• Tidak ada hasil yang ditemukan

Landasan Teoretis

BAB II LANDASAN NORMATIF DAN TEORETIS

2.2 Landasan Teoretis

2.2.1 Pelaksanaan

Pelaksanaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah actuating

yang merupakan salah satu fungsi manajemen seperti yang dikemukakan oleh George R. Terry. Terry (2006:313) mendefinisikan bahwa:

Actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa sehingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran

anggota-anggota perusahaan tersebut, oleh karena itu para anggota itu juga ingin mencapai tujuan tersebut.

Pendapat Terry yang lain dalam bukunya Prinsip-prinsip Manajemen (2012:17) menyatakan bahwa “Actuating atau disebut juga ‘gerakan aksi’ mencakup kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang ditetapkan oleh unsur perencanaan dan pengorganisasian agar tujuan-tujuan dapat tercapai.”

Koontz dan O’Donnel dalam Hasibuan (2008:188) mendefinisikan “Pelaksanaan sebagai hubungan antara aspek-aspek individual yag ditimbulkan oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk dapat dipahami dan pembagian pekerjaan yang efektif untuk tujuan yang nyata”. Syaukani dkk (2009:294-295) menyatakan

Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dalam proses kebijakan publik, dalam proses kebijaksanaan publik dalam sebuah Negara. Biasanya pelaksanaan dilakukan setelah sebuah kebijakan dirumuskan dengan tujuan yang jelas, termasuk jangka menengah dan jangka panjang.

Menurut Abdullah (1987:40) mendefinisikan bahwa:

Pelaksanaan adalah aktifitas atau usaha-usaha yang dilaksanakan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan dilengkapi segala kebutuhan, alat-alat yang diperlukan, siapa yang melaksanakan, dimana tempat pelaksanaannya mulai dan bagaimana cara yang harus dilakukan, suatu proses rangkaian kegiatan tindak lanjut setelah program atau kebijaksanaan yang ditetapkan yang terdiri atas pengambilan keputusan, langkah yang strategis maupun operasional atau kebijaksanaan yang menjadi kenyataan guna mencapai sasaran dari program yang ditetapkan semula.

Weimer dan Vinning dalam Subarsono (2011:103) disebutkan bahwa ada 3 (tiga) kelompok variabel yang dapat mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan. Variabel tersebut yaitu:

1. Logika kebijakan, suatu kebijakan yang ditetapkan masuk akal dan mendapat dukungan teoritis.

2. Lingkungan tempat kebijakan dioperasikan akan mempengaruhi keberhasilan implementasi suatu kebijakan.

3. Kemampuan implementasi kebijakan; keberhasilan suatu kebijakan dapat dipengaruhi oleh tingkat kompetensi dan keberhasilan implementor kebijakan.

Menurut beberapa pandangan ahli sebagaimana telah dikemukakan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pelaksanaan adalah suatu proses yang sistematis dalam menggerakkan anggota- anggota organisasi untuk menjalankan tugas sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Semua anggota harus bergerak dan bekerja agar tujuan organisasi dapat tercapai. Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, perlu adanya usaha-usaha yang mendukung dan sarana dan prasarana yang menunjang proses tersebut. Keberhasilan suatu kegiatan pelaksanaan dipengaruhi 3 unsur yaitu program, sasaran, dan unsur organisasi pelaksana itu sendiri. Pelaksanaan yang berkaitan dengan penelitian ini adalah pelaksanaan program vasektomi dengan tujuan untuk mempengaruhi jumlah kelahiran guna mencapai masyarakat sejahtera

.

2.2.2 Program

Dalam pelaksanaan suatu kegiatan, diperlukan program-program yang telah disetujui bersama oleh orang-orang yang terlibat di dalamnnya.

Menurut Dwiwibawa dan Riyanto (2012:54) “Program kerja adalah kumpulan dari berbagai kegiatan yang merupakan uraian dan penjabaran dari suatu rencana kerja. Program kerja menjadi pedoman kerja bagi sebuah organisasi.” Selain itu, Saifuddin Anshari mengatakan bahwa “Program adalah daftar terinci mengenai acara dan usaha yang akan dilaksanakan.”(https://www.seputarpengetahuan.com/2016/06/10pengertia n-program-menurut-para-ahli-lengkap.html)

Menurut Arikunto dan Safruddin (2004:3) mengatakan bahwa: Program merupakan satu kesatuan dari beberapa bagian atau komponen yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan yang ditentukan oleh sistem tersebut. Komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Masing-masing komponen terdiri atas beberapa subkomponen dan masing-masing subkomponen terdapat beberapa indikator.

Arikunto (2004:2) mendefinisikan program dalam dua pengertian, yaitu: Program dapat diartikan secara umum sebagai rencana atau rancangan kegiatan yang akan dilakukan oleh seseorang di kemudian hari. Pengertian program secara khusus biasanya jika dikaitkan dengan evaluasi yang bermakna suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses berkesinambungan dan terjadi dalam satu organisasi yang melibatkan sekelompok orang.

Dengan demikian yang perlu ditekankan bahwa program terdapat tiga unsur penting yaitu:

a. Program adalah realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan. b. Terjadi dalam kurun waktu yang lama dan bukan kegiatan tunggal

tetapi jamak berkesinambungan.

Sebuah program bukan hanya kegiatan tunggal yang dapat terselesaikan dalam waktu singkat, tetapi merupakan kegiatan yang berkesinambungan karena melaksanakan suatu kebijakan. Oleh karena itu, sebuah program dapat berlangsung dalam kurun waktu relatif lama. Pelaksanaan program selalu terjadi dalam sebuah organisasi yang artinya harus melibatkan sekelompok orang.

Menurut Widoyoko (2013:2), “Program diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang direncanakan dengan saksama dan dalam pelaksanaannya berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan banyak orang.” Lebih lanjut, dikemukakan oleh Tayibnapis (2008:2) bahwa “Program ialah segala sesuatu yang dicoba dilakukan seseorang/kelompok dengan harapan akan mendatangkan hasil/pengaruh.”

Dari beberapa pengertian program diatas, penulis menyimpulkan bahwa program dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau aktifitas yang terencana dengan sistematis untuk diimplementasikan dalam kegiatan nyata secara berkelanjutan dalam organisasi serta melibatkan banyak orang di dalamnya dan terdapat harapan akan hasil/pengaruh.

2.2.3 Keluarga Berencana

BKKBN (2010) mengutip pernyataan World Health Organization

(WHO) pada Expert Committee tahun 1970, Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak

diinginkan, mendapat kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kehamilan dalam hubungan dengan umur suami istri, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga dengan umur suami istri, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.

Tujuan dari program Keluarga Berencana adalah untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk dan menciptakan keluarga kecil berkualitas. Selain itu, Program KB bertujuan untuk membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara mengatur kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Soetjiningsih (1995:147) mengatakan bahwa:

Secara umum tujuan program KB adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dengan penurunan tingkat kelahiran untuk menuju suatu norma keluarga kecil, sebagai jembatan meningkatkan kesehatan ibu, anak, dan anggota keluarga lainnya menuju suatu keluarga atau masyarakat bahagia dan sejahtera. Adapun manfaat dari program KB (Mochtar, 1998) adalah: a. Untuk kepentingan orang tua

Orang tua (ayah dan ibu) adalah pihak yang paling bertanggung jawab atas keselamatan dirinya dan keluarganya (anak). Oleh karena itu, orang tua haruslah sadar akan batas-batas kemampuannya selama masa baktinya dalam memenuhi kebutuhan anak-anaknya sampai menjadi orang yang berguna.

Perencanaan kehamilan merupakan salah satu cara dalam menghargai kepentingan anak. Orang tua mempunyai persiapan yang matang agar dapat memberikan kehidupan yang baik kepada anak- anaknya agar mereka kelak menjadi anggota masyarakat yang berguna. c. Untuk kepentingan masyarakat

Orang tua bertugas untuk memelihara dengan baik keluarga dan anak-anaknya agar dapat membantu terlaksananya kesejahteraan seluruh komunitas sehingga secara makro telah ikut memelihara keseimbangan penduduk dan pelaksanaan pembangunan nasional. Tanpa adanya kesungguhan dari keluarga dalam menekan pertumbuhan penduduk, maka pembangunan tidak akan berarti.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat antara lain sosialisasi dan tingkat pendidikan. Proses sosialisasi dan promosi dapat lebih efektif apabila ada kesadaran dari masyarakat untuk mengikutinya. Menurut Rakhmat (2000), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesadaran diantaranya adalah sifat internal dan karakteristik individu seperti usia, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, dan faktor eksternal.

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan dan sikap tentang metode kontrasepsi. Menurut Wijono (1999), secara langsung maupun tidak langsung pendidikan yang tinggi mempengaruhi tingkat kesadaran dalam melaksanakan KB. Semakin tinggi tingkat pendidikan pasangan yang

mengikuti KB, semakin besar pasangan suami istri memandang anaknya sebagai alasan penting untuk mengikuti KB.

2.2.2 Vasektomi

Menurut Manuaba Chandranita (2009:245), vasektomi merupakan alat kontrasepsi mantap atau medis operatif pria (MOP) dengan jalan memotong vas deferens sehingga saat ejakulasi tidak terdapat spermatozoa dalam cairan sperma. Syahrum dkk (1994) mengatakan bahwa vasektomi adalah tindakan bedah memotong dan mengangkat sebagian kecil ves deferens kanan dan kiri masing-masing kurang dari 1 (satu) cm. dengan demikian vasektomi hanya menghalangi transportasi spermatogenesis dan tidak sama dengan kastrasi (kebiri); sedangkan kastrasi adalah merusak kedua testis atau kedua ovarium.

Dachlan dan Sungsang (1999) membagi-bagi vasektomi dalam 3 jenis, yaitu: 1) vasektomi metode standar; 2) vasektomi tanpa pisau; dan 3) vasektomi semi permanen. Vasektomi yang marak digunakan sekarang ialah vasektomi semi permanen. Vasektomi semi permanen merupakan pengikatan vas deferens dan bisa dibuka kembali untuk berfungsi secara normal kembali.

Kontrasepsi mantap (kontap) pria atau vasektomi mempunyai beberapa keunggulan. Hal ini dikemukakan oleh Hanafi (2010:180), yaitu: 1. Merupakan cara kontrasepsi yang paling efektif, angka kegagalannya

2. Prosedur pelaksanaan yang hanya 1 (satu) kali. 3. Resiko komplikasi dan kematian sangat kecil.

4. Relatif lebih murah dari cara lain karena tidak perlu diganti dengan alat baru atau diberi obat berulang dan tidak perlu kunjungan ulang yang teratur.

Persyaratan seorang pria yang akan melakukan Medis Operatif Pria/ Vasektomi :

1. Harus secara sukarela 2. Mendapat persetujuan istri

3. Mengetahui akibat-akibat yang ditimbulkan 4. Umur calon akseptor tidak kurang dari 30 tahun

5. Umur istri kurang dari 20 tahun dan tidak lebih dari 45 tahun

6. Pasangan suami istri telah mempunyai minimal 2 (dua) orang anak, dan anak yang paling kecil harus berusia lebih dari 2 (dua) tahun.

Keterbatasan Medis Operatif Pria (MOP)/ Vasektomi antara lain:

1. Akibat dilakukan dangan tindakan medis/ pembedahan, maka masih memungkinkan terjadi pendarahan, nyeri, dan infeksi.

2. Tidak melindungi pasangan dari penyakit menular seksual termasuk HIV dan AIDS.

3. Harus menggunakan kondom selama 12-15 kali senggama agar sel sperma menjadi negatif.

4. Pada orang yang mempunyai problem psikologis dalam hubungan seksual dapat menyebabkan keadaan semakin terganggu. Vasektomi

sangat efektif untuk menunda masa kehamilan dengan syarat tindakan medis dilakukan secara benar.

2.2.3 Angka Kelahiran

Angka kelahiran adalah jumlah kelahiran yang terjadi pada suatu daerah tertentu dan tahun tertentu per 100 penduduk (Hanafi, 2010:13). Jadi, dalam hal ini, pengendalian angka kelahiran adalah upaya dalam rangka mengatur dan mengurangi tingkat kelahiran pada suatu daerah tertentu, sehingga jika adanya pertumbuhan penduduk dapat dikendalikan dan tidak cepat berkembang.

Dalam pengertian demografi, fertilitas adalah kemampuan untuk melahirkan yang dicerminkan dalam jumlah bayi. Ukuran dasar fertilitas adalah sebagai berikut:

a. Crude Birth Rate (Angka Kelahiran Kasar)

Merupakan jumlah kelahiran per 1000 penduduk selama kurun waktu satu tahun. Rumusan sebagai berikut:

𝐶𝐵𝑅 =

𝐿𝑝

𝑥 𝑘

𝐿 = Banyaknya kelahiran pada tahun tertentu

𝑝 = Jumlah penduduk pada pertengahan tahun 𝑘 = konstanta (1000)

Angka kelahiran kasar terbagi menjadi 3 kategori, yaitu: 1) CBR > 30 termasuk kategori tinggi

2) CBR antara 20-30 termasuk kategori sedang 3) CBR < 20 termasuk kategori kecil

Angka kelahiran menurut kelompok umur merupakan pengukuran fertilitas wanita antara kelompok umur tertentu. Rumusan yang digunakan sebagai berikut:

𝐴𝑆𝐹𝑅 = 𝑃𝑓𝑥 𝐿𝑥

𝑥 𝑘

x = Wanita kelompok umur 5 tahun (15-19, 20-24,…., 45-49) Lx = Jumlah kelahiran dari wanita dari kelompom umur x Pfx = Jumlah wanita pada kelompok umur x

k = konstanta

c. Total Fertility Rate (Angka Kelahiran Total)

Angka kelahiran total adalah rata-rata jumlah anak yang dilahirkan oleh wanita sampai akhir masa reproduksinya atau masa subur untuk melahirkan anak. Angka tersebut dapat diperoleh dengan memeprlihatkan angka kelahiran mnurut kelompok umur (ASFR). TFR merupakan angka terbaik untuk membandingkan keadaan fertilitas di beberapa daerah atau negara.

Rumus :

TFR = 5 x ASFR (15-49) Selang ke-1 = 15-49

ASFR = Angka kelahiran menurut kelompok umur

5 = Angka kelipatan unyuk setiap pengelompokan dengan kelipatan 5 Ida Bagoes Mantra (2000:167) mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya fertilitas terbagi menjadi 2 (dua) yaitu: 1. Faktor demografi yang diantaranya: struktur umur, struktur

perkawinan, umur kawin pertama, paritas, disrupsi perkawinan dan proporsi kawin.

2. Faktor non-demografi yang diantaranya: keadaan ekonomi penduduk, tingkat pendidikan, perbaikan status perempuan, urbanisasi, dan industrialisasi.

Variabel-variabel tersebut dapat mempengaruhi fertilitas secara langsung maupun tidak langsung.

Kingsley David dan Judith Blake dalam buku Dasar-dasar Demografi Lembaga Demografi FEUI (2007:75) mengemukakan tinggi rendahnya fertilitas dipengaruhi oleh:

1. Tahap hubungan kelamin (intercourse) 2. Tahap konsepsi (conception)

3. Tahap kehamilan (getation)

Faktor sosial, ekonomi dan budaya juga dapat mempengaruhi fertilitas dengan adanya ‘variabel antara’. Variabel antara terdiri atas: a. Intercourse variables sebagai berikut:

1. Umur melalui hubungan kelamin

2. Selibat permanen, yaitu proporsi wanita yang tidak pernah mengadakan hubungan kelamin

3. Lamanya bersatus kawin 4. Abstinensi sukarela

5. Abstinensi terpaksa (sakit, berpisah sementara) 6. Frekuensi senggama

1. Fekunditas atau infekunditas yang disebabkan hal-hal yang tidak sengaja

2. Pemakaian frekuensi

3. Fekunditas atau infekunditas yang disebabkan hal-hal yang disengaja (sterilisasi)

c. Gestation variables sebagai berikut: 1. Mortalitas janin karena disengaja 2. Mortalitas janin karena tidak disengaja

Dokumen terkait