• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

B. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Analisis Deskriptif Bivariat

a. Pengaruh Pengetahuan Ibu Tentang Perkembangan Balita Terhadap Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa sebagian besar ibu dengan pengetahuan cukup tentang perkembangan balita cenderung

memiliki perkembangan balita dengan interpretasi yang sesuai sedangkan sebagian besar ibu memiliki pengetahuan yang kurang memiliki perkembangan balita dengan interpretasi yang meragukan. Hal ini sesuai dengan teori Marimbi (2010) yang memaparkan bahwa pengetahuan ibu yang baik maka akan melakukan pemantauan pada perkembangan balita dan lebih sering memberikan stimulasi

Tabel 2. Tabulasi Silang Perkembangan Balita Berdasarkan Pengetahuan Ibu

Pengetahuan

Perkembangan Balita Total

P value Sesuai % Meragukan % % Baik 105 98 2 2 107 100 0,000 Cukup 109 84 21 16 130 100 Kurang 20 59 14 41 34 100 Jumlah 234 86,3 37 13,7 271 100

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi | Siti Hardianti, Sri Janatri

47

sehingga balita dapat tumbuh kembang secara optimal.

Berdasarkan Tabel 2 menunjukan hasil uji statistik yang dilakukan dengan menggunakan Uji Koefisien Kontingensi didapatkan nilai p-value 0,000 yang berarti H0 ditolak karena nilai p-value< 0,05. Dengan demikian dapat diartikan bahwa ada pengaruh antara pengetahuan ibu tentang perkembangan balita terhadap perkembangan balita dan menunjukan bahwa pengaruh pengetahuan ibu tentang perkembangan balita terhadap perkembangan balita cukup erat. Hal tersebut didukung oleh Tabel 3 yang memperlihatkan bahwa perkembangan balita dengan interpretasi yang meragukan lebih sedikit dialami ibu yang berpendidikan SMP keatas. Hal ini kemungkinan berkaitan dengan semakin tinggi pendidikan seseorang maka pengetahuan semakin luas tentang sesuatu hal termasuk perkembangan balita sehingga memungkinkan ibu untuk lebih mencaritahu bagaimana cara

memberikan stimulasi yang baik untuk merangsang perkembangan balita agar dapat terhindar dari

keterlambatan dalam

perkembangannya.

b. Pengaruh Pendidikan Ibu Terhadap Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi.

Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat bahwa ibu yang memiliki pendidikan SMA sebagian besar memiliki perkembangan balita dengan interpretasi yang sesuai sedangkan

sebagian besar ibu memiliki pendidikan SD cenderung memilikiperkembangan balita dengan interpretasi yang meragukan. Hal ini didukung oleh teori Wawan dan Dewi (2011) yang memaparkan bahwa pendidikan adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada oranglain. Tabel 3. Tabulasi Silang Perkembangan Balita

Berdasarkan Pendidikan Ibu

Pendidikan

Perkembangan Balita Total

P value Sesuai % Merag ukan % % SD 87 79 23 21 110 100 0,008 SMP 37 86 6 14 43 100 SMA/PT 110 93,2 8 6,8 118 100 Jumlah 234 86,3 37 13,7 271 100

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi | Siti Hardianti, Sri Janatri

48

Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka menerima informasi dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya akan semakin bertambah.

Berdasarkan Tabel 3, menunjukan hasil uji statistik yang dilakukan dengan Uji Koefisien Kontingensi didapatkan nilai p-value 0,008 yang berarti H0 ditolak karena nilai p-value< 0,05. Dengan demikian dapat diartikan bahwa ada pengaruh antara pendidikan ibu terhadap perkembangan balita dan menunjukan bahwa pengaruh pendidikan ibu terhadap perkembangan balita kurang erat. Hal tersebut didukung oleh Tabel 3, yang memperlihatkan bahwa perkembangan balita dengan interpretasi yang meragukan cenderung dimiliki oleh ibu dengan pendidikan SD dibandingkan dengan pendidikan SMP keatas. Hal tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan orangtua rendah merupakan risiko untuk terjadinya keterlambatan balita. Hal ini disebabkan pengetahuan dan

kemampuan dalam memberikan stimulasi kurang dibandingkan dengan ibu dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang maka semakin besar keingintahuan tentang sesuatu hal sehingga memungkinkan ibu untuk mencaritahu tentang perkembangan balita.

c. Pengaruh Pekerjaan Ibu Terhadap Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi.

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa sebagian besar ibu balita yang bekerja cenderung memiliki perkembangan balita dengan interpretasi yang sesuai sedangkan sebagian besar ibu yang tidak bekerja

memiliki perkembangan balita dengan interpretasi yang meragukan.

Tabel 4. Tabulasi Silang Perkembangan Balita Berdasarkan Pekerjaan Ibu

Pekerjaan Perkembangan Balita Total

P value Sesuai % Meragukan % % Bekerja 53 88 7 12 60 100 0,612 Tidak bekerja 181 86 30 14 211 100

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi | Siti Hardianti, Sri Janatri

49

Berdasarkan Tabel 4 setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan Koefisien Kontingensi didapatkan nilai p-value 0,612 yang

berarti H0 diterima karena nilai p-value> 0,05. Hal ini menunjukan

bahwa tidak ada pengaruh antara pekerjaan ibu terhadap perkembangan balita. Hal ini kemungkinan adanya faktor lain

yang mempengaruhi

perkembangan balita.

Hal ini tidak sesuai dengan teori Marimbi (2010) yang memaparkan

bahwa pekerjaan dapat

mempengaruhi perkembangan balita karena orangtua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik primer maupun sekunder.

d. Pengaruh Jenis Kelamin balita Terhadap Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros kota Sukabumi

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa sebagian besar ibu memiliki balita dengan jenis kelamin perempuan cenderung memiliki perkembangan balita dengan interpretasi yang sesuai sedangkan

sebagian kecil ibu memiliki balita dengan jenis kelamin perempuan juga cenderung memiliki perkembangan balita dengan interpretasi yang meragukan.

Berdasarkan Tabel 5 menunjukan setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan Koefisien Kontingensi didapatkan nilai p-value 0,339 yang berarti H0 diterima karena nilai p-value> 0,05. Dengan demikian dapat diartikan bahwa tidak ada pengaruh antara jenis kelamin balita terhadap perkembangan balita. Hal ini kemungkinan adanya faktor lain yang mempengaruhi perkembangan balita. Hal ini tidak sesuai dengan teori Santrock (2011) yang memaparkan bahwa anak laki-laki lebih rentan terhadap berbagai jenis penyakit dan cacat dibandingkan dengan wanita. Hal ini dikarenakan

Tabel 5. Tabulasi Silang Perkembangan Balita Berdasarkan Jenis Kelamin Balita

Jenis Kelamin

Balita

Perkembangan Balita Total

P value Sesuai % Meragukan % % Laki-laki 113 84 21 16 134 100 0,339 Perempuan 121 88 16 12 137 100 Jumlah 234 86,3 37 13,7 271 100

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi | Siti Hardianti, Sri Janatri

50

anak laki-laki lebih mempunyai sifat agresif sehingga lebih aktif daripada anak perempuan yang apabila tidak diawasi oleh orangtua maka akan berpengaruh terhadap kerentanan penyakit atau gangguan tumbuh kembang.

Berdasarkan hal tersebut maka kemungkinan balita dengan jenis kelamin laki-laki maupun perempuan beresiko mengalami

gangguan perkembangan. Gangguan perkembangan

tersebut dapat terjadi

pada setiap anak tergantung daripada lingkungan pengasuhan dan interaksi antara ibu dan anak dapat mempengaruhi perkembangan balita. Anak laki-laki maupun perempuan mempunyai keaktifan masing-masing yang dapat terlihat dari kehidupan sehari-harinya sehingga perkembangan balita baik laki-laki maupunperempuan perlu dipantau dengan baik.

e. Pengaruh Status Gizi Balita Terhadap Perkembangan Balita di

Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa sebagian besar ibu yang memiliki balita dengan status gizi baik/normal memiliki perkembangan balita yang sesuai sedangkan sebagian besar ibu yang memiliki balita dengan status gizi kurang/kurus cenderung memiliki

perkembangan balita yang meragukan.

Berdasarkan Tabel 6 menunjukan bahwa setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan Uji Koefisien Kontingensi didapatkan nilai p-value 0,000 yang berarti H0 ditolak karena nilai p-value< 0,05. Dengan demikian dapat diartikan bahwa ada pengaruh antara status gizi balita terhadap perkembangan balita dan menunjukan bahwa pengaruh status gizi balita terhadap perkembangan balita cukup erat.

Tabel 6. Tabulasi Silang Perkembangan Balita Berdasarkan Status Gizi Balita

Status Gizi

Perkembangan Balita Total P value Sesuai % Meragukan % %

Gizi Baik/ Normal 206 91 20 9 226 100

0,000 Gizi Lebih/ Gemuk 18 72 7 28 25 100

Gizi Kurang/ Kurus 10 50 10 50 20 100 Jumlah 234 86,3 37 13,7 271 100

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi | Siti Hardianti, Sri Janatri

51

Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa ibu yang selalu memantau status gizi balita dan membawa balita ke posyandu mendapatkan informasi mengenai asupan gizi yang baik dan

pentingnya pemantauan

perkembangan balita selain itu pembinaan tumbuh kembang melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan perkembangan

sehingga sebagian besar status gizi balita di Kelurahan Baros normal/ gizi baik dan memiliki

perkembangan yang sesuai.

f. Pengaruh Pola Asuh Terhadap Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

Berdasarkan Tabel 7 menunjukan bahwa sebagian besar ibu yang menerapkan pola asuh demokratis cenderung memiliki perkembangan balita dengan interpretasi yang sesuai sedangkan sebagian besar ibu

menerapkan pola asuh otoriter cenderungmemiliki perkembangan balita dengan interpretasi yang meragukan.

Hal ini diperkuat oleh teori Adriana (2011) yang memaparkan bahwa pola asuh merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan anak. Hal ini didukung pula oleh teori Depkes RI (2005) yang menjelaskan bahwa

interaksi ibu dan anak pada lingkungan pengasuhan dapat mempengaruhi perkembangan balita. Berdasarkan Tabel 7 menunjukan bahwa setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan Koefisien Kontingensi diperoleh nilai p-value 0,000 yang berarti H0 ditolak karena nilai p-value< 0,05 dengan demikian dapat diartikan bahwa ada pengaruh pola asuh terhadap perkembangan balita dan menunjukan bahwa pengaruh pola asuh terhadap

Tabel 7. Tabulasi Silang Perkembangan Balita Berdasarkan Status Gizi Balita

Pola Asuh

Perkembangan Balita Total

p-value Sesuai % Meragu kan % % Demokratis 194 92 16 8 210 100 0,000 Otoriter 17 65 9 35 26 100 Permissif 23 66 12 34 35 100 Jumlah 234 86,3 37 13,7 271 100

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi | Siti Hardianti, Sri Janatri

52

perkembangan balita cukup erat. Hal tersebut didukung oleh Tabel 7 yang memaparkan bahwa sebagian besar perkembangan balita dengan interpretasi yang sesuai cenderung dimiliki oleh ibu balita yang menerapkan pola asuh demokratis dibandingkan dengan ibu balita yang menerapkan pola asuh otoriter. Hal ini berkaitan dengan pola asuh otoriter yang cenderung membatasi dan menuntut anak untuk mengikuti perintah-perintah orangtua. Selain itu, orangtua yang otoriter menetapkan batas-batas yang tegas dan tidak memberi peluang yang

besar pada anak untuk

mengemukakan pendapat. Hal tersebut dapat mempengaruhi perkembangan balita karena interaksi antara ibu dan anak pada lingkungan pengasuhan merupakan suatu hal yang penting terutama dalam merangsang perkembangan balita. Jika anak merasa tertekan maka tidak menutup kemungkinan anak akan mengalami hambatan dalam perkembangannya.

Beberapa keterbatasan yang peneliti temui selama penelitian

diantaranya dalam penelitian ini skrining dilakukan hanya sekali, seharusnya dilakukan pemeriksaan ulangan untuk menghindari bias pemeriksaan. Subjek yang dinilai meragukan dalam penelitian hasil KPSP seharusnya dilakukan pemeriksaan ulangan 1-2 minggu untuk memastikan adanya keterlambatan perkembangan.

KESIMPULAN

1. Sebagian besar Ibu balita pada penelitian ini memiliki pengetahuan cukup tentang

perkembangan balita,

berpendidikan SD dan tidak bekerja, sebagian besar ibu memiliki balita dengan jenis kelamin perempuan, status gizi baik/ normal, dan menerapkan pola asuh demokratis.

2. Terdapat Pengaruh Antara Pengetahuan Ibu tentang Perkembangan Balita Terhadap Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi. 3. Terdapat Pengaruh Antara

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi | Siti Hardianti, Sri Janatri

53

Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi. 4. Tidak Terdapat Pengaruh Antara Pekerjaan Ibu Terhadap Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi. 5. Tidak Terdapat Pengaruh Antara

Jenis Kelamin Balita Terhadap Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi. 6. Terdapat Pengaruh Status Gizi

Balita Terhadap Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi.

7. Terdapat Pengaruh Pola Asuh Terhadap Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi.

REFERENSI

Arikunto, S. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta, 2010.

Adriana, D. Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain Pada Anak. jakarta : Salemba Medika, 2011.

Departemen Kesehatan RI. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar, 2005.

Dinas Kesehatan Kota Sukabumi. Laporan Rekapitulasi Program Gizi. Sukabumi: Seksi KIA & Gizi, 2013.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Pedoman Kerja Bagi Tenaga Pelaksana Puskesmas. Bandung : pembina utama madya, 2010. Feri C. Y. Hubungan Pola Asuh

Orangtua Dengan Perkembangan Anak Usia Pra Sekolah Di Playgroup ‘Aisyiyah Pandes Wedi. Skripsi. Klaten, 2009. Handajani, S. D. Kebidanan Komunitas :

Konsep & Manajemen Asuhan. Jakarta : EGC, 2011.

Hidayat, A.A. Metode Penelitian Kebidanan dan Tekhnik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika, 2011.

. Pengantar ilmu keperawatan anak. Jakarta : Salemba Medika, 2009.

RDM. Solihin, dkk.Kaitan antara status gizi, perkembangan kognitif, dan perkembangan Motorik pada anak usia prasekolah. Penelitian Gizi dan Makanan, Juni 2013 Vol. 36 (1). 2013.

Marimbi, H. Tumbuh Kembang, Status Gizi & Imunisasi Dasar Pada

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi | Siti Hardianti, Sri Janatri

54 Balita. Yogyakarta: Nuha Medika, 2010.

Mubarak, W. I. Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika, 2011.

Notoatmodjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta, 2010.

Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika, 2011.

. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak . Jakarta : Salemba Medika, 2008.

Purwandari, A. Ilmu Kesehatan Masyarakat Dalam Konteks Kebidanan. Jakarta : EGC, 2010. Puskesmas Baros. Laporan Tahunan

2013. Sukabumi : Puskesmas PONED Baros, 2013.

Puskesmas Selabatu. Laporan Tahunan 2013. Sukabumi : Puskesmas Selabatu, 2013.

Santrock, J. W. Masa Perkembangan Anak. Jakarta : Salemba Humanika, 2011.

Sukisni, N. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Stimulasi Dini dengan Perkembangan Motorik pada Anak Usia 6-24 bulan di Kecamatan Mayang Kabupaten Jember. Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 1 (no. 1), September2011

Yuniastuti, A. Gizi dan Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008. http://www.academia.edu.com. Yenni

Zuhairini. 2007. Status of the development of 0-3 year-old toddler. 14 februari 2014.

http://www.depkes.go.id. Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. 2006. 16 Persen Balita di Indonesia Alami Gangguan Perkembangan Saraf. 12 Februari 2014.

http://id.wikipedia.org/wiki/pekerjaan diakses tanggal 19 Maret 2014. http://id.wikipedia.org/wiki/pendidikan

Analisis Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Antenatal Care (ANC) di Puskesmas Baros Kota Sukabumi│Ira Ramadhan, Hj.Iyam Mariam, S.Sos.,Ners.,M.Si

55

Analisis Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Antenatal Care (ANC) Di Puskesmas Baros Kota Sukabumi

Ira Ramadani, Hj.Iyam Mariam Iraramadani172@gmail.com

ABSTRAK

Pemeriksaan Antenatal care (ANC) merupakan salah satu upaya pencegahan awal dari faktor resiko kehamilan. Puskesmas Baros merupakan salah satu Puskesmas yang memiliki jumlah kunjungan ANC yang cukup tinggi. Tujuan penelitian untuk mengetahui kepentingan, kinerja, tingkat kesenjangan, tingkat kesesuaian, tingkat prioritas, dan kepuasan secara keseluruhan berdasarkan tangible, reliability, responsiveness, assurance dan emphaty dalam pelayanan ANC. Kepuasan merupakan suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien membandingkannya dengan apa yang diharapkannya.Jenis penelitian menggunakan jenis penelitian deskriptif . Populasinya adalah seluruh pasien yang melakukan pelayanan ANC. Jumlah sampel 42 orang, teknik Sampling Aksidental. Berdasarkan hasil uji validitas, seluruh item dinyatakan valid dan uji reliabilitas dinyatakan reliabel.Teknik pengambilan data menggunakan kuesioner dan analisis statistik menggunakan teknik presentase,importance performance analysis (IPA) serta Customer satisfaction index (CSI).Hasil penelitian menunjukan pelayanan ANC penting dengan nilai 4,16, kinerja pelayanan ANC baik dengan nilai 3,58 dan terdapat beberapa Indikator pelayanan kesehatan yang belum sesuai dengan harapan yang harus segera ditingkatkan.Kesimpulan menunjukan kepuasan pasien terhadap pelayanan ANC termasuk dalam kategori puas. Sesuai dengan hasil penelitiandiharapkan Puskemas dapat meningkatkan aspek kebersihan dan kerapihan ruangan, perhatian bidan, kemudahan bidan untuk dihubungi, dan kepekaaan dalam menanggapi keluhan.

Kata Kunci : Kepuasan, Pelayanan ANC.

PENDAHULUAN

Terdapat 6 pelayanan pokok Puskesmas ( yang dikenal dengan sebutan basic six). Keenam pelayanan pokok itu adalah pendidikan kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, KIA dan KB, perbaikan gizi

masyarakat, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, serta pengobatan ( Hartono, 2010 ).

Program kesehatan ibu dan anak ( KIA ) merupakan salah satu prioritas utama pembangunan kesehatan di Indonesia program ini

Analisis Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Antenatal Care (Anc) di Puskesmas Baros Kota Sukabumi│Ira Ramadhan, Hj.Iyam Mariam, S.Sos.,Ners.,M.Si

56

bertanggungjawab terhadap pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu melahirkan, dan bayi neonatal salah satu tujuan program ini yaitu menurukan kematian dan kejadian sakit di kalangan ibu. Dalam program KIA dilaksanakan kegiatan yang komprehensif dimulai dengan pencarian/penemuan ibu hamil, pemeriksaan ibu hamil, pertolongan persalinan, serta penanganan neonatal dan bayi. Petugas Puskesmas melakukan intervensi terhadap ibu hamil tersebut dengan cara memantau, memeriksa, dan mulai terdeteksi sampai dengan melahirkan (Hartono,2010).

Pencegahan yang paling mendasar untuk menurunkan AKI dan AKB adalah perlunya asuhan yang berkesinambungan dari mulai kehamilan sampai lahirnya janin. Salah satu peran bidan dalam masyarakat adalah meningkatkan pengetahuan kesehatan masyarakat, salah satunya dengan memberikan informasi tentang KIA yaitu pentingnya pemeriksaan antenatal care pada ibu hamil.

Supranto (2006) mengemukakan kepuasan pasien adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakannya dengan harapannya. Demikian juga Sabarguna (2004) mendefinisikan kepuasan pasien sebagai nilai subyektif terhadap kualitas pelayanan yang diberikan. Jadi tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan.

Puskesmas Baros merupakan salah satu Puskesmas yang memiliki jumlah kunjungan ANC yang cukup tinggi. Hal ini juga membuktikan bahwa pelayanan ANC khususnya di Puskesmas Baros merupakan jenis pelayanan yang paling banyak dikunjungi dibandingkan dengan Puskesmas lain. Hal ini dapat disebabkan karena Puskesmas Baros merupakan salah satu Puskesmas dengan cakupan wilayah terluas dibandingkan dengan Puskesmas lain di wilayah Kota Sukabumi yang meliputi Kelurahan Jaya Raksa, Kelurahan Sudajaya Hilir, Kelurahan Baros, dan Kelurahan Jaya Mekar

Analisis Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Antenatal Care (Anc) di Puskesmas Baros Kota Sukabumi│Ira Ramadhan, Hj.Iyam Mariam, S.Sos.,Ners.,M.Si

57

(Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2013).

Puskesmas Baros juga merupakan salah satu Puskesmas di Kota Sukabumi yang dikembangkan menjadi Puskesmas dengan tempat perawatan dalam hal ini dikembangkan menjadi Puskesmas Poned Baros.

Puskesmas Baros memberikan fasilitas berupa kotak saran yang tersedia bagi pasien yang ingin memberikan masukan atau keluhan kepada pelayanan yang diberikan petugas khususnya di bidang pelayanan KIA. kotak saran ini juga dapat menjadi sarana untuk menilai kualitas pelayanan yang telah diberikan. Keberadaan kotak saran ini tidak berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini disebabkan karena kurang responnya pasien untuk mengatakan keluhannya yang dapat disebabkan karena pasien merasa segan, takut, atau bahkan enggan mengajukan keluhannya tersebut. Oleh karena itu, perlu adanya sebuah penelitian dalam rangka mengetahui sejauh mana tingkat kepuasan pasien tersebut.

Berdasarkan survey

pendahuluan di Puskesmas Baros kota

Sukabumi dengan melakukan wawancara pada 10 orang ibu hamil yang melakukan pemeriksaan ANC tentang puas atau tidaknya terhadap pelayanan ANC, 7 orang ibu hamil mengatakan ya terhadap beberapa pertanyaan indikator kepuasan, dan 3 orang ibu hamil lainnya mengatakan tidak terhadap beberapa pertanyaan yang menjadi indikator kepuasan dalam pelayanan ANC.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengambil penelitian mengenai

“Analisis Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Antenatal Care (ANC) Di Puskesmas Baros Kota Sukabumi ”.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Antenatal Care (ANC) di Puskesmas Baros Kota Sukabumi terhadap indikator-indikator kepuasan pasien yang mencakup Tangible, Reliability, Responsiveness, Assurance dan Emphaty.

Analisis Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Antenatal Care (Anc) di Puskesmas Baros Kota Sukabumi│Ira Ramadhan, Hj.Iyam Mariam, S.Sos.,Ners.,M.Si

58 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian tersebut maka kerangka pemikiran yang didapat sebagai berikut :

Bagan 1. Kerangka PemikiranAnalisis Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Antenatal Care (ANC)

TINJAUAN PUSTAKA

Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa yang muncul setelah membandingkan antara persepsi terhadap kinerja atau hasil suatu produk atau jasa dan harapan - harapan (Kotler dalam Zahrotul, 2008).

Menurut Depkes RI (2009) pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama–sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan atau masyarakat.

Menurut Parasuraman dalam Lupioyadi (2003) menyimpulkan terdapat 5 dimensi kualitas pelayanan, yaitu : a) Bukti fisik (tangibles), b) Keandalan (reliablility), c) Ketanggapan (responsiveness), d) Jaminan (assurance), e) Empati (empathy).

Tingkat kepentingan dari kualitas pelayanan adalah seberapa penting suatu perubahan bagi pasien terhadap kinerja pelayanan kesehatan (Pohan, 2007). Dalam konteks kualitas produk (barang dan jasa) dan kepuasan pelanggan, bahwa harapan pelanggan (customer expectation) memainkan peran penting sebagai standar perbandingan dalam mengevaluasi kualitas maupun kepuasan.

Kepentingan (Harapan) Pasien - Tangible - Reliability - Responsiveness - Assurance - Emphaty - Kenyataan Diterima Pasien - Tangible - Reliability - Responsiveness - Assurance - Emphaty - Pelayanan ANC (Antenatal Care) Kepuasan

Analisis Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Antenatal Care (Anc) di Puskesmas Baros Kota Sukabumi│Ira Ramadhan, Hj.Iyam Mariam, S.Sos.,Ners.,M.Si

59

Harapan atau ekspektasi pelanggan adalah keyakinan pelanggan sebelum mencoba atau memebeli suatu produk, yang dijadikan standar atau acuan dalam menilai kinerja produk

bersangkutan (Tjiptono,

2007).Sedangkan kinerja layanan kesehatan adalah kinerja aktual dari mutu pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan (Pohan, 2007).

Suatu cara pemegang jasa untuk tetap dapat unggul bersaing adalah memberikan jasa dengan kualitas yang lebih tinggi dari pesaingnya secara konsisten. Harapan pelanggan dibentuk oleh pengalaman masa lalunya, pembicaraan dari mulut ke mulut serta promosi yang dilakukan oleh pemegang jasa, kemudian dibandingkannya.

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga