• Tidak ada hasil yang ditemukan

RISIKO PRODUKS

6.1. Analisis Faktor-Faktor Risiko Produks

6.1.1. Analisis Faktor-Faktor Pada Fungsi Produksi Rata-Rata

Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi adalah jumlah DOC, pakan, obat-obatan seperti Protect Enro, Neocamp, dan Doxerin

Plus, vaksin, pemanas, serta pemakaian tenaga kerja. Pada hasil pendugaan

produksi rata-rata menyatakan bahwa faktor-faktor produksi tersebut secara bersama-sama signifikan terhadap produktivitas ayam broiler. Hal tersebut dapat dilihat pada nilai probability yang kurang dari lima persen dan nilai F-hitung lebih besar dibandingkan F-tabel. Berikut adalah Gambar 18 yang menjelaskan tentang hasil pendugaan produksi rata-rata ayam broiler.

61

Tabel 18. Hasil Pendugaan Produksi Rata-Rata Terhadap Produktivitas Ayam Broiler Pada Peternakan Ayam di Kabupaten Bogor Tahun 2011

Produksi Rata-Rata

Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.

Jumlah DOC (X1) -0.576 0.051 -11.292 0.000 Pakan (X2) 0.328 0.051 6.353 0.000 Protect Enro (X3) 0.001 0.018 0.094 0.924 Neocamp (X4) 0.014 0.017 0.861 0.388 Doxerin Plus (X5) -0.023 0.014 -1.619 0.105 Vaksin (X6) -0.029 0.037 -0.790 0.429 Pemanas (X7) 3.267 0.167 19.452 0.000 Tenaga KerjaX8 -0.089 0.012 -7.306 0.000 Konstanta -2.723 0.253 -10.743 0.000 1. Jumlah DOC (X1)

Hasil pendugaan parameter pada fungsi persamaan produksi rata-rata menunjukkan bahwa variabel jumlah DOC memiliki taraf nyata dibawah satu persen. Hal ini menunjukkan bahwa variabel jumlah DOC berpengaruh signifikan terhadap hasil produktivitas ayam broiler. sedangkan jika dilihat dari nilai koefisien parameter memiliki nilai negatif yaitu sebesar -0,576. Nilai tersebut menunjukkan bahwa jika DOC ditambahkan sebesar satu persen maka akan menurunkan hasil produktivitas ayam broiler sebesar 0,576 persen (cateris

paribus). Pernyataan tersebut tidak sesuai dengan hipotesa sebelumnya yang

menyatakan bahwa penambahan satu persen jumlah DOC akan meningkatkan produktivitas ayam broiler.

Variabel DOC memiliki nilai negatif karena para peternak ayam broiler di lapangan pada umumnya memiliki perbandingan yang tidak sesuai antara luas kandang dengan jumlah DOC. Pada kondisi normal seharusnya 1 m2 kandang di isi dengan 8 ekor, sedangkan peternak ayam tersebut mengisi lebih dari kondisi normalnya, sehingga dapat mengganggu pertumbuhan ayam broiler tersebut. Adanya indikator ini dapat menghambat pertumbuhan ayam, terhambatnya pertumbuhan ayam dapat dilihat pada tingginya tingkat FCR sehingga konversi pakan dengan bobot ayam tidak sesuai, semakin kecil FCR maka produktivitas ayam juga akan semakin tinggi. Untuk lebih jelas variasi penggunaan DOC terhadap luas kandang yang ada dapat dilihat pada Lampiran 5. Selain pertumbuhan terhambat juga akan mempengaruhi mempercepat penyebaran

62 penyakit karena tidak adanya ruang kosong bagi ayam untuk bergerak, sehingga jika tidak diperhatikan oleh peternak maka akan menimbulkan kematian pada ayam. Penyebab terhambatnya pertumbuhan ayam broiler juga salah satunya adalah faktor kondisi kandang yang terkadang bocor atau kurang baik sehingga jika ada perubahan cuaca akan mengganggu kondisi suhu ruangan yang akhirnya berdampak pada penghambatan pertumbuhan ayam broiler. Berdasarkan kurva produksi, penggunaan DOC berada pada daerah tiga. Hal tersebut ditunjukkan bahwa jika dilakukan penambahan input DOC, maka akan menurunkan produktivitas ayam broiler, sehingga tidak perlu melakukan penambahan kapasitas.

2. Pakan (X2)

Variabel pakan memiliki nilai P-value sebesar 0,000. Nilai tersebut menunjukkan bahwa variabel pakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas ayam. Hal ini sesuai dengan penelitian Merina yang menyatakan bahwa pakan termasuk variabel yang memiliki pengaruh yang nyata terhadap produktivitas. Pakan merupakan variabel penting dalam meningkatkan produktivitas ayam broiler, hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien variabel pakan memiliki nilai positif yaitu sebesar 0,3288. Arti dari nilai tersebut adalah jika peternak memberikan tambahan pakan sebesar satu persen maka akan meningkatkan produktivitas sebesar 0,3288 persen (cateris paribus).

Pernyataan tersebut sesuai dengan hipotesa sebelumnya yang menyatakan bahwa dengan penambahan pakan satu persen maka akan meningkatkan produktivitas ayam broiler tersebut. Berdasarkan kurva produksi, variabel pakan berada pada daerah dua. Hal tersebut ditunjukkan bahwa jika dilakukan penambahan variabel pakan maka akan meningkatkan produktivitas ayam broiler tersebut. Dengan demikian perlu dilakukan penambahan jumlah pakan untuk meningkatkan produktivitas ayam. Pemberian pakan agar tepat guna dilakukan sesuai dengan umur DOC, yaitu pada saat DOC berumur 0-7 hari maka digunakan pakan starter, usia 8-15 hari digunakan pakan dewasa, sedangkan pada umur 16- panen diberikan pakan finisher. Hal itu dilakukan agar sesuai dengan komposisi protein dan konsentrat dalam pakan sehingga pertumbuhan dapat berkembang

63 dengan maksimal. Penggunaan pakan setiap peternaksangat bervariasi hal tersebut dapat dilihat pada Lampiran 5.

3. Protect Enro (X3)

Variabel Protect Enro adalah termasuk ke dalam jenis obat yang digunakan dalam proses produksi berlangsung. Berdasarkan hasil pendugaan parameter menyatakan bahwa Protect Enro ini tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas, hal tersebut dapat dilihat dari nilai P-value sebesar 0,924. Nilai ini diatas taraf nyata lima persen. Sedangkan berdasarkan nilai koefisien variabel menunjukkan bernilai positif yaitu sebesar 0,0017. Nilai tersebut memiliki arti adalah jika dilakukan penambahan satu persen Protect Enro maka akan meningkatkan produktivitas sebesar 0,0017 persen (cateris paribus). Pernyataan tersebut sesuai dengan hipotesa sebelumnya yang menyatakan bahwa koefisien lebih besar dari nol dan menyatakan bahwa penambahan satu persen variabel Protect Enro akan meningkatkan produktivitas ayam broiler sebesar koefisiennya.

Penambahan Protect Enro tidak akan meningkatkan produktivitas ayam broiler tersebut, karenakan variabel ini bukan termasuk variabel yang signifikan terhadap produktivitas. Protect Enro tidak berpengaruh signifikan dikarenakan variabel tersebut adalah jenis obat yang digunakan sebagai pengendalian hama dan penyakit, sehingga tidak terlalu mempengaruhi nilai dari produktivitas ayam broiler. Jika ayam sudah terkena penyakit maka pertumbuhan ayam akan lambat dibandingkan dengan ayam yang sehat sehingga Protect Enro ini tidak dapat meningkatkan produktivitas, namun untuk mengobati ayam yang sudah terserang penyakit. Penggunaan jenis obat ini sangat bervariasi, hal tersebut dapat dilihat pada Lampiran 5.

Berdasarkan kurva produksi, variabel Protect Enro berada pada daearah dua. Hal tersebut ditunjukkan pada nilai coefisien yang dapat dilihat pada Tabel 18 bernilai positif. Dengan demikian, jika dilakukan penambahan variabel Protect

Enro maka akan meningkatkan produktivitas, kenaikan ini disebabkan karena jika

kondisi ayam sehat maka akan meningkatkan pertumbuhan ayam tersebut, oleh karena itu variabel ini masih berada pada daerah dua.

64

4. Neocamp (X4)

Variabel Neocamp juga merupakan salah satu variabel jenis obat yang digunakan oleh peternak ayam broiler dalam menjalankan budidaya ayam broiler. berdasarkan nilai P-value sebesar 0,3889. Variabel tersebut berada dibawah taraf nyata 40 persen, sehingga tidak terlalu berpengaruh signifikan terhadap produktivitas ayam broiler pada taraf nyata 20 persen. karena nilai P-Value lebih besar dari pada taraf nyata maka variabel tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas. Sedangkan nilai koefisien dari variabel tersebut sebesar 0,0149. Nilai tersebut memiliki arti bahwa setiap ditambahkan satu persen variabel Neocamp maka akan meningkatkan produktivitas ayam broiler sebesar 0,0149 persen (cateris paribus).

Pernyataan tersebut sesuai dengan hipotesa sebelumnya yang menyatakan bahwa koefisien variabel lebih besar dari nol dan jika variabel tersebut ditambahkan satu persen maka akan meningkatkan produktivitas ayam broiler sebesar koefisien tersebut. Variabel Neocamp juga tidak terlalu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas ayam broiler, karena fungsi dari variabel tersebut adalah untuk mengendalikan hama dan penyakit sehingga ayam broiler dapat terkendali pada saat terserang penyakit. Penggunaan dosis pada variabel ini sangat bervariasi setiap peternaknya. Hal tersebut dapat dilihat pada Lampiran 5. Penggunaan yang tidak tepat dapat mengurangi dari fungsi jenis variabel tersebut. Oleh karena itu variabel ini tidak tersebut signifikan.

Berdasarkan kurva produksi, variabel Neocamp berada ada daerah kedua. Hal tersebut ditunjukkan pada Tabel 18 yang memperlihatkan bahwa variabel

Neocamp memiliki nilai positif, sehingga jika variabel Neocamp ditambahkan,

maka variabel tersebut akan meningkatkan produktivitas. Oleh karena itu, variabel ini perlu diberikan dosis sesuai takaran agar dapat meningkatkan produktivitas ayam broiler.

5. Doxerin Plus (X5)

Variabel Doxerin Plus adalah jenis variabel yang berfungsi sebagai obat- obatan yang digunakan para peternak pada saat proses produksi berlangsung setiap periodenya. Berdasarkan nilai P-value, variabel ini memiliki nilai sebesar 0,1053, atau berada pada taraf nyata 15 persen. Pada taraf tersebut masih memiliki

65 tingkat pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas ayam broiler. Sedangkan jika dilihat dari nilai koefisien parameter. Doxerin Plus memiliki nilai negatif yaitu sebesar -0,023848. Nilai tersebut memiliki arti bahwa setiap dilakukan penambahan variabel Doxerin Plus sebesar satu persen maka produktivitas ayam broiler akan mengalami penurun sebesar 0,023484 persen (cateris paribus).

Penyataan tersebut tidak sesuai dengan hipotesa sebelumnya yang menyatakan bahwa koefisien variabel besar dari nol. Sehingga dengan penambahan satu persen variabel tidak menambah melainkan mengurangi produktivitas ayam. Variabel ini adalah variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap produktivitas namun bukan meningkatkan melainkan menurunkan produktivitas. Dengan demikian variabel ini berdasarkan kurva produksi berada pada daerah tiga.

Penurunan produktivitas tersebut dikarenakan bahwa takaran atau ukuran yang digunakan oleh peternak plasma tidak tepat. Peternak menggunakan takaran tidak berdasarkan skala usaha yang mereka ternakkan, sehingga akan berdampak pada penurunan produktivitas. Misalnya pada skala usaha 2.000 ekor ayam, penggunaan variabel tersebut sama dengan skala 5.000 ekor.

6. Vaksin (X6)

Vaksin termasuk kedalam variabel yang diduga sebagai faktor produksi yang dapat mempengaruhi tingkat produktivitas ayam broiler. Namun berdasarkan hasil pendugaan parameter, vaksin tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas ayam broiler. Hal tersebut dapat dilihat pada nilai P-value sebesar 0,4294. Nilai tersebut terlalu besar dan diatas taraf nyata 20 persen. Sehingga variabel tersebut tidak termasuk variabel yang berpengaruh terhadap produktivitas. Berdasarkan nilai koefisien variabel vaksin, variabel tersebut juga termasuk kepada variabel yang dapat menurunkan produktivitas, hal tersebut dapat dilihat nilai koefisiennya bertanda negatif. Nilai yang dihasilkan oleh parameter vaksin sebesar -0,029435.

Nilai tersebut memiliki arti jika variabel vaksin dinaikkan/ditambahkan sebesar satu persen maka produktivitas akan turun sebesar 0,029435 persen

(cateris paribus). Dengan demikian berdasarkan kurva produksi, variabel ii berada

66 sebelumnya yang menyatakan bahwa koefisien variabel besar dari nol. Sehingga jika ditambahkan satu persen variabel vaksin tidak meningkatkan melainkan mengurangi produktivitas ayam broiler. vaksin tidak signifikan terhadap produktivitas diduga karena beberapa faktor, dalam pemberian vaksin perlu beberapa hal yang harus diperhatikan seperti jenis vaksin yang digunakan, takaran/dosis vaksin yang digunakan, jadwal vaksinasi, waktu pemberian vaksin, serta penyimpanan vaksin. Kesemua tersebut dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan fungsi dari vaksin. Selain itu juga variabel ini hanya digunakan sebagai antibodi/kekebalan tubuh agara ayam tidak mudah terserang penyakit sehingga tidak merangsang meningkatkan produktivitas.

7. Pemanas (X7)

Pemanas adalah variabel yang tidak pernah lepas dari budidaya ayam broiler. Variabel tersebut sangat digunakan pada awal produksi sampai pada umur 15 hari. Pada hipotesis sebelumnya pemanas adalah variabel yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas. Hal tersebut sesuai dengan hasil pendugaan parameter produksi rata-rata. Nilai P-value variabel tersebut adalah dibawah satu persen, sehingga dapat disimpulkan bahwa pemanas sangat berpengaruh nyata terhadap produktivitas. Sedangkan jika dilihat dari koefisien parameter pemanas menunjukkan nilai yang positif yaitu sebesar 3,267185. Nilai tersebut memiliki arti bahwa jika setiap peternak menaikkan atau menambahkan variabel pemanas satu persen maka produktivitas akan meningkat sebesar 3,267185 persen (cateris paribus). Berdasarkan kurva produksi, variabel pemanas berada pada daerah kedua. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 18 yang menunjukkan bahwa semakin ditambah variabel tersebut maka produktivitasnya juga akan semakin meningkat.

Pemanas ini sangat penting pada awal produksi, karena jika menggunakan pemanas yang konsisten maka suhu ruangan akan terjaga dengan baik sehingga ayam tidak kedinginan dan akan tetap sehat. Jika variabel ini tidak dilakukan secara rutin pada awal periode maka suhu ruangan akan rendah sedangkan suhu yang dibutuhkan berkisar 32-340C maka akan berdampak pada pertumbuhan ayam akan terhambat karena daging yang seharusnya semakin menumpuk sekarang

67 dialokasikan untuk menghangatkan tubuhnya dengan dilihat adanya tumbuh bulu kasar pada tubuh ayam broiler.

8. Tenaga Kerja (X8)

Tenaga kerja salah satu variabel yang penting dalam semua bidang usaha, karena dengan adanya tenaga kerja maka semua kegiatan budidaya akan dapat terselesaikan dengan baik. Pada hipotesis sebelumnya tenaga kerja merupakan variabel yang memiliki koefisien bertanda positif sehingga perpengaruh terhadap peningkatan produktivitas. Namun berdasarkan pendugaan parameter menunjukkan bahwa variabel tenaga kerja memiliki pengaruh signifikan dengan melihat probability kurang dari satu persen. Akan tetapi, jika dilihat dari nilai koefisien variabel, variabel ini tidak sesuai dengan hipotesis sebelumnya karena koefisien tersebut bertanda negatif. Dengan demikian, jika ditambahkan satu persen variabel tersebut maka bukan meningkatkan, melainkan mengurangi produktivitas ayam broiler.

Variabel ini tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas karena pada umumnya tenaga kerja yang dimiliki oleh peternak tersebut adalah warga sekitar yang tidak memiliki pekerjaan, sehingga tidak memiliki keterampilan serta pengetahuan terhadap ayam broiler. Sementara dalam budidaya ayam broiler dibutuhkan ketekunan serta pengetahuan dalam ayam broiler sehingga terjadi masalah pada ayam dapat segera ditangani dan tidak terlambat dalam menanganinya. Oleh karena itu, variabel tenaga kerja ini jika ditambahkan akan berdampak pada penurunan produktivitas.