• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis efisiensi tataniaga merupakan analisis yang menunjukkan tingkat efisiensi dari masing-masing saluran tataniaga yang tersedia dengan menggunakan beberapa indikator penilaian. Indikator yang dipakai dalam mengukur efisiensi tataniaga adalah dengan cara mencari volume distribusi, biaya tataniaga, marjin tataniaga, firm’s share dan rasio keuntungan per biaya yang dikeluarkan oleh masing-masing lembaga tataniaga di setiap salurannya.

Analisis Volume Distribusi

Analisis volume distribusi akan memperlihatkan pertibambangan perusahaan dan lembaga tataniaga pemasaran pupuk organik. Berikut adalah hasil pembagian volume distribusi yang tersebar di tiap saluran.

Tabel 12. Volume distribusi saluran tataniaga pupuk organik UD AMA Saluran Tataniaga Pangsa Pasar (Kg) Persentase (%)

Saluran I 136 200 48.44 Saluran II 4 500 1.60 Saluran III 14 600 5.19 Saluran IV 76 480 27.21 Saluran V 49 340 17.58 Total 281 120 100.00

Sumber : Data primer diolah, 2014

Berdasarkan tabel di atas, saluran I adalah saluran yang mendistribusikan produk pupuk organik terbesar yaitu 136 200 kg atau sebesar 48.44 persen pupuk organik yang diproduksi perusahaan hingga sampai ke konsumen akhir. Saluran ini merupakan merupakan prioritas utama perusahaan dalam menjual pupuk

organik karena memiliki volume distribusi terbesar. Saluran lain yang memiliki pangsa pasar lebih dari 5 persen adalah saluran III, saluran IV dan saluran V.

Analisis Biaya Tataniaga

Setiap lembaga memiliki fungsinya masing-masing dalam setiap saluran. Hal inilah yang menjadi variabel yang akan mempengaruhi biaya tataniaga yang terjadi dalam suatu saluran tataniaga. Biaya-biaya tataniaga yang akan dihitung adalah biaya transportasi, biaya retribusi, biaya penyusutan, biaya bongkar muat dan biaya tenaga kerja.

Tabel 13. Biaya tataniaga pupuk organik (rupiah per kilogram) UD AMA

Uraian Saluran I II III IV V Distributor Transportasi 60 60 - - 0 Bongkar muat 50 50 - - 0 Penyusutan Inventaris 0.44 0.44 - - 0 Penyimpanan 0.8 0.8 - - 0 Retribusi 20 20 - - 0 Tenaga Kerja 101 101 - - 0 Subtotal 232.24 232.24 - - 0 Kelompok Tani Transportasi - 20 20 - 0 Bongkar Muat - 25 25 - 0 Subtotal - 45 45 - 0 Pengecer Transportasi - - - 50 0 Retribusi - - - 7.14 0 Penyusutan Inventaris - - - 0.21 0 Penyimpanan - - - 0.18 0 Subtotal - - - 57.53 0 Total 232.24 277.24 45 57.53 0

Sumber : Data primer diolah, 2014

Berdasarkan tabel 13 dapat dijelaskan bahwa besar biaya yang dikeluarkan oleh lembaga tataniaga yang terlibat didalam sistem tataniaga pupuk organik di setiap saluran. Biaya tataniaga terendah terjadi pada saluran V karena memang perusahaan melakukan penjualan langsung kepada konsumen akhir tanpa perantara dan tanggungan biaya transportasi ditanggung oleh konsumen sehingga tidak dimasukkan ke dalam biaya tataniaga. Saluran tataniaga yang memiliki biaya tataniaga terendah berikutnya adalah saluran III. Hal ini terjadi karena lembaga yang terlibat hanya satu sampai produk sampai ke tangan konsumen akhir serta jarak antara kelompok tani dan perusahaan tidak berjauhan sehingga biaya tataniaga berupa transportasi dapat ditekan. Hal ini juga terjadi karena dalam penjualan biasanya penjual dari pengecer adalah pemilik dari usaha itu sendiri sehingga tidak memerlukan tenaga kerja sebagai pengelola usaha mereka masing-masing. Sedangkan biaya tataniaga tertinggi terjadi pada saluran II. Hal

ini terjadi karena pada saluran ini terdapat dua lembaga perantara antara perusahaan dengan konsumen akhir yaitu distributor dan kelompok tani.

Distributor dalam memiliki biaya tataniaga terbesar karena biaya yang ditanggung meliputi biaya pengangkutan masuk ke dalam distributor dan keluar distributor. Hal ini disebabkan karena distributor memiliki biaya tataniaga terbanyak dibandingkan dengan lembaga lain. Selain itu distributor adalah satu- satunya lembaga yang memiliki biaya tenaga kerja. Sedangkan pengecer adalah lembaga yang paling sedikit menanggung biaya tataniaga.

Analisis Marjin Tataniaga

Analisis marjin ditujukan sebagai salah satu indikator efisiensi sistem tataniaga pupuk organik dari sisi efesiensi operasional. Marjin tataniaga merupakan perbedaan harga yang dibayar oleh konsumen dengan harga yang ditetapkan perusahaan dan setiap lembaga tataniaga. Marjin tataniaga juga merupakan hasil penjumlahan dari biaya tataniaga dan keuntungan tataniaga, atau selisih dari harga jual dan harga beli. Analisis marjin akan dilakukan mulai dari perusahaan, distributor, kelompok tani, pengecer hingga sampai ke tangan konsumen akhir. Tabel berikut merupakan proses tabulasi dari hasil marjin yang didapatkan oleh masing-masing lembaga tataniaga di tiap saluran.

Tabel 14. Marjin tataniaga pupuk organik (rupiah per kilogram) UD AMA

Uraian Saluran I II III IV V Distributor 355 355 - - 0 Kelompok Tani - 57.5 100 - 0 Pengecer - - - 251.8 0 Total Marjin 350 412,5 100 251.8 0

Sumber : Data primer diolah, 2014

Berdasarkan tabel di atas dijelaskan bahwa marjin tataniaga di setiap saluran berbeda-beda. Nilai marjin terbesar diperlihatkan pada saluran II yaitu sebesar 412.5 rupiah per kilogramnya. Hal ini terjadi karena saluran ini merupakan saluran yang terpanjang sehingga akumulasi marjin yang dihasilkan adalah yang terbesar. Sedangkan lembaga yang memiliki marjin terkecil pada saluran V karena pada saluran ini tidak memiliki lembaga tataniaga. Distributor memiliki marjin yang terbesar merupakan dampak dari jarak lembaga dan perusahaan yang jauh serta volume pupuk organik yang didistribusikan dilakukan dalam jumlah besar. Selain itu pupuk organik UD AMA memiliki pandangan yang baik di mata konsumen karena kualitasnya yang tinggi dibandingkan dengan merek lainnya sehingga banyak dicari oleh konsumen akhir walau terkadang harga yang berbeda jauh dengan merek pupuk lainnya.

Analisis Firm’s share

Analisis ini dianalisa karena merupakan salah satu indikator untuk menganalisa efisiensi operasional dari sistem tataniaga pupuk organik. Analisis digunakan dengan membandingkan harga yang ditetapkan oleh perusahaan degan

harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir. Hasil dari pengukuran ini biasanya akan berbanding terbalik dengan analisis marjin tataniaga. Dimana marjin tataniaga yang besar akan berbanding firm’s share yang kecil dari produk. Berikut merupakan analisis firm’s share yang diterima UD AMA yang ditunjukkan tabel 15.

Pada tabel dibawah terlihat bahwa firm’s share terbesar dimiliki saluran V yakni 100 persen. Hal ini dialami oleh saluran tersebut karena tidak adanya lembaga yang terlibat di dalamnya dan juga disebabkan marjin yang diterima dari masing-masing saluran. Pada saluran III memiliki marjin terkecil kedua dan pada saluran II memiliki marjin terbesar sehingga saluran firm’s share terkecil dimiliki oleh saluran II yakni 67.33 persen dan firm’s share terbesar kedi dimiliki saluran III.

Tabel 15. Firm’s share UD AMA

Saluran Harga di Perusahaan Harga di Tingkat Firm's Tataniaga Produsen (Rp/Kg) Konsumen Akhir (Rp/Kg) Share (%)

Saluran I 850 1 205 70.54

Saluran II 850 1 262.5 67.33

Saluran III 850 950 89.47

Saluran IV 850 1 101.8 77.15

Saluran V 850 850 100

Sumber : Data primer diolah, 2014

Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya Tataniaga

Keuntungan tataniaga merupakan selisih antara harga jual dengan gabungan harga beli serta biaya tataniaga. Biaya tataniaga sendiri dikeluarkan oleh tiap lembaga dalam memasarkan produk semenjak produk keluar dari produsen sampai produk dikonsumsi konsumen.Perbandingan nilai keuntungan dan biaya tataniaga adalah indikator efesiensi operasional dari sistem tataniaga pupuk organik. Nilai rasio yang tersebar merupakan sebaran keuntungan terhadap tataniaga di setiap lembaga sehingga dapat dibandingkan dengan lembaga lainnya. Tabel 16 akan menjelaskan rasio keuntungan dan biaya tataniaga pupuk organik dalam penelitian.

Analisis rasio keuntungan dan biaya menghasilkan nilai terbesar pada saluran IV dan sekaligus lembaga pengecer yaitu dengan nilai 3.38. Nilai rasio yang didapat memiliki arti bahwa setiap satu rupiah yang dikeluarkan untuk melakukan pembiayaan tataniaga akan diperoleh keuntungan sebesar 3.38 rupiah. Sedangkan nilai rasio terendah terdapat pada saluran V karena memang tidak memiliki lembaga tataniaga yang menghubungkan produsen pupuk organik dengan konsumen akhir. Nilai rasio yang paling rendah kedua adalah saluran II yaitu sebesar 0.47. Hal ini dikarenakan merupakan lembaga yang paling terpanjang sekaligus menjelaskan bahwa biaya di saluran ini tergolong tinggi dan keuntungan yang didapat tidak terlalu besar.

Tabel 16. Rasio keuntungan per biaya UD AMA Uraian Saluran I II III IV V Distributor Biaya (Rp/Kg) 232.24 232.24 - - - Keuntungan (Rp/Kg) 117.76 117.76 - - - Rasio Keuntungan/Biaya 0.51 0.51 - - - Kelompok Tani Biaya (Rp/Kg) - 45 45 - - Keuntungan (Rp/Kg) - 12.5 55 - - Rasio Keuntungan/Biaya - 0.28 1.22 - - Pengecer Biaya (Rp/Kg) - - - 57.53 Keuntungan (Rp/Kg) - - - 194.47 - Rasio Keuntungan/Biaya - - - 3.38 - Total Biaya (Rp/Kg) 232.24 277.24 45 57.53 - Keuntungan (Rp/Kg) 117.76 130.26 65 194.47 - Rasio Keuntungan/Biaya 0.51 0.47 1.22 3.38 -

Sumber : Data primer diolah, 2014

Dokumen terkait