• Tidak ada hasil yang ditemukan

Risalah wilayah KPH

Dalam dokumen NOMOR : LP. 115/BPKH VI-3/2015 TAHUN 2015 (Halaman 33-51)

Wilayah yang ditetapkan sebagai KPHL Unit VI Minahasa Utara-Bitung-Manado, secara geografis terbentang dari 1° 25′ 3″ - 1° 52′ 36″ LU dan 124° 49′ 6″ - 125° 16′ 37″ BT. Luas Wilayah KPHL Unit VI berdasarkan hasil perhitungan digital terhadap penunjukan kawasan hutan di Provinsi Sulawesi Utara berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK. 734/Menhut-II/2014 adalah lebih kurang 27.100,52 ha, dengan rincian fungsi lindung seluas lebih kurang 17.628,48 ha dan fungsi produksi seluas lebih kurang 9.472,03 ha. Ciri khas KPHL Unit VI yaitu mencakup wilayah pulau-pulau di Minahasa Utara dan Bitung terdiri atas 11 pulau tidak berpenghuni dan 2 pulau berpenghuni yaitu Pulau Lembeh dan Pulau Bangka.

Berdasarkan wilayah administratif pemerintahan sekitar 79 % dari luas wilayah KPHL Unit VI terletak di Kabupaten Minahasa Utara diikuti Kota Bitung sekitar 21 % dan Kota Manado sekitar 0.1 % . Adapun batas-batas wilayah KPHL Unit VI sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Sulawesi.

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Minahasa dan Kabupaten Minahasa Selatan.

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Maluku. d. Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Sulawesi.

RPHJP KPHL UNIT VI MINAHASA UTARA-BITUNG-MANADO 15 2. Aksessibilitas

Wilayah KPHL Unit VI Minahasa Utara-Bitung-Manado terletak di kawasan strategis ditinjau dari kepentingan pembangunan ekonomi Provinsi Sulawesi Utara, memiliki aksesibilitas yang tergolong tinggi. Hal ini didukung dengan tersedianya jalan yang menghubungkan Kota Manado – Minahasa Utara dan Kota Bitung, baik melalui jalan utama Manado-Bitung, juga terdapat jalan sepanjang pantai Timur yang menghubungkan Kota Manado dan Kota Bitung yang melewati desa-desa sepanjang pantai Timur. Selain itu semua desa dan ibu kota kecamatan di wilayah sekitar kawasan KPHL terhubung dengan prasarana jalan beraspal. Selanjutnya untuk wilayah KPHL yang berupa pulau seperti HPT Pulau Talise dan HPT Pulau Bangka, HL Lembeh tersedia prasarana perhubungan laut diantaranya pelabuhan laut Bitung, Likupang, pelabuhan perikanan Munte. Sarana perhubungan ke pulau-pulau sekitarnya dilayani melalui transportasi tradisional berupa perahu penumpang motor temple dan speed boat yang dapat ditempuh selama lebih kurang 1-3 jam.

Prasarana transportasi yang mendukung aksessibilitas antar pulau diantaranya pelabuhan Manado, pelabuhan perikanan Munte dan pelabuhan samudera Bitung. Selain itu disekitar wilayah KPHL Unit VI terdapat Bandar Udara Sam Ratulangi yang menghubungkan wilayah Sulawesi Utara dengan kota-kota besar di Indonesia bahkan mancanegara. Untuk mencapai wilayah KPHL Unit VI dari pelabuhan Kota Manado atau Bandara Sam Ratulangi Manado dapat ditempuh dengan waktu lebih kurang 30 menit, namun dari pelabuhan Kota Bitung dapat ditempuh dengan waktu lebih kurang 45 menit. Aksessibilitas yang tinggi tersebut diharapkan dapat menjadi

RPHJP KPHL UNIT VI MINAHASA UTARA-BITUNG-MANADO 16 faktor pendorong dan daya tarik bagi investor untuk akselerasi pembangunan kehutanan di wilayah KPHL Unit VI Minahasa Utara-Bitung-Manado yang pada akhirnya memberi dampak bagi pembangunan wilayah secara keseluruhan.

3. Sejarah Wilayah KPHL Unit VI

Wilayah KPHPL Unit VI merupakan penggabungan beberapa kelompok kawasan HL dan Hutan Produksi yang berada di Minahasa Utara, Bitung dan Manado. Kelompok kawasan hutan dimaksud diantaranya : (1) kelompok hutan bakau Tanjung Pisok (Peta Penunjukkan Kawasan Hutan dan perairan Sulawesi Utara nomor lembar 2416 (lampiran SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 452/Kpts-II/99 tanggal 17 Juni 1999) sebagai kawasan Hutan, (2) Kelompok HL Gn. Wiau nomor lembar 2417 sebagai HL, (3) HL Saoan I pada tahun 1932 sebagai kawasan HL yang dipertegas dengan Keputusan Menteri Kehutanan No. 452/Kpts-2/1999, (4) HL Gn. Saoan II ditunjuk sebagai HL pada tahun 1932., dipertegas penunjukan melalui keputusan menteri kehutanan nomor 250/Kpts-II/UM/1984 tanggal 20 Desember 1984. (5) Kelompok HL Tg Pulisan, (6) HL Gn. Klabat, (6) kelompok hutan Gn Wiau, (7) kelompok hutan Bakau Likupang dan (8) Kelompok Hutan Pulau Bangka dan Kelompok Hutan Produksi Terbatas Gn. Wiauw dan Gn. Saoan (SK penunjukkan Nomor 452/Kpts-II/1999 tentang penunjukkan kawasan hutan dan wilayah perairan propinsi Dati I Sulawesi Utara. (9) HL Pulau Lembeh yang ditetapkan sebagai Kawasan HL berdasarkan SK Menteri Kehutanan Nomor 330/Kpts-II/2003 tanggal 23 September tentang penetapan P. Lembeh seluas 620.52 ha sebagai fungsi Lindung.

RPHJP KPHL UNIT VI MINAHASA UTARA-BITUNG-MANADO 17 Wilayah hutan KPHL Unit VI ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK. 734/Menhut-II/2014 seluas ± 29.380 ha. Kemudian sesuai hasil perhitungan digital terhadap Penunjukan Kawasan Hutan di Provinsi Sulawesi Utara berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK. 734/Menhut-II/2014 terdapat perubahan luas sehingga menjadi lebih kurang 27.100,51 ha dengan rincian fungsi lindung seluas 17.628,48 ha dan fungsi produksi seluas 9.472,03 ha. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Gubernur Sulawesi Utara Nomor 34 Tahun 2015 tentang Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) pada Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Utara telah menetapkan tugas pokok dan struktur kelembagaan pengelolaan KPHL Unit VI Minahasa Utara-Bitung-Manado.

4. Potensi wilayah KPHL Unit VI a. Potensi wisata alam

Potensi wisata alam pantai hingga pegunungan merupakan suatu keunggulan komparatif dari kawasan KPHL Unit VI. Sebagian lokasi wisata alam telah dikenal dan dimanfaatkan. Wisata alam di wilayah KPHL didominasi wisata alam pantai sebanyak 8 lokasi dan wisata alam daratan 2 lokasi. Pengembangan jasa lingkungan untuk pariwisata pantai dan laut tersebut didukung oleh kebijakan Kabinet Kerja tahun 2014-2019 yakni pembangunan ekowisata maritim. Selanjutnya di tingkat daerah Kabupaten Minahasa Utara telah menjadikan wisata sebagai sasaran utama menggerakan pembangunan wilayah.

Peningkatan kunjungan wisata mancanegara diperkirakan akan meningkat tajam seiring dengan kondisi politik stabil dan keamanan nasional yang kondusif.

RPHJP KPHL UNIT VI MINAHASA UTARA-BITUNG-MANADO 18 Dilain pihak Negara tujuan wisata yang popular mengalami gejolak keamanan akibat ancama teroris. Dengan demikian produk jasa lingkungan ke depan akan memberikan kontribusi bagi pembangunan wilayah dan harus dimanfaatkan oleh pengelola KPHL Unit VI sebagai peluang besar.

Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke daerah Sulawesi Utara mencapai 22.009 orang turis pada periode bulan Januari - Mei 2015 atau naik 64,7% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebanyak 13.356 kunjungan. Sesuai data Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Sulawesi Utara, kunjungan wisman tertinggi terjadi pada bulan Februari 2015 sebanyak 7.603 orang turis dan Maret 2015 sebanyak 6.042 orang turis. Sementara itu, jumlah kunjungan wisatawan nusantara (domestik) sampai dengan Mei 2015 tercatat sebanyak 344.182 orang atau tumbuh 11,1% dibandingkan dengan pencapaian periode yang sama tahun lalu. Wisatawan berkebangsaan Jerman menempati urutan tertinggi diikuti bangsa Jepang, Amerika Serikat, Singapura, Inggris, Prancis Belanda, Hong Kong, Tiongkok, dan Malaysia (Bisnis.com 29/06/2015). b. Potensi Jasa Lingkungan (sumberdaya air)

Potensi mata air yang berasal dari kawasan hutan di wilayah KPHL Unit VI tergolong tinggi dan telah berkontribusi bagi pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat desa dan perkotaan serta digunakan untuk industry air mineral, budidaya air tawar serta rekreasi alam berbasis air (kolam pemancingan, wisata kuliner) yang saat ini berkembang di Minahasa Utara. Ketersediaan air yang memadai juga merupakan prasyarat terlaksananya pembangunan yang telah

RPHJP KPHL UNIT VI MINAHASA UTARA-BITUNG-MANADO 19 direncanakan di sekitar KPHL Unit VI Minahasa Utara-Bitung-Manado sebagai kawasan ekonomi tumbuh cepat dan kawasan industri, infrastruktur transportasi dan pariwisata.

Peran strategis kawasan HL di wilayah KPHL bagi penyangga kehidupan sosial ekonomi masyarakat yaitu menjamin fungsi hidroorologis kawasan untuk menjaga agar wilayah hutan berfungsi secara optimal dalam meningkatkan ketersediaan air tanah dan air permukaan bagi kebutuhan saat ini maupun generasi yang akan datang yang tentunya membutuhkan air yang makin besar.

Mengacu pada data proyeksi kebutuhan air bersih penduduk di Sulawesi Utara secara umum dan penduduk di wilayah Kota Manado hingga Kota Bitung khususnya, terlihat bahwa kawasan hutan di wilayah KPHL Unit VI memiliki peran yang sangat strategis untuk menjaga sistem tata air dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup mendasar yaitu air bagi kelangsungan hidup generasi yang akan datang.

c. Potensi Tegakan dan HHBK serta Kanekaragaman Hayati

Hasil inventarisasi biogiofisik menunjukkan bahwa kawasan hutan KPHL Unit VI, masih memiliki potensi kayu walaupun sekitar 60 % dari luas wilayahnya telah diokupasi masyarakat menjadi kebun. Potensi tegakan pada hutan lahan kering ditemukan sebanyak 435 pohon dengan jenis dominan adalah tayapu (Trema

orientalis) 58 pohon dengan volume 50,58 m³, kananga (Cananga odorata

Hook.f.et.Th) sebanyak 45 pohon dengan volume 38,20 m³ makembes (Eugenia

RPHJP KPHL UNIT VI MINAHASA UTARA-BITUNG-MANADO 20 mangrove 347 pohon/2plot terdiri atas 8 jenis dengan jenis yang dominan yakni

Avicenia marina sebanyak 83 pohon, diikuti jenis Rhizophora stylosa sebanyak

64 pohon dan jenis Xylocarpus spp sebanyak 56 pohon.

Selain potensi tegakan alamiah juga terdapat potensi kayu hutan rakyat yang dikembangkan masyarakat disekitar wilayah KPHL Unit VI. Potensi tersebut menggambarkan animo dan daya tarik usaha kehutanan sudah mulai berkembang. Kondisi ini dapat menjadi dasar pengembangan pemberdayaan masyarakat. Berdasarkan hasil sensus pertanian tahun 2013 aktifitas ekonomi rumah tangga dalam budidaya kehutanan mengalami peningkatan sebesar 23 % pada periode tahun 2003 -2013. Aktifitas yang dominan adalah budidaya tanaman kehutanan termasuk penangkaran satwa dan pemungutan hasil hutan non kayu.

Selain hasil hutan kayu juga terdapat komoditas HHBK yang telah dihasilkan di dalam dan sekitar wilayah KPHL Unit VI, diantaranya industri rumah tangga gula aren, industri makanan ringan dengan bahan baku kenari dan pengambangan tanaman jahe untuk tanaman obat dan bumbuh masak.

d. Potensi non Kehutanan

Potensi non kehutanan yang dominan di wilayah KPHL Unit VI yakni tambang emas, biji besih dan galian C (pasir). Pemanfaatan kawasan secara legal seperti: Izin Usaha Pertambangan yakni PT. Meares Soputan Mining, PT. Mikgro Metal Perdana dan PT. Tambang Tondano Nusajaya. Dari IUP tersebut diatas terdapat Izin pinjam pakai kawasan untuk Eksplorasi yakni PT. Maeras Soputan Mining

RPHJP KPHL UNIT VI MINAHASA UTARA-BITUNG-MANADO 21 melalui Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: 8/1/IPPKH/PMA/2015 tanggal 8 April 2015 yang berada di kawasan hutan HPT Gn. Wiau seluas 1.830,62 ha dan Tambang Tondano Nusa Jaya melalui Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: 3/1/IPPKH/PMA/2015 tanggal 18 Maret 2015 yang berada di kawasan hutan HPT Gn. Saoan seluas 6.091,87 ha.

Tugas pengelola KPHL Unit VI yaitu memastikan penggunaan kawasan sesuai dengan peraturan yang berlaku, menjamin hak-hak Negara atas kawasan hutan serta proses rehabilitasi dan reklamasi berlangsung sesuai dengan ketentuan. Selain aktifitas legal sebagaimana disajikan pada Tabel 31 juga terdapat Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) oleh masyarakat di HPT Gn. Saoan Kecamatan Talawaan serta pengambilan pasir di sekitar HL. Gn. Klabat. Tugas KPHL Unit VI yakni menertibkan dan melakukan pemberdayaan masyarakat agar penggunaan kawasan hutan tersebut bersifat legal serta dapat menjamin kelestarian lingkungan.

e. Potensi pasar output

Potensi pasar output hasil pengelolaan sumberdaya hutan tergolong tinggi. Pasar output yang dimaksud mencakup produk tangible seperti : industri polywood, industri pengolahan kayu perkakas, industri pemanfaatan HHBK (gula aren dan kenari ) serta potensi jumlah penduduk tinggi dengan pendapatan yang tergolong cukup sebagai pengguna hasil hutan dan jasa lingkungan. Kondisi ini ditopang oleh prasarana transportasi seperti pelabuhan laut dan udara yang

RPHJP KPHL UNIT VI MINAHASA UTARA-BITUNG-MANADO 22 dapat meningkatkan nilai kompetitif dan komparatif produk yang dihasilkan. Prospek pasar output ditopang oleh letak strategis wilayah sekitar kawasan hutan KPHL Unit VI yang ditetapkan sebagai kawasan strategis nasional untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi yaitu sebagai Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Manado-Bitung, kawasan strategis propinsi KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) Tanjung Merah Bitung dan kawasan industri koridor Bitung - Kema – Airmadidi

4. Pembagian Blok wilayah KPHL Unit VI

Berdasarkan dokumen hasil tata hutan diperoleh informasi bahwa wilayah KPHL Unit VI Minahasa Utara-Bitung-Manado terdiri atas 2 blok yaitu Blok HL dan Blok Hutan Produksi. Blok HL seluas 17.628,49 ha terdiri dari Blok Inti seluas 5.287,85 (30 %) dan Blok Pemanfaatan seluas 12.340,64 ha (70 %). Selanjutnya Blok HP seluas 9.472,03 ha terbagi atas Blok Pemberdayaan seluas 7.220,47 ha (76,23 %) dan Blok Pemanfaatan Kawasan, Jasa Lingkungan dan HHBK seluas 2.251,56 ha (23,37 %). Deskripsi luasan dan jumlah petak masing-masing blok disajikan pada Tabel 1. Adapun peta distribusi petak menurut pembagian blok disajikan pada peta lampiran.

RPHJP KPHL UNIT VI MINAHASA UTARA-BITUNG-MANADO 23 Tabel 1. Pembagian Blok Wilayah KPHL Unit VI Minahasa Utara-Bitung-

Manado

Fungsi kawasan

Kategori Blok Nama Kawasan

hutan

Jumlah petak

Luas (±ha)

HL Blok Inti HL Gn. Klabat 11 2.481,88

HL Gn. Saoan I 2 506,12

HL Gn. Wiau 9 2.299,84

Blok Pemanfaatan HL Bakau Likupang 21 2.413,32

HL Bakau Tg. Pisok 2 32,81 HL Gn. Klabat 13 3.136,00 HL Gn. Saoan I 5 1.148,17 HL Gn. Saoan II 1 202,84 HL Gn. Wiau 15 3.994,60 HL P. Bangka 10 123,08 HL P. Lembeh 3 579,44 HL Pulau Mandar 1 1 4,93 HL Pulau Mandar 2 1 0,52 HL Pulau Mandar 3 1 1,22 HL Pulau Mandar 4 1 0,77 HL Pulau Napodaong 1 2,11 HL Pulau Napomanuk 1 4,50 HL Pulau Paniki 1 74,31

HL Pulau Paniki Kecil 1 1,69

HL Pulau Resaan 1 10,97 HL Pulau Tamperong 1 187,47 HL Pulau Tamperong Kecil 1 0,65 HL Tg. Pulisan 2 421,23

HPT Blok Pemberdayaan HPT Gn. Saoan 1 3.497,39

HPT Gn. Wiau 1 2.679,65

HPT P Bangka 1 204,93

HPT P. Talise 1 838,51

Blok Pemanfaatan Kawasan, Jasa

Lingkungan dan HHBK HPT Gn. Saoan 7 660,55

HPT Gn. Wiau 12 1.085,70

HPT P Bangka 5 505,31

RPHJP KPHL UNIT VI MINAHASA UTARA-BITUNG-MANADO 24 4.1. Hutan Lindung (HL)

HL di wilayah KPHL Unit VI terbagi atas HL daratan meliputi : HL Gn. Klabat, HL. Gn Saoan I dan HL Gn. Wiau dengan luas keseluruhan 5.287,85 ha dan HL mangrove mencakup 13 areal baik yang terdapat di sepanjang pesisir pantai, juga dalam bentuk pulau-pulau kecil yang tidak berpenghuni yang sebagian besar ditumbuhi oleh vegetasi mangrove. Uraian pembagian blok pada HL dataran adalah sebagai berikut :

1) Blok Inti

Kawasan HL pada KPHL Unit VI yang dialokasikan untuk blok inti seluas 5.287,85 ha berada pada kawasan HL Gn. Klabat seluas 2.481,88 ha , HL. Gn. Saon I dengan luas 506,12 ha dan HL. Gn. Wiau seluas 2.299,84 ha. Berdasarkan arahan RKTN sebagian besar blok inti diperuntukan sebagai perlindungan hutan alam dan atau untuk stok karbon seluas 4.573,05 ha ( 86,48 %) dan arahan usaha skala besar dan arahan usaha skala kecil seluas 714,85 ha ( 13,52 %). Blok inti bertujuan untuk perlindungan tata air habitat satwa, serta flora dan fauna asli. Rincian arahan arahan RKTN untuk blok inti tersebut disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Arahan RKTN Blok inti Kawasan HL pada KPHL Unit VI

No Arahan RKTN Luas (ha) %

1 APL 127,30 2,41

2 Arahan HA dan Gambut 4.573,05 86,48

3 Arahan untuk Rehabilitasi 272,07 5,15

4 Arahan Usaha Skala Besar 3,87 0,07

5 Arahan Usaha Skala Kecil 311,55 5,89

RPHJP KPHL UNIT VI MINAHASA UTARA-BITUNG-MANADO 25 Selanjutnya dalam upaya penyusunan rencana perlakuan pengelolaan kawasan blok inti tersebut dibagi dalam 22 petak dengan rincian luas, jumlah dan nomor petak masing-masing kawasan disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Pembagian Petak pada Blok Inti

Kawasan Hutan No Petak Luas (ha)

1. HL Gn. Klabat HL100 259.72 HL101 212.14 HL102 203.71 HL103 201.34 HL104 205.38 HL105 205.39 HL95 220.90 HL96 212.81 HL97 236.42 HL98 298.05 HL99 226.03 2. HL Gn. Saoan I HL52 225.49 HL53 280.63 3. HL Gn. Wiau HL62 203.30 HL63 272.91 HL64 277.29 HL66 299.29 HL67 213.30 HL68 211.09 HL69 300.19 HL71 256.66 HL78 265.83

Berdasarkan penelusuran penggunaan kawasan hutan untuk pertambangan didapatkan bahwa pada blok inti kawasan HL terdapat wilayah pertambangan PT. Meares Soputan Mining dan PT. Tambang Tondano Nusajaya. Letak wilayah pertambangan tersebut secara rinci disajikan pada Tabel 4. Menurut ketentuan pertambangan pada kawasan HL hanya dapat dilaksanakan dengan pola tambang

RPHJP KPHL UNIT VI MINAHASA UTARA-BITUNG-MANADO 26 tertutup atau bawah tanah. Pola pertambangan terbuka hanya dikecualikan bagi 13 izin pertambangan sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor : 41 Tahun 2004.

Tabel 4. Letak dan Luas Izin Usaha Pertambangan pada Blok Inti HL

No. Pemegang IUP Nama Kawasan Luas (ha) %

1 PT. Meares Soputan Mining HL Gn. Wiau 14,12 0,27

2

PT. Tambang Tondano Nusajaya

HL Gn. Saoan I 506,12 9,57

HL Gn. Wiau 1999,30 37,81

3 Non IUP HL Gn. Klabat 2481,88 46,94

HL Gn. Wiau 286,43 5,42

Jumlah - 5287,85 100,00

2. Blok Pemanfaatan

Kawasan HL pada KPHL Unit VI yang dialokasikan untuk blok pemanfaatan seluas 12.340,64 ha berada pada kawasan HL Bakau Likupang seluas 2.413,32 ha, HL Bakau Tg. Pisok seluas 32,81 Ha, HL Gn. Klabat seluas 3.136,00 Ha, HL Gn. Saoan I seluas 1.148,17 Ha, HL Gn. Saoan II seluas 202,84 ha, HL Gn. Wiau seluas 3.994,60 ha, HL P. Bangka seluas 123,08 ha, HL P. Lembeh seluas 579,44 ha, HL Pulau Mandar 1 seluas 4,93 ha, HL Pulau Mandar 2 seluas 0,52 ha, HL Pulau Mandar 3 seluas 1,22 ha, HL Pulau Mandar 4 seluas 0,77 ha, HL Pulau Napodaong seluas 2,11 ha, HL Pulau Napomanuk Seluas 4,50 ha, HL Pulau Paniki, seluas 74,31, ha, HL Pulau Paniki Kecil seluas 1,69 ha, HL Pulau Resaan seluas 10,97 ha, HL Pulau Tamperong seluas 187,47 ha, HL Pulau Tamperong Kecil seluas 0,65 ha, HL Tg. Pulisan seluas 421,23 ha

RPHJP KPHL UNIT VI MINAHASA UTARA-BITUNG-MANADO 27 Berdasarkan dokumen RKTN blok pemanfaatan terdiri atas arahan rehabilitasi seluas 3.826,16 ha (31 %), arahan perlindungan hutan alam untuk stok karbon seluas 3.270,25 ha (26,50 %) dan arahan usaha skala kecil seluas 3.170,84 (25,69 %) dan arahan APL seluas 127.3 ha (2.41%). Arahan usaha skala besar dan usaha skala kecil pada Blok Pemanfaatan HL bertujuan untuk pemanfaatan dan pengembangan potensi jasa lingkungan, potensi hasil hutan non kayu, potensi lainnya dengan tetap mempertahankan fungsi kawasan. Rincian arahan Blok Pemanfaatan berdasarkan RKTN disajikan pada Tabel 5 berikut ini.

Tabel 5. Arahan RKTN Blok pemanfaatan HL di wilayah KPHL Unit VI

No. Jenis Arahan Luas (ha) Persentase (%)

1 APL 1.874,90 15,19

2 Arahan HA dan Gambut 3.270,25 26,50

3 Arahan untuk Konservasi 62,32 0,50

4 Arahan untuk Rehabilitasi 3.826,16 31,00

5 Arahan Usaha Skala Besari 136,17 1,10

6 Arahan Usaha Skala Kecil 3.170,84 25,69

Jumlah 12.340,64 100,00

Selanjutnya dalam penyusunan rencana perlakuan pengelolaan pada blok pemanfaatan kawasan HL dibagi dalam 86 petak yang mencakup HL daratan dan HL mangrove dengan rincian luas, jumlah dan nomor petak masing-masing kawasan disajikan pada Tabel 6.

RPHJP KPHL UNIT VI MINAHASA UTARA-BITUNG-MANADO 28 Tabel 6. Jumlah Petak pada Blok Pemanfaatan Kawasan HL

pada KPHL Unit VI Minahasa Utara-Bitung-Manado Nama Kawasan Kode dan Nomor Petak Luas (ha)

1 2 3 HL Bakau Likupang HL13 5,57 HL14 2,70 HL15 48,88 HL16 205,70 HL17 245,50 HL18 293,63 HL19 235,71 HL22 204,00 HL23 93,88 HL28 11,85 HL29 27,51 HL30 187,52 HL31 11,13 HL32 106,31 HL33 158,13 HL34 217,72 HL39 148,09 HL41 40,01 HL42 108,86 HL43 9,79 HL46 50,84 HL. P. Bangka HL 1 – HL 10 123.08 HL. Tg. Pulisan HL 44, HL 45 421.23 HL Bakau Tg. Pisok HL11 27,86 HL12 4,95 HL Gn. Klabat HL82 227,77 HL83 213,60 HL84 203,77 HL85 247,48 HL86 225,57 HL87 211,39 HL88 237,21 HL89 284,18 HL90 295,92 HL91 229,57

RPHJP KPHL UNIT VI MINAHASA UTARA-BITUNG-MANADO 29 Nama Kawasan Kode dan Nomor Petak Luas (ha)

1 2 3 HL92 226,02 HL93 255,29 HL94 278,23 HL Gn. Saoan I HL47 228,53 HL48 207,39 HL49 226,92 HL50 233,17 HL51 252,15 HL Gn. Saoan II HL54 202,84 HL Gn. Wiau HL55 250,96 HL56 112,20 HL57 242,87 HL. P. Lembeh HL 106-108 579.44

4.2. Blok Hutan Produksi 1). Blok Pemberdayaan

Pada blok pemberdayaan terdapat areal pencadangan HTR yang diterbitkan oleh Menteri Kehutanan seluas lebih kurang 7.220,47 ha terdapat pada HPT. P. Talise, HPT P. Bangka, HPT Gn. Saoan dan HPT Gn. Wiau. Berdasarkan alasan tersebut maka blok yang telah memiliki izin usaha ditetapkan sebagai blok pemberdayaan yang didalamnya tetap mengakomodir luas HTR yang telah memiliki izin pemanfaatan kawasan hutan seluas 922.78 ha.

Blok pemberdayaan yang terdapat areal pencadangan HTR dengan luas areal seluas 7.220,47 ha tersebar di 4 kawasan HPT yaitu: HPT Gn. Saoan seluas 3.497,39 ha, HPT Gn. Wiau seluas 2.679,65 ha, HPT P. Bangka seluas 204,93 ha dan HPT P. Talise seluas 838,51 ha. Dalam arahan RKTN sebagian besar

RPHJP KPHL UNIT VI MINAHASA UTARA-BITUNG-MANADO 30 merupakan arahan Arahan Usaha Skala Kecil seluas 6.992,27 ha atau sebesar 96,84 %. Rincian jenis dan luas RKTN pada Blok pemberdayaan disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Arahan RKTN pada Blok Pemberdayaan KPHL Unit VI

No Jenis arahan Luas (ha) Persentase (%)

1 APL 195,65 2,71

2 Arahan HA dan Gambut 31,88 0,44 3 Arahan untuk Rehabilitasi 0,66 0,01 4 Arahan Usaha Skala Besari 0,01 0,00 5 Arahan Usaha Skala Kecil 6.992,27 96,84

Jumlah 7.220.47 100,00

Kondisi tutupan lahan pada blok Pemberdayaan sebagian besar telah berubah menjadi pertanian lahan kering campur semak seluas 6.308,58 ha (87,37 %), pertanian lahan kering seluas 436,90 ha (6,05 %), lahan terbuka seluas 196,71 ha (2,72 %). Secara rinci kondisi tutupan lahan masing-masing petak pada blok Pemberdayaan disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Luas dan Izin pada Blok Pemberdayaan KPHL Unit VI

No Nama Kawasan Luas (ha) Yang sudah Izin

1 HPT Gn. Saoan 3.497,39 280,47

2 HPT Gn. Wiau 2.679,65 642,31

3 HPT P Bangka 204,93 -

4 HPT P. Talise 838,51 -

5 Jumlah 7.220,47 922,78

Pada blok pemberdayaan terdapat tumpang tindih perizinan antara areal HTR dengan Izin Usaha Pertambangan (IUP) yakni PT. Meares Soputan Mining, PT.

RPHJP KPHL UNIT VI MINAHASA UTARA-BITUNG-MANADO 31 Mikgro Metal Perdana dan PT. Tambang Tondano Nusajaya. Dari IUP tersebut di atas terdapat Izin pinjam pakai kawasan untuk Eksplorasi yakni PT. Meares Soputan Mining melalui Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: 8/1/IPPKH/PMA/2015 tanggal 8 April 2015 yang berada di kawasan hutan HPT Gn. Wiau seluas 1.830,62 ha dan Tambang Tondano Nusa Jaya melalui Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: 3/1/IPPKH/PMA/2015 tanggal 18 Maret 2015 yang berada di kawasan hutan HPT Gn. Saoan seluas 6.091,87 ha. Rincian IUP Pertambangan pada pada Blok Pemberdayaan di Hutan produksi

Dalam dokumen NOMOR : LP. 115/BPKH VI-3/2015 TAHUN 2015 (Halaman 33-51)

Dokumen terkait