• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor kunci sistem MCS Nasional Indonesia diidentifikasi berdasarkan analisis expert judgment. Didapatkan 18 faktor kunci dengan 144 komponen faktor, yang selanjutnya dapat ditentukan tingkat kinerja dan tingkat kepentingannya dalam sistem MCS. Hasil perhitungan faktor- faktor ya ng mempengaruhi MCS Indonesia dapat dilihat pada Tabel 15. Hasil analisis tertuang seperti dalam Tabel 16.

Tabel 15 Hasil Perhitungan faktor-faktor yang mempengaruhi MCS Indonesia

Responden ASPEK MCS A B C D E F G H To- tal Rata -rata 1 Lisensi 3,44 2,18 2,23 3,05 3,05 1,81 2,38 2,67 1.78 5 2,55 2 Legislasi 2,88 3,00 1,59 1,59 2,88 1,82 2,00 2,29 523 2,19 3 Koordinasi Antar Lembaga 2,55 2,09 1,00 2,15 2,55 1,66 2,09 2,00 203 1,94 4 Pelatihan MCS 2,45 2,21 1,19 1,19 2,45 1,68 2,00 2,00 126 1,83

5

Prosedur Inspeksi dan

Boarding 2,45 2,00 1,54 1,93 2,36 1,68 2,00 2,21 256 2,00 6 Program Observer 2,29 2,00 1,20 1,60 2,13 1,62 1,74 1,87 98 1,77

7

Sistem perencanaan data

dan MCS 3,14 2,00 1,00 1,67 2,63 1,41 1,56 1,90 116 1,81

8

Pembagian wewenang

9 Kapasitas di laut 1,82 1,41 1,00 1,70 1,70 1,12 1,78 1,59 24 1,48 10 Pengawasan udara 2,06 1,68 1,49 1,09 1,80 1,54 1,54 1,62 39 1,58 11 Identifikasi kapal 2,59 1,88 1,00 2,51 1,96 1,26 1,85 1,59 88 1,75 12 Laporan boarding 2,45 2,00 1,00 1,59 1,91 1,41 1,78 1,78 67 1,69 13 Laporan movement 2,54 2,02 1,24 2,06 2,19 1,66 1,98 1,84 173 1,90 14 Penggunaan VMS 2,59 2,08 1,33 2,62 2,10 1,55 1,88 1,83 211 1,95 15

Pengawasan Pantai (coast

guard) dan Kelompok

Pengawasan Masyarakat 3,17 2,29 1,00 1,51 2,83 1,91 1,91 2,14 242 1,99 16 Penyidik Perikanan PPNS 2,52 2,00 1,00 1,77 2,38 1,64 1,81 1,81 114 1,81 17 Alat komunikasi (Alkom) 2,25 2,10 1,00 1,65 2,14 1,68 1,83 1,83 94 1,76 18 Radar dan satelit 2,54 2,10 1,00 1,19 2,45 1,68 1,93 2,00 101 1,78

Rata-rata 2,51 2,04 1,20 1,78 2,28 1,59 1,89 1,92 144 1,86

Tabel 16 Total dan rata-rata Kinerja dan Kepentingan berdasarkan Faktor Kunci MCS Nasional

Kinerja Kepentingan No Faktor Kunci Total Rata-Rata Total Rata-Rata

1 Lisensi (IZIN) 1.785 2.55 362 2.09

2 Legislasi (UUPP) 523 2.19 1.246 2.44

3

Koordinasi antar lembaga

(COORD) 203 1.94 3.668 2.79

4 Pelatihan MCS (DIKLAT) 126 1.83 6.539 3.00

5

Prosedur inspeksi dan boarding

(INSBRD) 256 2.00 3.389 2.76

Table16 Lanjutan

6 Program observer (OBSRV) 98 1.77 6.458 2.99

7

Sistem perencanaan data dan MCS

(PLNCDB) 116 1.81 4.561 2.87

8

Pembagian wewenang pusat dan

daerah (CENTOTM) 198 1.94 7.943 3.07

9 Kapasitas di laut (SEACAP) 24 1.48 16.602 3.37

10 Pengawasan udara (AIRSURV) 39 1.58 10.978 3.20 11 Identifikasi kapal (VESSID) 88 1.75 5.383 2.93

12 Laporan boarding (BRDREP) 67 1.69 9.157 3.13

13 Laporan movement (MOVE) 173 1.90 5.335 2.92

14 Penggunaan VMS (VMSUSE) 211 1.95 4.077 2.83

15

Pengawasan pantai (coast guard)

dan POKWASMAS (PMW/CG) 242 1.99 2.057 2.60

16 Penyidik perikanan PPNS (SIDIK) 114 1.81 6.536 3.00

17 Alat komunikasi (ALKOM) 94 1.76 7.177 3.03

18 Radar dan Satelit (RADSAT) 101 1.78 6.035 2.97

Jumlah 4.459 34 107.504 52

Rata-rata 144 1.86 4.635 2.87

Dari analisis data-data di atas, didapatkan bahwa faktor kunci MCS nasional yang berada di atas nilai rata-rata dalam hal kinerja hanyalah faktor lisensi, sedangkan dalam hal kepentingannya faktor lisensi ini masih berada di bawah nilai rata-rata, hal ini menunjukkan bahwa stakeholders telah melaksanakan lisensi ini namun masih hanya sebatas prosedural. Dalam hal kepentingannya, faktor kunci MCS pada umumnya telah berada di atas nilai rata-rata, kecuali faktor kunci legislasi dan lisensi. Hal ini menunjukkan pula bahwa masih perlu pembenahan dalam hal legislasi MCS di Indonesia.

OBSV SIDIK INSBRD RADSAT ALKOM VESSID CENTOTM PLNCBD COORD MOVE VMSUSE INSBRD PWM/CG UUPP IZIN BRDREP AIRSURV SEACAP 1,00 1,10 1,20 1,30 1,40 1,50 1,60 1,70 1,80 1,90 2,00 2,10 2,20 2,30 2,40 2,50 2,60 2,70 2,80 2,90 3,00 3,10 3,20 3,30 3,40 3,50 3,60 3,70 3,80 3,90 4,00 1,00 1,10 1,20 1,30 1,40 1,50 1,60 1,70 1,80 1,90 2,00 2,10 2,20 2,30 2,40 2,50 2,60 2,70 2,80 2,90 3,00 3,10 3,20 3,30 3,40 3,50 3,60 3,70 3,80 3,90 4,00 Kinerja Pelaksanaan Tingkat Kepentingan

Tingkat kepentingan MCS di Indonesia tertera dalam Gambar 10. Berdasarkan Gambar 10 terlihat bahwa hampir semua faktor- faktor MCS mempunyai tingkat kepentingan di atas garis median (>2,5), kecuali untuk dua faktor yaitu UUPP (legislasi) dan perizinan. Namun, dari segi kinerja, faktor perizinan memiliki kinerja pelaksanaan MCS yang lebih baik (>2,5) dibandingkan dengan faktor lainnya, hal ini menunjukkan pula bahwa pelaksanaan faktor perizinan masih bersifat prosedural.

Gambar 10. Tingkat kepentingan faktor-faktor kunci MCS

Faktor-faktor kunci MCS yang mempengaruhi kinerja MCS dan tingkat kepentingan MCS nasional dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17 Identifikasi faktor kunci yang mempengaruhi kinerja dan tingkat kepentingan MCS Indonesia

1 Aspek Lisensi atau Perizinan No Identifikasi faktor

1 Pengurusan perizinan usaha perikanan 2 Pemalsuan perizinan

3 Penataan perizinan oleh pemerintah daerah

4 Pengawasan perizinan yang melekat di setiap kapal dan yang selalu berada di kapal 5 Luasan cakupan usaha perizinan (keaslian dokumen, masa berlaku izin, dan lain- lain) 6 Sistem pencatatan, pendataan dan pengawasan perizinan kapal

7 Pemalsuan dokumen Surat Penangkapan Ikan (SPI) 8 Kelengkapan dokumen yang dimiliki pengusaha/nelayan 9 Proses perizinan satu atap

10 Kejelasan dan ketegasan pembagian wewenang dan operasional perizinan pusat dan daerah

2 Aspek Legislasi atau Peraturan Pemerintah No Identifikasi faktor

1 Konflik perbatasan wilayah dengan negara tetangga ( UU belum jelas)

2 Perundangan dan peraturan daerah yang memadai sebagai landasan pelaksanaan MCS 3 UU perikanan mengenai kelembagaan pengawasan maupun kewenangan

4 Sinkronisasi antara UU Perikanan dengan UU lainnya 5 Pemahaman mengenai UU Perikanan dan UU lainnya 6 Sinkronisasi UU, peraturan antara pusat dan daerah 7 Pelaksanaan UU dan peraturan yang ada

8 Penyebarluasan atau penjelasan dan pengumuman mengenai peraturan

3 Aspek Pelatihan SDM No Identifikasi fakor

1 Sumberdaya manusia yang memahami sistem MCS

2 Lembaga khusus di daerah atau nasional yang menangani pengembangan SDM bidang MCS

Tabel 17 Lanjutan

3 MCS mencakup multi aspek sehingga diperlukan aneksasi sistem yang sudah ada 4 Kemampuan trainer nasional yang terakreditasi secara internasional dalam semua

bidang MCS

4 Aspek Koordinasi Antar Lembaga

No Lembaga yang dapat melakukan koordinasi terhadap semua unsur yang berperan dalam penerapan MCS

1 Kesamaan persepsi di antara berbagai lembaga mengenai pelaksanaan MCS 2 Jumlah lembaga terkait sangat banyak, membutuhkan sistem kelembagaan dan

pembagian tugas pokok, wewenang dan tanggung jawab terpadu

3 Jumlah lembaga yang banyak membutuhkan jangka waktu yang tidak singkat untuk setiap kegiatan operasional dan koordinasi

4 Luasnya cakupan kegiatan pelaksanaan MCS memerlukan koordinasi segala lini 5 Laporan dengan jumlah lembaga yang banyak membutuhkan sistem informasi

dan manajemen terpadu, efektif dan efisien

6 Inspeksi dan patroli pengawasan membutuhkan kelembagaan khusus di bidang hukum, penyidikan, pengawasan patroli dan ekspor impor agar tidak merugikan negara

7 Penegakan hukum di laut tidak mungkin diwujudkan oleh satu instansi tanpa keterlibatan instansi yang berwenang lainnya

8 Sistem penegakan hukum di laut seharusnya dibangun dengan prinsip mensinergikan semua potensi kekuatan nasional yang ada

5 Aspek Prosedur Inspeksi dan Boarding No Identifikasi faktor

1 Kemampuan inspeksi di la ut 2 Infrastruktur, sarana dan prasarana

3 Jumlah pengawas dan penerapan Log Book Perikanan (LBP) dan Lembar Laik Operasi (LLO)

Tabel 17 Lanjutan

4 Kemampuan SDM pengawas LBP dan LLO yang masih perlu ditingkatkan 5 Pemahaman nelayan/pemilik perahu mengenai pentingnya penerapan LBP dan

LLO

6 Kesadaran nelayan/pengusaha untuk menerapkan LBP dan LLO 7 Kemampuan petugas untuk inspeksi di kapal atau di laut

8 Karakteristik perizinan usaha perikanan yang melekat di setiap kapal perikanan dan harus selalu berada di kapal membutuhkan inspeksi di darat dan di laut.

6 Aspek Pelaksanaan Program observer/Penyidik Perikanan PPNS dan TNI AL No Identifikasi faktor

1 Terbatasnya sarana, prasarana dan SDM dalam pelaksanaan penyidikan pelanggaran kelautan

2 Penya lahgunaan wewenang oleh aparat yang melakukan penyidikan terhadap pelanggaran di laut

3 Sistem pengawasan yang perlu melibatkan peran aktif masyarakat

4 Sistem pengawasan yang perlu melibatkan peran aktif masyarakat jumlahnya masih terbatas belum di semua pusat kegiatan perikanan telah ditetapkan pengawasan perikanan

5 Belum semua zona konservasi, pesisir dan pulau-pulau kecil mempunyai pengawas

6 Kapasitas SDM pengawas yang ada masih perlu ditingkatkan

7 Inspeksi, patroli, penyidik dan pengawasan membutuhkan kelembagaan khusus menyangkut bidang hukum, penyidikan, pengawasan patroli dan ekspor- impor agar kegiatan tersebut tidak merugikan negara

8 Penegakan hukum di laut tidak mungkin diwujudkan dan ditangani oleh satu instansi tanpa keterlibatan instansi yang berwenang lainnya dan harus dibangun dengan prinsip mensinergikan semua potensi kekuatan nasional yang ada

9 Karakteristik perikanan dan kelautan yang memerlukan program observer di darat dan di laut

7 Aspek Sistem Perencanaan dan Pendataan Sektor Perikanan dan Kelautan No Identifikasi faktor

1 Verifikasi data dan keakuratan data yang ada pada saat ini 2 Pembaharuan data tidak dilakukan secara terus menerus 3 Belum semua wilayah memiliki sistem komputerisasi 4 Aksesbilitas informasi dan tekno logi

5 Jumlah lembaga yang terkait sangat banyak membutuhkan sistem kelembagaan dan pembagian tugas pokok, wewenang dan tanggung jawab terpadu

6 Jumlah lembaga yang banyak membutuhkan jangka waktu yang tidak singkat untuk setiap kegiatan operasional dan koordinasi

7 Luasnya cakupan kegiatan pelaksanaan MCS memerlukan koordinasi segala lini 8 Pelaporan dengan jumlah lembaga yang banyak membutuhkan sistem informasi

dan manajemen terpadu, efektif dan efisien

9 Program komputerisasi data base masih terbatas pada pelabuhan tertentu 10 Jumlah operator komputer masih kurang dan kemampuannya masih terbatas 11 Sistem kelembagaan, sarana dan prasarana CDB

12 Pemahaman pihak pelabuhan dalam pelaksanaan Kepmen No. 29 / 2003

13 Penolakan pihak pelabuhan karena menyangkut tanggung jawab yang harus dipikul dan melaksanakan ancamannya

8 Aspek pembagian wewenang pusat dan daerah No Identifikasi faktor

1 Kemampuan dalam mengelola sumberdaya kelautan dan perikanan secara bertanggung jawab

2 Keterbatasan penataan perijinan, yang merupakan cikal bakal terjadinya suatu pelanggaran

3 Kurangnya armada sarana dan prasarana pengawasan yang tangguh di lapangan

4 Masih terbatasnya sarana dan prasarana serta fasilitas pengawasan di daerah Tabel 17 Lanjutan

Tabel 17 Lanjutan

5 Belum optimalnya kewenangan pengawasan sumberdaya perikanan dan kelautan di daerah

6 Belum berkembangnya lembaga pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan daerah

7 Kurangnya tenaga pengawas perikanan

8 Kejelasan dan ketegasan pembagian wewenang dan operasional perijinan pusat daerah yang belum sepenuhnya ditindak lanjuti pejabat berwenang daerah

9 Aspek kapasitas di laut No Identifikasi faktor

1 Jumlah kapal patroli pengawas baru pada kawasan strategi penangkapan ikan 2 Penempatan kapal pengawas pendukung di luar kawasan strategis terutama di

daerah pesisir, pulau-pulau kecil, kawasan konservasi dan daerah perbatasan 3 Penempatan kapal patroli terbatas di daerah strategis, di pelabuhan utama, sulit

mencapai wilayah terpencil dan perbatasan

4 Umumnya pengawasan dilakukan oleh TNI AL, tenaga pengawas DKP masih terbatas

5 Infrastruktur sarana dan prasarana surveillance

6 Pengelolaan dan konservasi sumberdaya laut (pencemaran laut dan penggunaan alat penangkapan ikan yang merusak lingkungan laut)

10 Aspek pengawasan melalui udara No Identifikasi faktor

1 Jangkauan pengawasan MSA dan radar pantai

2 Jumlah radar pantai Maritime Surveillance Aircraft (MSA) 3 Biaya investasi dan operasi MSA dan radar pantai

4 Jumlah SDM dalam bidang operasi MSA dan radar pantai 5 Kapasitas kelembagaan MSA dan radar pantai

Tabel 17 Lanjutan 6 Sarana dan prasarana pengawasan

7 Biaya pengadaan pesawat dan radar pantai

8 Kerjasama dengan TNI AU untuk melihat kondisi perairan darat atas untuk mendeteksi pelanggaran

11 Aspek identifikasi terhadap kapal No Identifikasi faktor

1 Keterbatasan dalam pelaksanaan pemasangan identitas kapal

2 Rendahnya respon atau minat pemilik kapal penangkap ikan untuk pemasangan VMS

3 Ketakutan pengusaha akan adanya pembebanan terhadap pemasangan

transmitter di kapalnya

4 Pengusaha menganggap dalam jangka pendek pemasangan transmitter tidak ada manfaatnya

5 Pengusaha takut adanya tambahan pungutan lagi apabila ada pendaftaran identifikasi alat

6 Pengusaha keberatan apabila kegiatan kapalnya diawasi

7 Penolakan pihak pelabuhan untuk identifikasi kapal karena menyangkut tanggung jawab yang harus dipikul dan melaksanakan ancamannya

8 Tingkat pemasangan transmitter terhadap jumlah kapal yang berpangkalan masih belum merata untuk setiap pelabuhan

9 Lemahnya sistem identifikasi perahu/kapal yang menurut peraturan perundang-undangan tidak diwajibkan untuk memiliki ijin, padahal jumlahnya besar

12 Aspek laporan boarding No Identifikasi faktor

1 Jumlah pengawas dalam penerapan LBP dan LLO

Tabel 17 Lanjutan

3 Pemahaman nelayan/ pemilik perahu mengenai pentingnya penerapan LBP dan LLO

4 Kesadaran nelayan dan pengusaha untuk menerapkan LBP dan LLO secara benar 5 Pelaksanaan kewenangan pelabuhan belum maksimal, termasuk dalam

pelaksanaan ancaman pelanggaran

6 Penggunaan Log Book belum diterapkan secara benar oleh nelayan

13 Aspek aktivitas Pokwasmas dan Coast Guard No Identifikasi faktor

1 Belum adanya pasukan pengawas pantai di Indonesia

2 Jumlah pantai yang perlu dijaga dan diawasi sangat luas dan dalam

3 Pengawasan pantai mengandalkan sistem pengawasan kelompok masyarakat 4 Sistem pengawasan yang perlu melibatkan peran aktif masyarakat belum

merata untuk seluruh wilayah

5 Sistem pengawasan yang perlu melibatkan peran aktif masyarakat jumlahnya masih terbatas

6 Sistem komunikasi dan koordinasi antar kelompok pengawas masyarakat antar lokasi atau wilayah belum terpadu

14 Aspek Laporan Movement dan Pergerakan No Identifikasi faktor

1 Masih terbatasnya jumlah alat alkom (hanya di pelabuhan perikanan dan tempat pendaratan) dan tidak merata

2 Alat komunikasi hanya fokus untuk pengawasan perikanan, belum mencakup aspek lainnya

3 Perlunya penambahan jumlah operator alkom dan perlunya peningkatan kapasitas SDM alkom

Tabel 17 Lanjutan

5 Kesadaran pengusaha/ pemilik kapal untuk memberikan laporan movement secara benar

6 Keterbatasan dalam pelaksanaan pemasangan transmitter kapal

7 Ketakutan pengusaha akan adanya pembebanan terhadap pemasangan

transmitter di kapalnya

8 Pengusaha menganggap dalam jangka pendek pemasangan transmitter tidak ada manfaatnya

9 Pengusaha takut adanya tambahan pungutan lagi apabila ada pendaftaran identifikasi kapal

10 Pengusaha keberatan apabila kegiatan kapalnya diawasi

11 Penolakan pihak pelabuhan identifikasi kapal karena menyangkut tanggung jawab yang harus dipikul dan melaksanakan ancamannya

12 Tingkat pemasangan transmitter terhadap jumlah kapal yang berpangkalan masih belum merata untuk setiap pelabuhan

15 Aspek penggunaan VMS No Identifikasi faktor

1 Keterbatasan dalam pelaksanaan Vessel Monitoring System (VMS)

2 Respon atau minat dari para pemilik kapal penangkap ikan untuk pemasangan VMS

3 Ketakutan pengusaha akan adanya pembebanan terhadap pemasangan VMS di alatnya, karena biaya pemasangan VMS mahal

4 Pengusaha menganggap dalam jangka pendek pemasangan transmitter untuk VMS tidak ada manfaatnya

5 Penilaian pengusaha terhadap VMS hanya bermanfaat dari sisi pemerintah dalam mengawasi kapal perikanan

6 Pengusaha takut adanya tambahan pungutan lagi di VMS karena di daerah sudah banyak pungutan

Tabel 17 La njutan

8 Penolakan pihak pelabuhan dengan VMS karena menyangkut tanggung jawab yang harus dipikul dan melaksanakan ancamannya

9 Tingkat pemasangan VMS terhadap jumlah kapal yang berpangkalan masih belum merata untuk setiap pelabuhan

10 Belum ada koordinasi dengan pihak luar negeri menyangkut VMS, sehingga sering muncul masalah dengan kapal perikanan asing dan kapal berbendera asing

16 Aspek penyidik perikanan dan PPNS No Identifikasi faktor

1 Belum di semua pusat kegiatan perikanan telah ditempatkan dan belum semua zona konservasi, pesisir, dan pulau-pulau kecil mempunyai pengawas

2 Kapasitas SDM pengawas yang masih perlu ditingkatkan

3 Pelaporan dengan jumlah lembaga yang banyak membutuhkan sistem informasi dan manajemen terpadu efektif dan efisien

4 Inspeksi dan patroli pengawasan membutuhkan kelembagaan khusus menyangkut bidang hukum, penyidikan, pengawasan, patroli dan ekspor impor agar kegiatan tersebut tidak merugikan negara Indonesia

17 Aspek penggunaan alat komunikasi No Identifikasi faktor

1 Masih terbatasnya jumlah alkom (hanya di pelabuhan perikanan dan tempat pendaratan) sehingga belum merata untuk seluruh wilayah Indonesia

2 Alat komunikasi hanya fokus untuk pengawasan perikanan belum mencakup aspek lainnya

3 Perlunya penambahan jumlah operator alkom dan peningkatan kapasitas SDM alkom

4 Perlunya peningkatan kapasitas SDM alkom

5 Pelaporan dengan jumlah lembaga yang banyak membutuhkan sistem informasi dan manajemen yang terpadu efektif dan efisien

Tabel 17 Lanjutan

6 Inspeksi dan patroli pengawasan membutuhkan kelembagaan khusus

menyangkut bidang hukum, penyidikan, pengawasan, patroli dan ekspor impor agar kegiatan tersebut tidak merugikan negara

18 Aspek penggunaan Radar dan Satelit No Identifikasi faktor

1 Mahalnya sarana pengawasan, penggunaan radar satelit untuk pemantauan 2 Pengawasan dengan penggunaan radar satelit yang ada sekarang baru tiga kali

seminggu, seharusnya setiap hari

3 Daerah operasi radar satelit yang ada baru pada laut Arafuru 4 Terbatasnya jumlah radar pantai

5 Terbatasnya jangkauan pengawasan radar pantai 6 Mahalnya biaya investasi dan operasi radar pantai

7 Kurangnya jumlah SDM dalam bidang operasi radar pantai 8 Lemahnya kapasitas kelembagaan radar pantai

Dokumen terkait