eksternal a. Peluang (O)

1). Permintaan HHBK dan HHK yang tinggi, memberi peluang tingginya nilai kelayakan usaha KPHL Unit VI Minahasa Utara-Bitung-Manado. 2). Tersedia SDM lokal yang memadai dengan adanya lulusan Fakultas

Kehutanan di Kotamobagu dan Program Studi Ilmu Kehutanan di Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi Manado.

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHL UNIT VI MINAHASA UTARA-BITUNG-MANADO

113 3). Pengetahuan mengenai bisnis hutan tanaman makin meningkat

ditandai oleh meningkatnya luas hutan rakyat di sekitar wilayah KPHL. 4). Aktifitas pemanfaatan jasa lingkungan (wisata alam, wisata air dan

pemanfaatan air minum) telah berkembang dan berkontribusi nyata bagi pembangunan wilayah.

5). Meningkatnya kunjungan wisatawan mancanegara pada tahun terakhir sebagai akibat dari adanya stabilitas politik dan keamanan nasional dan isu teroris yang mengancam pariwisata di Eropa dan di negara lainnya. b. Ancaman (T)

1). Pengakuan masyarakat terhadap tata batas kawasan hutan masih rendah.

2). Peran pengelola KPHL Unit VI sebagai pemegang mandat pengelolaan seluruh sumberdaya di wilayah kelola dapat minimbulkan konflik kewenangan dengan sektor lain.

3). Tingginya aktifitas tanpa izin baik tambang maupun penebangan hutan.

4). Masih rendahnya pemahaman masyarakat tentang fungsi jasa lingkungan kawasan hutan.

Dengan penetapan faktor S, W, O dan T tersebut, dilakukan analisis logis semua alternatif operasional yang mungkin sebagai strategi yang dibutuhkan untuk mewujudkan misi dan misi yang telah ditetap sebelumnya. Alternatif strategi tersebut secara rinci disajikan pada Tabel 4-4. Dari strategi-strategi tersebut

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHL UNIT VI MINAHASA UTARA-BITUNG-MANADO

114 ditetapkan sepuluh (10) strategi utama yang dianggap sebagai penentu utama keberhasilan pencapaian tujuan pembangunan KPHL Unit VI Minahasa Utara-Bitung-Manado sebagai berikut :

1. Penguatan kapasitas kelembagaan. Kelembagaan yang kuat sebgai prasyarat untuk menjamin keberhasilan pengelolaan KPHL sebagai Unit manejemen hutan. Pada tahap awal dianggap KPHL ini memiliki banyak kendala oleh sebab itu perlu difasilitasi agar dapat beroperasi sebagaimana yang diharapkan. Fasilitasi dimaksud mencakup pembinaan managemen bisnis, peningkatan pengetahuan dan keterampilan teknis pengelolaan hutan bagi pengelola serta dukungan pendanaan, sarana dan prasrana yang memadai.

2. Inventarisasi potensi kawasan serta penataan hutannya dalam rangka mengatur pemanfaatan sumberdaya hutan dan mengendalikan dayadukung lingkungan. Tugas pokok KPH menurut PP Nomor : 6 tahun 2007 diantaranya adalah (1) tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan (2). pemanfaatan hutan, (3). penggunaan kawasan hutan (4). rehabilitasi hutan dan reklamasi, dan (5). perlindungan hutan dan konservasi alam. Tersedianya data potensi dan kondisi yang akurat didukung oleh wilayah hutan yang tertata merupakan prasyarat terlaksananya tugas pokok dimaksud. Disebutkan bahwa tata hutan meliputi kegiatan (a) tata batas, (b) inventarisasi hutan, (c) pembagian ke dalam blok atau zona, (d) pembagian petak dan anak petak, (e) pemetaan.

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHL UNIT VI MINAHASA UTARA-BITUNG-MANADO

115 3. Penyelesaian konflik tenurial kawasan hutan secara terpadu dengan instansi

terkait dengan mengutamakan pendekatan win-win solution. Berbagai skema kebijakan yang telah tersedia diantaranya HTR, HKm, HD sebagai strategi resolusi konflik.

4. Mewujudkan konsep pemberdayaan masyarakat melalui kemitraan kehutanan. Sebagai instrument mengatasi masalah tenurial kawasan hutan. Pemberdayaan masyarakat setempat melalui Kemitraan Kehutanan adalah terwujudnya masyarakat setempat untuk mendapatkan manfaat secara langsung, melalui penguatan kapasitas dan pemberian akses, ikut serta dalam mewujudkan pengelolaan hutan lestari, dan secara bertahap dapat berkembang menjadi pelaku ekonomi yang tangguh, mandiri, bertanggungjawab dan profesional.

5. Pelibatan perguruan tinggi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui kegiatan pemanfaatan kawasan untuk penelitian dan mengkaji model-model pemberdayaan yang sesuai dengan perilaku masyarakat desa setempat.

6. Memanfaatkan kawasan HPT yang dicadangkan untuk IUPHHK –HTR secara optimal menghasilkan kayu untuk memenuhi kebutuhan kayu industry disekitar wilayah KPHL sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat dan penerimaan bagi KPHL. Diharapkan dalam periode 10 tahun yang akan datang kawasan tersebut telah berproduksi dengan demikian aliran kas KPHL Unit VI akan lebih stabil dan mampu membiayai sebagian operasional pengelolaan kawasan.

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHL UNIT VI MINAHASA UTARA-BITUNG-MANADO

116 7. Membangun mekanisme koordinasi kegiatan pengelolaan kawasan dengan

pemerintah daerah dan instansi terkait sehingga tidak terjadi benturan kepentingan yang dapat menghambat terwujudnya pencapaian tujuan pengelolaan.

8. Memfasilitasi keterlibatan para pihak/perusahaan pengguna jasa lingkungan (air dan wisata) dalam merehabilitasi kawasan hutan yang kritis atau upaya pemberdayaan masyarakat untuk pengembangan HHBK pada kawasan hutan lindung yang ditetapkan sebagai blok pemanfaatan.

9. Mengkaji dan menetapkan sentra produksi HHBK yang spesifik pada setiap blok menurut potensi kawasan sesuai dan pilihan masyarakat. Sebagai contoh blok pemanfaatan yang terdapat di HL Lembeh dikembangkan sebagai sentra HHBK jenis buah-buahan (manga, kemiri dan kenari).

10. Menjamin keamanan investasi dalam kawasan KPHL baik investasi HHK maupun HHBK dengan program pengamanan dan perlindungan hutan dari kebakaran dan pencurian hasil hutan.

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHL UNIT VI MINAHASA UTARA-BITUNG-MANADO 117 INTERNAL EXTERNAL Kekuatan (S)

1. Terdapat political will pemerintah pusat yang sangat kuat dan konsisten.

2. Potensi kawasan yang mewakili tipe-tipe ekosistem

3.Adanya dukungan kebijakan pemerintah provinsi dan kabupaten

4.Aksesibilitas yang tersedia menuju kawasan hutan sangat tinggi.

5. Tersedianya pasar input-dan output yang memadai di sekitar wilayah kelola

Kelemahan (W)

1. Tenurial kawasan hutan sebagai masalah utama terutama pada kawasan HPT dan sebagian HL. 2.Terjadi tumpang tindih perizinan pada kawasan HPT antara Pencadangan IUPHHK-HTR dan IUPK untuk tamban emas.

3.Areal KPH yang tidak kompak sebagian dalam bentuk pulau-pulau kecil dan berada pada 3 wilayah administrasi kabupaten/kota.

4. Masih terbatasnya ketersediaan pendanaan lewat APBD pemerintah provinsi dan kabupaten.

STRATEGI S- O STRATEGI W-O

Peluang (O)

1. Permintaan produk HHBK dan HHK yang tinggi, .

2. Tersedia lembaga pendidikan tinggi Fakultas Kehutanan di Kotamobagu dan Program studi ilmu kehutanan di Fakultas Pertanian)

3,Pengetahuan tentang bisnis Hutan Tanaman makin meningkat.

4.Aktifitas pemanfaatan jasa lingkungan (wisata alam, wisata air dan pemanfaatan air minum) telah

S1O1 = Penguatan kapasitas kelembagaan melalui pengasaan teknis, pembinaan bisnis serta

dukungan pendanaan

S1O2 = membangun kerjasama penelitian pengembangan dengan lembaga pendidikan S1O3 = mendorong pemberdayaan dengan system kemitraan pemanfaatan hutan dan hasil hutan dan jasa lingkungan

S2O1 : Melakukan inventarisasi dan penataan hutanya ( potensi pada setiap tipe hutan dan arahan

W1O1 = Memantapkan pelaksanaan program HTR W1O2 = Membangun kerjasama penelitian tentang penyelesaian tenurial kawasan hutan

W1O3 = mengembangkan konsep pemberdayaan masyarakat system kemitraan dalam rehabilitasi W1O4 = Memfasilitasi peran perusahaan tambang dalam merehabilitasi kawasan hutan di luar izinnya W1O5 = meningkatkan keterampilan dan

pengetahuan kepariwisataan masyarakat Tabel 32. Matriks Analisis SWOT Strategi Pengelolaan Kawasan Hutan KPHL Unit VI Minahasa Utara-Bitung-Manado

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHL UNIT VI MINAHASA UTARA-BITUNG-MANADO

118

berkembang.

5.Meningkatnya kunjungan wisman sebagai akibat

Dalam dokumen NOMOR : LP. 115/BPKH VI-3/2015 TAHUN 2015 (Halaman 120-155)

Dokumen terkait