• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat

Dalam dokumen NOMOR : LP. 115/BPKH VI-3/2015 TAHUN 2015 (Halaman 77-90)

Aspek kependudukan baik kualitas maupun kuantitas mempunyai pengaruh terhadap lingkungan dan sumberdaya alam/lahan. Makin besar jumlah penduduk, kebutuhan akan sumberdaya makin besar. Di sisi lain rendahnya kualitas penduduk, maka kenaikan tekanan terhadap sumberdaya alam/lahan akan meningkat sebanding dengan kenaikan jumlah penduduk. Sebaliknya meningkatnya kualitas penduduk akan meningkatkan efisiensi penggunaan sumberdaya alam.

No Nama Resort Nama Perusahaan Lokasi Data GPS Jasa Luas Areal Terdapat SDA

1

Pulisan Jungle Beach

Resort PT. Pulisan

Tnjg Pulisan, Pantai Kinunang, Kec. Likupang Timur N 01* 39.911', E 125* 09.832' Wisata Alam, Diving 15.670 m2

Pasir putih, terumbu karang

2

Murex Bangka Dive Resort

PT. Manado Underwater Exploration

P. Bangka, Desa Lihunu,

Kec. Likupang Timur tidak tersedia Diving 30.000 m2

Pasir putih, terumbu karang

3 Blue Bay Divers PT. Bluebay Divers

Pulau Sahaung, Desa Lihunu, Kec. Likupang Timur

N 01*745050' E

125*156174 Diving 30.000 m2

Pasir putih, terumbu karang, bakau

4 Coral Eye PT. Mata Karang

P. Bangka, Desa Lihunu, Kec. Likupang Timur

N 01*45.077' E

125*08.010 Diving 20.000 m2

Pasir putih, terumbu karang, hutan

5 Nomad Divers PT. Kalipepu

P. Bangka, Desa Lihunu Jaga V, Kec. Likupang Timur

N 1*7711995 E

125*1594730 Diving 45.000 m2

Bakau, Terumbu Karang, pasir, Hutan

6 Mimpi Indah Resort PT. Tap Takke

P. Bangka, Desa Lihunu Jaga V, Kec. Likupang Timur Lat 1.7683, Long. 125.1664 Diving, Wisata Alam 30.000 m2

Hutan Bakau, Karang, Pasir putih

7

Sea Souls Dive

Resort PT. Flyfish Divers

P. Bangka, Desa Kahuku

Jaga I, Kec. Likupang Timur tidak tersedia Diving 6.300 m2

Pasir putih, Terumbu Karang

RPHJP KPHL UNIT VI MINAHASA UTARA-BITUNG-MANADO 59 1.1. Kepadatan dan Sex Ratio

Secara administratif kawasan hutan KPHL Unit VI Minahasa Utara-Bitung-Manado tersebar di Kabupaten Minahasa Utara, Kota Bitung dan Kota Manado. Berdasarkan wilayah administrasi Kecamatan kawasan hutan wilayah KPHL berada di Kecamatan Bunaken Kota Manado dan Kecamatan Kema, Kauditan, Airmadidi, Kalawat, Dimembe, Talawaan, Wori, Likupang Timur, Likupang Barat dan Likupang Selatan Kabupaten Minahasa Utara. Lebih lanjut wilayah kecamatan di kota Bitung meliputi Kecamatan Girian, Ranowudu, Madidir, Matuari, Maesa, Lembeh Selatan, Lembeh Utara dan Aertambaga. Jumlah dan kepadatan penduduk masing-masing kecamatan tersebut sesuai data statistik Tahun 2014 disajikan pada Tabel 25.

Tabel 25. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Sekitar Wilayah KPHL Unit VI Minahasa Utara-Bitung-Manado

No Kecamatan Luas Wilayah (Km²) Jumlah (Jiwa) Jumlah (KK) Seks Rasio Kepadatan (Jiwa/Km²) I. Minahasa Utara 1. Kema 78,755 17.470 107,4 221,83 2 Kauditan 108,202 31.286 107,0 289,14 3 Airmadidi 86,660 30.986 7.504 102,6 357,56 4 Kalawat 39,031 30.923 102,3 792,27 5 Dimembe 166,433 26.984 7.589 104,9 162,13 6 Talawaan 82,508 19.605 105,2 237.61 7 Wori 90,704 21.351 114,7 235,39 8 Likupang Barat 104,289 18.663 106,4 178,95 9 Likupang Timur 290,841 19.900 107,9 68,42 10 Likupang Selatan 11,821 6.436 108,6 544,45 Jumlah I 1.059,25 223.604 105,8 2850,19

II. Kota Bitung

RPHJP KPHL UNIT VI MINAHASA UTARA-BITUNG-MANADO 60 No Kecamatan Luas Wilayah (Km²) Jumlah (Jiwa) Jumlah (KK) Seks Rasio Kepadatan (Jiwa/Km²) 2 Matuari 3,610.0 28.790 8.313 99 79,7 3 Girian 516.6 31.673 8.367 102 610 4 Lembeh Selatan 2,353.0 32.409 5.286 101,8 155,6 5 Lembeh Utara 3,061.5 9489 2.819 105,9 35,5 6 Aertembaga 2,610.6 28.289 7.840 103,9 308,9 7 Maesa 965.4 35.141 9.751 102,6 364,0 8 Ranowulu 17,117.0 16.969 5.656 109 116,7 Jumlah II 33,279.1 214.893 45.580 82,6 1638,6

III. Kota Manado

1 Bunaken 19,26 6.156 2.052 99,31 99,54

Jumlah III 19,26 6.156 2.052 99,31 99,54

Dari tingkat kepadatan penduduk menurut wilayah kabupaten/kota, Kabupaten Minahasa Utara memiliki kepadatan penduduk terbanyak yaitu di Kecamatan Kalawat dan Kecamatan Likupang Selatan dengan terdapat 792,27 jiwa/km2 dan 544,45 jiwa/Km2 disusul Kota Bitung di Girian sebanyak 610 jiwa/km2.

1.2. Laju Pertumbuhan Penduduk

Kondisi pertumbuhan penduduk di wilayah KPHL Unit VI Minahasa Utara-Bitung-Manado memiliki laju pertumbuhan penduduk yang tinggi. Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Minahasa Utara pada 5 tahun terakhir rata-rata sebesar 2,41% dan yang paling menonjol pada tahun 2010 sebesar 6,79 %. Pertumbuhan penduduk rata-rata selang 5 tahun terakhir tertinggi di Kecamatan Talawaan sebesar 10,05 % dengan kepadatan penduduk 211,93 jiwa/km² dan terendah di Kecamatan Dimembe sebesar 1,75 % serta Kecamatan Wori (RPJMD Kabupaten Minahasa Utara tahun 2010-2015). Laju pertumbuhan penduduk Kota Bitung berkisar 1.21 - 2.22 % per tahun. Secara grafis prediksi

RPHJP KPHL UNIT VI MINAHASA UTARA-BITUNG-MANADO 61 pertumbuhan penduduk di wilayah KPHL Unit VI Minahasa Utara-Bitung-Manado disajikan pada Gambar 5 berikut.

Gambar 5. Grafik Prediksi Pertumbuhan Penduduk di Wilayah KPHL Unit VI Menurut Data Tingkat Kabupaten/kota

1.3. Struktur Penduduk dan Angkatan kerja

Struktur penduduk suatu wilayah dapat disajikan sesuai jenis kelamin (laki-laki dan perempuan) dan menurut golongan umur. Menurut golongan umur penduduk dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok penduduk usia produktif (15 – 65 tahun) dan kelompok penduduk usia non produktif yang meliputi kelompok usia muda non produktif (0 -14 tahun) dan kelompok usia tua non-produktif (66 tahun ke atas). Penggolongan sesuai jenis kelamin berguna untuk menilai perbandingan jumlah penduduk laki -laki dan perempuan serta potensi pertumbuhan penduduknya ke depan, sedangkan penggolongan berdasarkan struktur umur berguna antara lain untuk

198080 223018 251096 282710 318303 198887 218985 241902 279751 310013 414841 433847 453725 474514 496255 2012 2017 2022 2027 2032

RPHJP KPHL UNIT VI MINAHASA UTARA-BITUNG-MANADO 62 membandingkan penduduk produktif dan penduduk tidak produktif (beban tanggungan penduduk).

Struktur penduduk di wilayah Kabupaten Minahasa Utara menurut data tahun 2014 menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja sebesar 64.5 %, kelompok umur muda sekitar 24.2 % dan kelompok umur usia lanjut sebesar 11.4 %. Berdasarkan data tersebut diperoleh angka ratio beban tanggungan (RBT) sebesar 35.6 % atau setiap 100 orang usia produktif menanggung sekitar 36 orang usia tidak produktif.

Tabel.26. Struktur Penduduk di Wilayah Kabupaten Minahasa Utara

Untuk Kota Bitung didominasi oleh penduduk muda/dewasa. Penduduk Kota Bitung yang berusia muda sebesar 29,50 %, usia produktif 66,97 %,

Kema KauditanAirmadidiWori DimembeLikupang Barat

Likupang

Timur KalawatTalawaan

Likupang Selatan 0-4 409 709 683 374 512 232 264 683 370 91 5,-9 1.549 2372 2219 175 2017 1.485 1.596 2.192 1.464 509 10-,14 173 2.632 261 1.881 2.432 1.712 1.75 2.611 1.625 537 15-19 1.469 2.368 2368 1.754 2.125 1.76 1.729 2.455 1.418 519 20-24 1.52 2.558 3045 1.919 2.239 1.745 1.91 2.655 1.628 563 25-29 1.548 2.553 2974 1.805 2.305 1.643 1.797 2.689 1.588 548 30-34 1.661 2.809 2935 1.943 2.423 1.509 1.723 2.816 1.801 512 35-39 1.461 2.629 264 2.081 2.397 1.777 1.935 2.835 1.918 535 40-44 1.38 2.432 2427 1.791 2.383 1.553 1.715 2.7 1.824 492 45-49 1.154 2.343 2166 1.483 1.94 1.289 1.375 2.511 1.499 466 50-54 1.008 1.789 1759 1.218 1.371 1.037 1.062 1.938 1.224 335 55-59 1.063 1.767 1682 1.152 1.624 967 1.032 1.638 1.211 378 60-64 772 1.472 1237 829 1.17 723 767 1.226 849 333 65-69 350 906 701 526 643 459 416 609 390 171 70-74 302 771 577 395 569 335 317 503 337 147 > 74 312 613 941 520 1066 469 452 860 595 259 Umur (Tahun) Kecamatan (Jiwa)

RPHJP KPHL UNIT VI MINAHASA UTARA-BITUNG-MANADO 63 sedangkan usia 65 tahun ke atas sebesar 3,53 %. Sehingga berdasarkan angka mutlaknya diperoleh angka ketergantungan (dependancy ratio) penduduk Kota Bitung sebesar 49,32 %. Artinya setiap 100 penduduk usia produktif menanggung sekitar 49-50 orang penduduk tidak produktif.

Secara umum jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan. Hal ini dapat dilihat dari besarnya angka/nilai sex ratio dimana angka tersebut menunjukkan lebih besar dari angka 100. Pada tahun 2012, sex ratio sebesar 104,41 %, artinya untuk setiap 10.000 penduduk perempuan terdapat 10.441 penduduk laki-laki.

Dari jumlah keseluruhan penduduk usia kerja (15 tahun ke atas), sebesar 62 % penduduk Kota Bitung termasuk kedalam angkatan kerja. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) mengalami kenaikan pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012. Pasar tenaga kerja Kota Bitung ditandai dengan tingginya angka kesempatan kerja. Hal ini dapat dilihat pada tingginya persentase penduduk usia kerja yang bekerja yang besarnya mencapai sekitar 89 % pada tahun 2013. Tingkat pengangguran pada periode tahun 2012-2013 mengalami peningkatan.

1.4. Mata Pencaharian dan Pendapatan Keluarga

Pertanian masih merupakan sektor dominan untuk menopang pendapatan dan sumber mata pencaharian penduduk di daerah sekitar wilayah KPHL Unit VI. Dari aspek pembangunan pertanian masalah kependudukan yang perlu mendapat perhatian adalah bertambahnya jumlah rumah tangga buruh tani

RPHJP KPHL UNIT VI MINAHASA UTARA-BITUNG-MANADO 64 (petani yang tidak memiliki lahan pertanian). Persentase rumah tangga buruh tani di sekitar wilayah KPHL Unit VI cenderung meningkat dari tahun ke tahun > 75 % artinya tingkat ketergantungan terhadap lahan pertanian tergolong tinggi.

Sektor non formal yang cukup signifikan memberi kontribusi pada pendapatan penduduk adalah tukang, buruh bangunan, dan tukang ojek. Sedangkan sektor formal yakni Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan POLRI dan TNI, serta pegawai swasta.

Pekerjaan sebagai tukang (bas) menyerap tenaga kerja cukup besar yakni sekitar 20 – 25 % penduduk usia kerja di setiap desa bekerja sebagai tukang bangunan baik sebagai Kepala Tukang maupun sebagai pembantu (kenek). Tingginya permintaan tenaga kerja buruh bangunan didorong oleh adanya aktivitas pembangunan fisik baik yang dilakukan pemerintah maupun swasta yang cukup besar baik di sekitar kawasan hutan maupun di wilayah Manado, Bitung dan daerah lainnya.

Sesuai hasil wawancara respoden yang diambil di 5 desa yang terletak di sekitar Wilayah KPHL Unit VI rata-rata pendapatan penduduk petani di daerah ini pada tahun 2014 berkisar antara Rp 1.250.000,- – Rp. 1.750.000,- per bulan. Tanaman utama yang diusahakan meliputi jagung, dan kacang-kacangan serta tanaman perkebunan kelapa. Upah buruh tani harian rata-rata berkisar antara Rp 70.000,- - Rp. 100.000,-. Selanjutnya upah harian tertinggi diperoleh tukang bangunan yang berkisar antara Rp 90.000,- – Rp. 100.000,-.

RPHJP KPHL UNIT VI MINAHASA UTARA-BITUNG-MANADO 65 Pendapatan usahatani yang cukup tinggi dan sangat potensial di wilayah sekitar KPHL Unit VI yakni perikanan air tawar. Hasil perkiraan pendapatan usahatani budidaya air tawar dengan pemeliharaan intensif sebagaimana dikemukakan bapak Charles Kamagi di Desa Dimembe pendapatan untuk luasan 1 ha dengan 5 Unit kolam ditaksir sebesar 88 juta rupiah rata-rata 20 – 25 juta per bulan, dengan curahan tenaga kerja sebanyak 30 – 35 HOK.

Pendapatan dari usahatani padi sawah juga memberikan kontribusi yang cukup tinggi bagi penduduk di wilayah yang memiliki lahan sawah seperti Kecamatan Dimembe dan Talawaan. Sesuai hasil wawancara terhadap petani sawah dengan informan bapak Alfrets Tangkudung diperoleh informasi bahwa bila padi sawah dikelola sistem usahatani intensif, dapat menghasilkan produksi sebesar 6 ton ha-1 dengan perkiraan pendapatan bersih Rp. 14.368.000,-/ha.

Pendapatan penduduk tani di wilayah sekitar KPHL Unit VI tersebut banyak dipengaruhi oleh kondisi ekonomi pertanian, terutama harga-harga produk pertanian baik harga input maupun harga output. Pada saat harga-harga produk pertanian meningkat, maka pendapatan masyarakatnya cenderung meningkat. Demikian juga sebaliknya, jika harga produk pertanian turun, maka pendapatan masyarakat cenderung menurun pula.

1.5. Migrasi Penduduk

Semakin sempitnya rata-rata luas pemilikan lahan, maka luas usahatani semakin kecil, land-man ratio rendah, akibatnya kemampuan usahatani untuk memenuhi kebutuhan hidup petani secara layak yaitu kebutuhan pangan,

RPHJP KPHL UNIT VI MINAHASA UTARA-BITUNG-MANADO 66 sandang dan papan menjadi berkurang. Tingkat migrasi penduduk yang cukup tinggi merupakan gejala umum di daerah lahan kering wilayah DAS, sehingga jumlah tenaga kerja produktif di desa menjadi terbatas. Tingginya tingkat migrasi tersebut berkaitan dengan perbaikan tingkat pendidikan kaum muda dan rendahnya kesempatan berusaha di desa. Migrasi penduduk terjadi musiman berkaitan dengan terbukanya lapangan kerja sementara di di daerah lain seperti kegiatan panen cengkih di wilayah sentra produksi cengkih mengakibatkan banyak tenaga kerja beralih profesi sementara menjadi pemetik cengkeh di desa lain.

Migrasi penduduk sementara juga terjadi akibat adanya kegiatan tambang rakyat di beberapa daerah di Sulawesi Utara serta aktivitas pembangunan fisik seperti pembangunan rumah pribadi, pengembangan perumahan dan property swasta serta pembangunan infrastruktur pemerintah. Dari kecenderungan tersebut, maka di masa mendatang, keterbatasan tenaga kerja keluarga merupakan kendala pengembangan usaha tani yang menuntut curahan tenaga lebih intensif. Modal juga merupakan kendala pengembangan, khususnya untuk budidaya tanaman komersial yang membutuhkan modal relatif besar, sehingga hanya petani mampu saja yang dapat mengusahakannya. Petani yang bermodal lemah hanya dapat mengusahakannya dalam jumlah terbatas. Meningkatnya biaya tenaga kerja memberi peluang bagi pengembangan hutan tanaman yang relatif membutuhkan tenaga kerja lebih sedikit karena pemeliharaan tanaman yang tidak intensif sebagaimana tanaman perkebunan dan tanaman semusim.

RPHJP KPHL UNIT VI MINAHASA UTARA-BITUNG-MANADO 67 Hasil wawancara diperoleh informasi bahwa terjadi migrasi penduduk secara musiman, terutama rumahtangga petani lahan kering yang berpindah sementara untuk mendapatkan pekerjaan dari sector konstruksi, pertambangan di daerah lainnya. Sebagai contoh giatnya pembangunan fisik di kota Menado membutuhkan banyak tenaga kerja termasuk tukang dan buruh bangunan. Para pekerja meninggalkan kampung dan bekerja selama 5 – 6 hari dan hanya kembali ke rumah pada hari minggu untuk tujuan beribadah dan beristi rahat.

2. Harga Input dan output usahatani

Kebutuhan Hidup Layak (KHL) sebagai suatu ukuran besar pendapatan petani yang mampu membiayai kebutuhan non pertanian yang meliputi pakaian, pendidikan, perumahan, kesehatan, sosial dan keagamaan, rekreasi dan tabungan. Analisis usahatani beberapa jenis tanaman semusim yang potensial di wilayah studi memperlihatkan bahwa hanya usahatani padi sawah dan usaha budidaya ikan air tawar yang dapat memberikan jaminan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup layak (KHL). Rekapitulasi hasil analisis beberapa komoditas yang potensial memberikan pendapatan untuk memenuhi KHL di desa-desa sekitar wilayah KPHL Unit VI disajikan pada Tabel 27.

RPHJP KPHL UNIT VI MINAHASA UTARA-BITUNG-MANADO 68 Tabel 27. Hasil Perhitungan Input-Output Usahatani Jenis Komoditas

Pangan Unggulan Minahasa Utara Khususnya di Areal MDM Sub DAS Talawaan

Jenis Komoditas Pendapatan

Panen/ha (Rp) Pendapatan ha/tahun (Rp) Rata-rata/bulan (Rp) Jagung 10.297.500 20.595.000 1.716.250* Kacang tanah 10.405.000 20.810.000 1.734.167* padi sawah 16.936.000 33.872.000 2.822.667

Ikan air tawar 88.000.000 176.000.000 14.666.667

Keterangan * tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup layak.

3. Sosial budaya

3.1. Kelembagaan informal di desa

Terbentuknya institusi pada tingkat lokal atau lembaga masyarakat baik formal maupun informal sangat diharapkan dalam pengelolaan hutan berasaskan kelestarian. Kelembagaan yang terdapat hampir disetiap desa yang dijadikan sample kegiatan inventarisasi sosial budaya masyarakat baik itu kelembagaan formal maupun informal. Adapun kelembagaan pemerintah desa yang terdapat pada desa sampel sebagai berikut :

1). Kepala Desa (pimpinan pemerintah di tingkat desa)

Kepala Desa sebagai pemegang pucuk pimpinan tertinggi di suatu desa dalam melaksanakan tugasnya selalu berdampingan dengan Badan Permusyawatan Desa (BPD) untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan. Sesuai hasil wawancara beberapa tokoh masyarakat di desa sampel diperoleh informasi secara umum bahwa Kepala Desa merupakan

RPHJP KPHL UNIT VI MINAHASA UTARA-BITUNG-MANADO 69 seorang yang menjadi panutan, setiap perkataan dan tindak tanduknya sangat dihormati dan dihargai.

2). Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan lembaga perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Anggota BPD yaitu wakil dari penduduk desa bersangkutan sesuai keterwakilan wilayah. Anggota BPD terdiri dari Ketua Rukun Warga, pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat.

BPD berfungsi menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Badan ini juga berfungsi sebagai penasehat dan pendamping kepala desa dalam melakukan tugasnya dan ikut serta membantu dalam hal pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan kemajuan desa. Seorang Ketua BPD dan anggotanya merupakan orang-orang yang dihormati dan terpandang oleh masyarakat.

3). Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)

Optimalisasi kelembagaan masyarakat khususnya LPM yang telah ada diharapkan mampu menjadi wahana penyaluran aspirasi dan aktualisasi masyarakat dalam pengelolaan hutan. Tugas LPM sangat mendukung pihak pemerintahan desa dalam mengambil dan memutuskan segala aturan dan kebijakan yang ada di desa tersebut. Keberadaan lembaga masyarakat sangat diharapkan dalam upaya

RPHJP KPHL UNIT VI MINAHASA UTARA-BITUNG-MANADO 70 menjembatani setiap program yang ada dalam mengimplementasikannya di lapangan sehingga program-progam yang ada tidak mubazir. Supaya kelembagaan yang ada dapat berjalan dengan baik, harus mempunyai keanggotaan yang jelas, mempunyai aturan yang disepakati bersama seluruh anggota, dan mempunyai program yang jelas dan realistis.

3.2 Kelembagaan Ekonomi

Kelembagaan ekonomi terdiri dari kelompok-kelompok masyarakat yang berorientasi profit (keuntungan) dan dibentuk di desa berbasiskan pada pengelolaan sektor produksi dan distribusi. Contoh dari kelembagaan ekonomi adalah koperasi, kelompok tani, kelompok pengrajin, perseroan terbatas yang ada di desa.

Kelembagaan ekonomi yang terdapat di desa sampel sebagai berikut :

(1). Koperasi Simpan Pinjam, dan wadah lain yang memberikan simpan pinjam Wadah tersebut membantu masyarakat dalam mengembangkan usaha mereka, dan dapat juga berfungsi memberikan solusi bagi masyarakat untuk membantu/menopang pengeluaran yang mendadak.

(2). Kelompok Tani

Kelompok tani merupakan kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. pada dasarnya adalah organisasi non

RPHJP KPHL UNIT VI MINAHASA UTARA-BITUNG-MANADO 71 formal di perdesaan. Pada 12 desa terdapat kelompok tani yang berfungsi membantu petani untuk meningkatkan hasil pertanian masyarakat desa dan kelompok tersebut juga merupakan kelompok tani hutan untuk tujuan Kebun Bibit Rakyat (KBR).

Dalam dokumen NOMOR : LP. 115/BPKH VI-3/2015 TAHUN 2015 (Halaman 77-90)

Dokumen terkait