• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis tataniaga pupuk organik UD. AMA Kabupaten Solok, Sumatera Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis tataniaga pupuk organik UD. AMA Kabupaten Solok, Sumatera Barat"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS TATANIAGA PUPUK ORGANIK UD. AMA

KABUPATEN SOLOK, SUMATERA BARAT

GHAZIAN MUHAMMAD

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Tataniaga Pupuk Organik Perusahaan UD. AMA Kabupaten Solok, Sumatera Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

GHAZIAN MUHAMMAD. Analisis Tataniaga Pupuk Organik Perusahaan UD. AMA Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Dibimbing oleh JOKO PURWONO.

Pupuk organik merupakan salah satu jenis pupuk yang mendukung perkembangan sektor pertanian di Indonesia dan digunakan dalam pengembalian unsur alami hara tanah. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis sistem tataniaga pupuk organik yang meliputi saluran tataniaga, lembaga tataniaga, fungsi tataniaga, struktur pasar dan perilaku pasar. Selain itu, penelitian ini menganalisis efisiensi tataniaga beras di setiap saluran tataniaga melalui pendekatan marjin tataniaga, firm’s share, dan rasio keuntungan per biaya. Hasil indikator analisis efesiensi operasional dan indikator kualitatif menunjukkan bahwa saluran tataniaga yang terbentuk telah efisien karena posisi tawar dari produsen tinggi. Selain itu, dibutuhkan lebih banyaknya penyaluran melalui saluran untuk meningkatkan penjualan perusahaan dan keuntungan bagi para konsumen akhir. Kata-kunci: efisiensi, firm’s share,tataniaga, pupuk

ABSTRACT

GHAZIAN MUHAMMAD. UD AMA Firm’s Fertilizer Marketing Analysis, Solok District, West Sumatera. Supervised by JOKO PURWONO.

Organic fertilizer is one kind of fertilizer that supports the agricultural sector development in Indonesia and used to recover back the natural elements of soil nutrients. The purpose of this study was to analyze the trading system that includes an organic fertilizer marketing channels, institutions, function, structure and behavior. In addition, this study analyzed the efficiency of fertilizer in each channel trading system with the margin approach, the firm’s share and the profit ratio per charge. The results of the analysis of operatinal efficiency indicators and qualitative indicators show that the channel has formed and efficient trading system due to high bergaining power of producer. In addition, it takes more number of distribution channels to increas sales through the company and benefits to the end consumer.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

ANALISIS TATANIAGA PUPUK ORGANIK UD.AMA

KABUPATEN SOLOK, SUMATERA BARAT

GHAZIAN MUHAMMAD

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Analisis Tataniaga Pupuk Organik Perusahaan UD. AMA Kabupaten Solok, Sumatera Barat

Nama : Ghazian Muhammad NIM : H34100142

Disetujui oleh

Ir Joko Purwono, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Dwi Rachmina, MSi Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Alhamdulillahi robbil ‘alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2013 ini ialah tataniaga, dengan judul Analisis Tataniaga Pupuk Organik UD. AMA Kabupaten Solok, Sumatera Barat Kabupaten Solok, Sumatera Barat.

Skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan tanpa bantuan, dukungan dan arahan dari berbagai pihak. Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, kepada :

1. Ir. Joko Purwono, MS. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran.

2. Tintin Sarianti, SP, MM selaku dosen penguji, Dr. Ir. Wahyu Budi Priatna, M.Si selaku komisi akademik yang telah meluangkan waktu serta memberikan kritik dan saran.

3. Dr. Ir. Heny K. Daryanto, M.Ec selaku dosen pembimbing akademik beserta seluruh Dosen dan Staf Departemen Agribisnis yang telah membimbing penulis.

4. Ir. Adlim Gani dan Drs. Neviyenti sebagai Orang Tua penulis yang selalu memberikan kasih sayang selama-lamanya. Merekalah yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, dan doa kepada penulis sehingga skripsi ini dapat dikerjakan dan diselesaikan dengan baik. Terima kasih banyak keluarga kecilku tercinta.

5. Saudara-saudara dan seluruh instansi pemerintahan dan non-pemerintahan serta perorangan di Sumatera Barat yang terkait dalam penyusunan skripsi ini, penulis berterima kasih atas waktu, kesempatan, informasi dan dukungan fasilitas maupun non-fasilitas yang telah diberikan.

6. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen terkhusus Departemen Agribisnis serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

Ruang Lingkup Penelitian 4

KERANGKA PEMIKIRAN 4

Kerangka Pemikiran Teoritis 4

Konsep Tataniaga 4

Saluran Tataniaga 5

Lembaga Tataniaga 6

Fungsi Tataniaga 7

Efisiensi Tataniaga 8

Firm’s Share 9

Marjin Tataniaga 10

Rasio Keuntungan dan Biaya 12

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efisiensi Tataniaga 12

Struktur Pasar 12

Perilaku Pasar 13

Keragaan Pasar 14

Studi Relevan 14

Kerangka Berpikir 16

Kontribusi Lembaga Tataniaga dengan Efisiensi Tataniaga 16

Kontribusi Saluran Tataniaga dengan Efisiensi Tataniaga 16

Kontribusi Fungsi Tataniaga dengan Efisiensi Tataniaga 16

Kontribusi Struktur Pasar dengan Efisiensi Tataniaga 16

(10)

Kontribusi Saluran, Lembaga, Fungsi Tataniaga serta Struktur dan Perilaku

Pasar dengan Efisiensi Tataniaga 17

Hipotesa 17

Kerangka Pemikiran Operasional 17

METODE PENELITIAN 18

Lokasi dan Waktu Penelitian 18

Jenis dan Sumber Data 18

Metode Pengumpulan Data 20

Teknik Pengumpulan Data 20

Analisis Data 22

Analisis Saluran, Lembaga dan Fungsi Tataniaga 22

Analisis Karakter Pelaku dan Struktur Pasar 22

Analisis Firm’s share 22

Analisis Marjin Tataniaga 23

Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya 23

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24

Keadaan Umum Kabupaten Solok 24

Keadaan Umum UD AMA 25

Karakteristik Lembaga Tataniaga 26

Usia Pelaku Lembaga Tataniaga 27

Pendidikan Pelaku Lembaga Tataniaga 28

Lama Usaha Pelaku Lembaga Tataniaga 28

HASIL DAN PEMBAHASAN 29

Identifikasi Lembaga, Saluran dan Fungsi Tataniaga Pupuk Organik 29

Analisis Saluran Tataniaga Pupuk Organik 29

Analisis Lembaga Tataniaga Pupuk Organik 32

Distributor 32

Pengecer 33

Kelompok Tani 33

Analisis Fungsi Tataniaga Pupuk Organik 33

Fungsi Tataniaga di Tingkat Perusahaan Pupuk Organik 34

(11)

Fungsi Tataniaga di Tingkat Kelompok Tani 36

Fungsi Tataniaga di Tingkat Pengecer 36

ANALISIS STRUKTUR DAN PERILAKU PASAR 36

Analisis Struktur Pasar Beras 37

Struktur Pasar di Tingkat Perusahaan 37

Struktur Pasar di Tingkat Distributor 37

Struktur Pasar di Tingkat Pengecer 38

Struktur Pasar di Tingkat Kelompok Tani 38

Analisis Perilaku Pasar Beras 38

Praktek Jual-Beli 38

Sistem Penentuan Harga dalam Transaksi 39

Sistem Pembayaran dalam Transaksi 39

Kerjasama antar Lembaga Tataniaga 40

ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA 40

Analisis Volume Distribusi 40

Analisis Biaya Tataniaga 41

Analisis Marjin Tataniaga 42

Analisis Firm’s share 42

Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya Tataniaga 43

SIMPULAN DAN SARAN 44

Simpulan 44

Saran 45

DAFTAR PUSTAKA 45

LAMPIRAN 47

(12)

DAFTAR TABEL

1. Luas lahan kritis sumatera barat tahun 2012 1

2. Karakteristik struktur pasar 13

3. Teknik pengumpulan data 21

4. Responden pelaku lembaga tataniaga dan jenis lembaga tataniaga 27

5. Sebaran pelaku lembaga tataniaga berdasarkan usia 28

6. Sebaran pelaku lembaga tataniaga berdasarkan tingkat pendidikan 28

7. Sebaran pelaku lembaga tataniaga berdasarkan lama usaha 28

8. Jumlah pembeli pupuk organik UD AMA 30

9. Distribusi penjualan perusahaan pupuk organik UD AMA 31

10. Distribusi penjualan distributor pupuk organik UD AMA 31

11. Tabulasi fungsi tataniaga disetiap saluran tataniaga 34

12. Volume distribusi saluran tataniaga pupuk organik UD AMA 40

13. Biaya tataniaga pupuk organik (rupiah per kilogram) UD AMA 45

14. Marjin tataniaga pupuk organik (rupiah per kilogram) UD AMA 42

15. Firm’s share UD AMA 43

16. Rasio keuntungan per biaya UD AMA 47

DAFTAR GAMBAR

1. Definisi marjin tataniaga dan nilai marjin tataniaga 11

2. Kerangka pemikiran operasional tataniaga pupuk organik 20

3. Saluran tataniaga pupuk organik UD AMA 33

DAFTAR LAMPIRAN

1. Panduan kuesioner penelitian 47

2. Marjin, keuntungan dan biaya pupuk organik UD AMA 51

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kontribusi Sumatera Barat untuk memenuhi pangan nasional cukup besar. Terbukti dengan produksi beras provinsi ini melebihi kebutuhan masyarakatnya yaitu sebesar 2 368 390 ton gabah kering giling (GKG), mengalami peningkatan 3.89 persen dibandingkan dengan tahun 2011 yang hanya sebesar 2 279 602 ton GKG. Kebutuhan masyarakat Sumatera Barat sendiri tak lebih dari 615 221 ton sehingga dapat disimpulkan bahwa mengalami surplus beras sekitar 1 753 169 ton. Kenaikan produksi padi didorong oleh bertambahnya luas panen sebesar 14 713 hektar dari 461 709 hektar pada 2011 menjadi 476 422 hektar. Peningkatan juga didorong oleh adanya peningkatatn produktvitas panen sebesar 0.34 kuintal per hektar (BPS, 2013).

Sumatera Barat sebagai salah satu penghasil beras nasional juga memiliki sisi negatif yaitu berupa lahan kritis disebabkan dari penggunaan pupuk kimia secara berlebihan atau ketidaktepatan penggunaan pupuk. Lahan kritis yang ada di tahun 2012 menunjukkan bahwa terdapat 333 439 hektar lahan kritis dan 38 947 hektar lahan sangat kritis di Sumatera Barat. Dilihat dari jumlah lahan kritis yang sangat besar membuat Sumatera Barat akan tentunya memiliki potensi yang besar dalam mengembangkan lahan kritis ini sehingga produksi pertanian dapat dimaksimalkan.

Tabel 1. Luas lahan kritis sumatera barat tahun 2012a Kabupaten/Kota Kategori Lahan Kritis

Kritis (Ha) Sangat Kritis (Ha)

(14)

Pupuk merupakan suatu bahan yang ditambahkan pada tanah atau media tanam tertentu untuk memenuhi kebutuhan dari unsur hara yang diperlukan tanaman sehingga tanaman berproduksi maksimal. Pupuk berisi berbagai kandungan kimia yang dapat dilihat dari bahan bakunya berupa organik ataupun non-organik (mineral). Pada dosis yang tepat, pupuk non-organik terbukti lebih efektif bila digunakan pada lahan yang masih belum terpengaruh oleh berbagai macam zat kimia lainnya. Efek samping penggunaan pupuk adalah adanya kerusakan dan pencemaran laut dan air tanah. Oleh karena itu, penggunaan pupuk yang berlebihan akan memicu pencemaran air.

Berbeda dengan pupuk non-organik, pupuk organik merupakan pupuk yang mengembalikan unsur hara alami tanah dan dalam dosis yang tinggi sekalipun tidak akan merusak tanah. Pupuk organik dipercaya dapat memberikan dampak positif kepada media tanah, semakin lama tanah berinteraksi dengan pupuk organik akan melengkapi dan menyusun kembali unsur alami tanah karena kandungan daripada salah satu dan beberapa zat yang ada di tanah. Pupuk non-organik dibuat dengan kadar kadar tertentu sehingga ketika salah satu zat yang berlebihan berada di dalam tanah, maka akan terjadi penggumpalan yang akan mengakibatkan tanah menjadi tidak subur. Sebaliknya ketika zat hara tanah telah tersusun kembali maka akan terjadi penyuburan tanah hal ini terjadi ketika pupuk organik yang berasal dari bahan-bahan alami akan mengembalikan sifat asli tanah.

Perkembangan industri pupuk khususnya pupuk organik, telah mencapai tahap perkembangan. Petrokimia organik dari PT. Petrokimia Gresik merupakan salah satu contoh pupuk yang melakukan pengembangan pupuk organik di Indonesia. Perusahaan ini telah mencapai tahap penyaluran distribusi pupuk organik ke seluruh Indonesia yang merupakan salah satu perusahaan utama sebagai pemasok kebutuhan pupuk organik nasional.

Kandungan bahan organik tanah yang ada di Indonesia kurang dari 2 persen, akan tetapi konsumsi pupuk organik di Indonesia tidaklah besar. Kebutuhan pupuk organik per hektar sangat besar yaitu 5-20 ton, transportasi akan menjadi masalah utama dalam penerapan pupuk organik. Hal ini diakibatkan dari sifat pupuk organik yang voluminous sehingga memerlukan biaya transportasi dan aplikasi yang besar, terlebih apabila tempat produksi berada di daerah yang jauh. Selain itu, efek yang ditimbulkan dari pemakaian pupuk organik juga sangat lambat dan membuat pemakaian kurang diminati petani. Pemakaian pupuk organik yang memberikan manfaat dalam pengembalian unsur hara tanah diharapkan dapat meningkatkan kembali produktivitas lahan kritis dan akan meningkatkan permintaan dari pupuk organik.

Pupuk menjadi perhatian utama bagi sektor pertanian karena produktivitas petani tergantung pada pupuk yang dipakai. Sumatera Barat sebagai salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki luas lahan untuk yang daerahnya banyak digunakan untuk tanaman pangan, hortikultura, perkebuanan, peternakan maupun perikanan budidaya menjadi salah satu opsi pemerintah dalam menjalankan tugas pembangunan. Menurut data yang disajikan di atas menunjukkan jumlah lahan kritis yang terdapat di wilayah Sumatera Barat. Jumlah tersebut diharapkan dapat berkurang dengan pemakaian pupuk organik yang mengembalikan kesuburan tanah.

(15)

akan menghasilkan data penyaluran pupuk organik yang dilakukan oleh suatu perusahaan dengan mengobservasi jumlah pupuk organik yang disalurkan oleh sentra produsen ke sentra konsumen sehingga didapatkan beberapa saluran dan marjin terdapat diantara keduanya.

Perumusan Masalah

Industri pertanian di Indonesia masih belum dapat lepas dari kebutuhan penggunaan pupuk organik ataupun pupuk anorganik. Kedua jenis pupuk ini mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing sehingga sebetulnya kedua jenis pupuk ini dapat melengkapi satu sama lain.

Kekurangan bahan baku berupa gas untuk urea, bahan kimia lainnya dalam pembuatan pupuk juga masih menjadi persoalan mendasar dari persoalan yang dihadapi industri pupuk. Berbeda jika dibandingkan dengan adanya perusahaan pupuk organik yang bahan bakunya berasal dari bahan organik. Distribusi juga merupakan salah satu persoalan yang masih membentur industri pupuk. Banyak petani melakukan pengaduan mengenai masalah kelangkaan pupuk di pasar. Padahal sebenarnya produksi pupuk sudah mencukupi karena Indonesia merupakan produsen pupuk terbesar di dunia. (Tasrif, 2013)

Produksi pupuk suatu perusahaan dapat dijadikan tolak ukur dalam menganalisis lembaga yang terdapat dalam saluran tataniaga. Selain itu, marjin yang terdapat diantara produsen dan konsumen akhir juga dapat diketahui. Kedua analisis ini akan memberikan pilihan kepada para pelaku bisnis untuk terlibat dalam sistem tataniaga suatu komoditas dalam hal ini pupuk organik.

Pemerintah mengatur kebijakan tataniaga pupuk bersubsidi dalam Peraturan Kementrian Perdagangan Republik Indonesia (Permendag) Nomor 07/M-DAG/PER/2/2009 tentang perubahan atas Peraturan Kementrian Perdagangan Republik Indonesia (Permendag) Nomor 21/M-DAG/PER/6/2008 tentang pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian. Pasal yang mengatur tataniaga pupuk bersubsidi dalam Permendag diatas antara lain RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok), wilayah tanggung jawab pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi, tanggung jawab setiap lini mulai dari distributor resmi yang ditunjuk oleh produsen lebih lanjut diatur oleh Direktur Jendral Perdagangan Dalam Negri, Departemen Perdagangan. Fakta disamping menimbulkan pertanyaan, apakah distributor merupakan lembaga yang paling banyak dalam menyalurkan pupuk organik? Selain itu, pemerintah juga mengatur perundangan pertanian yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 122/Permentan/SR.130/11/2013 tentang penetapan harga pupuk organik bersubsidi dengan harga Rp500 menimbulkan pertanyaan lanjutan, yaitu apakah harga yang dilepas oleh lembaga yang terlibat dalam sistem tataniaga pupuk organik sesuai dengan harga yang ditetapkan pemerintah? Siapa saja lembaga yang terlibat dalam sistem tataniaga pupuk organik?

(16)

1. Bagaimana sistem tataniaga pupuk organik di UD. AMA? 2. Bagaimana efisiensi tataniaga pupuk organik di UD. AMA?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menganalisis sistem tataniaga pupuk organik yang meliputi saluran tataniaga, lembaga tataniaga, fungsi tataniaga, struktur pasar dan perilaku pasar.

2. Menganalisis efisiensi tataniaga pupuk organik di setiap jenis saluran tataniaga.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang memerlukan informasi dalam hal tataniaga pupuk organik seperti yang telah dipaparkan pada tujuan penelitian, terutama bagi instansi terkait seperti Pemerintah Daerah Kabupaten Solok beserta Dinas Pertanian dan tentunya UD. AMA dalam rangka mengambil langkah-langkah yang tepat untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi produksi pupuk organik sebagai produk unggulan daerah serta memperbaiki sistem tataniaga yang selama ini dilakukan. Bagi penulis penelitian ini merupakan sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah, serta sebagai tugas akhir syarat dalam menyelesaikan studi kuliah. Selain itu, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi penelitian berikutnya yang berkaitan dengan tataniaga pupuk.

Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dibatasi oleh:

1. Produk yang diteliti adalah pupuk organik padat UD. AMA

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Tataniaga

(17)

dengan tujuan memenuhi kepuasan konsumen akhir (Asmarantaka, 2012)1. Dahl dan Hammond (1977), menyebutkan bahwa tataniaga merupakan serangkaian fungsi yang diperlukan untuk menggerakkan produk mulai dari produsen utama hingga konsumen akhir2. Tataniaga produk agribisnis menganalisis semua aktivitas bisnis yang terjadi dalam komoditi pertanian atau produk agribisnis, setelah produk tersebut lepas dari perusahaan produsen primer sampai ke tangan konsumen akhir (Purcell, 1979)3. Menurut Kohl dan Uhl (2002), tataniaga pertanian merupakan keragaman dari semua aktivitas bisnis dalam aliran barang dan jasa komoditas pertanian mulai dari tingkat produksi (perusahaan) sampai konsumen akhir, yang mencakup aspek input dan output pertanian4.

Berdasarkan beberapa pakar di atas dapat disimpulkan bahwa tataniaga adalah kegiatan penyaluran produk dari sentra produsen ke sentra konsumen melalui berbagai saluran tataniaga yang dilakukan oleh lembaga-lembaga tataniaga dan memiliki fungsi tataniaganya masing-masing. Tataniaga merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan nilai tambah kepada suatu produk dalam bentuk barang/jasa yang ditujukan kepada konsumen akhir. Kegiatan ini mampu memberikan manfaat kepada banyak orang di setiap stakeholder sehingga memberikan nilai tambah berupa nilai tambah bentuk, tempat, waktu, dan kepemilikan. Nilai tambah bentuk adalah suatu barang akan mempunyai nilai yang lebih besar apabila terjadi perubahan bentuk. Nilai tambah tempat adalah suatu barang akan mempunyai nilai yang lebih besar apabila terjadi perubahan tempat. Nilai tambah waktu adalah suatu barang akan mempunyai nilai yang lebih besar apabila terjadi perubahan waktu. Nilai tambah kepemilikan adalah suatu barang akan mempunyai nilai yang lebih besar apabila terjadi perubahan kepemilikan.

Pada akhirnya saluran tataniaga dari suatu komoditas haruslah diketahui untuk mengetahui jalur tataniaga manakah yang paling dapat memberikan keuntungan bagi pihak-pihak yang terkait dalam saluran tataniaga. Selain itu saluran tataniaga juga mempermudah dalam mencari besarnya marjin yang diterima tiap lembaga yang terlibat. Untuk membantu agar tataniaga berjalan dengan baik maka diperlukan bagian-bagian dalam tataniaga seperti lembaga tataniaga, saluran tataniaga, fungsi-fungsi tataniaga, struktur pasar dan perilaku pasar.

Saluran Tataniaga

Komoditi pertanian pada umumnya mempunyai sifat-sifat mudah rusak (perishable), mudah busuk, dan mempunyai bobot dan volume yang besar (bulky). Oleh karena itu komoditi pertanian harus mempunyai sistem penyaluran yang mempunyai sifat mampu memberikan perlindungan dan keamanan bagi barang tersebut. Menurut Limbong dan Sitorus (1985), saluran tataniaga dapat diartikan sebagai himpunan perusahaan dan perorangan yang mengambil alih hak, atau

1

Asmarantaka RW. 2012. Pemasaran Agribisnis. Modul Kuliah. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. IPB. Bogor.

2

Dahl DC, Hammond JW. 1977. Market and Price Analysis The Agricultural Industries. Mc Graw-Hill Book Company. New York.

3

Purcell WD. 1979. Agriculture Marketing System, Coordina tion, Cash and Future Prices. A Prentice-Hall Company. Virginia.

4

(18)

membantu dalam pengalihan hak atas barang atau jasa tertentu selama barang atau jasa tersebut berpindah dari produsen ke konsumen5. Penyaluran produk dari produsen ke konsumen memerlukan alur yang dapat memberikan akses terbaik agar produk yang dihasilkan sampai ke tangan konsumen sesuai kriteria keinginan konsumen.

Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih saluran tataniaga (Limbong dan Sitorus, 1985) yaitu:

1. Pertimbangan pasar: siapa konsumen, rumah tangga atau industri, besarnya potensi pembelian, bagaimana konsentrasi pasar secara geografis, berapa jumlah pesanan dan bagaimana kebiasaan konsumen dalam membeli.

2. Pertimbangan barang: berapa besar nilai per unit barang tersebut, besar dan berat barang (mudah rusak atau tidak), sifat teknis (berupa barang standar atau pesanan) dan bagaimana luas produk perusahaan yang bersangkutan.

3. Pertimbangan terhadap lembaga perantara meliputi: pelayanan yang dapat diberikan oleh lembaga perantara, sikap perantara terhadap kebijakan produsen, volume penjualan dan pertimbangan biaya.

Saluran tataniaga dapat dicirikan dengan memperhatikan banyaknya tingkat saluran. Panjangnya suatu saluran tataniaga akan ditentukan oleh banyaknya tingkat perantara yang dilalui oleh suatu barang dan jasa. Dengan mengetahui saluran tataniaga suatu komoditas maka dapat diketahui jalur mana yang lebih efisien dari semua kemungkinan jalur-jalur dapat ditempuh, serta dapat mempermudah mencari besarnya marjin yang diterima setiap lembaga yang terlibat.

Lembaga Tataniaga

Dahl and Hammond (1977), mengatakan bahwa untuk menganalisis sistem tataniaga dapat dilakukan melalui pendekatan kelembagaan (Institutional Approach), terdiri dari pedagang, pedagang perantara, pedagang spekulan, pengolah dan organisasi yang memberikan fasilitas tataniaga.

Badan perantara dibutuhkan keberadaannya untuk menggerakkan barang dan jasa dari titik produksi ke titik konsumsi, karena jarak antara produsen dan konsumen seringkali berjauhan. Penyampaian barang dari produsen ke konsumen akhir dalam sistem tataniaga melibatkan beberapa lembaga tataniaga sehingga membentuk berbagai saluran tataniaga yang digunakan produsen untuk menyalurkan produknya ke konsumen akhir dari titik produsen. Kelembagaan tataniaga adalah berbagai organisasi bisnis atau kelompok bisnis yang melaksanakan/mengembangkan aktivitas bisnis berupa kegiatan-kegiatan produktif yang diwujudkan melalui pelaksanaan fungsi-fungsi tataniaga. Melalui pendekatan ini dapat diketahui peranan lembaga-lembaga yang terlibat dalam penangan suatu komoditi mulai dari tingkat produsen hingga konsemen (Limbong dan Sitorus, 1985)5. Lembaga tataniaga berada diantara waktu proses produksi primer hingga suatu produk siap dikonsumsi oleh konsumen akhir.

Limbong dan Sitorus (1985)6 menyatakan bahwa lembaga tataniaga dapat digolongkan pada :

5

Limbong WH, Sitorus P. 1985. Handout Bahan Kuliah Pengantar Tataniaga Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

6

(19)

1. Lembaga tataniaga menurut fungsi yang dilakukan : - Lembaga fisik tataniaga, seperti badan pengangkut.

- Lembaga perantara tataniaga, seperti pedagang pengecer dan grosir. - Lembaga fasilitas tataniaga, seperti bank desa, kredit desa, dan KUD. 2. Lembaga tataniaga menurut penguasaan terhadap barang

- Lembaga tataniaga yang tidak memiliki tetapi menguasai barang, seperti agen, perantara dan broker.

- Lembaga tataniaga yang memiliki dan menguasai barang, seperti pedagang pengumpul, pedagang pengecer, grosir, eksportir/importer.

- Lembaga tataniaga yang tidak memiliki dan tidak menguasai barang, seperti pengangkutan, pergudangan, asuransi dan lain-lain.

Analisa lembaga tataniaga dilakukan diantara titik produsen sampai dengan titik konsumen sehingga terdapat beberapa badan perantara yang mengalirkan produk dari titik produsen ke titik konsumen. Lembaga tataniaga dapat berupa sebuah pedagang perantara, agen perantara, spekulator, industri pengolahan maupun organisasi pendukung yang melaksanakan fungsinya masing-masing. Fungsi Tataniaga

Berbagai bentuk kegiatan fungsional tataniaga akan memperlancar proses penyaluran barang atau jasa secara efektif dan efisien dari produsen ke konsumen. Kegiatan fungsional tersebut disebut sebagai fungsi-fungsi tataniaga yang berfungsi dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen. Fungsi tataniaga dilakukan oleh lembaga-lembaga tataniaga yang terlibat dalam proses tataniaga suatu komoditas yang membentuk rantai tataniaga atau sering disebut sebagai sistem tataniaga.

Dahl and Hammond (1977), mengatakan bahwa untuk menganalisis sistem tataniaga dapat dilakukan melalui pendekatan fungsi (functional approach), terdiri dari fungsi pertukaran (pembelian dan penjualan), fungsi fisik (penyimpanan, pengolahan dan pengangkutan) dan fungsi fasilitas (standarisasi dan grading, pengnggung risiko, pembiayan dan informasi pasar).

Dalam aliran produk pertanian dari produsen sampai ke konsumen akan terjadi peningkatan nilai guna komoditi pertanian tersebut. Peningkatan nilai guna ini terjadi karena adanya lembaga-lembaga tataniaga yang melaksanakan fungsi-fungsi tataniaga yang terdiri dari fungsi-fungsi pertukaran, fungsi-fungsi fisik dan fungsi-fungsi fasilitas serta fungsi pertukaran dari fungsi penjualan dan fungsi pembelian.

Fungsi fisik merupakan kegiatan yang berhubungan dengan kegunaan bentuk, tempat dan waktu. Fungsi fisik meliputi pengolahan, penyimpanan dan pengangkutan.

Fungsi fasilitas merupakan kegiatan yang ditujukan untuk memperlancar kegiatan pertukaran yang mencakup semua tindakan yang berhubungan dengan kegiatan pertukaran yang terjadi antara produsen dan konsumen. Fungsi fasilitas terdiri dari fungsi standarisasi dan fungsi grading, fungsi penggunaan risiko, fungsi pembiayaan dan fungsi informasi pasar.

(20)

penyimpanan termasuk biaya pemeliharaan fisik gudang, risiko kerusakan selama penyimpanan dan biaya-biaya yang dikeluarkan selama barang tersebut masih disimpan.

Fungsi pengangkutan bertujuan untuk menyediakan barang di daerah konsumen yang sesuai dengan kebutuhan konsumen baik menurut waktu, jumlah dan mutunya. Adanya keterlambatan dalam pengangkutan dan jenis alat angkut yang tidak sesuai dengan sifat barang yang akan diangkut dapat menimbulkan kerusakan dan penurunan mutu barang yang bersangkutan.

Fungsi standarisasi adalah suatu ukuran atau penentuan mutu suatu produk dengan berbagai warna, ukuran, kadar air, bentuk, tingkat kematangan, rasa dan kriteria lainnya. Grading adalah tindakan menggolongkan suatu produk menurut standarisasi yang diinginkan oleh pembeli. Kedua fungsi ini memberikan manfaat dalam proses tataniaga, yaitu mempermudah pelaksanaan jual-beli serta mengurangi biaya tataniaga terutama biaya pengangkutan.

Setiap fungsi diatas mulai dari fungsi fisik, fungsi fasilitas, fungsi penyimpanan, dan fungsi standarisasi diharapkan agar diketahui dan dapat dimaksimalkan oleh produsen sehingga terkordinasi dengan baik. Adanya koordinasi antara fungsi diatas tentunya melibatkan banyak stakeholder dan memiliki macam-macam struktur pasar yang perlu diketahui pula oleh para pelaku bisnis.

Setiap tataniaga suatu komoditas memiliki tujuan akhir yaitu efisiensi dari keseluruhan sistem tataniaga tersebut. Saluran tataniaga dari suatu komoditas perlu diketahui untuk menentukan jalur mana yang lebih efisien dari semua kemungkinan jalur-jalur yang dapat ditempuh. Selain itu saluran pemasaran dapat mempermudah dalam mencari besarnya margin yang diterima tiap lembaga yang terlibat. Efisiensi sistem tataniaga merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai dalam suatu sistem tataniaga. Efisiensi tataniaga dapat tercapai jika sistem tersebut dapat memberikan kepuasan bagi pihak-pihak yang terlibat di dalam tataniaga seperti produsen, konsumen akhir dan lembaga-lembaga tataniaga.

Efisiensi Tataniaga

Tataniaga yang efisien adalah sampainya produk ke konsumen akhir menurut tempat, waktu, dan bentuk yang diinginkan konsumen dengan biaya yang serendah-rendahnya serta adanya pembagian yang adil dari harga yang dibayar konsumen akhir kepada semua pihak yang terkait dalam kegiatan produksi dan tataniaga tersebut (Mubyarto, 1992)7. Konsep efisiensi sering mempergunakan ukuran keragaan pasar. Meningkatnya efisiensi atau sistem pemasaran yang efisien merupakan keinginan atau tujuan dari partisipan pemasaran yaitu petani, perusahaan atau lembaga-lembaga pemasaran (pedagang, pengolah dan pabrik), konsumen, dan masyarakat umum. Salah satu indikator efisiensi pemasaran adalah efisiensi teknis (operasional) yaitu merupakan ukuran dari perbandingan (rasio) dari nilai output dengan input pemasaran (Asmarantaka, 2012)8.

7

Mubyarto. 1992. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3S.

8

(21)

Konsep efisiensi sering digunakan sebagai ukuran keragaan pasar. Salah satu indikator efisiensi tataniaga adalah efisiensi teknis (operasional) yaitu merupakan ukuran dari perbandingan dari nilai output dan input tataniaga. Tataniaga agribisnis yang efisien akan terwujud apabila terdapat indikator-indikator berikut, antara lain :

1. Menciptakan atau meningkatkan nilai tambah (value added) yang tinggi terhadap produk agribisnis.

2. Menghasilkan keuntungan bagi setiap lembaga tataniaga perusahaan yang terlibat sesuai dengan nilai korbanannya (biaya-biaya yang dikeluarkan). 3. Marketing margin (biaya dan keuntungan) yang terjadi relatif sesuai dengan

fungsi-fungsi atau aktivitas bisnis yang meningkatkan kepuasan konsumen akhir.

4. Memberikan bagian yang diterima perusahaan produsen (firm’s share) yang relatif akan merangsang produsen berproduksi.

Ukuran efisiensi adalah kepuasan dari konsumen, produsen maupun lembaga-lembaga yang terlibat di dalam mengalirkan barang/jasa mulai dari produsen sampai konsumen akhir. Banyak sekali ukuran untuk menentukan efisiensi tataniaga karena hal tersebut cukup sulit dan sangat relatif. Oleh sebab itu, banyak pakar yang mempergunakan indikator ukuran efisiensi operasional, efisiensi harga, dan efisiensi relatif (Hammond dan Dahl, 1977; Raju dan Open, 1982; Kohls dan Uhl, 2002) dalam Asmarantaka (2012)12. Secara normatif, struktur pasar yang efisien adalah struktur pasar persaingan sempurna (perfect competition). Akan tetapi dalam kenyataannya, struktur pasar ini tidak dapat ditemukan secara jelas.

Secara fakta di suatu tempat, pasar yang efisien adalah pasar yang kompetitif dengan indikator antara lain :

1. Harus terdapat alternatif bagi konsumen maupun produsen (ada pilihan yang tersedia.

2. Terdapat insentif bagi pelaku-pelaku pasar untuk masuk pasar atau industri. 3. Pangsa pasar (market share) relatif menyebar, tidak terpusat pada satu atau

beberapa perusahaan.

Keunggulan komparatif menerangkan bahwa produk agribisnis mempunyai keunggulan relatif lebih tinggi daripada produk lain atau wilayah lain. Keunggulan kompetitif merupakan kemampuan untuk memasok barang/jasa pada waktu, tempat dan bentuk yang diinginkan konsumen, baik di pasar domestik maupun internasional pada harga yang sama atau lebih rendah dari harga pesaing, serta memperoleh laba sesuai dengan ongkos penggunaan sumberdaya (opportunity cost). Apabila kedua pengertian diatas dibandingkan akan terlihat bahwa keunggulan kompetitif memiliki pengertian lebih luas dari keunggulan komparatif karena kenggulan kompetitif yang didukung oleh keunggulan komparatif memiliki keunggulan dalam jangka panjang. Tataniaga produk agribisnis yang efisien mempunyai implikasi bahwa produk agribisnis memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif. Sehingga produk-produk agribisnis tersebut bisa bersaing di pasar internasional (global), baik dari aspek harga, kualitas dan keamanan yang akan menyebabkan konsumen puas.

(22)

Salah satu indikator yang dapat digunakan dalam menentukan efisiensi dari suatu aktivitas tataniaga adalah dengan membandingkan bagian yang diterima perusahaan produsen (firm’s share) terhadap harga yang dibayar di tingkat konsumen akhir. Kohls dan Uhl (2002) menyatakan firm’s share merupakan bagian yang diterima perusahaan produsen dari nilai uang yang dibayarkan oleh konsumen, nilai firm’s share biasa dinyatakan dalam persentase9. Nilai firm’s share berbanding terbalik dengan nilai marjin tataniaga. Semakin tinggi nilai marjin tataniaga menunjukkan semakin kecil bagian yang diterima perusahaan produsen dalam melaksanakan suatu aktivitastataniaga.

Penerimaan perusahaan produsen (Firm’s share) merupakan perbedaan antara harga di tingkat retail untuk produk pangan dan serat dengan marjin tataniaga. Ini merupakan porsi dari nilai yang dibayar konsumen akhir yang diterima oleh perusahaan produsen, dalam bentuk persentase (%). (Asmarantaka, 2012)10.

Alternatif perhitungan nilai firm’s sharediperoleh dari rasio antara harga di tingkat usahatani terhadap harga di tingkat pengecer dari suatu komoditi. Secara matematis, firm’s sharedirumuskan sebagai berikut (Asmarantaka, 2012)11 :

Keterangan :

Fs : Persentase yang diterima produsen dari harga konsumen akhir Pf : Harga di tingkat perusahaan produsen

Pr : Harga di tingkat konsumen akhir Marjin Tataniaga

Pengertian dari marjin tataniaga sering digunakan untuk menerangkan tentang fenomena yang menjembatani gap (bridging the gap) antara pasar di tingkat petani (farmer) dengan pasar di tingkat pengecer (retailer). Marjin tataniaga hanya berhubungan dengan perbedaan harga dan tidak membuat pernyataan tentang jumlah produk (Limbong dan Sitorus, 1985)12. Asmarantaka (2012) memberikan alternatif definisi marjin tataniaga (perspektif makro/pemasaran) yaitu menggambarkan kondisi pasar di tingkat petani dan pasar di tingkat konsumen13. Hammond dan Dahl (1977) menjelasakan bahwa marjin tataniaga dapat dirumuskan dengan Mr = Pr (harga ditingkat retailer atau konsumen akhir) – Pf (harga di tingkat petani produsen atau petani)14.

9

Kohls RL, Uhl JN. 2002. Marketing of Agricultural Products. MacMillian Publishing Company. New York

10

Asmarantaka RW. 2012. Pemasaran Agribisnis. Modul Kuliah. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. IPB. Bogor.

11

Asmarantaka RW. 2009. Modul Kuliah Tataniaga Produk Agribisnis. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

12

Limbong WH, Sitorus P. 1985. Handout Bahan Kuliah Pengantar Tataniaga Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

13

Asmarantaka RW. 2012. Pemasaran Agribisnis. Modul Kuliah. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. IPB. Bogor.

14

(23)

Harga (P)

Margin

Qr,f Harga (P)

Gambar 1. Definisi marjin tataniaga dan nilai marjin tataniagaa a

Sumber : Dahl dan Hammond (1977) serta Tomek dan Robinson (1990) dalam Asmarantaka (2012), diadaptasi dari modul Pemasaran Agirbisnis (Agrimarketing)

Gambar 1 menjelaskan bahwa marjin adalah perubahan harga di tingkat pengecer (retail) dengan harga di tingkat petani (farm). Perpotongan antara kurva primary supply dengan kurva derived demand merupakan bentuk harga di tingkat petani. Primary supply menggambarkan penawaran yang ada di tingkat petani dari komoditi yang diusahakan dalam kegiatan usahatani. Bentuk primary supply dalam sistem agribisnis dapat digambarkan sebagai penawaran yang dilakukan petani terhadap komoditi yang dihasilkan dan biasanya digunakan sebagai bahan baku oleh industri pengolahan. Misalkan penawaran petani tomat terhadap produk tomat yang dihasilkan kepada pabrik pengolahan tomat botolan. Sementara itu, derived demand menggambarkan permintaan di tingkat pedagang perantara atau pabrik pengolah terhadap produk yang dihasilkan oleh petani. Derived demand merupakan turunan dari primary demand. Derived demand dalam aktivitas agribisnis dapat dicontohkan melalui permintaan tomat oleh pabrik pengolahan tomat botolan kepada petani yang membudidayakan komoditi tomat. Oleh karena itu, karena adanya penawaran dari pihak petani (Sf) dan terdapat juga permintaan dari pihak pabrik pengolah ataupun pedagang eceran (Dr) maka akan terbentuk harga keseimbangan di tingkat petani (Pf).

Pertemuan antara kurva primary demand dengan kurva derived supply membentuk harga di tingkat pengecer. Primary demand merupakan permintaan di tingkat konsumen dengan pedagang pengecer atau pabrik pengolahan. Misalnya permintaan konsumen terhadap produk tomat botolan yang dihasilkan oleh pabrik pengolah tomat botolan. Sedangkan derived supply merupakan turunan dari primary supply yang menggambarkan penawaran yang dilakukan pada tingkat pedagang perantara ataupun pabrik pengolah. Bentuk dari derived supply dapat dicontohkan sebagai penawaran yang dilakukan oleh pabrik pengolahan tomat botolan kepada konsumen yang biasa mengkonsumsi tomat. Oleh karena itu, karena adanya penawaran dari pihak pabrik pengolah ataupun pedagang eceran (Sr) dan terdapat juga permintaan dari pihak konsumen (Df) maka akan terbentuk harga keseimbangan di tingkat pedagang eceran ataupun pabrik pengolah (Pr).

(24)

(retail) akan menghasilkan marjin dalam tataniaga komoditi tomat, sehingga terbukti bahwa marjin tataniaga terbentuk dari selisih harga di tingkat petani (farm) dengan harga di tingkat pengecer/pabrik pengolah (retail) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Penelitian ini perlu mengetahui harga yang diterima oleh petani, harga beli, biaya-biaya tataniaga dan harga jualnya.

Rasio Keuntungan dan Biaya

Rasio keuntungan dan biaya tataniaga menunjukkan besarnya keuntungan yang diterima atas biaya yang dikeluarkan dalam aktivitas tataniaga. Keuntungan memiliki pengertian yang relatif luas yaitu balas jasa dari penggunaan sumberdaya (capital fisik maupun manusia) dan biaya imbangan (opportunity cost) dari kesempatan terbaik (Asmarantaka, 2012)15. Membandingkan laju keuntungan (profit rates) antara perusahaan-perusahaan dan industri penuh dengan risiko, karena adanya perbedaan cara perhitungan dengan teknik laporan.

Rasio keuntungan dan biaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efisiensi tataniaga dengan melihat penyebaran rasio keuntungan terhadap biaya pada setiap lembaga tataniaga. Semakin besar penyebaran rasio maka sistem tataniaga yang dipakai akan semakin efisien pula. Rasio keuntungan dan biaya merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur seberapa besar keuntungan yang diperoleh oleh lembaga tataniaga naik sebesar satu satuan mata uang.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efisiensi Tataniaga Struktur Pasar

Struktur pasar merupakan suatu dimensi yang menjelaskan definisi industri dan perusahaan mengenai jumlah yang ada dalam satu pasar, distribusi perusahaan tersebut dengan berbagai ukuran dan diferensiasi produk, serta syarat-syarat keluar masuk pasar (Azzaino, 1983)16. Menurut Dahl dan Hammond (1977), struktur pasar merupakan suatu dimensi yang menjelaskan pengambilan keputusan oleh perusahaan maupun industri, jumlah perusahaan suatu pasar, distribusi perusahaan menurut berbagai ukuran , deskripsi produk atau diferensiasi produk, syarat-syarat masuk, dan sebagainya atau penguasaan pasar17.

Terdapat empat faktor yang menjadi penentu karakteristik struktur pasar, antara lain: (1) jumlah dan ukuran perusahaan, (2) kondisi produk, (3) kondisi keluar masuk pasar, (4) tingkat pengetahuan mengenai biaya, harga dan kondisi pasar diantara partisipan-partisipan pasar (Dahl and Hammond, 1977)12. Mc Kie dalam Asmarantaka (2012)18, mengemukakan bahwa beberapa ukuran untuk melihat struktur pasar antara lain:

15

Asmarantaka RW. 2012. Pemasaran Agribisnis. Modul Kuliah. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. IPB. Bogor.

16

Azzaino Z. 1981. Pengantar Tataniaga Pertanian. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Institut Pertanaian Bogor. Bogor

17

Dahl DC, Hammond JW. 1977. Market and Price Analysis The Agricultural Industries. Mc Graw-Hill Book Company. New York.

18

(25)

1. Market concentration (konsentrasi pasar); market concentration diukur berdasarkan persentase dari penjual/aset/pangsa pasar.

2. Exit-entry (kebebasan keluar masuk calon penjual); perusahaan yang besar mempunyai kelebihan dalam melakukan tindakan price control, dalam rangka mempertahankan konsentrasinya di dalam pasar.

Struktur pasar dapat dilihat dari dua sisi, baik dari sisi pembeli maupun sisi penjual. Dari sisi pembeli terdiri dari pasar monopsoni, oligopsoni terdiferensiasi, oligopsoni murni, persaingan monopolistik, dan persaingan murni. Sedangkan dari sisi penjual terdiri dari pasar monopoli, oligopoli terdiferensiasi, oligopoli murni, persaingan monopolistik, dan persaingan murni. Karakteristik-karakteristik pasar dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Karakteristik struktur pasara

Karakteristik Struktur Pasar

Jumlah Perusahaan

Sifat Produk Sudut Penjual Sudut Pembeli Banyak Homogen Persaingan murni Persaingan murni Banyak Diferensiasi Persaingan

monopolistik

Persaingan monopolistik Sedikit Homogen Oligopoli murni Oligopsoni murni Sedikit Diferensiasi Oligopoli

terdiferensiasi

Oligopsoni terdiferensiasi

Satu Unik Monopoli Monopsoni

aSumber : Dahl and Hammond, 1977

Apabila suatu pasar memiliki ciri dengan banyak pembeli dan penjual, pembeli dan penjual hanya menguasai sebagian kecil barang atau jasa yang dipasarkan sehingga tidak dapat mempengaruhi harga pasar, penjual dan pembeli sebagai price taker, produk yang dipasarkan bersifat homogen serta penjual dan pembeli bebas keluar masuk pasar maka dapat dikatakan pasar tersebut adalah termasuk pasar bersaing sempurna.

Struktur pasar persaingan tidak sempurna dapat dibedakan dari sisi pembeli dan sisi penjual. Dari sisi pembeli pasar persaingan tidak sempurna yaitu pasar monopsoni, pasar oligopsoni dan lainnya. Sementara dilihat dari sisi penjual pasar persaingan tidak sempurna dibedakan atas pasar monopoli, pasar oligopoli, pasar duopoli, pasar persaingan monopolistik dan lain-lain.

Sedangkan beberapa hal yang berjalan beriringan dengan struktur pasar adalah perilaku pasar. Kedua aspek ini akan membantu pelaku bisnis dalam mengelola perusahaan yang dimilikinya karena kombinasi faktor-faktor ini akan membentuk keragaman pasar dengan berbagai indikatornya.

Perilaku Pasar

Perilaku pasar menunjukkan strategi yang digunakan oleh seluruh pelaku yang terlibat dalam pasar untuk menghadapi pesaing. Struktur pasar dan perilaku pasar akan menentukan keragaman pasar yang dapat diukur melalui peubah harga, biaya, marjin tataniaga dan jumlah komoditi yang akan dipasarkan, sehingga akan memberikan penilaian baik/tidaknya suatu sistem tataniaga.

(26)

dengan struktur pasar dimana lembaga tersebut beroperasi. Perilaku dapat dilihat dari proses pembentukan harga dan stabilitas pasar, serta ada tidaknya praktek jujur dari lembaga tersebut. Berdasarkan pendapat pakar di atas maka perilaku pasar dapat diketahui dengan cara mengobservasi kegiatan pembelian dan penjualan lembaga-lembaga pemasaran, sistem penentuan dan pembayaran serta kerjasama diantara berbagai lembaga pemasaran.

Keragaan Pasar

Keragaan pasar menurut Dahl dan Hammond (1977)19 adalah nilai akhir yang diperoleh sebagai akibat dari penyesuaian pasar yang dilakukan oleh lembaga pemasaran. Keragaan pasar timbul akibat adanya perilaku pasar dan tindakan yang tercermin dalam aktivitas pemasaran melalui beberapa variabel ekonomi, mulai dari biaya, harga, dan kapasitas output.

Studi Relevan

Kedudukan pupuk yang sangat penting dalam dunia pertanian mendorong pemerintah untuk mengatur tataniaga pupuk. Hal ini karena pupuk merupakan komponen utama dalam menunjang keberhasilan pertanian yang basis pemasarannya adalah masyarakat petani sehingga pemerintah memberi wewenang dengan menunjuk produsen pupuk dalam hal ini adalah PT. Pupuk Sriwidjaja (PUSRI) untuk mengatur sistem distribisi dan pemasaran pupuk di Indonesia sesuai dengan wilayah tanggung jawabnya. Kenaikan harga pupuk yang cukup memberatkan petani juga dikarenakan pemerintah tidak mampu mengontrol sistem distribusi pupuk. Ketidaklancaran sistem distribusi merupakan salah satu faktor penyebab kelangkaan pupuk sehingga petani sulit memperolehnya. Maka menurut Heriyanto (2006) perlu dikaji efisiensi tataniaga pupuk PT. PUSRI setelah adanya kebijakan bersubsidi. Tujuan penelitian Heriyanto adalah menganalisis sitem tataniaga pupuk Urea bersubsidi ditinjau dari saluran dan fungsi tataniaga, menganalisis struktur, perulaku dan ketagaan pasar pupuk Urea bersubsidi, menganalisis marjin dan penyebarannya di antara lembaga tataniaga, serta menganilisis efisiensi tataniaga dan keterpaduan pasar pupuk Urea bersubsidi di Kabupaten Ogan Komering Ilir.

Berdasarkan hasil analisis marjin tataniaga penelitian Heriyanto (2006) menunjukkan bahwa penyaturan pupuk Urea bersubsidi di Kabupaten Ogan Komering Ilir belum efisien. Hal ini karena biaya-biaya tataniaga yang dikeluarkan masing-masing distributor sangat tinggi terutama biaya transportasi. Tingginya biaya transportasi karen apada lini III (Kabupaten) tidak terdapat gudang sehingga harga pupuk Urea yang diterima petani menjadi lebih tinggi. Dilihat dari uji keterpaduan pasar, diketahui bahwa pasar pupuk Urea antara tingkat produsen, distributor, dan pengecer tidak terpadu baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Hasil tersebut juga didukung oleh hasil uji hipotesis pada koefisien b3 yang menunjukkan bahwa thitung < ttabel sehingga scara statistic hipotesis nol terima, artinya kedua pasar tersegmentasi. Tidak terpadunya kedua pasar karena harga di tingkat produsen tidak mempengaruhi harga di

19

(27)

tingkat distributor dan pengecer. Dengan demikian bahwa sistem tataniaga pupuk Urea bersubsidi beloum efisien karena harga di tingkat produsen tidak ditransmisikan secara sempurna ke tingkat distributor dan pengecer.

Kegiatan-kegiatan yang berhubungan aspek pemasaran selalu berada diantara produksi dan konsumsi. Dalam kegiatan pemasaran itu sangat luas, bukan sekedar menjual barang, tetapi juga mencakup segala aktivitas yang berhub

ungan dengan arus barang dan jasa dari produsen ke tangan konsmen akhir. Karena itu aspek pemasaran perlu mendapatkan perhatian yang sangat serius sehingga dapat tercupta suatu system pemasaran yang sehat dan dapat memberikan keuntungan kepada semua pihak yang menyediakan jasa dalam kegiatan tataniaga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem pemasaran yang diterapkan dan perkembangan pemasaran pupuk yang dilaksanakan oleh perusahaan. Metode penelitan yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan penelitian lapang dan penelitian pustaka sehingga teori-teori yang mendukung penelitian ini dapat digunakan dalam penelitian lapang serta memakai metode analisis deskriptif dan analisis trend.

Di dalam penelitian yang dilaksanakan didapatkan data bahwa selama ini sistem pemasaran pupuk yang digunakan oleh perusahaan ini adalah melalui dua perantara yaitu melalui distributor dan pengecer (dari distributor ke pengecer dan dari pengecer ke konsumen atau petani). Pemasaran pupuk oleh PT. PUSRI PPD Sulawesi Selatan sebagai distributor menggunakan 6 (enam) pola sistem pemasaran yang dimaksudkan sebagai upaya menguasai pasar, khususnya dai segi kecepatan waktu barang dari produsen ke knsumen guna mencptakan siklus produk dan nilai uang dipasaran. Sistem enam pola pemasaran dapat meningkatkan volume penjualan sebesar 35 346.3 ton per tahun.

Beras merupakan bahan pangan pokok bagi 95 persen penduduk Indonesia dengan tingkat konsumsi 139 kilogram per kapita per tahun. Tujuan dari penelitian Priambudi (2013) adalah menganalisis sistem tataniaga beras yang meliputi saluran tataniaga, lembaga tataniaga, fungsi tataniaga, struktur pasar dan perilaku pasar. Selain itu, penelitian ini menganalisis efisiensi tataniaga beras di setiap jenis saluran tataniaga. Priambudi menuturkan bahwa saluran tataniaga beras di kabupaten Banyuwangi terdiri dari 12 saluran dan ada enam jenis lembaga tataniaga (Kelompok Tani, Penebas, Penggilingan, Pedagang Besar, Pedagang Pengecer dan Sub Divisi Regional Bulog). Total hasil panen padi Musim Tanam I 2012 sebanyak 272.880 kilogram GKP atau setara 150.084 kilogram beras. Analisis efsiensi tataniaga membuktikan bahwa pada saluran VII mendistribusikan 31.755,50 kilogram beras. Biaya tataniaga tertinggi yaitu 1.512 rupiah per kilogram pada Saluran XII. Nilai marjin tataniaga terbesar juga pada Saluran XII yaitu sebesar 2.721 rupiah per kilogram. Saluran III memiliki nilai

farmer’s share 79 persen. Nilai farmer’s share yang lebih tinggi pada suatu saluran dibandingkan dengan saluran tataniaga lainnya menunjukkan saluran tersebut efisien secara operasional.

(28)

pemasaran yang diterapkan terhadap peningkatan penjualan pada PT. Pupuk Sriwijaya PPD Sulawesi Selatan yaitu Analisis Deskriptif dan Analisis Trend.

Selama ini sistem pemasaran pupuk yang digunakan oleh perusahaan ini adalah melalui dua perantara yaitu melalui distributor dan pengecer (dari distributor ke pengecer dan dari pengecer ke konsumen atau petani). Pemasaran pupuk oleh PT. Pupuk Sriwijaya (PUSRI) PPD Sulawesi Selatan sebagai distributor menggunakan enam pola sistem pemasaran yang dimaksudkan sebagai upaya menguasai nilai uang dipasaran. Sistem enam pola sistem pemasaran dapat meningkatkan volume penjualan sebesar 35 346.3 ton per tahun.

Kerangka Berpikir

Kontribusi Lembaga Tataniagadengan Efisiensi Tataniaga

Lembaga tataniaga merupakan salah satu bagian dari sistem tataniaga yang mempunyai nilai yang sangat berharga karena lembaga tataniaga membahas segala stakeholders yang terlibat dalam suatu tataniaga dan erat kaitannya dengan efisiensi tataniaga yaitu penyaluran produk hingga ke konsumen akhir sesuai dengan keinginan dari konsumen. Semakin baik kontribusi lembaga tataniaga maka akan memudahkan proses tataniaga sebaliknya apabila kontribusi yang diberikan lembaga-lembaga tataniaga hanya sedikit maka akan menghambat suatu proses tataniaga yang akan memberikan dampak kepada efisiensi tataniaga. Lembaga tataniaga meliputi produsen, pedagang perantara dan lembaga pemberi jasa.

Kontribusi Saluran Tataniaga dengan Efisiensi Tataniaga

Dengan mengetahui saluran tataniaga suatu komoditas maka dapat diketahui jalur mana yang lebih efisien dari semua kemungkinan jalur-jalur dapat ditempuh, serta dapat mempermudah mencari besarnya marjin yang diterima setiap lembaga yang terlibat. Semakin panjang saluran tataniaga maka efisiensi tataniaga suatu komoditas juga akan semakin tidak efisien sebaliknya semakin sedikit pendek saluran tataniaga yang dilalui menunjukkan semakin efisien saluran tataniaga yang dilalui suatu produk.

Kontribusi Fungsi Tataniaga dengan Efisiensi Tataniaga

Kegiatan fungsional tataniaga akan memperlancar proses penyaluran barang atau jasa secara efektif dan efisien dari produsen ke konsumen karena kegiatan ini berfungsi untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen. Fungsi tataniaga yang dilakukan oleh lembaga-lembaga tataniaga yang terlibat dalam proses tataniaga suatu komoditas akan mengefisienkan suatu proses tataniaga.

Hubungan Struktur Pasar dengan Efisiensi Tataniaga

Struktur pasar akan menunjukkan pengambilan keputusan oleh perusahaan maupun industri. Identifikasi struktur pasar yang tepat akan membantu suatu perusahaan atau industri melakukan proses pengambilan keputusan yang menghasilkan efisiensi tataniaga yang berkesinambungan.

(29)

Strategi dalam pemilihan yang ditempuh baik oleh penjual maupun pembeli untuk mencapai tujuan masing-masing akan mempengaruhi perilaku pasar. Strategi yang digunakan oleh seluruh pelaku yang terlibat dalam pasar untuk menghadapi pesaing melalui peubah harga, biaya, marjin tataniaga dan jumlah komoditi yang akan dipasarkan akan memberikan penilaian baik/tidaknya suatu sistem tataniaga.

Hubungan Saluran, Lembaga, Fungsi Tataniaga serta Struktur dan Perilaku Pasar dengan Efisiensi Tataniaga

Semakin pendek saluran tataniaga, semakin baik kontribusi lembaga tataniaga, semakin baik identifikasi dari struktur pasar, dan semakin baik keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan akan semakin baik pula fungsi dan perilaku pasar yang berarti akan semakin baik pula efisiensi dalam tataniaga.

Hipotesa

Berdasarkan kerangka pemikiran yang menjadi panduan penelitian, maka penelitian yang berjudul “Analisis Tataniaga Pupuk Organik Perusahaan UD. AMA” ini diajukan hipotesa dengan pernyataan berikut :

1. Sistem tataniaga pupuk organik di UD. AMA memiliki beberapa saluran dan lembaga tataniaga yang menjalankan beberapa fungsi tataniaga.

2. Efisiensi tataniaga di UD. AMA Kabupaten Solok, yang diukur dengan pendekatan market’s share, biaya tataniaga, marjin tataniaga, firm’s share dan rasio keuntungan per biaya, setiap saluran tataniaga memiliki tingkat efisiensi yang berbeda-beda.

3. Strukur pasar pupuk organik di UD. AMA memilik perilaku pasar yang berbeda-beda yang diduga mempengaruhi efisiensi tataniaga.

Kerangka Pemikiran Operasional

Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis sistem tataniaga pupuk organik. Pada penelitian ini analisis dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif meliputi analisis saluran dan lembaga tataniaga, fungsi tataniaga, struktur pasar dan perilaku pasar dari petani produsen hingga pedagang pengecer. Analisis kuantitatif dilakukan untuk mengetahui efisiensi tatataniaga melalui efisiensi operasional. Indikator efisiensi operasional yang digunakan sebagai alat analisis adalah marjin tataniaga, firm’s share dan rasio biaya terhadap keuntungan.

(30)

Gambar 2. Kerangka pemikiran opersional tataniaga pupuk organik

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di UD. AMA Kecamatan Aripan, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Waktu penelitian dilakukan selama bulan Maret 2014 – April 2014. Alasan yang melatarbelakangi pemilihan lokasi penelitian yaitu karena UD. AMA adalah perusahaaan penghasil pupuk organik terbesar dan terbaik di Sumatera Barat.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data yang bersifat sekunder diperoleh melalui laporan tahunan tertulis lembaga atau institusi yang terkait dalam penelitian ini, seperti Perpustakaan Lembaga Sumberdaya Informasi IPB, Laporan Tahunan Dinas Pertanian

Peningkatkan kebutuhan pupuk organik di Sumatera Barat

Analisis tataniaga pupuk organik di UD. AMA

1. Analisis saluran dan lembaga tataniaga

2. Analisis fungsi tataniaga

3. Analisis struktur dan perilaku pasar

1. Analisis marjin tataniaga 2. Analisis firm’s share

3. Analisis rasio keuntungan terhadap biaya

Efisiensi tataniaga pupuk organik

Rekomendasi sistem tataniaga pupuk organik UD. AMA yang lebih efisien

(31)

Sumatera Barat, Badan Pusat Statistik, serta laporan-laporan lainnya yang berkaitan dengan penelitian di tahun 2013.

Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan perusahaan prdusen dan lembaga pemasaran yang ada (produsen, distributor, pengecer. kelompok tani, penyalur dan konsumen dalam hal ini petani) dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya yang terjadi pada tahun 2013. Wawancara dilakukan dengan mempersiapkan terlebih dahulu daftar pertanyaan (kuisioner) yang akan diajukan. Teknisnya, peneliti mengajukan pertanyaan dengan panduan daftar pertanyaan yang telah dibuat sebelumnya. Berikut ini akan diuraikan data-data yang diperlukan dalam penelitian, antara lain:

1. Data untuk menganalisis lembaga dan saluran tataniaga

a. Karakteristik perusahaan produsen, distributor maupun pengecer dan penyalur pupuk organik dengan indikator umur, pendidikan terakhir dan pengalaman usaha.

b. Gambaran usahatani yang meliputi kepemilikan luas lahan, hasil panen, teknik budidaya dan peralatan yang digunakan.

c. Cara transaksi penjualan peusahaan produsen dan pedagang pupuk organik.

d. Cara transaksi pembelian pedagang pupuk organik. e. Fungsi yang dilakukan lembaga tataniaga.

f. Peguasaan lembaga terhadap produk tataniaga. g. Bentuk usaha lembaga tataniaga.

2. Data untuk menganalisis fungsi tataniaga Fungsi Pertukaran

a. Volume penjualan perusahaan produsen dan pedagang pupuk organik.. b. Volume pembelian pedagang pupuk organik.

c. Tempat penjualan perusahaan produsen dan pedagang pupuk organik. d. Tempat pembelian pedagang pupuk organik.

e. Jenis produk yang diinginkan lembaga. f. Kualitas produk yang diinginkan lembaga. Fungsi Fisik

b. Risiko yang ditanggung perusahaan produsen dan pedagang pupuk organik.

c. Sumber informasi pasar perusahaan produsen dan pedagang pupuk organik.

d. Standarisasi dan grading produk.

e. Lembaga pembiayaan dan lembaga asuransi. 3. Data untuk menganalisis struktur pasar

(32)

c. Hambatan keluar masuk pasar. 4. Data untuk menganalisis fungsi tataniaga

a. Sistem penentuan harga jual dan beli. b. Cara pembayaran transaksi jual-beli. c. Sistem kontrak kerjasama.

5. Data untuk menganalisis margin pemasaran, firm’s share dan R/C Rasio a. Harga jual tiap lembaga.

b. Harga beli tiap lembaga. c. Biaya tataniaga tiap lembaga. d. Keuntungan tiap lembaga.

6. Data untuk mengetahui gambaran umum lokasi penelitian a. Letak geografis.

b. Sarana dan prasarana. c. Kelembagaan pertanian. d. Keadaan sosial masyarakat.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan (observasi) dan wawancara terhadap responden petani dengan menggunakan panduan kuisioner. Pemilihan lokasi penelitian dan responden ditentukan secara sengaja (purposive sampling), baik pemilihan perusahaan maupun responden yang diambil. Pengambilan contoh pedagang responden ditentukan dengan cara mencari info alur tataniaga pupuk organik dari petani dan mengikuti sampai ke konsumen akhir di lokasi penelitian. Teknis pengambilan contoh ini dianggap lebih sesuai digunakan untuk menelusuri saluran tataniaga, karena informasi lanjutan yang didapatkan lebih beragam. Responden pedagang terdiri dari (1) Perusahaan Produsen, (2) Kelompok Tani, (3) Distributor dan (4) Pengecer.

Teknik Pengumpulan Data

(33)

Tabel 3. Teknik pengumpulan data

Variabel Indikator No. Jumlah Satuan Teknik Analisis

Saluran

Tataniaga Firm’s share IV (1-2) 2 Persentase

Rumus Persentasi

Perilaku Pasar penjualan dan/atau Opsi transaksi

pembelian

Analisis variabel saluran tataniaga dilakukan dengan teknik deskriptif dan alat indikator yang diterjemahkan dalam beberapa pertanyaan kuisioner. Begitu pula dengan variabel lembaga tataniaga dan fungsi tataniaga yang dijelaskan dengan indikator masing-masing yaitu jumlah stakeholder yang terlibat dan fungsinya tersebut berupa satuan unit. Analisis variabel efisiensi dijelaskan indikator firm’s share, marjin tataniaga dan rasio keuntungan dan biaya. Indikator

(34)

dengan hasil dalam bentuk rupiah dan hasil perbandingan. Variabel struktur pasar dan perilaku pasar dijelaskan dengan indikator jumlah produsen, strategi pasar dan melihat peubah harga, biaya, marjin tataniaga dan jumlah komoditi.

Analisis Data Analisis Saluran, Lembaga dan Fungsi Tataniaga

Saluran tataniaga pupuk organik di UD. AMA dianalisis dengan mengamati tiap komponen didalamnya yaitu lembaga tataniaga yang membentuk saluran tataniaga tersebut. Lembaga-lembaga tataniaga tersebut berfungsi sebagai perantara dalam penyampaian barang dari produsen ke konsumen akhir sehingga arus barang yang dilalui lembaga-lembaga tersebut menjadi perantara yang membentuk saluran tataniaga. Penyaluran tersebut berdampak pada pendapatan yang diterima oleh masing-masing lembaga tataniaga yang terlibat dan dilalui oleh suatu jenis barang tersebut sehingga suatu saluran tataniaga yang berbeda akan memberikan nilai dan manfaat yang berbeda pula kepada masing-masing lembaga yang terlibat dalam kegiatan tataniaga tersebut.

Menurut Kohls dan Uhl (2002)20 fungsi pemasaran merupakan kegiatan yang dapat memperlancar proses penyampaian barang atau jasa dari titik produsen ke titik konsumen. Fungsi pemasaran dikelompokkan menjadi tiga fungsi utama yaitu:

1) Fungsi Pertukaran, merupakan kegiatan untuk memperlancar perpindahan hak milik dari barang atau jasa yang dipasarkan dari penjual kepada pembeli, meliputi fungsi penjualan dan fungsi pembelian.

2) Fungsi Fisik, adalah semua tindakan yang berhubungan langsung dengan barang atau jasa sehingga menimbulkan kegunaan tempat, waktu, dan bentuk, terdiri dari fungsi pengangkutan, fungsi pengolahan, fungsi pengemasan dan fungsi penyimpanan.

3) Fungsi Fasilitas, merupakan semua tindakan yang memperlancar kegiatan pertukaran antara produsen dan konsumen, meliputi fungi permodalan, fungsi penanggungan risiko, fungsi standardisasi dan fungsi informasi pasar.

Analisis Perilaku Pasar dan Struktur Pasar

Struktur pasar dibedakan atas pasar persaingan sempurna dan tidak sempurna. Pernahaman mengenai struktur pasar dapat dilakukan dengan pendekatan jumlah pelaku tataniaga, sifat produk barang/jasa, sumber informasi yang digunakan dan hambatan untuk memasuki pasar. Perilaku pasar dapat dipahami dengan mengetahui cara penentuan harga produk tataniaga serta parktek fungsi tataniaga lain. Karakter dari pelaku tataniaga pupuk organik dapat dianalisa dengan mengamati praktek penjualan dan pembelian, sistem penentuan dan pembayaran harga, serta kerjasama diantara lembaga tataniaga.

Analisis Firm’s share

Firm’s share adalah salah satu indikator yang sering dinyatakan dalam persentase dengan membandingkan harga yang diterima lembaga tataniaga

20

(35)

dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir. Firm’s share mempunyai hubungan negatif dengan marjin tataniaga sehingga nilai firm’s shareberbanding terbalik dengan nilai marjin tataniaga. Semakin tinggi nilai marjin tataniaga menunjukkan semakin kecil bagian yang diterima petani dalam melaksanakan suatu aktivitastataniaga. Secara matematis firm’s share dapat dirumuskan sebagai berikut:

FS = Hj / He x 100 persen Dimana :

Hj = Harga jual di tingkat petani (Rp per kg). He = Harga eceran di tingkat konsumen (Rp per kg). Analisis Marjin Tataniaga

Analisis Marjin tataniaga hanya berhubungan dengan perbedaan harga dan tidak membuat pernyataan tentang jumlah produk. Analisisi marjin tataniaga digunakan untuk melihat tingkat efisiensi jalur tataniaga pupuk. Marjin tataniaga dihitung berdasarkan pengurangan harga penjualan dan harga pembelian pada setiap tingkatan lembaga yang terlibat dalam distribusi pupuk organi. Besarnya marjin tataniaga pada dasarnya merupakan penjumlahan dari biaya-biaya tataniaga dan keuntungan yang diperoleh setiap lembaga tataniaga yang terlibat dalam jalur distribusi tersebut. Secara matematik marjin tataniaga dapat dirumuskan sebagai berikut (Limbong dan Sitorus, 1985):21

Mi = Psi – Pbi (1) Mi = Ci + Li (2) Dari perasamaan (1) dan (2) diperoleh Li = Psi – (Pbi – Ci) (3) Dimana:

Mi = Marjin tataniaga pada lembaga tataniaga ke-i (Rp. per kg). Psi = Harga jual lembaga tataniaga ke-i (Rp. per kg)

Pbi = Harga beli lembaga tataniaga ke-i (Rp. per kg)

Ci = Biaya tataniaga pada lembaga tataniaga ke-i (Rp. per kg) Li = Keuntungan lembaga tataniaga ke-i (Rp. per kg)

Penyebaran marjin tataniaga pupuk organik dapat pula dilihat dengan melihat pada persentase manfaat/keuntungan yang didapat terhadap biaya tataniaga pada masing-masing lembaga tataniaga.

Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya

Rasio keuntungan dan biaya (analisis R/C Rasio adalah persentase keuntungan pemasaran terhadap biaya pemasaran untuk mengetahui tingkat efisiensi pemasaran tersebut. Semakin besar penyebaran rasio maka sistem tataniaga yang dipakai akan semakin efisien pula. Penyebaran rasio keuntungan dan biaya pada masing-masing lembaga pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut:

Rasio keuntungan/biaya (persen) = Li/Ci x 100 persen

21

Gambar

Tabel 1. Luas lahan kritis sumatera barat tahun 2012a
Gambar 1. Definisi marjin tataniaga dan nilai marjin tataniagaa
Tabel 2. Karakteristik struktur pasara
Gambar 2. Kerangka pemikiran opersional tataniaga pupuk organik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam Pasal 6 ayat (1) huruf h UU PPh telah mengatur pembebanan sebagai biaya atas piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih atau lebih dikenal dengan penghapusan piutang

Semasa tempoh Promosi, Ahli Kad layak menikmati potongan 10% pada pakej perjalanan eksklusif yang dinyatakan dalam Lampiran A dengan membuat tempahan melalui

Pada dasarnya istilah-istilah yang dipakai oleh kitab ini dalam menentukan awal bulan hijriyah adalah istilah-istilah yang sudah sering dipakai.. Dalam kitab ini

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2018 tentang Manajemen PPPK antara lain menyebutkan bahwa pelamar yang dinyatakan lulus seleksi diangkat sebagai

Tujuan yang diharapkan dari penelitian yang dilakukan ini adalah (1) Mengidentifikasi pesan penyuluhan program Keluarga Berencana Nasional di Puskesmas Pembantu

Salah satunya dibangun dari industri kreatif yang dapat menjadi cikal bakal bagi tonggak kekuatan nasional.Dengan mengangkat tema Optimalisasi Potensi Lokal

Kendala umum yang menyebabkan produksi kentang di Indonesia masih rendah adalah karena petani masih menggunakan teknik budidaya konvensional (sederhana) dan masih

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini antaranlain (1) keterampilan berpikir kritis siswa menggunakan model pembelajaran Group Investigation meningkat dengan