• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Fokus Magang dari Perspektif Teoretis

Dalam dokumen PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA D (1) (Halaman 101-113)

BAB IV ANALISIS FOKUS MAGANG

4.3 Analisis Fokus Magang dari Perspektif Teoretis

Weimer dan Vinning dalam Subarsono (2011) mengatakan bahwa keberhasilan pelaksanaan dipengaruhi oleh 3 (tiga) kelompok variabel. Variabel tersebut adalah logika kebijakan, lingkungan tempat kebijakan dilaksanakan, dan kemampuan implementasi kebijakan. Logika kebijakan dapat diartikan sebagai bagaimana cara atau upaya apa saja yang dilakukan untuk mencapai tujuan bersama. Lingkungan yang dimaksud ppada variabel kedua adalah faktor pendukung dan penghambat apa saja

yang ada di lapangan. Variabel ketiga dapat diartikan sebagai bagaimana hasil dari pelaksanaan tersebut.

Dalam proses pengamatan yang telah dilakukan di lapangan, ditemukan berbagai macam fenomena yang terjadi, dan pada bab ini akan akan dikaji oleh penulis berdasarkan data yang terkumpul melalui hasil dokumentasi dan wawancara yang dilakukan pada saat pelaksanaan kegiatan magang. Adapun yang menjadi informan pada saat pelaksanaan wawancara adalah:

a. Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan KB Kabupaten Situbondo

b. Kepala Seksi Pembinaan Kesertaan Ber-KB

c. Dokter yang Menangani Masalah MOP/ Vasektomi

d. Penyuluh di Kecamatan Kapongan, Situbondo, dan Bungatan.

e. Pria Akseptor sebanyak 15 orang f. Pria Non Akseptor sebanyak 15 orang

Akseptor vasektomi di Kabupaten Situbondo memang tergolong banyak jika dibandingkan dengan daerah-daerah sekitar Kabupaten Situbondo. Kabupaten Situbondo sudah mendapatkan rekor MURI 2 kali pada 2 tahun berturut-turut yaitu 2010 dan 2011. Pemecahan rekor MURI dalam akseptor KB Baru terbanyak. Dalam wawancara yang dilakukan kepada penyuluh KB di tingkat kecamatan, Bapak Suhartono, pada tanggal 18 Januari 2017 mengatakan bahwa upaya pemerintah

Kabupaten Situbondo khususnya Dinas Pengendalian Penduduk dan KB Kabupaten Situbondo sangat optimal terutamapada tahun pengejaran target 2010 dan 2011. Pada tahun-tahun tersebut, Bupati Situbondo mengedarkan Surat Edaran kepada seluruh kecamatan di Situbondo untuk memberikan minimal 10 akseptor ketika pelaksanaan rekor MURI. Ternyata antusias masyarakat lebih dari perkiraan. Pada tahun 2010 peserta MOP/ Vasektomi mencapai 1.552 akseptor.

4.3.1 Faktor Penghambat

Dari hasil pengumpulan data dan analisa data di lapangan, faktor- faktor penghambat yang mempengaruhi pelaksanaan program KB MOP/Vasektomi di Kabupaten Situbondo secara umum adalah rumor yang beredar di masyarakat tentang bahaya vasektomi, aturan agama, dan biaya operasi. Pembahasan lengkap untuk kedua hal tersebut adalah diuraikan sebagai berikut:

a. Melanggar Aturan Agama

Masyarakat Kabupaten Situbondo menganggap bahwa vasektomi tidak boleh dilakukan karena melanggar aturan agama. Vasektomi masih dipandang sebelah mata karena anggapan bahwa vasektomi sama dengan dikebiri. Pada kenyataannnya, vasektomi tidak sama dengan di kebiri. Vasektomi tidak bersifat permanen, sehingga tidak dapat disamakan dengan di kebiri.

ingin menjadi akseptor karena melanggar aturan agama. Mereka mengatakan bahwa menjadi akseptor vasektomi tidak akan mempunyai anak lagi karena bersifat permanen.

b. Bahaya untuk Kesehatan

Rumor lainnya yang beredar di Kabupaten Situbondo adalah vasektomi dapat berbahaya untuk kesehatan, utamanya kesehatan hubungan suami istri. Logika masyarakat ialah apabila hubungan suami istri terganggu, maka akan berdampak pada keretakan rumah tangga. Hal ini diperoleh dari keterangan informan bukan akseptor vasektomi yang telah diwawancarai.

c. Biaya Operasi

Bagi masyarakat Kabupaten Situbondo yang tergolong pra sejahtera mengalami kendala mengenai biaya yang dikenakan pada saat operasi. Masyarakat menganggap bahwa apabila melakukan operasi akan memakan biaya yang banyak. Selain itu, pasca operasi, akseptor tidak diperkenankan untuk melakukan kegiatan berat seperti mengayuh sepeda atau becak, mengangkat beban berat, dan lain sebagainya selama beberapa hari. Oleh karena itu, bagi keluarga pra sejahtera merasa rugi apabila mengikuti vasektomi karena tidak dapat menghasilkan uang selama beberapa hari.

d. Keenganan Pria ber-KB

Tabel 4.10

Jumlah Peserta KB Aktif Per Mix Kontrasepsi Menurut PUS Sampai Tahun 2016

Kecamatan PUS Mix Kontrasepsi

IUD MOW MOP KND IMP STK PIL

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Jatibanteng 6496 173 172 216 83 1289 1837 1020 Besuki 14.931 1235 544 381 99 3194 3286 2722 Suboh 7098 133 241 194 23 1616 1383 1282 Mlandingan 5266 102 128 144 17 866 1123 1244 Kendit 8276 561 203 146 86 995 2277 1981 Panarukan 11.434 491 265 334 76 1666 3400 1723 Situbondo 12.966 1456 927 371 462 819 2909 2756 Panji 11.784 916 575 380 275 1383 3706 2313 Mangaran 7989 294 177 267 39 1242 1730 1859 Kapongan 8290 29 169 530 84 814 2004 2226 Arjasa 11.326 96 318 158 22 2605 3350 1780 Jangkar 8603 260 129 460 214 970 2456 2556 Asembagus 9882 311 319 165 51 1235 2724 2064 Banyuputih 11.316 295 201 212 93 1454 3041 2674 Sumbermalang 6397 27 326 152 58 697 2208 703 Bungatan 5603 40 185 247 115 357 1441 1750 Banyuglugur 4877 37 123 164 31 742 1127 1149 Jumlah 152.534 6456 5002 4521 1828 21.944 40.002 31.802 Sumber: Dinas Pengendalian Penduduk & KB Kab. Situbondo

Akseptor KB pada metode vasektomi di Kabupaten Situbondo masih sedikit. Pada Tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa alat kontrasepsi KB yang paling banyak digunakan di Kabupaten Sumbawa adalah pada jenis suntikan, pil, implant, dan IUD. Dapat dilihat bahwa jumlah pengguna alat kontrasepsi pada metode suntik di Kabupaten Sumbawa mencapai 40.002 orang, sedangkan pada jenis pil sebanyak 31.8002 orang, jenis implant sebanyak 21.944 orang dan jenis IUD 6.456 orang. Oleh karena

itu, metode kontrasepsi yang masih banyak digunakan adalah jenis kontrasepsi yang diperuntukkan untuk kaum wanita, maka kaum pria merasa tidak perlu untuk melakukan vasektomi di tambah lagi karena ada sebagian masyarakat yang memiliki persepsi bahwa program KB memang hanya untuk wanita saja.

4.3.2 Upaya yang Dilakukan

Pelaksanaan program keluarga berencana dengan metode vasektomi tidak langsung berjalan lancar. Pemerintah Kabupaten Situbondo melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan akseptor KB khususnya vasektomi. Beberapa upaya yang dilakukan yaitu:

a. Kerjasama dengan Tokoh Agama

Pemerintah Kabupaten Situbondo menyikapi permasalahan di masyarakat yang mengatakan bahwa vasektomi dilarang agama dengan cara mengadakan pertemuan dengan tokoh agama. Dinas Pengendalian Penduduk dan KB Kabupaten Situbondo dan BKKBN Provinsi Jawa Timur mengadakan suatu kajian bersama dengan tokoh agama Institut Agama Islam Ibrahimi Situbondo dan Lembaga Bahtsul Masa’il Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo.

Vasektomi tidak dilarang oleh agama karena tidak bersifat permanen. Sebab, secara medis seorang pria yang telah menjadi akseptor vasektomi dapat dipulihkan kembali dengan dilakukan

rekanalisasi (penyambungan kembali) saluran vas deferens sehingga fungsi reproduksi dapat berfungsi kembali.

Perbedaan antara pro dan kontra terhadap vasektomi berangkat dari perbedaan dalam menentukan vasektomi bersifat permanen atau tidak permanen. Pihak kontra mengatakan vasektomi haram apabila tidak dapat dipulihkan kembali. Sedangakan pihak yang lainnya mengatakan bahwa vasektomi dapat dipulihkan kembali walaupun pada kenyataannya sangat jarang PUS menginginkan rekanalisasi kembali. Dalam buku yang dikeluarkan dari hasil kajian tersebut juga sudah terdapat beberapa sumber pustaka yang menguatkan pernyataan bahwa vasektomi tidak haram.

Tokoh agama berperan dalam meningkatkan akseptor vasektomi tidak hanya kajian fikih saja tapi juga mau membantu pemerintah dalam melakukan penyuluhan. Tokoh agama menjadi pembicara atau narasumber untuk peserta penyuluhan vasektomi. b. Sosialisasi

Penyuluh-penyuluh KB di tingkat kecamatan juga sering melalukan sosialisasi baik secara formal maupun nonformal. Formal maksudnya ialah mengadakan sosialisasi di kantor kecamatan dengan pemaparan seperti suasana formal, sedangkan nonformal maksudnya ialah mendatangi rumah-rumah masyarakat untuk mengadakan diskusi dengan suasana santai. Diskusi

sekaligus dengan pencarian akseptor KB baru ini tidak bersifat memaksa. Diskusi secara terbuka ini justru dinilai lebih efektif pada masyarakat untuk menambah akseptor KB baru. Penyuluh- penyuluh KB di kecamatan biasanya ketika mengadakan sosialisasi yang bersifat nonformal ini mengajak PPKBD juga Kader KB untuk memberikan gambaran mengenai KB.

Sosialisasi yang dilakukan untuk program vasektomi juga dijalankan, utamanya pada tahun 2010 dan 2011 untuk mengejar target MURI. Sosialisasi dilaksanakan dengan menjadikan tokoh agama dan akseptor vasektomi untuk menjadi narasumber. Dengan adanya narasumber dari tokoh agama dapat meyakinkan masyarakat bahwa vasektomi tidak haram. Akseptor sebagai narasumber dapat meyakinkan masyarakat tentang rumor bahwa vasektomi berdampak buruk pada kesehatan hubungan suami istri adalah salah. Menurut beberapa informan yang merupakan akseptor, vasektomi justru berdampak baik untuk kesehatan pria dan hubungan suami istri.

c. Biaya

Vasektomi adalah kontrasepsi yang memerlukan operasi, walaupun hanya operasi kecil. Menurut masyarakat, operasi untuk vasektomi memerlukan biaya. Pemerintah mengatasi hal ini dengan memberikan pelayanan vasektomi gratis kepada masyarakat. Dari

tahun 2010-2016, tidak ada pungutan biaya kepada masyarakat yang mau menjadi akseptor vasektomi.

Pasca operasi, akseptor baru vasektomi diwajibkan untuk tidak melakukan kegiatan berat seperti mengayuh sepeda, becak, dan mengangkat beban berat selama 3 hari. Oleh karena itu, pemerintah Kabupaten Situbondo memberikan uang kontribusi atau uang pengganti untuk menggantikan upah per harinya. Pemerintah memberikan uang Rp 150.000,- per akseptor. Selain itu diberikan kondom gratis kepada akseptor karena pasca operasi dianjurkan untuk menggunakan kondom selama beberapa hari.

d. Keterlibatan Tokoh Masyarakat

Demi menyukseskan vasektomi di Kabupaten Situbondo khususnya pada tahun 2010 dan 2011, pemerintah Kabupaten Situbondo menyertakan tokoh masyarakat untuk menjadi akseptor vasektomi. Sasaran vasektomi sendiri memang untuk keluarga pra sejahtera dengan pertimbangan dapat menekan juga angka kemiskinan. Dengan jumlah anak yang sedikit, maka tanggung jawab membesarkan dan merawat anak akan lebih intensif. Menyadari hal tersebut, maka para tokoh masyarakat terlibat menjadi akseptor dengan harapan akan dijadikan contoh oleh masyarakat lainnya. Camat, Kapolsek, dan Danramil di Kecamatan Kapongan menjadi akseptor vasektomi.

e. Sarana dan Prasarana

Pelaksanaan program Keluarga Berencana di Kabupaten Situbondo tidak lepas dari peran dan upaya pemerintah dalam hal ini Dinas Pengendalian Penduduk dan KB Kabupaten Situbondo yang bekerja keras dalam meningkatkan jumlah akseptor KB dengan cara menyediakan sarana dan prasarana, pelayanan mobil KB, dan tersedianya alat-alat kontrasepsi gratis.

4.3.3 Biaya

Pelayanan program KB di Kabupaten Situbondo bersumber dari dana APBN dan APBD. Bendahara APBN dan APBD di Dinas Pengendalian Penduduk dan KB Kabupaten Situbondo adalah orang yang berbeda. Menurut Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan KB Kabupaten Situbondo, H. Marjulis, SE, M.Si, bendahara dibedakan dengan maksud untuk mempermudah pertanggungjawaban dana tersebut. Apabila bendahara hanya 1 orang, maka dana APBN dan APBD akan bercampur dan justru akan menyusahkan perangkat dinas lainnya. . Dalam pembiayaan segala pra dan pasca pelayanan MOP/ Vasektomi dibebankan pada APBN dan APBD Kabupaten Situbondo. Akseptor tidak perlu membayar ketika melakukan operasi. Dinas Pengendalian Penduduk dan KB Kabupaten Situbondo tidak mau terlalu terbuka masalah dana yang diterima dan dipertanggungjawabkan.

Vasektomi di Kabupaten Situbondo tergolong banyak peminat. Tidak dapat dipungkiri bahwa jumlah akseptor vasektomi yang banyak ini karena adanya target yang dikejar untuk mencapai rekor MURI. Namun dalam Tabel 4.9, terlihat bahwa akseptor KB aktif vasektomi menurun. Hal ini dikarenakan drop out. Drop out terjadi karena adanya akseptor yang sudah meninggal, pindah ke daerah luar Kabupaten Situbondo, dan cerai. Peserta KB Baru vasektomi di Kabupaten Situbondo semakin lama semakin menurun. Berikut tabel peserta KB Baru vasektomi:

Tabel 4.11

Peserta KB Baru Vasektomi Tahun 2010 s.d 2015

No. Tahun KB Baru

1. 2010 1552 2. 2011 1848 3. 2012 1000 4. 2013 410 5. 2014 489 6. 2015 268 Jumlah 5567

Sumber: Dinas Pengendalian Penduduk & KB Kab. Situbondo

Peserta KB Baru vasektomi semakin menurun karena pelayanan yang diberikan juga semakin lama semakin menurun. Ini juga dikemukakan oleh Kepala Seksi Pembinaan Kesertaan Ber-KB yang mengatakan bahwa vasektomi akhir-akhir ini sudah bukan menjadi target utama. Pelayanan seperti sosialisasi yang diberikan kepada masyarakat tidak se-intensif yang dulu. Kepala Seksi Pembinaan Kesertaan Ber-KB,

Drs. Nur Abdul Muktas, M.Si pada 16 Januari 2017 menyadari bahwa pelayanan sosialisasi yang dilakukan untuk mendapatkan akseptor KB baru vasektomi semakin lama semakin menurun karena tidak ada target akseptor dari pemerintah Kabupaten Situbondo.

KB Baru untuk vasektomi yang semakin menurun jumlahnya akan berakibat pada daya tarik masyarakat khususnya kaum pria. Apabila calon akseptor semakin sedikit, maka akan mengurungkan niat calon akseptor lain yang awalnya ingin mengikuti KB vasektomi ini.

4.3.5 Angka Kelahiran

Angka kelahiran untuk Kabupaten Situbondo pada tahun 2015 mencapai angka 1,9. Berikut perkembangan angka kelahiran Kabupaten Situbondo:

Tabel 4.12

Angka Kelahiran Kabupaten Situbondo tahun 2010 s.d 2015

Sumber: Dinas Pengendalian Penduduk & KB Kab. Situbondo

Angka kelahiran Kabupaten Situbondo tergolong sedang, walaupun angka tersebut di bawah target BKKBN pusat yaitu 2,4. Angka

No. Tahun Angka Kelahiran

1. 2010 2,1 2. 2011 2,2 3. 2012 2,1 4. 2013 2,0 5. 2014 2,0 6. 2015 1,9

kelahiran merupakan point penting dalam suatu pembangunan. Apabila angka kelahiran dapat dikendalikan dengan baik, maka jumlah penduduk juga tidak akan meningkat secara drastis.

Angka kelahiran Kabupaten Situbondo yang tergolong sedang tersebut bukan semata-mata karena program vasektomi yang berjalan di Kabupaten Situbondo. Pernyataan yang dikemukakan oleh Kepala Seksi Pembinaan Kesertaan Ber-KB pada 16 Januari 2017 mengatakan bahwa angka kelahiran kabupaten Situbondo tersebut bukan hanya karena vasektomi saja, tapi juga kontrasepsi lain. Namun, tidak dipungkiri bahwa vasektomi juga turut andil dalam mengendalikan angka kelahiran di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur.

Dalam dokumen PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA D (1) (Halaman 101-113)

Dokumen terkait