• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN STATUS HEMODINAMIK NON INVASIF DAN STATUS PERNAFASAN PASIEN DENGAN VENTILASI

HASIL PENELITIAN Tabel 1 Distribusi Frekuensi

Perbandingan Status Hemodinamik Non Invasif Dan Status Pernafasan Pasien Dengan Ventilasi Mekanik Pada Posisi Semi Fowler 150, 300, Dan 450

Erna Safariyah; Kusman Ibrahim; ;Titin Mulyati

75

Pada tabel 1 didapatkan sebagian besar responden termasuk dalam kategori usia dewasa menengah sebanyak 52 % memiliki jenis kelamin laki-laki sebanyak 52 % berada dalam tingkat kesadaran sopor 72 % dan menggunakan ventilator dengan mode CPAP sebanyak 64 %. Diagnosa medis terbanyak adalah dari bagian neurologi

dengan jumlah 32 %. Sebanyak

76 % responden telah menjalani hari perawatan kurang dari 7 hari dan tidak sedang mendapatkan terapi inotropic atau vasopressor sebanyak 88 %.

Karakteristik responden F % Usia  Dewasa awal (18-40 th)  Dewasa menengah (41-65 th)  Dewasa akhir (>65 th) 11 13 1 44,0 52,0 4,0 Jenis Kelamin  Laki-laki  Perempuan 13 12 52.0 48.0 Diagnosa Medis  Bedah digestive  Bedah saraf  Kebidanan  Neurologi  Penyakit dalam 4 4 2 8 7 16.0 16.0 8.0 32.0 28.0 Lama Hari Rawat

 < 7 hari  ≥ 7 hari 19 6 76.0 24.0 Tingkat Kesadaran  Compos mentis  Somnolen  Sopor 5 2 18 20.0 8.0 72.0 Terapi Inotropik/Vasopresor  Ya  Tidak 3 22 12,0 88,0 Mode Ventilator  CPAP  PS  SIMV-PS 16 4 5 64.0 16.0 20.0

Tabel 2 Distribusi MAP pada semi fowler 15°, 30° dan 45°

Semi Fowler

Rerata Median SD Min-Maks 15° 30° 45° 87.52 88.36 87.48 89.00 88.00 89.00 9.288 8.850 9.527 70-100 72-100 71-100

Perbandingan Status Hemodinamik Non Invasif Dan Status Pernafasan Pasien Dengan Ventilasi Mekanik Pada Posisi Semi Fowler 150, 300, Dan 450

Erna Safariyah; Kusman Ibrahim; ;Titin Mulyati

76

Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa rerata MAP tertinggi pada semi fowler 30° (Posttest I), dengan MAP minimal 70 mmHg dan maksimal 100 mmHg. Rerata MAP terendah pada semi semi fowler 45° (Posttest II), dengan MAP minimal 71 mmHg dan maksimal 100 mmHg.

Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa rerata denyut jantung terendah pada semi fowler 30° (Posttest I) dengan denyut jantung minimal 68 kali per menit dan maksimal 100 kali per menit. Pada semi fowler 30° dan 45° rerata denyut jantung cenderung sama,

lebih tinggi dibandingkan rerata denyut jantung pada semi fowler 30°

Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa rerata frekuensi nafas tertinggi pada semi fowler 15° (Pretest) dengan

frekuensi nafas minimal 12 kali per menit dan maksimal 27 kali per menit. Rerata frekuensi nafas terendah pada semi fowler 30° (Posttest I) dengan frekuensi nafas minimal 12 kali per menit dan maksimal 27 kali per menit.

Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa rerata saturasi oksigen tertinggi pada semi fowler 30° (Posttest I) dengan saturasi oksigen minimal 95 % dan maksimal 100 %. Rerata saturasi oksigen terendah pada semi fowler 45° (posttest II) dengan saturasi oksigen minimal 95 % dan maksimal 100 %.

Berdasarkan tabel 6. setelah dilakukan uji repeated anova terdapat perbedaan yang bermakna nilai MAP pasien dengan ventilasi mekanik pada semi Fowler 15°, 30° dan 45° dengan p-value 0,000 (p<0,05). Perbedaan rerata nilai denyut jantung pasien dengan ventilasi mekanik pada semi Fowler 15°, 30° dan 45° setelah Tabel 3. Distribusi Frekuensi Denyut Jantung

pada semi fowler 15°, 30° dan 45° Semi

Fowler

Rerata Median SD Min-Maks 15° 30° 45° 85,68 84,96 85,68 88 87 89 11.390 10.979 11.161 60-101 60-98 62-100

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Nafas pada semi fowler 15°, 30° dan 45° Semi

Fowler

Rerata Median SD Min-Maks 15° 30° 45° 18,96 17,36 18,64 19 17 19 3.846 3.426 3.451 12-27 12-27 13-27

Tabel 5 Distribusi Saturasi Oksigen pada semi fowler 15°, 30° dan 45°

Semi Fowler

Rerata Median SD

Min-Maks 15° 30° 45° 98,88 99,04 98,68 100 100 100 1.691 1.399 1.773 94-100 95-100 95-100

Perbandingan Status Hemodinamik Non Invasif Dan Status Pernafasan Pasien Dengan Ventilasi Mekanik Pada Posisi Semi Fowler 150, 300, Dan 450

Erna Safariyah; Kusman Ibrahim; ;Titin Mulyati

77

diuji dengan menggunakan uji repeated anova terdapat perbedaan yang signifikan dengan p-value 0,000 (p<0,05). Adapun perbedaan rerata nilai frekuensi nafas pasien dengan ventilasi mekanik pada semi Fowler 15°, 30° dan 45° setelah diuji dengan menggunakan uji repeated anova

terdapat perbedaan yang signifikan dengan p-value 0,011 (p<0,05). Sedangkan untuk nilai saturasi oksigen tidak terdapat perbedaan dengan

p-value 0,13 (p>0,05). Berdasarkan hal tersebut minimal ada dua semi fowler yang berbeda rerata sehingga untuk mengetahui semi fowler yang mana saja terdapat perbedaan dilanjutkan dengan uji post-hoc paired wise comparison, seperti terlihat pada tabel berikut ini.

Pada tabel 7. dapat dilihat

perbedaan rerata nilai MAP, denyut jantung dan frekuensi nafas antar semi Fowler 15°, 30° dan 45° dengan menggunakan post-hoc paired wise Tabel 6. Perbedaan Rerata Parameter Hemodinamik Non Invasif dan Pernafasan

pada Semi Fowler 15°, 30° dan 45° Parameter

Hemodinamik Non Invasif

Semi Fowler 15° Semi Fowler 30° Semi Fowler 45° P Value Rerata SD Rerata SD Rerata SD

MAP Denyut Jantung Frekuensi Nafas Saturasi Oksigen 87.52 85,68 18,96 98,88 9.288 11.390 3.846 1.691 88.36 84,96 17,36 99,04 8.850 10.979 3.426 1.399 87.48 85,68 18,64 98,68 9.527 11.161 3.451 1.773 0,000 0,000 0,011 0,130

Tabel 7 Perbedaan Rerata Nilai MAP, Denyut Jantung dan Frekuensi Nafas Antar Semi Fowler 15°, 30° dan 45° Pasien dengan Ventilasi Mekanik di R. GICU RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Parameter Hemodinamik Non Invasif Semi Fowler 15° vs 30° Semi Fowler 15° vs 45° Semi Fowler 30° vs 45° Perbedaan Rerata (CI 95%) p value Perbedaan Rerata (CI 95%) p value Perbedaan Rerata (CI 95%) p value MAP Denyut Jantung Frekuensi Nafas -0.840 (-2.83-1.15) 83.75 (79.07-88.43) 1,6 (0,46-2,74) 0.393 0,000 0,008 85.58 (81.76- 89.39) 83,75 (79,03-88,34) 0,32 (-1,10-1,74) 0,000 0,000 0,647 86.42 (82.78- 90.06) -0.004 (-0.009-0.002) -1,28 (-2,4-(-0,159) 0,000 0,184 0,027

Perbandingan Status Hemodinamik Non Invasif Dan Status Pernafasan Pasien Dengan Ventilasi Mekanik Pada Posisi Semi Fowler 150, 300, Dan 450

Erna Safariyah; Kusman Ibrahim; ;Titin Mulyati

78 comparison. Nilai MAP pada saat pretest (semi fowler 15°) dibandingkan dengan nilai MAPposttest I (semi fowler 30°) tidak terdapat perbedaan yang signifikan dengan p-value 0,393 (p>0,05), dengan perbedaan rerata -0.840 mmHg dan estimasi interval 95% diantara -2.83 mmHg sampai dengan 1.15 mmHg. Perbedaan rerata pada saat pretest (semi fowler 15°) dibandingkan dengan posttest II (semi fowler 45°) terdapat perbedaan yang signifikan dengan p-value 0,00 (p<0,05), dengan perbedan rerata 85,58 mmHg dan estimasi interval 95% diantara 81,76 mmHg sampai dengan 89,39 mmHg. Perbedaan rerata pada saat posttest I (semi fowler 30°) dibandingkan dengan posttest II (semi fowler 45°) terdapat perbedaan yang signifikan dengan p-value 0,000 (p<0,05), dengan perbedaan rerata 86.42 mmHg dan estimasi interval 95% diantara 82,78 mmHg sampai dengan 90,06 mmHg.

Nilai denyut jantung pada saat pretest (semi fowler 15°) dibandingkan dengan nilai denyut

jantung posttest I (semi fowler 30°) terdapat perbedaan yang signifikan dengan p-value 0,00 (p<0,05), dengan perbedaan rerata 83,75 kali per menit dan estimasi interval 95% diantara 79,07 kali per menit sampai dengan 88,43 kali per menit. Perbedaan rerata pada saat pretest (semi fowler 15°) dibandingkan dengan posttest II (semi fowler 45°) terdapat perbedaan yang signifikan dengan p-value 0,00 (p<0,05), dengan perbedan rerata 83,75 kali per menit dan estimasi interval 95% diantara 79,03 kali per menit sampai dengan 88,34 kali per menit. Perbedaan rerata pada saat posttest I (semi fowler 30°) dibandingkan dengan posttest II (semi fowler 45°) tidak terdapat perbedaan yang signifikan dengan p-value 0,184 (p>0,05), dengan perbedaan rerata -0,004 kali per menit dan estimasi interval 95% diantara -0,009 kali per menit sampai dengan -0,002 kali per menit.

Nilai frekuensi nafas pada saat pretest (semi fowler 15°) dibandingkan dengan nilai frekuensi nafas posttest I (semi fowler 30°)

Perbandingan Status Hemodinamik Non Invasif Dan Status Pernafasan Pasien Dengan Ventilasi Mekanik Pada Posisi Semi Fowler 150, 300, Dan 450

Erna Safariyah; Kusman Ibrahim; ;Titin Mulyati

79

tterdapat perbedaan yang signifikan dengan p-value 0,008 (p<0,05), dengan perbedaan rerata 1,6 kali per menit dan estimasi interval 95% diantara 0,46 kali per menit sampai dengan 2,74 kali per menit. Perbedaan rerata pada saat pretest (semi fowler 15°) dibandingkan dengan posttest II (semi Fowler 45°) tidak terdapat perbedaan yang signifikan dengan p-value 0,647 (p<0,05), dengan perbedaan rerata 0,32 kali per menit dan estimasi interval 95% diantara -1,10 kali per menit sampai dengan 1,74 kali per menit. Perbedaan rerata pada saat posttest I (semi fowler 30°) dibandingkan dengan posttest II (semi fowler 45°) terdapat perbedaan yang signifikan dengan p-value 0,027 (p<0,05), dengan perbedaan rerata -1,28 kali per menit dan estimasi interval 95% diantara -2,4 kali per menit sampai dengan -0,16 kali per menit.

PEMBAHASAN

Peningkatan rerata MAP dari semi fowler 15° ke semi fowler 30° dapat

disebabkan oleh adanya proses adaptasi sirkulasi terhadap perubahan posisi tubuh. Hal ini didukung oleh penelitian Okasha et al (2012) dimana setelah diposisikan semi fowler selama 15 menit terjadi peningkatan rerata MAP 96 mmHg dari 94 mmHg pada posisi supine.

Penurunan MAP dari semi fowler 30° ke semi fowler 45° disebabkan peningkatan sudut semi fowler menginduksi perpindahan darah yang dipengaruhi gravitasi daritubuh bagian atas dan kompartemen sirkulasi pusat terhadap abdomen dan tungkai bawah. pengumpulan darahdi kaki mengurangi aliran balik vena sistemik ke jantung kanan dan mengurangi curah jantung. Gocze, et al (2013) dalam penelitiannya menunjukkan terjadi penurunan MAP dari semi fowler 30° sebesar 75,1 mmHg ke semi fowler 45° sebesar 71,1 mmHg. Meningkatnya rerata denyut jantung pada semi Fowler 15° disebabkan oleh menurunya tidal volume menyebabkan oksigenasi berkurang sehingga untuk meningkatkan hantaran oksigen yang dibawa oleh hemoglobin dan plasma

Perbandingan Status Hemodinamik Non Invasif Dan Status Pernafasan Pasien Dengan Ventilasi Mekanik Pada Posisi Semi Fowler 150, 300, Dan 450

Erna Safariyah; Kusman Ibrahim; ;Titin Mulyati

80

darah dengan cara meningkatkan denyut jantung untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen sehingga metabolisme sel tetap normal (Darovic, 2002).

Menurunnya rerata denyut jantung pada semi Fowler 30° disebabkan oleh meningkatnya udara yang masuk ke dalam paru–paru, yang selanjutnya meningkatkan tidal volume sehingga oksigenasi cukup adekuat pada posisi ini, menyebabkan kinerja jantung menurun ditandai dengan menurunnya denyut jantung (Okasha, et al, 2012; Corwin, 2009; Sole, et al, 2009).

Meningkatnya rerata denyut jantung yang paling tinggi pada semi Fowler 45° disebabkan oleh menurunnya MAP yang paling rendah pada posisi ini, sehingga dengan menurunnya MAP merupakan indikator menurunnya stroke volume, menurunnya stroke volume akan dikompensasi oleh tubuh dengan meningkatkan denyut jantung dengan tujuan mencapai cardiac output yang memadai untuk meningkatkan hantaran oksigen dalam memenuhi

kebutuhan oksigen untuk jaringan tubuh.

Meningkatnya rerata frekuensi nafas pada semi Fowler 15° disebabkan oleh menurunya tidal volume menyebabkan oksigenasi berkurang sehingga untuk meningkatkan ambilan oxygen dari atmosfer dengan cara meningkatkan frekuensi nafas atau hiperventilasi dengan tujuan untuk meningkatkan difusi di alveoli dengan kapiler paru yang pada akhirnya akan dilakukan transport O2 ke seluruh tubuh, sekitar 98 % hantaran oksigen dilakukan oleh hemoglobin. Setiap gram hemoglobin dapat membawa 1,34 ml O2 dan 2% hantaran oksigen dilakukan oleh plasma.

Menurunnya rerata frekuensi nafas pada semi fowler 30° disebabkan oleh tidal volume tercapai paling tinggi pada posisi ini, meningkatnya tidal volume pada posisi semi fowler akan menyebabkan peningkatan oksigenasi (Speelberg & Beers, 2003; Richard et al., 2006; Shah et al., 2012).

Meningkatnya oksigenasi menyebabkan kebutuhan terhadap

Perbandingan Status Hemodinamik Non Invasif Dan Status Pernafasan Pasien Dengan Ventilasi Mekanik Pada Posisi Semi Fowler 150, 300, Dan 450

Erna Safariyah; Kusman Ibrahim; ;Titin Mulyati

81

oksigen akan cepat terpenuhi sehingga frekuensi nafas cenderung menurun. Pada posisi semi fowler 45° terjadi peningkatan rerata frekuensi nafas, sedangkan menurut penelitian Burns et al. (1994) dalam Taryono (2013) yang bertujuan melihat pengaruh posisi tubuh terhadap frekuensi napas spontan terhadap pasien obesitas, distensi abdomen dan asites hasilnya adalah pada posisi semi Fowler 45° dapat menurunkan frekuensi nafas.

Penelitian burns et al (1994) dalam Taryono (2013) berbeda dengan hasil penelitian ini oleh karena pada penelitian Burns et al pembandingnya semi fowler 45° dengan posisi fowler 90°, sedangkan pada penelitian ini dibandingkan semi fowler 45° dengan semi fowler 30° dan semi fowler 15° yang hasilnya frekuensi nafas paling tinggi pada semi fowler 45°. Terjadinya peningkatan rerata frekuensi nafas pada semi fowler 45° ini disebabkan oleh menurunya cardiac output yang tercermin dalam penurunan MAP.

Terjadinya penurunan cardiac output pada semi fowler 45° akan

menyebabkan menurunnya darah yang dikirim ke jaringan. Untuk mempertahankan metabolisme aerobik normal, jaringan harus mengambil O2 lebih banyak dari darah. Ketika terjadi peningkatan pengambilan tidak dapat dikompensasi tubuh akan terjadi penurunan cardiac output dan metabolisme anareob terjadi. Ini disebabkan oleh menumpuknya asam laktat, yang selanjutnya menekan kerja miokardium dan menurunkan cardiac output lebih rendah lagi. Pada pasien akan terlihat penurunan PaO2 dan penurunan Saturasi O2 mixed venous. Penurunan saturasi O2 mixed venous ini adalah refleksi dari peningkatan pengambilan O2 di level jaringan (Corwin, 2009; Leach & Treacher, 2002).

Rendahnya nilai saturasi oksigen pada semi fowler 15° disebabkan karena meningkatnya frekuensi nafas pada semi fowler 15°. sedangkan penurunan kembali saturasi oksigen pada semi fowler 45° berkaitan dengan penurunan curah jantung pada posisi semi fowler 45°, dan sebagai refleksi dari peningkatan

Perbandingan Status Hemodinamik Non Invasif Dan Status Pernafasan Pasien Dengan Ventilasi Mekanik Pada Posisi Semi Fowler 150, 300, Dan 450

Erna Safariyah; Kusman Ibrahim; ;Titin Mulyati

82

pengambilan oksigen di jaringan (Corwin, 2009; Sole, et al., 2009; Leach & treacher, 2002). Pada penelitian Okasha et al (2012) didapatkan terjadi peningkatan saturasi oksigen pada semi fowler sebesar 99

% dibandingkan pada posisi supine 97 %.

Uji beda dengan menggunakan Repeated Anova. Untuk mengetahui semi fowler mana yang berbeda dilanjutkan dengan uji post-hoc paired wise comparison. Adapun untuk saturasi oksigen tidak dilakukan analisa post hoc karena tidak terdapat perbedaan bermakna nilai saturasi oksigen pada semi fowler 15, 30 dan 45. Hal ini dapat disebabkan karena saturasi oksigen pada semi fowler 15, 30 dan 45 berada pada nilai yang sudah sama baik dari rentang nilai normal (95 % - 100 %), sehingga setiap perubahan yang didapatkan pada setiap pengamatan tidak berbeda secara signifikan. Saturasi oksigen yang sudah baik dapat disebabkan karena pasien mendapatkan pemberian FiO2 melalui ventilator. Rerata FiO2 yang diberikan pada 25 responden

dalam penelitian ini adalah 48,7 %. Dengan pemberian FiO2, maka responden mendapatkan tambahan oksigen untuk diikat dalam hemoglobin dan dibawa ke seluruh tubuh melalui aliran darah lalu dilepaskan ke dalam sel. Oleh karena itu, saturasi oksigen pada penelitian ini menunjukkan nilai yang baik.

Hasil penelitian ini menunjukkan, semi fowler terbaik untuk nilai MAP, denyut jantung dan frekuensi nafas adalah pada semi fowler 30°, dibandingkan dengan semi fowler 15°. Dimana semi fowler 30° meningkatkan MAP dan saturasi oksigen serta menurunkan denyut jantung dan frekuensi nafas. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa penelitian ini dilakukan pada responden dengan hemodinamik yang telah stabil atau pada pasien yang siap untuk dilakukan penyapihan dari ventilasi mekanik dengan mode ventialsi PS, SIMV-PS dan CPAP. Sehingga semua parameter yang diamati tersebut tetap berada pada rentang nilai normal meskipun terjadi perubahan nilai.

Perbandingan Status Hemodinamik Non Invasif Dan Status Pernafasan Pasien Dengan Ventilasi Mekanik Pada Posisi Semi Fowler 150, 300, Dan 450

Erna Safariyah; Kusman Ibrahim; ;Titin Mulyati

83

Semi fowler menyebabkan menurunnya ketegangan otot - otot perut dengan gaya gravitasi isi abdomen dan massa perut jatuh ke bawah sehingga mengurangi tekanan ke diafragma dan meringankan kompresi dada. Pada saat inspirasi tekanan di dalam paru - paru jauh lebih rendah dari biasanya dibandingkan tekanan atmosfer, yang mengakibatkan tertariknya udara lebih banyak ke dalam paru - paru (Jones & Bartlett, 2012). Meningkatnya udara yang masuk ke dalam paru–paru, akan meningkatkan oksigenasi terutama pada posisi semi fowler 30°. Meningkatnya oksigenasi maka akan menyebabkan nilai MAP, denyut jantung, frekuensi nafas dalam rentang normal.

Uji beda pada semi fowler 15° dengan semi fowler 30° tidak berbeda secara signifikan dengan p-value 0,582 (p>0,05). Hasil ini bermakna bahwa dari perlakukan semi fowler 15° ke semi fowler 30° tidak berpengaruh terhadap nilai MAP. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Giuliano, et al (2003)

yang membandingkan nilai MAP pada posisi 0°, 30° dan 45°. Hasil uji beda tidak ditemukan perbedaan bermakna dari posisi supine 0° dengan semi fowler 30°. Semakin tinggi semi fowler maka semakin rendah nilai MAP. Pada penelitian ini nilai rerata MAP pada posisi 30° mengalami peningkatan dibandingkan posisi semi fowler 15°. Namun peningkatan yang terjadi masih berada dalam rentang nilai normal MAP yaitu 70 sampai dengan 105 mmHg.

Perbedaan rerata denyut jantung berdasarkan hasil uji beda ditemukan adanya perbedaan yang bermakna pada posisi semi fowler 15° dengan semi fowler 30°. Nilai rerata denyut jantung menurun pada semi fowler 30°. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian okasha et al, (2013) yang

membandingkan parameter

hemodinamik dan perfusi serebral pada pasien acute traumatic brain injury pada posisi supine dan semi fowler 30°. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa nilai rerata denyut jantung cenderung meningkat

Perbandingan Status Hemodinamik Non Invasif Dan Status Pernafasan Pasien Dengan Ventilasi Mekanik Pada Posisi Semi Fowler 150, 300, Dan 450

Erna Safariyah; Kusman Ibrahim; ;Titin Mulyati

84

pada posisi supine dan menurun pada posisi semi fowler 30°.

Uji beda rerata frekuensi nafas pada semi fowler 15° menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna nilai frekuensi nafas pada posisi semi fowler 15° dengan semi fowler 30°dengan p-value 0,008 (> 0,05). Sesuai dengan hukum Boyle semakin rendah tekanan intra torakal semakin banyak volume udara paru-paru (tidal volume).

Meningkatnya oksigenasi menyebabkan kebutuhan terhadap oksigen akan cepat terpenuhi sehingga frekuensi nafas cenderung menurun (Burns et al., 1994). Sehingga pada semi fowler 30° adalah posisi semi fowler terbaik dan merupakan teknik sederhana untuk meningkatkan oksigenasi serta meningkatkan pengeluaran PaCO2 seperti yang dikemukanan oleh Richard et al. (2006). Tingginya nilai rerata frekuensi nafas pada posisi semi fowler 15° disebabkan rendahnya gaya gravitasi isi abdomen sehingga tekanan intra abdomen yang tinggi akan mempengaruhi dan

menekan diafragma mengakibatkan pengembangan rongga dada tidak maksimal akibatnya tidal volume yang di hasilkan rendah.

Uji beda nilai rerata MAP dan denyut jantung pada semi Fowler 15° dengan 45° terdapat perbedaan yang signifikan dengan p-value 0,000 (p<0,05). Hal ini sesuai dengan penelitian Giuliano, et al (2003) dimana nilai rerata MAP pada posisi 45° lebih rendah dibandingkan posisi supine. Adapun peningkatan MAP ini berdasarkan nilai statistic, namun dalam intervensi yang dilakukan pengukuran MAP setelah posisi 15 dirubah ke semi fowler 30 terlebih dahulu, kemudian ke semi fowler 45. Sehingga dalam hal ini tubuh melakukan mekanisme adaptasi terhadap perubahan posisi tubuh. Namun, jika dilihat dari nilai reratanya maka secara klinis nilai MAP masih dalam rentang nilai normal yaitu 70 sampai dengan 105 mmHg.

Uji beda untuk denyut jantung ditemukan perbedaan yang bermakna antara semi fowler 15° dengan semi fowler 45°. Namun, dilihat dari nilai

Perbandingan Status Hemodinamik Non Invasif Dan Status Pernafasan Pasien Dengan Ventilasi Mekanik Pada Posisi Semi Fowler 150, 300, Dan 450

Erna Safariyah; Kusman Ibrahim; ;Titin Mulyati

85

rerata denyut jantung cenderung tidak terdapat perbedaan dimana nilai rerata denyut jantung pada semi fowler 15° sama dengan nilai rerata denyut jantung pada semi fowler 45°.

Uji beda untuk frekuensi nafas tidak ditemukan perbedaan signifikan antara semi fowler 15° dengan semi fowler 45°. Namun, pada posisi semi fowler 45° rerata frekuensi nafas lebih

rendah dibandingkan pada semi fowler 15°

Semi fowler 45° menyebabkan frekuensi nafas meningkat diakibatkan oleh menurunya cardiac output yang tercermin dalam penurunan MAP. Penurunan cardiac output pada pasien kritis akan berpengaruh terhadap kemampuan darah dalam membawa oksigen akan berkurang sehingga suplai oksigen ke jaringan akan berkurang sementara kebutuhan jaringan akan oksigen tetap harus terpenuhi (Leach & Treacher, 2002). Penurunan hantaran oksigen akan memacu terjadinya hipoksemia dan selanjutnya hipoksia jaringan (Cilley, Andrew & Phillip, 1991). Penurunan hantaran oksigen yang menyebabkan

penurunan konsentrasi oksigen di arteri akibatnya akan merangsang kemoreseptor perifer yang berada di arteri karotis dan aorta mengirimkan sinyalnya ke pusat pernapasan di medula oblongata dan pons terutama untuk meningkatkan frekuensi pernapasan (Corwin, 2009).

Berdasarkan uji beda dengan nilai rerata MAP dan frekuensi nafas pada semi Fowler 30° dengan 45° berbeda secara bermakna. Dampak dari perubahan posisi dari semi Fowler 30° ke semi Fowler 45° adalah terjadi penurunan MAP dan peningkatan frekuensi nafas. Meskipun dari segi klinis nilai rerata MAP dan frekuensi nafas pada semi Fowler 30° dengan rerata MAP dan frekuensi nafas pada semi Fowler 45° masih dalam rentang nilai normal. Tingginya frekuensi nafas pada semi fowler 45° disebabkan oleh keadaan MAP yang menurun pada posisi ini. MAP yang menurun akan berpengaruh terhadap hantaran oksigen sehingga pasien cenderung hipoksemia yang merangsang kemoreseptor perifer yang berada di arteri karotis dan aorta

Perbandingan Status Hemodinamik Non Invasif Dan Status Pernafasan Pasien Dengan Ventilasi Mekanik Pada Posisi Semi Fowler 150, 300, Dan 450

Erna Safariyah; Kusman Ibrahim; ;Titin Mulyati

86

mengirimkan sinyalnya ke pusat pernapasan di medula oblongata dan pons terutama untuk meningkatkan frekuensi nafas (Corwin, 2009).

MAP yang rendah akan mempengaruhi suplai darah ke otak sesuai dengan rumus : CPP (cerebral perfusion pressure) = MAP – ICP (intra cranial pressure), dimana semakin rendah MAP akan semakin menurunkan perfusi darah ke otak (Jones & Bartlett, 2012). Mekanisme ini juga akan merangsang medulla oblongata dan pons meningkatkan frekuensi nafas. Hantaran oksigen yang menurun juga akan merangsang reseptor beta pada pembuluh darah sehingga simpatis distimulasi dan terjadi peningkatan denyut jantung (Price & Wilson, 2010). Hal ini sesuai dengan penelitian Taryono (2013) dimana terjadi perbedaan nilai MAP yang signifikan antara semi fowler 30° dan 45°. Begitu juga dengan penelitian Giuliano, et al (2003) yang menyebutkan adanya perubahan nilai MAP yang signifikan ketika pasien

dirubah posisi dari semi fowler 30° ke 45°.

Tidak terdapat perbedaan bermakna denyut jantung pada semi fowler 30° dengan 45°. Hal ini sesuai dengan penelitian Rahmanti (2012) dimana tidak terdapat perbedaan bermakna denyut jantung pada posisi semi fowler 30° ke 45° dengan p-value 0,07 (p>0,05). Hal ini juga didukung oleh Gozce, et al (2013) dimana dalam penelitiannya mengemukakan bahwa tidak terjadi perubahan yang signifikan denyut jantung pada posisi semi fowler 30 dan 45 disebabkan karena metabolisme jantung dipengaruhi oleh beban miokard dan kebutuhan oksigen. Dalam Vollman (2010) dinyatakan kebutuhan oksigen miokard dapat diukur sebagai konsumsi oksigen miokard yang ditentukan oleh ketegangan dan kontraktilitas otot jantung. Faktor ini biasanya berubah oleh aktivitas fisik. Sedangkan aktivitas pada penelitian ini yaitu perubahan posisi dilakukan secara pasif sehingga menghasilkan metabolism jantung yang rendah sehingga peningkatan beban miokard

Perbandingan Status Hemodinamik Non Invasif Dan Status Pernafasan Pasien Dengan Ventilasi Mekanik Pada Posisi Semi Fowler 150, 300, Dan 450

Erna Safariyah; Kusman Ibrahim; ;Titin Mulyati

87

yang juga tergambar dari denyut jantung belum terjadi secara maksimal. Implikasi keperawatan dari hasil