• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA D (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA D (1)"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA

BERENCANA DENGAN METODE VASEKTOMI

DALAM PENGENDALIAN ANGKA KELAHIRAN

DI KABUPATEN SITUBONDO PROVINSI

JAWA TIMUR

LAPORAN AKHIR

diajukan guna memenuhi salah satu syarat

untuk menyelesaikan pendidikan Sarjana Sains Terapan Pemerintahan pada Institut Pemerintahan Dalam Negeri

oleh

INDIRA MARTHA NANGAMEKA NPP. 24.0981

Program Studi : Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil

(2)

TANDA PERSETUJUAN

Judul Laporan Akhir : PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DENGAN METODE

VASEKTOMI DALAM PENGENDALIAN

ANGKA KELAHIRAN DI KABUPATEN

SITUBONDO PROVINSI JAWA TIMUR

Oleh : Indira Martha Nangameka Nomor Pokok Praja : 24.0981

Fakultas : Manajemen Pemerintahan

Program Studi : Administrasi Kependudukan Dan Catatan Sipil Tempat dan Tgl Lahir : Situbondo, 5 April 1994

disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji pada Tanggal 08 Juni 2017

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Drs. H. M. Cholid, M.Ag Agus Sumartono, SH, MH

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Akhir dengan judul “PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA

BERENCANA DENGAN METODE VASEKTOMI DALAM

PENGENDALIAN ANGKA KELAHIRAN DI KABUPATEN SITUBONDO

PROVINSI JAWA TIMUR” oleh Indira Martha Nangameka Nomor Pokok

Praja : 24.0981 telah diuji dan dinyatakan lulus pada hari Kamis, tanggal 08 Juni 2017 dihadapan sidang penguji yang terdiri dari :

Drs. H. M. Cholid, M.Ag Ketua ………

Agus Sumartono, SH, MH Sekretaris ……….

Drs. Endang Herman, M.Si Anggota ………

Ida Widianingsih, Ph.D Anggota ………

Dosen Pembimbing I,

Drs. H. M. Cholid, M.Ag NIP. 19531018 198503 1 003

Dosen Pembimbing II,

Agus Sumartono, SH, MH NIP. 19521217 198003 1 001

Telah diregistrasi pada Program Studi Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil Fakultas Manajemen Pemerintahan

Nomor : 423.7/ /KOMPRE/ IPDN.5/2017 Ketua Program Studi

Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil

(4)

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN AKHIR

Saya, yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Indira Martha Nangameka

Npp : 24.0981

Judul Laporan Akhir : PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DENGAN METODE VASEKTOMI DALAM PENGENDALIAN ANGKA KELAHIRAN DI KABUPATEN SITUBONDO PROVINSI JAWA TIMUR

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa, Laporan Akhir yang saya tulis ini adalah asli hasil karya sendiri bukan hasil menjiplak atau plagiat dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi manapun.

Sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat, apabila ternyata saya terbukti melakukan pelanggaran akademik tersebut diatas, saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan Lembaga dan/atau peraturan perundangan yang berlaku.

Jatinangor, April 2017 Yang membuat pernyataan

(5)

ABSTRAK

Program Keluarga Berencana adalah program yang diselenggarakan pemerintah Indonesia yang bertujuan untuk mengendalikan jumlah penduduk. Program KB diselenggarakan oleh pemerintah daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Program KB menyediakan berbagai kontrasepsi yang dapat digunakan oleh seluruh Pasangan Usia Subur (PUS). Masyarakat beranggapan bahwa mengikuti KB merupakan kewajiban kaum wanita. Pada kenyataannya,program KB juga dapat diikuti oleh pria yang disebut Medis Operatif Pria (MOP) atau Vasektomi. Kabupaten Situbondo mendapat rekor MURI pada tahun 2010 dan 2011 sebagai akseptor vasektomi terbanyak. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengambil judul “PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DENGAN METODE VASETOMI DALAM PENGENDALIAN ANGKA

KELAHIRAN DI KABUPATEN SITUBONDO PROVINSI JAWA TIMUR

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan program KB khususnya vasektomi di Kabupaten Situbondo , apa saja faktor penghambat dan upaya apa saja yang telah dilakukan pemerintah Kabupaten Situbondo, dan apakah vasektomi berperan terhadap angka kelahiran di Kabupaten Situbondo.

Metode penelitian magang yang digunakan adalah metode eksploratif dengan pendekatan induktif. Metode pengumpulan data adalah dengan menggunakan teknik wawancara, dokumentasi dan triangulasi data. Wawancara dilakukan kepada masyarakat (akseptor/non-akseptor), Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana serta aparat pemerintah terkait.

Dari penelitian yang telah dilaksanakan melalui kegiatan magang adalah pelaksanaan program KB vasektomi dalam beberapa tahun ini mengalami penurunan, hal ini disebabkan karena pemerintah sudah tidak mengejar target akseptor tidak seperti tahun 2010 dan 2011. Vasektomi tidak menjadi target utama dalam pengembangan program KB di Kabupaten Situbondo. Angka kelahiran di Kabupaten Situbondo pada tahun 2015 di bawah target nasional yaitu 1,9. Namun, bukan berarti vasektomi menjadi satu-satunya kontrasepsi yang paling efektif dalam mengendalikan angka kelahiran di Kabupaten Situbondo.

(6)

ABSTRACT

Family Planning program is a program organized by the government of Indonesia which aims to control population number. Family planning program is organized by local governments in accordance with the current legislation.

The family planning program provides a wide range of contraceptives that can be used by all couples of fertile age (CFA). The community considers that taking Family Program is the duty of women. In fact, the Family Planning program can also be taken by men which is called Operative Medical Men (MOP) or vasectomy. Situbondo received record of MURI in 2010 and 2011 as the highest vasectomy acceptors. Therefore, the author is interested to have the title "THE IMPLEMENTATION OF FAMILY PLANNING PROGRAM WITH VASECTOMY METHOD TO CONTROLLING BIRTH RATE IN SITUBONDO DISTRICT EAST JAVA PROVINCE"

This research aims to study the implementation of Family Program, especially vasectomy in Situbondo, what the factors are inhibiting and what efforts have been made by the regional government of Situbondo, and whether vasectomy contribute to the birth rate in Situbondo.

Internship research method used is exploratory method with inductive approach. The method of data collection use interview techniques, documentation and data triangulation. Interviews were conducted to society (acceptors / non-acceptors), Head of the Department of Control of Population and Family Planning and the relevant government authorities.

From the research that has been conducted through the apprenticeship is the implementation of Family Planning program vasectomy in recent years has been decreasing. This happened because the government has no longer pursued the target acceptors unlike in 2010 and 2011. Vasectomy is not the main target in the development of family Planning Programs in Situbondo. The birth rate in Situbondo in 2015 was below the national target of 1.9. However, it does not mean that vasectomy has been the most effective contraception in controlling the birth rate in Situbondo.

(7)

Kesusahan sehari cukuplah untuk

sehari

Whatever you do, work at with all your heart, as working for

the Lord, not for human masters

(Colossians 3 : 23)

Karya sederhana ini Kupersembahkan kepada :

Papa, Yohanes Nangameka

Beliau selalu memberikan yang terbaik untuk keempat anaknya, rela membanting tulang kesana kemari untuk keluarganya

Mama, Mariana Moi

Selalu menjadi seorang ibu, sahabat, dan teman setiaku. Wanita dengan jiwa yang kuat namun tetap lembut

Saudariku, Mbak Teresa Irmina Nangameka

Orang yang selalu menjadi pendengar dan penasehat yang baik dan selalu menjadi panutan untuk adik-adiknya

Saudaraku, Desmon Petrus Adikara Nangameka

Adik yang sudah mulai beranjak dewasa dan kelak akan menjadi penjaga saudari-saudarinya

Saudariku, Florence Elisabeth Nangameka Si bungsu yang selalu manja dan cuek

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kupanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan anugerah kesehatan dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir ini yang berjudul “PELAKSANAAN

PROGRAM KELUARGA BERENCANA DENGAN METODE

VASEKTOMI DALAM PENGENDALIAN ANGKA KELAHIRAN DI

KABUPATEN SITUBONDO PROVINSI JAWA TIMUR” dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Laporan Akhir ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman serta keterampilan yang dimiliki, namun penulis berharap karya kecil ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan Pemerintah Kabupaten Situbondo, dalam hal ini Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Situbondo.

(9)

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ermaya Suradinata, SH, MS, MH, selaku Gubernur Institut Pemerintahan Dalam Negeri

2. Bapak Dr. Hyronimus Rowa, M.Si, selaku Deputi III Bidang Kemahasiswaan sekaligus pengganti Bapa dalam kampus 3. Bapak Dr. Bambang Supriyadi, M.Si selaku Dekan Fakultas

Manajemen Pemerintahan

4. Bapak Yana Sahyana, SH, MH, selaku Kepala Program Studi Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil IPDN

5. Bapak Drs. H. M. Cholid, M.Ag, dan Bapak Agus Sumartono, SH, MH selaku dosen pembimbing yang selalu sabar membimbing dan memberikan sumbangan pemikiran serta motivasi kepada penulis

6. Ibu Tuti Chadijah, MA, beserta staf Laboratorium yang telah membantu dan memberikan kesempatan penulis untuk menggunakan bahasa Inggris dalam laporan akhir ini

7. Segenap dosen pengajar, pelatih dan pengasuh serta seluruh Civitas Akademika IPDN yang memberikan bekal ilmu, pengetahuan dan keterampilan dan bimbingan kepada penulis selama mengikuti pendidikan di IPDN

(10)

Situbondo yang telah membantu dan memberikan informasi selama penulis melaksanakan magang

9. Seluruh Kontingen Jawa Timur Angkatan XXIV terutama Intan, Fahim Ridho, Nazir, saudara-saudari Kabupaten Situbondo, dan saudara-saudara Karesidenan Besuki XXIV

10. Adik-adik Karesidenan Besuki Angkatan XXV, XXVI, XXVII tercinta

11. Rekan-rekan Petak A, Wisma Nusantara 32 Atas dan Wisma Nusantara 37 Atas

12. Personil Kelas A-Bilingual Wasana Praja, Personil Kelas A1 Madya dan Nindya Praja, Personil Kelas A7 Muda Praja yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung 13. Saudara Asuh Polisi Praja Angkatan XXIV, Gita Puja Wyata,

dan Pandawa yang telah memberikan banyak dinas luar

14. Rekan-rekan perjuangan selama kuliah di Jogja, Jenia, Aia, Tania, Monic, Efri, Mia, teman-teman jurusan Sosial Ekonomi Pertanian di Universitas Gadjah Mada, tempat kuliah pertama penulis

15. Kakak Ira Meiyenti, S.IP atas bantuan dan dukungannya

(11)

Akhir kata penulis berharap semoga Laporan Akhir ini dengan segala bentuk kekurangan dan keterbatasannya dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Jatinangor,………April 2017 Penulis

(12)

DAFTAR ISI

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 11

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 12

BAB II LANDASAN NORMATIF DAN TEORETIS 2.1 Landasan Normatif ... 13

2.2.3 Keluarga Berencana ... 24

2.2.2 Vasektomi ... 26

2.2.3 Angka Kelahiran ... 28

(13)

BAB III METODE MAGANG

3.1 Desain ... 35

3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 38

3.3 Teknik Analisis Data ... 43

3.4 Jadwal Magang ... 45

BAB IV ANALISIS FOKUS MAGANG 4.1 Gambaran Umum Lokasi Magang ... 47

4.2 Analisis Fokus Magang dari Perspektif Normatif ... 75

4.2.1 Keluarga Berencana ... 76

4.2.2 Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana ... 85

4.3 Analisis Fokus Magang dari Perspektif Teoretis ... 90

4.3.1 Faktor Penghambat ... 92

4.3.2 Upaya yang Dilakukan ... 95

4.3.3 Biaya ... 99

4.3.4 Jumlah Akseptor Menurun ... 100

4.3.5 Angka Kelahiran ... 103

4.4 Keterampilan dan Keahlian yang Diperoleh ... 103

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 105

5.2 Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk di Kabupaten Situbondo Tahun

2010-2015 ... 6

Tabel 1.2 Jumlah Akseptor Vasektomi di Kabupaten Situbondo Tahun 2010–2015 ... 8

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Magang Tahun 2017 ... 46

Tabel 4.1 Kecamatan dan Luas Wilayah Kecamatan ... 48

Tabel 4.2 Jumlah Desa/Kelurahan Menurut Kecamatan ... 49

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2010-2015 ... 50

Tabel 4.4 Distribusi dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Situbondo, 2015 ... 51

Tabel 4.5 Tenaga Kerja di Kabupaten Situbondo ... 52

Tabel 4.6 Jumlah PUS dan Peserta KB Tahun 2016 ... 78

Tabel 4.7 Jumlah Keluarga Menurut Kecamatan dan Klasifikasi Keluarga Tahun 2015 ... 81

Tabel 4.8 Akseptor MOP/Vasektomi Aktif Kabupaten Situbondo ... 86

Tabel 4.9 Perbandingan PUS dan KB Aktif MOP Kabupaten Situbondo ... 90

Tabel 4.10 Jumlah Peserta KB Aktif Per Mix Kontrasepsi Menurut PUS Sampai Tahun 2016 ... 94

Tabel 4.11 Peserta KB BAru Vasektomi Tahun 2010-2015 ... 101

(15)
(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan jumlah penduduk di Indonesia yang semakin lama semakin meningkat menimbulkan kekhawatiran. Angka fertilitas yang semakin meningkat dan tidak dikendalikan akan menyebabkan masalah-masalah baru pada suatu negara. Apabila hal ini tidak ditangani dengan baik, maka cita-cita bangsa Indonesia yang telah tercantum pada Pembukaan UUD RI 1945 di alinea keempat yaitu memajukan kesejahteraan umum tidak akan tercapai.

(17)

Jumlah penduduk perlu untuk dikendalikan mengingat bahwa pembangunan berwawasan kependudukan dinilai lebih efektif untuk mensejahterahkan suatu negara. Pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas merupakan langkah penting dalam mencapai pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Gold). Hal ini diselenggarakan melalui pengendalian kuantitas penduduk dan peningkatan kualitas insani dan sumber daya manusia. Ada beberapa alasan mengapa pembangunan berkawasan kependudukan perlu mendapat perhatian, yaitu:

1. Indonesia sebagai negara berkembang yang berhasil mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi gagal dalam mengurangi kesenjangan sosial dan kemiskinan.

2. Ketika pertumbuhan ekonomi tinggi dan menjadi negara maju, tetapi tetap tidak bisa mengurangi masalah-masalah sosial, seperti penyalahgunaan obat, AIDS, dan kekerasan dalam rumah tangga. 3. Beberapa negara dengan pendapatan rendah memiliki indeks

pembangunan manusia (IPM) yang tinggi, jika negara tersebut mampu untuk menggunakan secara bijaksana semua sumber daya untuk mnegembangkan semua kemampuan dasar manusia. (http://repository.unej.ac.id/)

(18)

pertumbuhan penduduk, keluarga berencana, dan dengan cara pengembangan kualitas penduduk, melalui perwujudan keluarga kecil yang berkualitas.

Pemerintah Indonesia pada tahun 1970 mendirikan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional yang sekarang berganti nama menjadi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. BKKBN merupakan badan yang ditunjuk pemerintah pusat dalam mengendalikan jumlah penduduk dengan membatasi kelahiran. Dalam pembatasan kelahiran tersebut, BKKBN mencanangkan Program Keluarga Berencana (Family Planning).

Program Keluarga Berencana (KB) adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi angka kelahiran. Maknanya adalah perencanaan pembatasan jumlah keluarga yang bisa dilakukan adalah dengan penggunaan alat kontrasepsi, penundaan usia perkawinan, dan lain-lain. Jumlah anak dalam sebuah keluarga dianggap ideal apabila berjumlah 2 (dua). Tujuan dari Keluarga Berencana itu sendiri ialah untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dan untuk mengatasi laju pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat agar tercapai wujud dari keluarga kecil bahagia dan sejahtera yang menjadi dasar masyarakat sejahtera.

(19)

sebesar 60 persen (SDKI 2002-2003). Kecenderungan meningkatnya angka prevalensi (penggunaan alat dan obat kontrasepsi) merupakan hasil dari peningkatan akses dan kualitas pelayanan KB, serta ketersediaan alat kontrasepsi. Dengan demikian, angka prevalensi perlu terus ditingkatkan agar angka kelahiran terkendali sehingga dapat mencapai kondisi penduduk tumbuh seimbang. Oleh karena itu, peningkatan akses dan kualitas pelayanan KB, dan penyediaan alat kontrasepsi menjadi sangat penting untuk menurunkan tingkat kelahiran,

Program Keluarga Berencana mempunyai 2 metode yaitu Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP). MKJP meliputi IUD, MOP (Medis Operatif Pria), Medis Operatif Wanita (MOW), dan Implant. Sementara itu, Non MKJP meliputi Suntik, Pil, dan Kondom. MKJP adalah kontrasepsi yang dapat dipakai dalam jangka waktu lama (lebih dari 2 tahun), sangat efektif dan efisien dalam upaya untuk menjarangkan kelahiran, sedangkan Non MKJP jangka waktunya kurang dari 2 tahun.

(20)

sertanya pria dalam program keluarga berencana dimaksudkan agar semakin nyata terwujudnya keluarga berkualitas.

Akseptor KB wanita jika dibandingkan dengan akseptor KB pria masih sangat jauh kesenjangannya. Hal ini menunjukkan bahwa partisipasi pria dalam menggunakan alat kontrasepsi masih sangat rendah. Dalam pengendalian kelahiran, penundaan perkawinan, dan penundaan kehamilan tidak hanya melibatkan wanita saja tapi juga pria. Oleh karena itu, sudah sepatutnya pria juga ikut berpartisipasi dalam ber-KB. Hal ini diperkuat dengan adanya pernyataan dari Badan Kependudukan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau United Nations Fund for Population Activities (UNFPA). UNFPA menyatakan bahwa peran pria salah satunya ialah berbagi peran sebagai orang tua dengan cara meyakinkan kesehatan reproduksi keluarga, merencanakan keluarga dan partisipasi dalam ber-KB untuk menentukan jumlah, jarak, dan waktu kehamilan serta tempat persalinan.

(21)

dinilai belum efektif untuk mencegah kehamilan sehingga metode vasektomi dinilai lebih efektif.

Kabupaten Situbondo mengalami penambahan jumlah penduduk setiap tahun, hal ini dibuktikan pada tabel berikut:

Tabel 1.1

Jumlah Penduduk di Kabupaten Situbondo Tahun 2010-2015

Sumber : BPS Kabupaten Situbondo

Setiap tahunnya, penduduk di wilayah ini semakin meningkat. Oleh karena itu, Kabupaten Situbondo melalui Kantor Keluarga Berencana berusaha untuk mengendalikan jumlah angka kelahiran melalui program keluarga berencana.

Kabupaten Situbondo merupakan salah satu kabupaten yang turut serta melaksanakan program KB pria yaitu MOP/ Vasektomi. Vasektomi merupakan suatu metode kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana, dan sangat efektif, waktu operasi singkat dan tidak memerlukan anestesi umum. Vasektomi adalah tindakan memotong

Tahun Jumlah Penduduk

2010 647.619

2011 652.042

2012 656.691

2013 660.702

2014 666.013

(22)

sperma. Akibat dari pemotongan dan/atau pengikatan saluran ini, maka sel benih yang diproduksi pada buah zakar tidak bisa keluar dan terbendung pada saluran benih bagian sisi testis yang diikat.

Pandangan masyarakat selama ini menganggap bahwa metode vasektomi berbahaya untuk kesehatan reproduksi pria. Kantor KB Situbondo sebagai leading sector yang menangani program KB khususnya MOP/ Vasektomi, Pemerintah Daerah serta seluruh elemen masyarakat dan peserta MOP yang sudah berpengalaman dijadikan sebagai bukti bahwa MOP tidak berbahaya. Selain itu, Kabupaten Situbondo mendapat rekor dari Museum Rekor Indonesia (MURI) untuk layanan KB pria (akseptor vasektomi terbanyak pada tahun 2010).

(23)

Tabel 1.2

Jumlah Akseptor Vasektomi di Kabupaten Situbondo Tahun 2010 s.d 2015

No. Kecamatan

Tahun

2010 2011 2012 2013 2014 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1. Sumbermalang 47 174 184 204 197 176

2. Jatibanteng 84 209 215 229 175 182

3. Banyuglugur 71 180 239 251 191 190

4. Besuki 127 211 279 353 366 377

5. Suboh 94 156 163 179 197 197

6. Mlandingan 78 83 96 104 134 139

7. Bungatan 59 107 165 178 262 337

8. Kendit 73 91 162 155 230 210

9. Panarukan 188 262 312 334 334 336

10. Situbondo 156 231 331 348 191 384

11. Mangaran 79 190 278 296 295 277

12. Panji 200 347 396 401 411 354

13. Kapongan 436 665 739 741 654 527

14. Arjasa 103 144 154 160 153 153

15. Jangkar 140 406 454 457 466 463

16. Asembagus 26 141 224 229 153 162

17. Banyuputih 135 270 299 383 324 299

(24)

Sumber : Situbondo Dalam Angka 2011, 2012, 2013, 2014, 2015, 2016

Dari data yang telah ditampilkan di atas, angka partisipasi pria di Kabupaten Situbondo dalam menggunakan metode vasektomi cukup tinggi. Padahal, vasektomi masih banyak menuai kontroversi dalam hal penerapannya. Masih banyak masyarakat yang menganggap vasektomi haram sehingga banyak yang menolak untuk menjadi akseptor. Namun, beberapa tahun belakangan ini, akseptor vasektomi menurun. Hal ini yang melatarbelakangi penulis untuk meneliti fenomena yang terjadi di Kabupaten Situbondo. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti tentang “Pelaksanaan Program Keluarga Berencana dengan Metode

Vasektomi dalam Pengendalian Angka Kelahiran di Kabupaten

Situbondo Provinsi Jawa Timur”.

1.2 Ruang Lingkup, Fokus dan Lokasi Magang

1.2.1 Ruang Lingkup Magang

Berdasarkan latar belakang yang telah ditulis, maka ruang lingkup penelitian melalui magang ini meliputi pelaksanaan program keluarga berencana terutama dengan program vasektomi dalam upaya untuk mengendalikan angka kelahiran di Kabupaten Situbondo selama 7 tahun terakhir.

1.2.2 Fokus Magang

(25)

waktu penelitian dan agar pembahasan tidak terlalu meluas dan fokus. Fokus penelitian ini meliputi:

1. Pelaksanaan program keluarga berencana di Kabupaten Situbondo 2. Pelaksanaan metode vasektomi di Kabupaten Situbondo

3. Perbandingan angka kelahiran di Kabupaten Situbondo

1.2.3 Lokasi Magang

Penulis akan melaksanakan penelitian dengan lokus di Kantor Keluarga Berencana Kabupaten Situbondo Provinsi Jawa Timur.

1.3 Maksud dan Tujuan Magang

1.3.1 Maksud Magang

Dengan melihat permasalahan tersebut, maka maksud dari magang ini adalah untuk mengetahui dan mengumpulkan data, informasi, dan fakta yang relevan maupun argumen di lapangan terkait program KB dengan metode vasektomi di Kabupaten Situbondo.

1.3.2 Tujuan Magang

Adapun tujuan magang ini ialah untuk:

1. Mengetahui bagaimana pelaksanaan program keluarga berencana di Kabupaten Situbondo

(26)

3. Menganalisis perbandingan angka kelahiran dan angka kematian di Kabupaten Situbondo

1.4 Kegunaan

1.4.1 Kegunaan Teoretis

Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi dan dapat digunakan sebagai tambahan informasi untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan metode MOP/ Vasektomi di Kabupaten Situbondo atau di tempat penelitian lainnya. Selain itu, diharapkan juga dapat memberikan wawasan dengan membandingkan antara teori dengan kenyataan yang terjadi di lapangan.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Program magang diharapkan mampu memberi pengaruh positif pada semua pihak, terutama:

a. Untuk lokasi magang

(27)

b. Bagi Lembaga

(28)

BAB II

LANDASAN NORMATIF DAN TEORETIS

2. 1 Landasan Normatif

2.1.1 Keluarga Berencana

Keluarga Berencana merupakan suatu program pemerintah yang dirancang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk. Program keluarga berencana oleh pemerintah adalah agar keluarga sebagai unit terkecil kehidupan bangsa diharapkan menerima Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) yang berorientasi pada pertumbuhan yang seimbang. Gerakan Keluarga Berencana Nasional telah berumur sangat lama yaitu pada tahun 1970-an dan masyarakat dunia menganggap program keluarga berencana ini berhasil menurunkan angka kelahiran.

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang sekarang dikenal dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional didirikan pada tahun 1970 melalui Keputusan Presiden (Kepres) Nomor 8 Tahun 1970 didirikanlah. BKKBN adalah lembaga non Departemen yang mempunyai tanggung jawab pada bidang pengendalian

(29)

Program KB memiliki makna yang sangat strategis, komprehensif, dan fundamental dalam upaya mewujudkan manusia Indonesia sejahtera yang tidak terpisahkan dengan program pendidikan dan kesehatan. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera yang kemudian direvisi menjadi Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga menyebutkan bahwa Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga berkualitas.

Sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 Pasal 21 ayat (1), Kebijakan Keluarga Berencana dilaksanakan untuk membantu calon atau pasangan suami istri dalam mengambil keputusan dan mewujudkan hak reproduksi secara bertanggung jawab tentang:

a. Usia ideal perkawinan; b. Usia ideal untuk melahirkan; c. Jumlah ideal anak;

d. Jarak ideal kelahiran anak;

e. Penyuluhan kesehatan reproduksi.

(30)

kesehatan dan menurukan angka kematian ibu, bayi, dan anak; c) meningkatkan akses dan kualitas informasi, pendidikan, konseling, dan pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi; d) meningkatkan partisipasi dan kesertaan pria dalam praktek keluarga berencana; dan e) mempromosikan penyusuan bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan.

Pasal 23, pemerintah dan pemerintah daerah wajib meningkatkan akses dan kualitas informasi, pendidikan, konseling, dan pelayanan kontrasepsi dengan cara:

a. Menyediakan metode kontrasepsi sesuai dengan pilihan pasangan suami istri dengan mempertimbangkan usia, paritas, jumlah anak,kondisi kesehatan, dan norma agama;

b. Menyeimbangkan kebutuhan laki-laki dan perempuan;

c. Menyediakan informasi yang lengkap, akurat, dan mudah diperoleh tentang efek samping, komplikasi, dan kegagalan kontrasepsi, termasuk manfaatnya dalam pencegahan penyebaran virus penyebab penyakit penurunan daya tahan tubuh dan infeksi menular karena hubungan seksual;

d. Meningkatkan keamanan, keterjangkauan, jaminan kerahasiaan, serta ketersediaan alat, obat, dan cara kontrasepsi yang bermutu tinggi. e. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia petugas keluarga

(31)

f. Menyediakan pelayanan ulang dan penanganan efek samping dan komplikasi pemakaian alat kontrasepsi;

g. Menyediakan pelayanan kesehatan reproduksi esensial di tingkat primer dan komprehensif pada tingkat rujukan;

h. Melakukan promosi pentingnya air susu ibu serta menyusui secara eksklusif untuk mencegah kehamilan 6 (enam) bulan pasca kelahiran, meningkatkan derajat kesehatan ibu, bayi dan anak; dan

i. Melalui pemberian informasi tentang pencegahan terjadinya ketidakmampuan pasangan untuk mempunyai anak setelah 12 (dua belas) bulan tanpa menggunakan alat pengaturan kehamilan bagi pasangan suami istri.

Guna mencapai tujuan keluarga berencana yang dimaksud diatas, perlu dilakukan upaya-upaya dari instansi terkait. Upaya yang dapat dilakukan ialah: a) peningkatan keterpaduan dan peran serta masyarakat; b) pembinaan keluarga; c) pengaturan kehamilan dangan memperhatikan agama, kondisi perkembangan sosial, ekonomi, dan budaya, serta tata nilai yang hidup dalam masyarakat.

(32)

tugas melaksanakan tugas pemerintah di bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana”.

2.1.2 Partisipasi Pria dalam KB

Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 Pasal 23 menyebutkan bahwa pemerintah wajib meningkatkan akses dengan cara menyediakan metode kontrasepsi sesuai dengan pilihan pasangan suami istri dengan mempertimbangkan usia, paritas, jumlah anak, kondisi kesehatan, dan norma agama. Pada Pasal 24, pelayanan kontrasepsi yang dilaksanakan oleh pemerintah diselenggarakan dengan tata cara yang berdaya guna dan berhasil guna dengan mempertimbangkan kondisi kesehatan suami atau istri.

Lebih jelas disebutkan pada Pasal 25 bahwa suami dan/atau istri mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama dalam melaksanakan keluarga berencana. Pemerintah juga wajib menyediakan alat kontrasepsi yang diperuntukkan bagi suami ataupun istri.

(33)

beraneka ragam di setiap daerah di Indonesia demi percepatan tujuan nasional dalam peningkatan pembangunan sehingga tercapainya kesejahteraan masyarakat, maka Pemerintah Daerah Kabupaten Situbondo membentuk Kantor Keluarga Berencana dengan salah satu tugasnya ialah meningkatkan partisipan pria dalam KB metode vasektomi.

Sasaran dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2004-2009 dijelaskan bahwa partisipasi pria menjadi salah satu indikator terpenting keberhasilan program KB dalam memberikan kontribusi yang nyata untuk mewujudkan keluarga kecil yang berkualitas. Dalam RPJMN tahun 2004-2009 disebutkan bahwa peningkatan jumlah keluarga kecil berkualitas melalui meningkatnya kesertaan KB laki-laki menjadi 4,5% dan meningkatnya penggunaan kontrasepsi yang efektif dan efisien.

RPJMN tahun 2010-2015 Bagian IV Bab 30 menyebutkan bahwa kegiatan pokok yang dilaksanakan meliputi peningkatan penggunaan kontrasepsi yang efektif dan efisien melalui penyediaan sarana prasarana pelayanan kontrasepsi mantap dan berjangka panjang yang lebih terjangkau dan merata di seluruh wilayah Indonesia. Kontrasepsi mantap merupakan kontrasepsi metode vasektomi untuk pria dan metode tubektomi untuk wanita.

(34)

Berencana di Kabupaten/Kota yang juga memuat tentang pedoman peningkatan partisipasi pria dalam program keluarga berencana. Dalam peraturan ini menyebutkan bahwa partisipasi pria dalam program KB merupakan bentuk nyata kepedulian dan tanggung jawab pria dalam pelaksanaan program KB khususnya vasektomi dan kesehatan reproduksi.

Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 2012 Kabupaten Situbondo melaporkan bahwa strategi dari pembangunan Kabupaten Situbondo sendiri adalah meningkatnya mutu pelayanan KB terhadap pasangan usia subur dan terpenuhinya kebutuhan pelayanan KB. Hal ini juga mencakup mengenai partisipasi pria dalam ber-KB dengan metode vasektomi. Untuk menunjukkan keseriusan dalam mewujudkan masyarakat yang sejahtera di Situbondo, Bupati Situbondo membuat Surat Edaran kepada setiap Kecamatan di Situbondo untuk memberikan akseptor vasektomi terutama dari keluarga miskin pada tahun 2010.

2.2 Landasan Teoretis

2.2.1 Pelaksanaan

Pelaksanaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah actuating

yang merupakan salah satu fungsi manajemen seperti yang dikemukakan oleh George R. Terry. Terry (2006:313) mendefinisikan bahwa:

(35)

anggota-anggota perusahaan tersebut, oleh karena itu para anggota itu juga ingin mencapai tujuan tersebut.

Pendapat Terry yang lain dalam bukunya Prinsip-prinsip Manajemen (2012:17) menyatakan bahwa “Actuating atau disebut juga ‘gerakan aksi’ mencakup kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer

untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang ditetapkan oleh unsur perencanaan dan pengorganisasian agar tujuan-tujuan dapat tercapai.”

Koontz dan O’Donnel dalam Hasibuan (2008:188) mendefinisikan

“Pelaksanaan sebagai hubungan antara aspek-aspek individual yag

ditimbulkan oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk dapat dipahami dan pembagian pekerjaan yang efektif untuk tujuan yang nyata”. Syaukani dkk (2009:294-295) menyatakan

Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dalam proses kebijakan publik, dalam proses kebijaksanaan publik dalam sebuah Negara. Biasanya pelaksanaan dilakukan setelah sebuah kebijakan dirumuskan dengan tujuan yang jelas, termasuk jangka menengah dan jangka panjang.

Menurut Abdullah (1987:40) mendefinisikan bahwa:

Pelaksanaan adalah aktifitas atau usaha-usaha yang dilaksanakan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan dilengkapi segala kebutuhan, alat-alat yang diperlukan, siapa yang melaksanakan, dimana tempat pelaksanaannya mulai dan bagaimana cara yang harus dilakukan, suatu proses rangkaian kegiatan tindak lanjut setelah program atau kebijaksanaan yang ditetapkan yang terdiri atas pengambilan keputusan, langkah yang strategis maupun operasional atau kebijaksanaan yang menjadi kenyataan guna mencapai sasaran dari program yang ditetapkan semula.

(36)

1. Logika kebijakan, suatu kebijakan yang ditetapkan masuk akal dan mendapat dukungan teoritis.

2. Lingkungan tempat kebijakan dioperasikan akan mempengaruhi keberhasilan implementasi suatu kebijakan.

3. Kemampuan implementasi kebijakan; keberhasilan suatu kebijakan dapat dipengaruhi oleh tingkat kompetensi dan keberhasilan implementor kebijakan.

Menurut beberapa pandangan ahli sebagaimana telah dikemukakan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pelaksanaan adalah suatu proses yang sistematis dalam menggerakkan anggota-anggota organisasi untuk menjalankan tugas sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Semua anggota harus bergerak dan bekerja agar tujuan organisasi dapat tercapai. Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, perlu adanya usaha-usaha yang mendukung dan sarana dan prasarana yang menunjang proses tersebut. Keberhasilan suatu kegiatan pelaksanaan dipengaruhi 3 unsur yaitu program, sasaran, dan unsur organisasi pelaksana itu sendiri. Pelaksanaan yang berkaitan dengan penelitian ini adalah pelaksanaan program vasektomi dengan tujuan untuk mempengaruhi jumlah kelahiran guna mencapai masyarakat sejahtera

.

2.2.2 Program

(37)

Menurut Dwiwibawa dan Riyanto (2012:54) “Program kerja adalah kumpulan dari berbagai kegiatan yang merupakan uraian dan penjabaran dari suatu rencana kerja. Program kerja menjadi pedoman kerja bagi sebuah organisasi.” Selain itu, Saifuddin Anshari mengatakan bahwa

“Program adalah daftar terinci mengenai acara dan usaha yang akan

dilaksanakan.”(https://www.seputarpengetahuan.com/2016/06/10pengertia

n-program-menurut-para-ahli-lengkap.html)

Menurut Arikunto dan Safruddin (2004:3) mengatakan bahwa: Program merupakan satu kesatuan dari beberapa bagian atau komponen yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan yang ditentukan oleh sistem tersebut. Komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Masing-masing komponen terdiri atas beberapa subkomponen dan masing-masing subkomponen terdapat beberapa indikator.

Arikunto (2004:2) mendefinisikan program dalam dua pengertian, yaitu: Program dapat diartikan secara umum sebagai rencana atau rancangan kegiatan yang akan dilakukan oleh seseorang di kemudian hari. Pengertian program secara khusus biasanya jika dikaitkan dengan evaluasi yang bermakna suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses berkesinambungan dan terjadi dalam satu organisasi yang melibatkan sekelompok orang.

Dengan demikian yang perlu ditekankan bahwa program terdapat tiga unsur penting yaitu:

a. Program adalah realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan. b. Terjadi dalam kurun waktu yang lama dan bukan kegiatan tunggal

tetapi jamak berkesinambungan.

(38)

Sebuah program bukan hanya kegiatan tunggal yang dapat terselesaikan dalam waktu singkat, tetapi merupakan kegiatan yang berkesinambungan karena melaksanakan suatu kebijakan. Oleh karena itu, sebuah program dapat berlangsung dalam kurun waktu relatif lama. Pelaksanaan program selalu terjadi dalam sebuah organisasi yang artinya harus melibatkan sekelompok orang.

Menurut Widoyoko (2013:2), “Program diartikan sebagai

serangkaian kegiatan yang direncanakan dengan saksama dan dalam pelaksanaannya berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan banyak orang.” Lebih lanjut, dikemukakan oleh Tayibnapis (2008:2) bahwa “Program ialah

segala sesuatu yang dicoba dilakukan seseorang/kelompok dengan harapan akan mendatangkan hasil/pengaruh.”

Dari beberapa pengertian program diatas, penulis menyimpulkan bahwa program dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau aktifitas yang terencana dengan sistematis untuk diimplementasikan dalam kegiatan nyata secara berkelanjutan dalam organisasi serta melibatkan banyak orang di dalamnya dan terdapat harapan akan hasil/pengaruh.

2.2.3 Keluarga Berencana

BKKBN (2010) mengutip pernyataan World Health Organization

(39)

diinginkan, mendapat kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kehamilan dalam hubungan dengan umur suami istri, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga dengan umur suami istri, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.

Tujuan dari program Keluarga Berencana adalah untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk dan menciptakan keluarga kecil berkualitas. Selain itu, Program KB bertujuan untuk membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara mengatur kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Soetjiningsih (1995:147) mengatakan bahwa:

Secara umum tujuan program KB adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dengan penurunan tingkat kelahiran untuk menuju suatu norma keluarga kecil, sebagai jembatan meningkatkan kesehatan ibu, anak, dan anggota keluarga lainnya menuju suatu keluarga atau masyarakat bahagia dan sejahtera. Adapun manfaat dari program KB (Mochtar, 1998) adalah: a. Untuk kepentingan orang tua

Orang tua (ayah dan ibu) adalah pihak yang paling bertanggung jawab atas keselamatan dirinya dan keluarganya (anak). Oleh karena itu, orang tua haruslah sadar akan batas-batas kemampuannya selama masa baktinya dalam memenuhi kebutuhan anak-anaknya sampai menjadi orang yang berguna.

(40)

Perencanaan kehamilan merupakan salah satu cara dalam menghargai kepentingan anak. Orang tua mempunyai persiapan yang matang agar dapat memberikan kehidupan yang baik kepada anak-anaknya agar mereka kelak menjadi anggota masyarakat yang berguna. c. Untuk kepentingan masyarakat

Orang tua bertugas untuk memelihara dengan baik keluarga dan anak-anaknya agar dapat membantu terlaksananya kesejahteraan seluruh komunitas sehingga secara makro telah ikut memelihara keseimbangan penduduk dan pelaksanaan pembangunan nasional. Tanpa adanya kesungguhan dari keluarga dalam menekan pertumbuhan penduduk, maka pembangunan tidak akan berarti.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat antara lain sosialisasi dan tingkat pendidikan. Proses sosialisasi dan promosi dapat lebih efektif apabila ada kesadaran dari masyarakat untuk mengikutinya. Menurut Rakhmat (2000), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesadaran diantaranya adalah sifat internal dan karakteristik individu seperti usia, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, dan faktor eksternal.

(41)

mengikuti KB, semakin besar pasangan suami istri memandang anaknya sebagai alasan penting untuk mengikuti KB.

2.2.2 Vasektomi

Menurut Manuaba Chandranita (2009:245), vasektomi merupakan alat kontrasepsi mantap atau medis operatif pria (MOP) dengan jalan memotong vas deferens sehingga saat ejakulasi tidak terdapat spermatozoa dalam cairan sperma. Syahrum dkk (1994) mengatakan bahwa vasektomi adalah tindakan bedah memotong dan mengangkat sebagian kecil ves deferens kanan dan kiri masing-masing kurang dari 1 (satu) cm. dengan demikian vasektomi hanya menghalangi transportasi spermatogenesis dan tidak sama dengan kastrasi (kebiri); sedangkan kastrasi adalah merusak kedua testis atau kedua ovarium.

Dachlan dan Sungsang (1999) membagi-bagi vasektomi dalam 3 jenis, yaitu: 1) vasektomi metode standar; 2) vasektomi tanpa pisau; dan 3) vasektomi semi permanen. Vasektomi yang marak digunakan sekarang ialah vasektomi semi permanen. Vasektomi semi permanen merupakan pengikatan vas deferens dan bisa dibuka kembali untuk berfungsi secara normal kembali.

Kontrasepsi mantap (kontap) pria atau vasektomi mempunyai beberapa keunggulan. Hal ini dikemukakan oleh Hanafi (2010:180), yaitu: 1. Merupakan cara kontrasepsi yang paling efektif, angka kegagalannya

(42)

2. Prosedur pelaksanaan yang hanya 1 (satu) kali. 3. Resiko komplikasi dan kematian sangat kecil.

4. Relatif lebih murah dari cara lain karena tidak perlu diganti dengan alat baru atau diberi obat berulang dan tidak perlu kunjungan ulang yang teratur.

Persyaratan seorang pria yang akan melakukan Medis Operatif Pria/ Vasektomi :

1. Harus secara sukarela 2. Mendapat persetujuan istri

3. Mengetahui akibat-akibat yang ditimbulkan 4. Umur calon akseptor tidak kurang dari 30 tahun

5. Umur istri kurang dari 20 tahun dan tidak lebih dari 45 tahun

6. Pasangan suami istri telah mempunyai minimal 2 (dua) orang anak, dan anak yang paling kecil harus berusia lebih dari 2 (dua) tahun.

Keterbatasan Medis Operatif Pria (MOP)/ Vasektomi antara lain:

1. Akibat dilakukan dangan tindakan medis/ pembedahan, maka masih memungkinkan terjadi pendarahan, nyeri, dan infeksi.

2. Tidak melindungi pasangan dari penyakit menular seksual termasuk HIV dan AIDS.

3. Harus menggunakan kondom selama 12-15 kali senggama agar sel sperma menjadi negatif.

(43)

sangat efektif untuk menunda masa kehamilan dengan syarat tindakan medis dilakukan secara benar.

2.2.3 Angka Kelahiran

Angka kelahiran adalah jumlah kelahiran yang terjadi pada suatu daerah tertentu dan tahun tertentu per 100 penduduk (Hanafi, 2010:13). Jadi, dalam hal ini, pengendalian angka kelahiran adalah upaya dalam rangka mengatur dan mengurangi tingkat kelahiran pada suatu daerah tertentu, sehingga jika adanya pertumbuhan penduduk dapat dikendalikan dan tidak cepat berkembang.

Dalam pengertian demografi, fertilitas adalah kemampuan untuk melahirkan yang dicerminkan dalam jumlah bayi. Ukuran dasar fertilitas adalah sebagai berikut:

a. Crude Birth Rate (Angka Kelahiran Kasar)

Merupakan jumlah kelahiran per 1000 penduduk selama kurun waktu satu tahun. Rumusan sebagai berikut:

𝐶𝐵𝑅 =

𝐿𝑝

𝑥 𝑘

𝐿 = Banyaknya kelahiran pada tahun tertentu

𝑝 = Jumlah penduduk pada pertengahan tahun 𝑘 = konstanta (1000)

Angka kelahiran kasar terbagi menjadi 3 kategori, yaitu: 1) CBR > 30 termasuk kategori tinggi

2) CBR antara 20-30 termasuk kategori sedang 3) CBR < 20 termasuk kategori kecil

(44)

Angka kelahiran menurut kelompok umur merupakan pengukuran fertilitas wanita antara kelompok umur tertentu. Rumusan yang digunakan sebagai berikut:

𝐴𝑆𝐹𝑅 = 𝑃𝑓𝑥 𝐿𝑥

𝑥 𝑘

x = Wanita kelompok umur 5 tahun (15-19, 20-24,…., 45-49) Lx = Jumlah kelahiran dari wanita dari kelompom umur x Pfx = Jumlah wanita pada kelompok umur x

k = konstanta

c. Total Fertility Rate (Angka Kelahiran Total)

Angka kelahiran total adalah rata-rata jumlah anak yang dilahirkan oleh wanita sampai akhir masa reproduksinya atau masa subur untuk melahirkan anak. Angka tersebut dapat diperoleh dengan memeprlihatkan angka kelahiran mnurut kelompok umur (ASFR). TFR merupakan angka terbaik untuk membandingkan keadaan fertilitas di beberapa daerah atau negara.

Rumus :

TFR = 5 x ASFR (15-49) Selang ke-1 = 15-49

ASFR = Angka kelahiran menurut kelompok umur

5 = Angka kelipatan unyuk setiap pengelompokan dengan kelipatan 5 Ida Bagoes Mantra (2000:167) mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya fertilitas terbagi menjadi 2 (dua) yaitu: 1. Faktor demografi yang diantaranya: struktur umur, struktur

(45)

2. Faktor non-demografi yang diantaranya: keadaan ekonomi penduduk, tingkat pendidikan, perbaikan status perempuan, urbanisasi, dan industrialisasi.

Variabel-variabel tersebut dapat mempengaruhi fertilitas secara langsung maupun tidak langsung.

Kingsley David dan Judith Blake dalam buku Dasar-dasar Demografi Lembaga Demografi FEUI (2007:75) mengemukakan tinggi rendahnya fertilitas dipengaruhi oleh:

1. Tahap hubungan kelamin (intercourse) 2. Tahap konsepsi (conception)

3. Tahap kehamilan (getation)

Faktor sosial, ekonomi dan budaya juga dapat mempengaruhi fertilitas dengan adanya ‘variabel antara’. Variabel antara terdiri atas:

a. Intercourse variables sebagai berikut: 1. Umur melalui hubungan kelamin

2. Selibat permanen, yaitu proporsi wanita yang tidak pernah mengadakan hubungan kelamin

3. Lamanya bersatus kawin 4. Abstinensi sukarela

5. Abstinensi terpaksa (sakit, berpisah sementara) 6. Frekuensi senggama

(46)

1. Fekunditas atau infekunditas yang disebabkan hal-hal yang tidak sengaja

2. Pemakaian frekuensi

3. Fekunditas atau infekunditas yang disebabkan hal-hal yang disengaja (sterilisasi)

c. Gestation variables sebagai berikut: 1. Mortalitas janin karena disengaja 2. Mortalitas janin karena tidak disengaja

2.3 Operasionalisasi Fokus Magang

Konsep Aspek Sub Aspek Indikator

(47)

2. Faktor penghambat 3. Pembahasan jumlah akseptor yang tidak stabil 4. Biaya/

Anggaran

Angka Kelahiran 1. Perbandingan angka kelahiran 2. Pengaruh vasektomi terhadap angka kelahiran

(48)

BAB III

METODE MAGANG

3.1 Desain Penelitian

Menurut Nazir (2011:84), “Penelitian adalah suatu proses mencari

sesuatu secara sistematik dalam waktu yang lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku. Suatu penelitian perlu menentukan metode penelitian yang sesuai dengan metode penelitian”. Menurut C.R. Kothari (2004:31) menyatakan bahwa “A research design is

the arrangement of conditions for collection and analysis of data in a

manner that aims to combine relevance to the research purpose with

economy in procedure”. Creswell mengatakan dalam bukunya Research Design (2013:3), “Rancangan penelitian merupakan rencana dan prosedur

penelitian yang meliputi: dari asumsi-asumsi luas hingga metode-metode rinci dalam pengumpulan dan analisis data”.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksploratif. Menurut Soehartono (2011:34), “Penelitian eksploratif

dilakukan untuk lebih memahami gejala atau permasalahan tertentu”.

Sedangkan menurut Silalahi (2012:26), “Seiring penelitian dilakukan untuk

(49)

menggunakan metode eksploratif menurut Neuman (2015:43) menyatakan bahwa :

Penelitian eksploratif (exploratory research) merupakan penelitian yang tujuan utamanya adalah untuk menyelidiki persoalan atau fenomena yang sedikit sekali dipahami dan mengembangkan gagasan awal mengenai hal tersebut dan beranjak kepada penyempurnaan pertanyaan-pertanyaan penelitian.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan induktif. Menurut Neuman (2015:79), “arahan induktif

(inductive direction) adalah pendekatan untuk mengembangkan atau menegaskan suatu teori yang dimulai dengan bukti empiris konkret dan berkembang menuju konsep yang lebih abstrak dan hubungan teoritis”.

(50)

Penelitian eksploratif dapat digolongkan ke dalam penelitian kualitatif. Hal ini didasari pada pendapat Creswell (2013:4) yang menyebutkan bahwa:

Penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau kelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau masalah kemanusiaan. Proses penelitian kualitatif ini melibatkan upaya-upaya penting seperti mengajukan pertanyaan dan prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari partisipan, menganalisis data secara induktif mulai dari tema khusus ke tema umum, dan menafsirkan makna kerangka yang fleksibel.

Menurut C.R. Kothari (2004:95), data menurut jenisnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. The primary data are those which are collected afresh and for the first

time, and thus happen to be original in character.

2. The secondary data, on the other hand, are those which have already been collected by someone else and which have already been passed

through the statistical process.

(51)

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Arikunto (2010:172), “Yang dimaksud dengan sumber

data dalam penelitian adalah subjek dimana data dapat diperoleh”. Dalam

hal ini, penulis memperoleh data melalui :

1. Person, yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara atau jawaban tertulis melalui angket. 2. Place, yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan

diam dan bergerak.

3. Paper, yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka, gambar, atau simbol lain.

Menurut Sugiyono (2012:156):

Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan, teknik pengumpulan data merupakan langkah yang penting dalam penelitian. Secara metodologis dikenla beberapa macam teknik pengumpulan data, di antaranya (Abdurahman, 2011:104):

1. Observasi

(52)

melakukan observasi disebut pengobservasi (observer) dan pihak yang diobservasi disebut terobservasi (observee).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan observasi ialah: a. Diarahkan pada tujuan tertentu, bukan sifat spekulatif, melainkan

sistematis dan terencana

b. Dilakukan pencatatan sesegera mungkin, jangan ditangguhkan dengan mengandalkan kekuatan daya ingat

c. Diusahakan sedapat mungkin, pencatatan secara kuantitatif d. Hasilnya harus dapat diperiksa kembali untuk diuji kebenarannya.

Dalam penelitian ini, penulis akan mengobservasi keadaan di lapangan mengenai bagaimana pelaksanaan program KB khususnya metode vasektomi di Kabupaten Situbondo. Observasi ini dilakukan untuk melihat fenomena yang terjadi dari sudut pandang penulis.

2. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan yang berlangusng satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak yang mewawancarai dan jawaban diberikan oleh yang diwawancara. Kedudukan kedua pihak secara berbeda ini terus menerus dipertanyakan selama proses tanya jawab berlangsung, berbeda dengan dialog yang kedudukan pihak-pihak terlibat bisa berubah dan bertukar fungsi setiap saat, waktu proses dialog sedang berlangsung.

(53)

a. Wawancara berstandar

Wawancara yang direncanakan berdasarkan pedoman atau dafar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Semua pihak yang terlibat telah diseleksi melalui metode sampling. Pewawancara tidak dibenarkan mengubah makna yang terkandung dalam setiap pertanyaan. Namun, pewawancara dapat mengubah bahasa yang digunakan tanpa mengubah maksud menyesuaikan responden yang dihadapi.

b. Wawancara tidak berstandar

Wawancara yang tidak direncanakan berdasarkan pedoman atau daftar pertanyaan yang dipersiapkan lebih dahulu. Namun, bukan berarti bahwa semua wawancara tidak berstandar tidak mempunyai pola aturan yang harus diikuti dalam mengajukan pertanyaan, melainkan ada yang menggunakan aturan tertentu.

Wawancara ini dibedakan dalam dua golongan yaitu:

1) Wawancara berstruktur ialah wawancara tidak berstandar yang mengajukan pola dan aturan tertentu dalam mengajukan pertanyaan 2) Wawancara tidak berstruktur ialah wawancara tidak berstandar yang

tidak menggunakan pola aturan tertentu dalam mengajukan pertanyaan.

c. Wawancara sambil lalu

(54)

Sistem kegiatan wawancara dapat dilakukan secara berstandar atau tidak berstandar baik yang berstruktur maupun tidak berstruktur yang berfokus atau bebas.

Ditinjau dari segi bentuk pertanyaan yang digunakan, wawancara dibedakan ke dalam tiga macam, yaitu:

a. Wawancara terbuka ialah wawancara yang menggunakan kuesioner terbuka, kuesioner yang memberikan keleluasaan bagi responden untuk memberikan jawaban dengan bebas, tanpa dibatasi oleh alternatif jawab yang ditentukan.

b. Wawancara tertutup ialah wawancara yang menggunakan kuesioner tertutup, kuesioner yang alternatif jawabannya telah disediakan, sehingga responden tidak mungkin memberikan jawaban lain

c. Wawancara setengah tertutup ialah wawancara yang menggunakan kuesioner setengah tertutup yang artinya memberikan kesempatan kepada responden untuk mengemukakan jawaban lain, atau keterangan tambahan di samping alternatif jawab yang telah tersedia.

(55)

bentuk pertanyaan termasuk wawancara setengah tertutup. Penulis akan menyediakan kuesioner yang di dalamnya terdapat beberapa pertanyaan dengan pilihan jawaban iya dan tidak dan pertanyaan yang membutuhkan keterangan dari responden sendiri.

3. Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan mempelajari catatan-catatan mengenai data pribadi responden, seperti yang dilakukan oleh seorang psikolog dalam meneliti perkembangan seorang klien melalui catatan pribadinya. Lebih lanjut dikemukakan oleh Irawan Soehartono (2011:45) yaitu,

Dokumentasi ialah tekhnik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian. Dokumen yang diteliti dapat berupa berbagai macam, tidak hanya dokumen resmi. Dokumen dapat berupa buku harian, surat pribadi, laporan, notulen rapat, catatan kasus, dan dokumen lainnya.

Selain menggunakan teknik wawancara dan observasi, penulis juga menggunakan teknik dokumentasi untuk mengumpulkan data-data yang akurat tentang angka pertumbuhan penduduk di Kabupaten Situbondo dan jumlah akseptor KB khususnya metode vasektomi di Kabupaten Situbondo.

3.3 Teknik Analisis Data

(56)

Data analysis is the process of systematically searching and arranging the interview transcripts, fieldnotes, and other materials that you accumulate to increase your own understanding of them and to enable you to present what you have discovered to others.

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.

Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2013:337) mengemukakan “Aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh”. Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data

model Miles dan Huberman (Sugiyono 2012:246-252) yaitu: 1. Reduksi data

Merangkum atau memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti dalam melakukan pengumpulan data dan mencarinya bila diperlukan.

2. Penyajian data

(57)

Penarikan kesimpulan yaitu kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Apabila ada kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan menumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Ketiga macam kegiatan analisis tersebut saling berhubungan dan berlangsung terus selama penelitian dilakukan. Jadi, analisis adalah kegiatan yang berkesinambungan dari awal sampai akhir penelitian. Dengan kata lain, analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data dalam kategori, menjabarkan dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami.

3.4 Jadwal Magang

Berdasarkan kalender akademik Institut Pemerintahan Dalam Negeri Tahun 2016/2017, waktu kegiatan magang dan penelitian bagi satuan Wasana Praja Angkatan XXIV dilaksanakan dari tanggal 2 Januari 2017 sampai dengan 11 Februari 2017.

(58)

Tabel 3.1

Jadwal Kegiatan Magang Tahun 2017

NO KEGIATAN

10 Wisuda dan Pelantikan

Sumber : Kalender Akademik Tahun 2016/2017

(59)

BAB IV

ANALISIS FOKUS MAGANG

4.1 Gambaran Umum Lokasi Magang

4.1.1. Keadaan Geografis

Kabupaten Situbondo merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang cukup dikenal dengan sebutan Daerah Wisata Pantai Pasir Putih yang letaknya berada di ujung Timur Pulau Jawa bagian Utara dengan posisi di antara 7035’ - 7044’ Lintang Selatan dan 113030’

-114042’ Bujur Timur.

Luas Kabupaten Situbondo adalah 1.638,50 km2 atau 163.850 Ha,

bentuknya memanjang dari Barat ke Timur lebih kurang 50 km. Pantai Utara umumnya berdataran rendah dan di sebelah Selatan berdataran tinggi dengan rata-rata lebar wilayah lebih kurang 11 km. Luas wilayah menurut kecamatan, terluas adalah Kecamatan Banyuputih 481,67 km2

akibat luasnya hutan jati di perbatasan antara Kecamatan Banyuputih dan wilayah Banyuwangi Utara, sedangkan luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Besuki yaitu 26,41 km2.

Kabupaten Situbondo di sebelah Utara berbatasan dengan Selat Madura, sebelah Timur berbatasan dengan Selat Bali, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bondowoso dan Banyuwangi, serta sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Probolinggo.

(60)

Tabel 4.1

Kecamatan dan Luas wilayah Kecamatan

No. Wilayah Kecamatan Luas wilayah

(km2)

1. Barat Sumbermalang 129,47

Jatibanteng 66,08

Banyuglugur 72,66

Besuki 26,41

Suboh 30,84

Mlandingan 39,61

Bungatan 66,07

2. Tengah Kendit 114,14

Panarukan 54,38

Situbondo 27,81

Mangaran 46,99

Panji 35,70

3. Timur Kapongan 44,55

Arjasa 216,38

Jangkar 67,00

Asembagus 118,74

Banyuputih 481,67

Sumber: Situbondo Dalam Angka 2016

(61)

Tabel 4.2

Jumlah Desa/Kelurahan Menurut Kecamatan

No. Kecamatan Desa Kelurahan

1. Sumbermalang 9 -

2. Jatibanteng 8 -

3. Banyuglugur 7 -

4. Besuki 10 -

5. Suboh 8 -

6. Mlandingan 7 -

7. Bungatan 7 -

8. Kendit 7 -

9. Panarukan 8 -

10. Situbondo 4 2

11. Mangaran 6 -

12. Panji 10 2

13. Kapongan 10 -

14. Arjasa 8 -

15. Jangkar 8 -

16. Asembagus 10 -

17. Banyuputih 5 -

Jumlah 132 4

Sumber: Situbondo Dalam Angka 2016

4.1.2 Kondisi Demografi

(62)

Tabel 4.3

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2010-2015

No. Tahun

Jumlah Penduduk

Laki-laki Perempuan Total

1. 2010 315.912 331.707 647.619

2. 2011 318.157 333.885 652.042

3. 2012 319.653 337.038 656.691

4. 2013 322.716 337.986 660.702

5. 2014 324.673 341.340 666.013

6. 2015 326.500 343.213 669.713

Sumber: Dinas Pengendalian Penduduk & KB Kab. Situbondo

(63)

Tabel 4.4

Distribusi dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Situbondo, 2015

No. Kecamatan

Persentase

Penduduk

Kepadatan

Penduduk

1. Sumbermalang 3,95 204

2. Jatibanteng 3,31 336

3. Banyuglugur 3,50 323

4. Besuki 9,58 2.429

5. Suboh 4,02 876

6. Mlandingan 3,35 567

7. Bungatan 3,76 381

8. Kendit 4,26 250

9. Panarukan 8,34 1.027

10. Situbondo 7,16 1.723

11. Mangaran 4,92 701

12. Panji 10,73 2.013

13. Kapongan 5,70 858

14. Arjasa 6,06 187

15. Jangkar 5,53 553

16. Asembagus 7,16 404

17. Banyuputih 8,67 121

Jumlah 100,00 12.951

(64)

Dari tabel 4.4 diatas, kita dapat melihat bahwa persebaran penduduk di Kabupaten Situbondo belum sepenuhnya merata. Masih terdapat kepadatan penduduk di wilayah kecamatan tertentu. Kecamatan Kota saja masih kalah jumlah persentase penduduknya dibandingkan kecamatan-kecamatan lain.

4.1.2.1 Tenaga Kerja

Jumlah penduduk berumur 15 tahun keatas di Kabupaten Situbondo yang termasuk angkatan kerja sejumlah 364.834 jiwa, terdiri dari penduduk yang bekerja sejumlah 351.821 jiwa dan pengangguran terbuka sejumlah 13.013 jiwa. Penduduk berumur 15 tahun keatas yang bukan angkatan kerja sejumlah 164.656 jiwa, terdiri dari penduduk yang sekolah sejumlah 36.573 jiwa, mengurus rumah tangga sejumlah 115.783 jiwa, dan lainnya sejumlah 12.300 jiwa, dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 4.5

Tenaga Kerja di Kabupaten Situbondo

Kegiatan Utama Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan Total

(65)

4.1.2.2 Pendidikan

Faktor pendukung keberhasilan pembangunan suatu daerah ditentukan salah satunya adalah dengan adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui jalur pendidikan, pemerintah berupaya untuk menghasilkan dan meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia sekarang ini lebih diutamakan dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengenyam pendidikan, terutama pada kelompok umur 7-19 tahun yaitu kelompok usia sekolah, ketersediaan fasilitas pendidikan baik sarana maupun prasarana akan sangat menunjang dalam meningkatkan mutu pendidikan. Pada tahun 2015, jumlah lembaga pendidikan menurut tingkatnya di Kabupaten Situbondo adalah sebagai berikut: Pendidikan Pra Sekolah atau TK dan Raudhatul Athfal sejumlah 401 unit, Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah sejumlah 534 unit, tingkat SLTP dan Madrasah Tsanawiyah sejumlah 174 unit, SMA dan Madrasah Aliyah sejumlah 75 unit, dan SMK sejumlah 37 unit.

(66)

dan Universitas Abdurachman Saleh (UNARS) yang keduanya terletak di pusat kota.

4.1.2.3 Kesehatan

Pembangunan kesehatan menyangkut aspek mendasar dalam pembangunan manusia. Keberhasilan pembangunan kesehatan akan berdampak langsung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan kesehatan meliputi aspek kualitas, ketersediaan dan jangkauan, perlindungan dan pemberdayaan.

Pelayanan kesehatan dilaksanakan melalui pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Sejalan dengan hal tersebut, pembangunan kesehatan diselenggarakan melalui peningkatan upaya kesehatan baik dasar maupun rujukan. Upaya-upaya tersebut dapat dilakukan salah satunya dengan pembangunan sarana-prasarana kesehatan.

(67)

Jumlah tenaga kesehatan di seluruh rumah sakit Kabupaten Situbondo tahun 2015 terdiri dari tenaga medis sejumlah 102 orang, tenaga keperawatan sejumlah 400 orang, tenaga kebidanan sejumlah 188 orang, tenaga kefarmasian sejumlah 46 orang, tenaga kesehatan lainnya 12 orang, dokter umum 28 orang, dokter gigi sejumlah 12 orang, dan dokter spesialis sejumlah 62 orang.

4.1.2.4 Agama

Komposisi penduduk Kabupaten Situbondo berdasarkan agama yang dianut; Islam sebanyak 98,67%, Kristen Protestan sebanyak 0,86%, Katolik sebanyak 0,37%, Hindu sebanyak 0,03%, Budha sebanyak 0,06%, dan lainnya sebanyak 0,01%.

4.1.2.5 Crime

Kabupaten Situbondo dalam kurun waktu tiga tahun terakhir relative lebih aman. Hal ini tercermin dengan menurunnya jumlah tindak pidana dalam tiga tahun terakhir yang sangat drastic. Jumlah tindak pidana selama tahun 2013 sebanyak 832 kasus, tahun 2014 sebanyak 760 kasus, dan tahun 2015 sebanyak 682 kasus. Penurunan tindak pidana selama tahun 2013-2014 sebanyak 72 (8,6%), penurunan tindak pidana selama tahun 2014-2015 sebanyak 78 (10,3%).

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 1.2 Jumlah Akseptor Vasektomi di Kabupaten Situbondo
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Magang Tahun 2017
Tabel 4.1 Kecamatan dan Luas wilayah Kecamatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

permainan, maka anak yang berdiri paling depan harus secepatnya memilih satu buah crayon dari wadah yang tersedia dan segera menuju karton kelompok masing-masing dan

reflektif, dan dimensi afektif pada kepribadian seseorang dapat digunakan sebagai suatu strategi untuk menghadapi ketakutan terhadap kematian dan membuktikan bahwa kebijaksanaan

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA KABUPATEN SIJUNJUNG.

Dalam upaya untuk mendukung arah kebijakan Nasional Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Hulu Sungai Utara melakukan Program Keluarga Berencana, Program

Sebagai bagian dari Tupoksi Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Surakarta, maka berikut ini disampaikan Laporan Evaluasi Pelaksanaan Program KB Nasional

Sebagai bagian dari Tupoksi Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Surakarta, maka berikut ini disampaikan Laporan Evaluasi Pelaksanaan Program KB Nasional

 etelah berdiskui dan menggali informasi peserta didik akan dapat menelaskan fungsi panel etelah berdiskui dan menggali informasi peserta didik akan dapat menelaskan

Harapannya setiap calon guru yang dipersiapkan dapat memahami bagaimana proses pembentukan emosi terjadi dan proses perkembangan kognitif pada anak terjadi sehingga