• Tidak ada hasil yang ditemukan

RISIKO PRODUKSI AYAM BROILER

KUISIONER PENELITIAN

2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Ayam Broiler

Faktor-faktor produksi merupakan semua masukan atau input yang dilakukan untuk melakukan proses produksi untuk menghasilkan keluaran atau

output. Faktor produksi merupakan faktor yang mempengaruhi besar kecilnya

suatu produksi yang akan diperoleh. Menurut Soekartawi (2002), berdasarkan berbagai pengalaman yang menjadi faktor-faktor produksi adalah luasan lahan, modal, bibit, obat-obatan, tenaga kerja dan aspek manajemen.

Penelitian yang menjelaskan tentang faktor-faktor produksi adalah Merina (2004) dan Anggraini (2003). Merina meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi risiko usaha peternakan ayam broiler di Bekasi sedangkan Anggraini meneliti tentang risiko sapi perah dengan melihat faktor-faktor penyebab risiko dari sapi perah tersebut. Anggraini menjelaskan bahwa tingkat risiko yang pada usaha ayam broiler berfluktuatif setiap periodenya, hal tersebut dapat dilihat dari tingkat CV 0,92 dan tingkat pengembaliannya yang rendah. Sehingga berpengaruh terhadap tingkat pendapatan dari perusahaan tersebut pada setiap periodenya. Keuntungan yang dihasilkan selalu bernilai positif namun hanya pada dua periode dari 12 periode yang mengalami kerugian dikarenakan adanya penyakit dan harga jual ayam turun.

Berdasarkan analisis Merina risiko produksi dapat mempengaruhi tingkat pendapatan usaha ayam broiler. Variabel-variabel yang digunakan untuk melihat pengaruhnya terhadap risiko adalah fluktuasi harga DOC, pakan, obat-obatan, mortalitas, bonus karyawan, jumlah produksi, jumlah DOC yang dipelihara, harga ayam broiler, dan luas lahan. Dari hasil analisis regresi didapat tingkat kepercayaan 90,6 persen, namun tidak diikuti dengan ada variabel-variabel yang signifikan terhadap tingkat risiko tersebut. Hal ini disebabkan karena didalam variabel tersebut terdapat variabel yang memiliki multikolinier. Dan kemudian

19 dilakukan analisis regresi komponen utama 1, 2, dan 3 dengan tingkat keragaman 39,1 persen, 62,7 persen, dan 78,5 persen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa fluktuasi harga DOC, pakan, obat-obatan/vitamin, harga ayam, waktu penjualan dan mortalitas merupakan variabel yang signifikan terhadap risiko usaha ayam broiler.

Menurut Anggraini bahwa faktor-faktor yang memengaruhi tingkat risiko dalam usaha peternakan sapi perah di Kebon Pedes, Bogor adalah fluktuasi keuntungan di musim hujan, fluktuasi keuntungan di musim kemarau, fluktuasi harga susu, fluktuasi harga pakan, skala usaha, dan saluran pemasaran. Dan hasil analisis risiko didapat tingkat risiko sebesar 0,2 atau 20 persen dari pendapatan bersih rata-rata (return) yang diperoleh.

Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Persamaan yang dimiliki adalah semua literatur menggunakan komoditas yang sama kecuali Anggraini menganalisis sapi perah dengan menggunakan analisis risiko untuk melihat tingkat risiko usaha. Sedangkan perbedaan dari penelitian sebelumnya adalah pada penelitian Aziz, Solihin, dan Robi’ah tidak menjelaskan seberapa besar faktor produksi dalam menimbulkan risiko produksi dan dalam menganalisis faktor-faktor produksinya berbeda, mereka menggunakan deskriptif sedangkan penelitian sekarang menggunakan Cobb-Douglass. Untuk penelitian Merina dan Anggraini menjelaskan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi pendapatan sedangkan penelitian yang sekarang menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler. Perbedaan dengan penelitian Farianti adalah pada komoditas, penelitian ini dilakukan pada komoditas ayam broiler sedangkan Anna komoditas sayuran, penelitian ini hanya untuk menganalisis pengaruh input terhadap produksi serta melihat input-input yang dapat mengurangi atau menimbulkan risiko produksi, sedangkan penelitian Farianti sampai pada pengaruhnya terhadap ekonomi rumah tangga.

20

Tabel 6. Penelitian Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian yang dilakukan

No. Nama

Penulis Tahun Judul Penelitian

Metode Analisis

1 Faishal

Abdul Aziz 2009

Analisis Risiko dalam Usaha Ternak Ayam Broiler (Studi Kasus Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) Analisis Risiko (Kuantitatif dan Kualitatif) 2 Muhamad Solihin 2009

Risiko Produksi dan Harga Serta Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Peternakan Ayam Broiler CV AB Farm, Kecamatan Bojonggenteng- Sukabumi Analisi Risiko, Analisis Pendapatan, Analisis R/C, Indeks Prestasi Produksi 3 Anna Fariyanti 2008

Perilaku Ekonomi Rumah Tangga Petani Sayuran dalam Menghadapi Risiko Produksi dan Harga Produk di

Kecamatan Pengalengan, Kabupaten Bandung

Arch-Garch

4 Siti

Robi’ah 2006

Manajemen Risiko Usaha Peternakan Broiler pada Sunan Kudus Farm di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor Analisis Risiko, dan Analisis Deskriptif 5 Desi Merina 2004

Analisis Pendapatan Tunai, Risiko dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Usaha Peternakan Broiler di Perusahaan X, Bekasi Analisis Risiko, Pendapatan Tunai, dan Regresi. 6 Puspitasri Dewi Anggraini 2003

Analisis Risiko Usaha

Peternakan Sapi Perah (Studi Kasus di Kelurahan Kebon Pedes, Bogor)

Analisis Risiko dan Analisis Regresi

21

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Risiko

Setiap kegiatan usaha yang dijalankan oleh pelaku usaha pasti memiliki risiko. Para pakar memiliki pemahaman tersendiri dalam mengartikan sebuah risiko. Menurut Kountur (2006), risiko adalah kemungkinan kejadian yang merugikan. Menurut Vaughan yang diterjemahkan oleh Herman Darmawi (1997 : 18) mengemukakan beberapa definisi risiko sebagai berikut :

1. Risk is the chance of loss (risiko adalah kans kerugian)

Chance of Loss biasanya dipergunakan untuk menunjukkan suatu keadaan

dimana terdapat suatu keterbukaan terhadap kerugian atau suatu kemungkinan. Kerugian, sebaliknya jika disesuaikan dengan istilah yang dipakai dalam statistik, maka chance sering dipergunakan untuk menunjukkan tingkat probabilitas akan munculnya situasi tertentu.

2. Risk is the possibility of loss (risiko adalah kemungkinan kerugian).

Istilah possibility berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada di antara nol dan satu. Definisi ini barangkali sangat mendekati dengan pengertian risiko yang dipakai sehari-hari, akan tetapi definisi ini agak longgar, tidak cocok dipakai dalam analisis secara kuantitatif

3. Risk is uncertainty (risiko adalah ketidakpastian)

Tampaknya ada kesepakatan bahwa risiko berhubungan dengan ketidakpastian. Karena itulah ada penulis yang mengatakan bahwa risiko itu sama artinya dengan ketidakpastian.

Menurut Kountur (2006), Robison dan Barry (1987), sikap seseorang dalam menghadapi risiko berbeda-beda. Teori ini menjelaskan bahwa ada tiga kelompok sikap orang dalam menghadapi risiko yaitu:

1. Risk Aversion merupakan sikap dalam pengambilan keputusan yang takut

akan risiko. Sikap ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam

(variance) dari keuntungan maka pengambil keputusan akan mengimbangi

dengan menaikkan keuntungan yang diharapkan.

2. Risk Taker merupakan sikap yang berani mengambil keputusan suatu usaha

22 kenaikan ragam suatu usaha dari keuntungan maka pengambil keputusan akan menurunkan keuntungan sehingga merasa puas jika dapat menangani risiko yang tinggi.

3. Risk Netral merupakan sikap yang netral terhadap risiko yang dihadapi. Sikap

ini ditunjukkan jika terjadi kenaikan atau penurunan ragam dari keuntungan maka pengambil keputusan akan mengimbangi dengan menaikkan atau menurunkan keuntungan yang diharapkan.

3.1.2. Jenis Risiko

Menurut Kountur (2006), perusahaan akan menghadapi berbagai macam risiko. Risiko-risiko tersebut berada di hampir setiap tempat dan kegiatan yang ada di dalam perusahaan. Karena begitu banyak macam risiko maka risiko-risiko tersebut perlu dikelompokkan kedalam kelompok risiko yang mempunyai kemiripan satu sama lain. Dengan mengelompokkan, risiko-risiko tersebut akan lebih mudah ditangani. Risiko-risiko yang memiliki persamaan atau kemiripan satu sama lain pada umumnya ditangani dengan cara yang mirip pula. Begitu sebaliknya, jika risiko-risiko yang berbeda maka akan ditangani dengan cara yang berbeda juga. Gambar 3menunjukkan jenis-jenis risiko yang dihadapi.

Gambar 3. Jenis-Jenis Risiko Sumber : Kountur, 2006 Risiko Berdasarkan Penyebabnya Berdasarkan Akibatnya Risiko Spekulatif Risiko Murni Risiko Keuangan Risiko Operasional

23 Gambar 3 menunjukkan bahwa risiko dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu melihat risiko dari akibat yang ditimbulkan atau melihat risiko dari penyebabnya. Melihat risiko dari akibat yang ditimbulkan, risiko dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu risiko spekulatif dan risiko murni. Risiko spekulatif adalah jenis risiko yang akibatnya selain merugikan dapat juga memberikan keuntungan atau kemungkinan kejadian yang bisa berakibat merugikan atau jika tidak merugikan sebaliknya bisa memberikan keuntungan, sedangkan risiko murni adalah jenis risiko dimana akibatnya tidak memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dan yang ada hanyalah kemungkinan rugi.

Sedangkan jenis risiko lainnya dilihat dari berdasarkan penyebabnya. Jenis risiko ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu risiko keuangan dan risiko operasional. Risiko keuangan adalah jenis risiko yang disebabkan oleh faktor- faktor keuangan seperti perubahan harga, perubahan mata uang, perubahan tingkat bunga. Sedangkan risiko operasional adalah jenis risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor operasional. Seperti faktor manusia, teknologi dan alam.

3.1.3. Teori Produksi

Produksi adalah perubahan dari dua atau lebih input (sumber daya) menjadi satu atau lebih output (produk). Menurut Joesron dan Fathorozi (2003)(1) Produksi merupakan hasil akhir dari proses aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasi berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output.

Menurut Soekartawi (2002) adalah perangkat prosedur dan kegiatan yang terjadi dalam menciptakan komoditas berupa kegiatan usahatani maupun usaha lainnya yang mengubah masukan (input) menjadi keluaran (output). Input merupakan masukan atau bahan baku yang diperlukan untuk menciptakan suatu produk. Hubungan antara faktor produksi dengan hasil produksinya dapat diberi cirri khusus berupa suatu fungsi produksi.

Fungsi produksi adalah suatu hubungan matematis yang menggambarkan jumlah hasil produksi tertentu ditentukan oleh jumlah faktor produksi yang

1

24 digunakan. Jumlah hasil produksi merupakan “dependent variabel” dan jumlah faktor produksinya sebagai “independent variabel”Faktor produksi merupakan semua korbanan yang diberikan pada komoditas agar komoditas tersebut mampu menghasilkan produk.

Secara matematis fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut : Y = f (X1, X2, X3, X4, X5...,Xn)

Dimana :

Y = Jumlah produksi yang dihasilkan dalam setiap siklus produksi f = Mentransformasikan faktor-faktor produksi kedalam hasil produksi X = Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi

Pada rumus di atas dapat dilihat bahwa produksi (Y) yang dihasilkan sangat tergantung dari peranan X1, X2, X3,...Xn. Fungsi produksi pada kondisi tersebut termasuk kedalam kondisi model Neo-klasik dimana sifat-sifat dari fungsi produksi Neo-klasik dapat dibedakan sebagai berikut :

1) Fungsi yang berkesinambungan dan dapat dibedakan

2) Berlaku “Law of Deminishing Return” dimana hukum tersebut menjelaskan bahwa jika suatu faktor produksi terus ditambah dalam suatu proses produksi, sedangkan faktor produksi lainnya tetap maka tambahan jumlah produksi per satuan faktor produksi akan menurun. Hal tersebut menggambarkan adanya kenaikan hasil yang negatif dalam kurva produksi.

3) Tanpa input tidak dapat berproduksi, dan semakin banyak input yang digunakan akan semakin banyak juga output yang dihasilkan.

Gambar 4 tersebut merupakan “Kurva Produksi” yang berlaku umum dan banyak ditulis dalam buku-buku teori ekonomi yang membahas perilaku produksi. Kurva produksi itu memperlihatkan bahwa ada tiga proses perilaku dalam produksi jika input X2 ditambahkan secara terus menerus (kontinue) pada suatu input yang tetap (misalnya X3, X4 dan X5). Pada proses pertama, setiap tambahan input akan memberikan tambahan produk yang semakin bertambah atau “Increasing Return”. Proses ke dua ditandai dengan tambahan produk yang semakin berkurang pada setiap tambahan input atau “Diminishing Return”. Pada proses ke tiga, setiap tambahan input justru akan menurunkan hasil produksi atau

25 Suatu contoh perilaku produksi tersebut adalah pemberian obat-obatan dalam pakan ayam untuk menaikkan produksi bobot daging ayam. Pemberian dosis tahap pertama yang relatif dari dosis nol sampai dosis agak tinggi menyebabkan adanya tambahan bobot daging yang semakin bertambah. Jika dosis ditingkatkan lagi maka sifat obat akan menjadi racun mulai tampak dengan ditandai tambahan bobot daging menjadi semakin berkurang. Pada proses akhir, jika dosis obat menjadi sangat berlebihan maka sifat racun obat berpengaruh kuat dan menyebabkan tidak ada tambahan bobot daging tetapi justru ada penurunan bobot daging tersebut.

Dalam fungsi proses produksi dapat dijelaskan pada Gambar 4 tentang tahapan dari suatu proses produksi.

Gambar 4. Tahapan Proses Produksi Sumber : Soekartawi, 1986

Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa hubungan fungsi produksi dengan produk marjinal (PM) dan produk rata-rata (PR) terhadap tingkat produksi suatu komoditas. Selain itu juga menjelaskan didaerah yang mana produksi tersebut berada apakah daerah irrasional atau rasional. Produk Marjinal adalah tambahan satu-satuan input (X) yang dapat menyebabkan pertambahan atau pengurangan satu-satuan output (Y). Dengan demikian Pε dapat dituliskan dengan ∆Y/∆X. Kalau terjadi PM konstan maka dapat diartikan bahwa setiap tambahan unit input dapat menyebabkan tambahan satu-satuan unit output secara proporsional. Bila terjadi suatu tambahan satu-satuan unit input yang menurun, maka PM akan

Produk Marjinal Total Produksi Stage III Produk Rata-Rata Output (Y) Stage II Stage 1 Input (X)

26 menurun. Jika penambahan satu-satuan unit input yang menyebabkan satu-satuan unit output yang semakin menaik secara tidak proporsional, maka peristiwa ini disebut dengan produktivitas yang menaik.

Produk rata-rata (PR) adalah perbandingan tingkat produksi total (PT) dengan jumlah input yang digunakan. Sehingga dapat di tulis dengan rumus Y/X. Dengan demikian hubungan PM dengan PR adalah sebagai berikut :

a) Bila PM lebih besar dari PR, maka proporsi PR masih dalam keadaan menaik. b) Bila PM lebih kecil dari PR, maka proporsi PR dalam keadaan menurun. c) Bila terjadi PM sama dengan PR, maka dalam keadaan maksimum.

Perubahan dari jumlah produksi yang disebabkan oleh faktor produksi yang digunakan dapat dinyatakan dengan elastisitas produksi. Elastisitas produksi (Ep) merupakan persentasi perbandingan output yang dihasilkan sebagai akibat dari persentase dari input yang digunakan atau PM/PR. Sehingga dapat ditarik kesimpulan hubungan antara PM dan PT serta PM dan PR dengan besar kecilnya (Ep) adalah sebagai berikut :

1) Ep=1, bila PR mencapai maksimum atau bila PR sama dengan PM-nya. 2) Bila PM=0, dalam situasi PR sedang menurun, maka Ep=0

3) Ep >1 bila PT menaik pada tahapan “increasing rate” dan PR juga menaik di stage 1. Disini peternak masih mampu memperoleh sejumlah produksi yang cukup menguntungkan manakala sejumlah input masih ditambah.

4) Nilai Ep lebih besar dari nol tetapi lebih kecil dari satu atau 1<Ep<0, dalam keadaan demikian, maka tambahan sejumlah input tidak di imbangi secara proposrsional oleh tambahan output yang diperoleh. Peristiwa ini terjadi pada stage 2, dimana pada sejumlah input yang diberikan maka PT tetap menaik pada tahapan “decreasing rate”.

5) Nilai Ep < 0 yang berada pada stage 3, pada situasi demikian PT dalam keadaan menurun, nilai PM menjadi negatif dan PR dalam keadaan menurun. Dalam kondisi ini maka setiap upaya untuk meningkatkan sejumlah input tetap akan merugikan bagi peternak.

Sebagai produsen yang rasional akan berproduksi pada tahap II, hal ini disebabkan pada daerah ini tambahan satu unit faktor produksi akan member tambahan produksi total (TP), walaupun produksi rata-rata (AP) dan Produk

27 Marginal (MP) menurun tapi masih positif dan pada tahap ini akan dicapai pendapatan yang maksimum.

Menurut Soekartawi (2002) fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atu lebih variabel. Variabel yang dijelaskan disebut variabel dependen (Y) dan variabel yang menjelaskan disebut variabel independen (X). Dimana variabel dependen berupa output dan variabel independen berupa input. Adapun persamaan mematis dari fungsi Cobb-

Douglas secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut :

= �0 1�1 2�2 3�3,…. . , ���

Dimana

Y = Variabel Dependen X = Variabel Independen �0 ,�1 = Besaran yang akan diduga u = Unsur sisa

e = Logaritma natural (e = 2,718)

3.1.4. Model Just and Pope

Untuk menghasilkan sebuah produk melalui proses produksi yang membutuhkan masukan (input) untuk menjadikan sebuah produk tidak lepas dengan ketidakpastian, sehingga mengalami risiko produksi. Just dan Pope merupakan ahli ekonometrika dalam Phoebe Koundouri dan Celine Naugas (2005) mengembangkan model umum untuk penanganan risiko produksi ekonometri. Pendekatan mereka telah cukup populer di kalangan ekonom pertanian.

Konsep dasar yang diperkenalkan oleh Just dan Pope adalah untuk membangun fungsi produksi sebagai jumlah dari dua komponen, satu berkaitan dengan tingkat output, dan satu lagi berkaitan dengan variabilitas output. Spesifikasi ekonometrika ini memungkinkan untuk menjelaskan dampak dari proses produksi yang berasal dari input dan output berpengaruh terhadap risiko. Dengan demikian, dalam Just dan Pope dalam fungsi produksi tidak mengabaikan unsur risiko karena dapat mengakibatkan kesimpulan yang salah pada koefisien variabel. Hal ini dapat dilihat dari output galat standar (error term) yang salah dengan menunjukkan hasil yang jauh lebih besar dalam estimasi dari pada kenyataan yang diperoleh.

28 Pendekatan dengan menggunakan model Just and Pope ini untuk mengetahui faktor-faktor produksi yang dapat menyebabkan peningkatan atau penurunan produksi. Selain melihat pengaruhnya terhadap produksi, model ini juga dapat melihat pengaruh faktor produksi terhadap risiko. Untuk melihat faktor produksi yang mengurangi dan meningkatkan risiko dapat dilihat pada nilai koefisiennya, jika koefisien bertanda positif maka menimbulkan risiko sedangkan yang bertanda negatif mengurangi risiko produksi (Fariyanti, 2008).

3.1.5 Sumber-Sumber Risiko

Risiko timbul bukan karena pengaruh dari faktor-faktor produksi yang digunakan. Sumber-sumber risiko menurut Harwood (1999) adalah sebagai berikut.

1. Risiko Produksi

Risiko produksi terjadi pada saat proses penggunaan input untuk dikonversikan menjadi output, saat proses ini risiko produksi biasanya muncul. Risiko produksi terjadi seperti gagal panen, produksi rendah, kualitas kurang baik. Hal ini bisa disebabkan oleh hama dan penyakit, curah hujan, maupun teknologi serta penggunaan sumber daya yang kurang kompeten.

2. Risiko Pasar (harga)

Risiko pasar terjadi pada saat produk telah dihasilkan dan siap untuk didistribusikan ke tangan konsumen, saat proses perpindahan dari produsen ke konsumen ini terjadi risiko pasar. Risiko pasar bisa terjadi karena produk tidak dapat terjual, disebabkan oleh perubahan harga output, permintaan rendah, ataupun banyak produk substitusi. Risiko pasar ini berhubungan dengan mekanisme antara konsumen dengan produsen yang dapat menimbulkan permintaan dan penawaran.

3. Risiko Kelembagaan

Risiko kelembagaan ini adalah lebih melihat peran dari kelembagaan terkait apakah memiliki hubungan positif atau negatif. Hubungan tersebut akan mempengaruhi risiko kelembagaan. Risiko kelembagaan terjadi karena perubahan kebijakan dan peraturan pemerintah, baik dari segi penggunaan pestisida dan obat-obatan, pajak dan kredit.

29

4. Risiko Finansial

Risiko finansial ini berhubungan dengan alur keuangan yang digunakan untuk kelangsungan usaha tersebut. Risiko finansial terjadi karena tidak mampu membayar hutang jangka pendek, kenaikan tingkat suku bunga pinjaman, piutang tak tertagih sehingga menyebabkan penerimaan produksi menjadi rendah.

3.1.6. Manajemen Risiko

Manajemen risiko adalah cara-cara yang digunakan oleh manajemen untuk menangani berbagai permasalah yang disebabkan oleh adanya risiko, juga berarti suatu cara untuk menangani masalah-masalah yang mungkin timbul disebabkan karena adanya ketidakpastian (Kountur, 2004). Untuk menangani risiko diperlukan strategi pencegahan risiko agar risiko dapat ditangani dengan baik. Menurut Kountur (2006), dalam menangani risiko perlu strategi dalam penanganan agar risiko tersebut dapat diminimalkan. Strategi penanganan risiko menurut Kountur (2006) ada lima strategi yang digunakan yaitu menghindari, mencegah, mengurangi kerugian, mangalihkan, dan mendanai.

Strategi menghindar dilakukan jika risiko yang dihadapi terlalu besar, yaitu kemungkinan terjadinya besar serta akibat yang ditimbulkan juga besar dan risiko yang dihadapi tidak dapat dikendalikan oleh manajemen dan tidak dapat ditangani dengan strategi-strategi penanganan risiko lainnya. namun tidak semua risiko dapat dihindari dan menghindar kadang-kadang bukan cara yang terbaik. Strategi menghindar sulit dilakukan jika menghindar dari suatu risiko namun menghadapi risiko lain yang mungkin lebih besar dan risiko tersebut memberikan upah yang sulit untuk ditolak. Strategi kedua adalah pencegahan, strategi pencegahan adalah strategi yang digunakan untuk membuat kemungkinan terjadinya risiko sekecil-kecilnya. Pencegahan risiko dapat dilakukan dengan cara memperbaiki sistem dan prosedur, memperbaiki fasilitas, memperbaiki sumber daya manusia, membuat aturan dan kebijakan. Strategi ini membuat risiko yang berada di kwadran kanan-atas bergeser ke kanan-bawah; atau risiko yang berada pada kwadran kiri-atas berpindah ke kiri-bawah, seperti yang digambarkan pada Gambar 5.

30 Kemungkinan (%)

X

Y

10%

X

Y

0 Rp 100jt Akibat (Rp)

Gambar 5. Strategi Pencegahan Risiko Sumber : Kountur ,2006

Strategi penanganan berikutnya adalah dengan pengurangan kerugian yang dialami. Dalam strategi ini dilakukan untuk melakukan sesuatu agar sebelum terjadi suatu kejadian kemungkinan terjadinya dibuat sekecil-kecilnya, strategi pengurangan kerugian dimaksudkan untuk mengurangi kerugian setelah kejadian. Pengurangan kerugian dilakukan pada risiko-risiko yang berada pada kwadran kanan-atas dan kawan-bawah. Risiko-risiko yang berada pada kwadran kanan-atas diusahakan ke kwadran kiri-atas, dan risiko-risiko yang berada pada kwadran kanan-bawah berpindah ke kwadran kiri-bawah. Berikut dijelaskan pada Gambar 6. kemungkinan (%) 10% Y Y X X 0

Rp 100jt Akibat (Rp)

Gambar 6. Strategi Pengurangan Risiko Sumber : Kountur, 2006

Strategi berikutnya adalah strategi mengalihkan risiko. Risiko-risiko yang dapat dikendalikan dilakukan penanganan pencegahan dan pengurangan risiko, sedangkan risiko yang tidak dapat dikendalikan penanganannya dilakukan dengan pengalihan ke pihak lain. Risiko-risiko dapat dialihkan ke pihak lain yang menanggung akibatnya. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk

31 mengalihkan risiko ke pihak lain diantaranya dengan mengalihkan risiko melalui asuransi, hedging, leasing, factoring, dan outsourching.

Strategi terakhir adalah dengan melakukan pendanaan kepada risiko yang dihadapi. Perusahaan mempersiapkan dana sekiranya terjadinya kejadian yang merugikan sehingga perusahaan memiliki dana untuk membiayai kerugian- kerugian tersebut dengan demikian operasional perusahaan dapat terus berjalan.