• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keadaan Umum Kabupaten Solok

Secara geografis letak Kabupaten Solok berada antara 00o 32’ 14” dan 01o 46’ 45” Lintang Selatan dan 100o 41’ 41” Bujur Timur. Topografi wilayahnya sangat bevariasi antara dataran, lembah dan berbukit-bukit, dengan ketinggian antara 329 meter – 1458 meter di atas permukaan laut. Ditinjau dari komposisi pemanfaatan lahan, pada tahun 2010 sebagian besar (36,88 persen) wilayah Kabupaten Solok masih berstatus hutan negara dan 15.99 persen berstatus hutan rakyat. Sedangkan yang diolah rakyat untuk ladang/kebun 10.37 persen, dan yang dikelola oleh perusahaan perkebunan 2.18 persen. Pemanfaatan lahan untuk sawah lebih kurang 6.30 persen dan merupakan areal sawah terbesar di Sumatera Barat.

Penduduk Kabupaten Solok pada Tahun 2010 berdasarkan hasil sensus penduduk 2010 berjumlah 348 566 jiwa. Komposisinya terdiri dari 171 845 jiwa penduduk laki-laki dan 176 721 jiwa penduduk perempuan, dengan rasio jenis kelamin 97.24. Angka ini berarti setiap 100 pendduk perempuan di Kabupaten Solok terdapat 97 penduduk laki-laki atau dengan kata lain jumlah penduduk perempuan lebbih banyak daripada laki-laki. Terjadi penurunan kepadatan dari 96.26 jiwa perkilometer persegi pada tahun 2009 menjadi 93.25 jiwa perkilometer persegi pada tahun 2010. Penurunan kepadatan penduduk merupakan dampak langsung dari menurunnya jumlah penduduk dibandingkan tahun sebelumnya.

Kabupaten Solok disamping punya banyak sungai juga memiliki banyak danau yang terkenal dengan pesona keindahan alamnya. Diantara danau-danau tersebut, yang terluas adalah Danau Singkarak, diikuti oleh Danau Kembar (Danau Diatas dan Danau Dibawah), serta Danau Talang. Disamping itu Kabupaten Solok juga memiliki satu gunung berapi, yaitu Gunung Talang. Dilihat dari letaknya, posisi Kaupaten Solok sangat strategis karena disamping dilewati jalur Jalan Lintas Sumatera, daerahnya juga berbatasan langsung dengan Kota Padang selaku Ibukota Provinsi Sumatera Barat.

Dilihat dari ketesediaan saran pendidikan, sampai akhir tahun 2010 di Kabupaten Solok terdapat 245 sekolah setingkat SD, 97 sekolah setingkat SLTP dan 41 sekolah setingkat SLTA baik yang berada dibawah naungan Dinas Pendidikan maupun Departemen Agama. Dari sisi jumlah murid Kabupaten Solok, untuk tingkat SD terdapat 51 409 orang, tingkat SLTP sebanyak 13 417 orang dan tingkat SLTA sebanyak 9 059 orang. Jumlah siswa yang lulus Ujian Nasional mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya. Untuk tingkat SD jumlah lulusan Ujian Nasional sebanyak 6 709 orang, tingkat SLTP sebanyak 5 318 orang dan tingkat SLTA sebanyak 2 721 orang.

Kabupaten Solok merupakan sentra produksi padi di Sumatera Barat dan hasil padinya sering disebut dengan sebutan beras solok. Hal ini memacu keharusan dalam inovasi dan peningkatan produktivitas lahan. Ancaman mutasi lahan juga mendera lahan sawah di daerah ini di masa yang akan datang. Produksi

padi pada tahun 2010 meningkat dari 304 124.4 ton tahun 2009 menjadi 319 667.8 ton, yaitu peningkatan sebesar 4.86 persen. Begitu juga dengan peningkatan jumlah penduduk yang besar akan meningkatkan kebutuhan akan pangan terutama beras dari waktu ke waktu. Tanaman palawija juga mengalami peningkatan produksi dari 108.3 ton tahun 2009 menjadi 168.9 ton tahun 2010, yaitu pada komoditi jagung, kacang tanah dan kacang hijau serta hampir semua komoditi palawija naik pada tahun 2010.

Keadaan Umum UD. AMA

UD. AMA merupakan salah satu perusahaan produksi pupuk organik terbesar di Provinsi Sumatera Barat. UD. AMA terletak di Jl. Aripan Solok, Kecamatan X Koto Singkarak, Kabupaten Solok. Daerah ini merupakan daerah dataran tinggi yang didominasi dengan udara yang sejuk dan lembab. Penentuan tempat produksi serta perusahaan didasarkan pada adanya iklim di lokasi yang lembab sehingga pupuk dapat difermentasi dengan baik serta makhluk dekomposer (pengurai) yang dapat meningkatkan kesuburan tanah dan kualitas pupuk. UD. AMA merupakan salah satu tempat pembuatan pupuk organik terbesar dan terbaik di Sumatera Barat. Pemakaian pupuk yang dihasilkan ini akan sangat berkhasiat dalam mengembalikan unsur hara yang ada dalam tanah. Selain itu pemakaian pupuk organik ini telah diuji di Balai Sertifikasi Sumatera Barat bahwa dapat mereduksi bahkan menghilangkan pemakaian pupuk anorganik dari satu musim tanam ke musim tanam berikutnya hanya dalam 4 kali musim tanam. Meskipun belum digunakan sampai keluar provinsi pupuk yang mulai diproduksi tahun 2012 ini sudah menyebar di seluruh kota di Sumatera Barat. Prospek yang tinggi terhadap produk organik dari sisi permintaan serta kebijakan pemerintah memaksa perusahaan ini untuk berkembang sebagai penyuplai pupuk organik di Sumatera Barat serta Indonesia dengan tetap mempertahankan kualitas dari pupuk yang diproduksi. Perusahaan ini memiliki motto berupa, “Kembali ke Masa Lalu dengan Teknologi Masa Depan”.

Perusahaan ini digagas oleh dua orang yaitu Bapak H. Syukri dan Bapak Ucok. Mereka berteman memiliki pengetahuan yang luas mengenai pertanian termasuk pupuk yang sangat lekat hubungannya dengan bahan hulu agribisnis berupa pupuk. Bapak Ucok merupakan seseorang yang pernah menjadi wartawan dan mendapatkan pengetahuan saat menjadi wartawan di luar negeri mengenai cara mengelola dan cara membuat pupuk, sedangkan Bapak H. Syukri adalah lulusan SD yang suka melakukan rekayasa genetika berupa bibit dan melakukan pembuatan pupuk yang karyanya telah membumi dan menghasilkan beberapa jenis bibit yang telah disertifikasi secara nasional serta hasil pupuk lengkap yang diciptakannya sangat laku dipasaran lokal. Lalu, keduanya melakukan percobaan untuk membuat pupuk organik yang sekarang sudah lebih dikenal dengan pupuk organik UD. AMA.

Kompos organik UD. AMA terdiri dari bahan-bahan alami seperti berbagai limbah ternak, abu, sekam, tetonia, dolomit, bekatul dan beberapa campuran biang. Pencampuran berbagai bahan diatas menghasilkan beberapa zat N sebesar 2.36 persen, P sebesar 1.16 persen, K sebesar 0.74 persen, C sebesar 6.59 persen dan C/N sebesar 2.79 persen. Bahan-bahan yang padat inilah yang memberikan

pengaruh besar terhadap kesuburan tanaman dan mengembalikan unsur hara yang cepat ke tanah.

Pemilik dari perusahaan ini merupakan manajer keuangan sekaligus manajer pemasaran dan produksi bernama Bapak Effendi Sira, sehingga dalam pengolahan bahan baku mamakai tenaga kerja sistem upah dan dalam sekali kerja per bak biasanya memakai 10 orang pekerja yang diambil dari warga sekitar di perusahaan. Beliau bertempat tinggal di Kampung Saniangbakar, Kabupaten Solok. Manajemen yang diterapkan dalam perusahaan ini masih tergantung permintaan konsumen. Apabila permintaan di tingkat konsumen tinggi maka perusahaan akan menaikkan produksi dari perusahaan. Perusahaan juga memiliki gudang yang berfungsi sebagai pesediaan stok untuk memenuhi permintaan jika suatu waktu perusahaan mendapatkan permintaan yang besar terhadap pupuk organik. Manajemen keuangan juga telah memiliki banyak kelebihan dari arus kas yang jelas serta neraca laba rugi dan laporan keuangan yang selalu tercatat setiap pengeluaran dan pemasukan perusahaan.

Pupuk organik UD AMA secara tidak langsung pernah mendapat tanggapan positif dari salah satu pabrik pupuk terbesar di Indonesia yaitu PT. Petrokimia Gresik untuk dijadikan salah satu produk perusahaan besar tersebut. Akan tetapi, demi menjaga kualitas yang dimiliki dan menjaga manfaat besar dibalik pupuk yang dihasilkan maka UD AMA menolak tawaran tersebut. Hal ini dikarenakan perusahaan akan melakukan pemadatan dalam bentuk granule sehingga kualitas yang akan berkurang. UD AMA juga sedang melakukan penelitan untuk produksi

pupuk dalam bentuk cair. Karakteristik Lembaga Tataniaga

Lembaga tataniaga yang terlibat dalam sistem tataniaga pupuk organik UD. AMA didapatkan dengan metode purposive sampling dengan mengikuti alur tataniaga pupuk organik yang terdapat di Sumatera Barat hingga sampai kepada konsumen. Ada 24 lembaga tataniaga yang menjadi responden yang terlibat di penelitian ini dan terdiri dari 5 kelompok tani, 5 distributor dan 14 pengecer pupuk organik. Responden kelompok tani ditentukan dari informasi yang didapat dari distributor pupuk tani dan perusahaan. Responden distributor pupuk ditentukan dari informasi yang didapat dari perusahaan, sedangkan responden pengecer didapatkan dari perusahaan sebanyak 15 pengecer dan 1 pengecer dari distributor pupuk. Tabel 6 menunjukkan bahwa responden lembaga tataniaga terdiri dari jenis lembaga yang berbeda. Responden dalam penelitian ini bisa diketahui karakteristiknya dari variabel lama usaha, pengalaman usaha dan usia pelaku lembaga tataniaga. Pada tabel berikut akan dijelaskan secara tabulasi responden lembaga tataniaga yang terlibat dalam penelitian ini.

Lembaga distributor menyalurkan produk langsung kepada konsumen akhir dan juga kepada kelompok tani. Penyaluran ini didasarkan karena distributor memiliki lokasi yang dekat dengan konsumen akhir yaitu petani-petani kecil disekitar distributor. Distributor yang melakukan penyaluran kepada kelompok tani adalah CV. Muaro Bangunan kepada kelompok tani Karya Maju dan Pak Ucok kepada kelompok tani Simpang Limo .Kelompok tani sebagai penerima produk dari distributor akan melakukan penjualan langsung juga kepada konsumen akhir yaitu petani-petani kecil. Hal ini dilakukan oleh kelompok tani

agar lembaga kelompok tani mendapatkan keuntungan yaitu pengkolektifan biaya tansportasi sehingga lebih menghemat biaya para anggota kelompok tani. Selain itu, kelompok tani yang tidak membeli dari distributor mereka melakukan pembelian langsung kepada perusahaan. Pengecer adalah lembaga yang paling banyak terlibat dalam sistem tataniaga karena jumlahnya sebanyak 14 unit.

Tabel 4. Responden pelaku lembaga tataniaga dan jenis lembaga tataniaga

No Nama Jenis

Lembaga Tataniaga Lembaga Pemasaran 1 CV. Usaha Tani Distributor di Kota Solok 2 CV. Mancayo Mtr Distributor di Talang 3 CV. Muaro Bangunan Distributor di Dhamas Raya 4 Pak Ucok Distributor di Batu Sangkar 5 CV. Karya Perdana Distributor di Talang

6 Citra Nusantara Mandiri Kelompok Tani di Ampang Kualo 7 Bendang Saiyo Kelompok Tani di Alahan Panjang 8 Buya Adi Kelompok Tani di Tanjung Balik 9 Karya Maju Kelompok Tani di Kampung Batu Dalam 10 Simpang Limo Kelompok Tani di Koto Lawah

11 Riko Pengecer di Sungai Nanam

12 Padli Pengecer di Saningbakar

13 Datuk Marah Pengecer di Cupak

14 Budi Pengecer di Padang Kalam

15 Buya Syafrizal Pengecer di Bukit Sileh 16 H. Mukhni Pengecer di Kota Solok 17 Hidup Bersama Pengecer di Singkarak 18 Era Karuik Pengecer di Alahan Panjang 19 Idham Afandi Pengecer di Kuncia

20 H. Guf Pengecer di Guguak

21 Am Pengecer di Tanjung Balik

22 Buya Pebri Pengecer di Bukit Kandung 23 Kincin Saiyo Pengecer di Kati Alo 24 Putra Usahatani Pengecer di Kota Solok Sumber: Data Primer Diolah, 2014

Usia Pelaku Lembaga Tataniaga

Pengalaman yang dimiliki pelaku lembaga tataniaga penting untuk diketahui karena berkaitan erat dengan usia yang dimiliki oleh pelaku lemaga tataniaga itu sendiri. Berdasarkan usia yang ada disini umumnya para pelaku memiliki usia lebih dari 20 tahun. Pelaku dengan usia terbesar adalah 50 tahun dan pelaku dengan usia terkecil adalah 25 tahun. Kelompok usia responden pelaku lembaga tataniaga yang paling dominan berada dalam rentang 41-50 tahun yaitu sebesar 10 orang yaitu 41.67 persen, sedangkan terdapat tujuh orang kelompok usia yang masuk kedalam rentang 21-30 tahun yaitu 29.17 persen dan terdapat delapan orang responden yang masuk kedalam rentang usia 31-40 tahun yaitu 33.33 persen.

Bila dilihat dari hasil usia pelaku lembaga tataniaga yang ada dapat disimpulkan bahwa terjadi cukup pemerataan dalam kepemilikan lembaga

tataniaga. Hal ini terjadi karena tingkat wirausaha di Sumatera Barat cukup tinggi dengan budaya yang terjadi di Sumatera Barat menjadikan profesi pedagang sebagai profesi mayoritas masyarakat. Selain itu, pemerataan usia disebabkan oleh jumlah usia muda yang berprofesi sebagai pedagang. Berikut tabel usia pelaku lembaga tataniaga.

Tabel 5. Sebaran pelaku lembaga tataniaga berdasarkan usia

Kelompok Usia Jumlah (orang) Persentase (%)

21-30 7 29.17

31-40 8 33.33

41-50 10 41.67

Total 24 100

Sumber : Data primer diolah, 2014

Pendidikan Pelaku Lembaga Tataniaga

Karakteristik lain yang menggambarkan pelaku lembaga tataniaga dalah pendidikan. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi pengambilan suatu keputusan dalam menjalankan suatu bisnis. Berdasarkan data yang didapat kebanyak para pelaku lembaga tataniaga biasanya hanya memiliki tingkat pendidikan sampai SMP yang terdiri dari 12 orang yaitu sebesar 50 persen dan sisanya 8 orang SD yaitu sebesar 33.33 persen serta 4 orang SMA yaitu sebesar 16.67 persen. Berikut tabel tingkat pendidikan yang telah ditempuh oleh pelaku lembaga tataniaga.

Tabel 6. Sebaran pelaku lembaga tataniaga berdasarkan tingkat pendidikan

Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

SD 8 33.33

SMP 12 50

SMA 4 16.67

Total 24 100

Sumber : Data primer diolah, 2014

Lama Usaha Pelaku Lembaga Tataniaga

Karakteristik lama usaha juga perlu diidentifikasi untuk melihat pengalaman yang dimiliki oleh para pelaku lembaga tataniaga. Pengalaman yang dimiliki oleh pelaku tentu akan mempengaruhi kemampuan para pelaku untuk dapat melihat harga pupuk organik yang sedang terjadi di pasar. Lama usaha yang terbesar adalah sebesar 20 tahun sedangkan untuk yang terkecil yaitu selama 2 tahun. Karakteristik lama usaha dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu diatas 11 tahun dan kurang dari 10 tahun. Terdapat 11 orang yang menjalankan lembaga tataniaganya diatas 11 tahun yaitu sebesar 45.83 persen, dan terdapat 13 orang yang menjalankan lembaga tataniaganya dibawah 10 tahun yaitu sebesar 54.17 persen. Disini terdapat tabel yang menggambarkan pemerataan pelaku lembaga tataniaga yang disebabkan unit usaha yang dilakukan sejak lama dan turun temurun. Tabel berikut akan menjelaskan sebaran lama usaha pada para pelaku lembaga tataniaganya masing-masing.

Tabel 7. Sebaran pelaku lembaga tataniaga berdasarkan lama usaha Pengalaman (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

˂10 11 45,83

≥10 13 54,17

Total 24 100

Sumber : Data primer diolah, 2014

Dokumen terkait