• Tidak ada hasil yang ditemukan

URAIAN TEORITIS

2.2 Analisis Framing

Gagasan mengenai framing, pertama sekali diperkenalkan oleh Beterson tahun 1955. Awalnya frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana, serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada tahu 1974, yang mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku (strips of behavior) yang membimbing individu

dalam membaca realitas. Akhir- akhir ini konsep framing telah digunakan secara luas dalam literatur ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penyeleksian dan penyorotan aspek-aspek khusus sebuah realita oleh media. Walaupun Konsep tentang

framing atau frame sendiri bukan murni konsep ilmu komunikasi, akan tetapi ditinjau dari

ilmu kognitif (psikologis) dan sosiologi (Sobur, 2002: 162). Pendekatan psikologis terutama melihat bagaimana pengaruh kognisi seseorang dalam membentuk skema tentang sesuatu, atau gagasan tertentu. Sementara dari sosiologi melihat setiap tindakan manusia pada dasarnya mempunyai arti dan manusia berusaha memberi penafsiran atas perilaku tersebut agar bermakna dan berarti.

Analisis framing termasuk ke dalam paradigma konstruksionis. Pada dasarnya, analisis framing merupakan versi terbaru dari pendekatan analisis wacana, khususnya untuk menganalisis teks media. Analisis framing adalah salah satu metode analisis media, seperti halnya analisis isi dan analisis semiotik. Framing secara sederhana adalah membingkai sebuah peristiwa. Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya (Sobur, 2001:162).

Menurut Gitlin, frame media pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan frame dalam pengertian sehari hari yang sering kali kita lakukan. Setiap hari kompleksitasnya. Lewat frame, jurnalis mengemas peristiwa yang kompleks itu menjadi peristiwa yang dapat dipahami. Ada dua aspek penting dalam framing. Pertama, memilih fakta/realitas. Dalam memilih fakta ini, selalu terkandung dua kemungkinan: apa yang dipilih

(included) dan apa yang dibuang (excluded). Bagian mana yang ditekankan dalam realitas dan bagian mana yang tidak diberitakan? Penekanan aspek tertentu itu dilakukan dengan memilih angel tertentu, memilih fakta tertentu, dan melupakan fakta yang lain. Akibatanya pemahaman atas suatu peristiwa bisa saja berbeda antara satu media dengan media lainnya. Kedua, menuliskan fakta. Proses ini berhubungan dengan bagaimana fakta itu disajikan kepada khalayak. Gagasan itu diungkapkan dengan kata, kalimat dan proposisi apa, dengan bantuan foto dan gambaran apa, dan sebagainya. Bagaimana fakta yang sudah dipilih tersebut ditekankan dengan penempatan tertentu.: penempatan yang mencolok (menempatkan di headline depan, atau bagian belakang), pengulangan, pemakaina grafis untuk mendukung dan memperkuat penonjolan, pemakaian label tetentu ketika menggambarkan orang/peristiwa yang diberitakan, asosiasi terhadap simbol budaya, generalisasi, simplifikasi, dan pemakaian kata yang mencolok, gambar, dan sebagainya ( Eriyanto, 2002:70).

MEMILIH MENULIS FAKTA FAKTA

Framing merupakan metode penyajian realitas dimana kebenaran tentang suatu kejadian

tidak diingkari secara total, melainkan dibelokkan secara halus, dengan memberikan penonjolan terhadap aspek-aspek tertentu, dengan menggunakan istilah-istilah yang mempunyai konotasi tertentu, dan dengan bantuan foto, karikatur, dan alat ilustrasi lainnya (Sudibyo, 2001:186). Artinya, realitas dibingkai, dikonstruksi dan dimaknai oleh media. Semua aspek itu dipakai untuk membuat dimensi tertentu menjadi bermakna dan diingat oleh khalayak.

Pada dasarnya, pola penonjolan tersebut tidaklah dimaknai sebagai bias, tetapi secara ideologis sebagai strategi wacana: upaya menyuguhkan pada publik tentang pandangan tetentu agar pandangannya lebih diterima. Kata penonjolan (Saliance) didefenisikan sebagai membuat sebuah informasi lebih diperhatikan, bermakna, dan berkesan. Suatu peningkatan dalam penonjolan mempertinggi probabilitas penerima akan lebih memahami informasi, melihat makna lebih tajam, lalu memprosesnya dan menyimpannya dalam ingatan. Bagian informasi dari teks dapat dibuat lebih menonjol dengan cara penempatannya atau pengulangan atau mengasosiasikan dengan simbol-simbol budaya yang sudah dikenal (Sobur, 2002: 164). Dalam menjelaskan realitas media, ada beberapa tokoh yang menggunakan perangkat yang berbeda untuk menjelaskan frame dari realitas yang dibentuk oleh media. Tokoh tersebut adalah Robert N.Entman, William A.Gamson dan Andre Modigliani, serta Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki.

Robert N. Entman melihat framing dalam dua dimensi besar: Seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek/aspek tertentu dari realitas/isu. Penonjolan adalah proses membuat isu lebih menarik, berarti, atau lebih diingat oleh kahlayak. Realitas yang disajikan secara menonjol atau mencolok mempunyai kemungkinan lebih besar untuk diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam memahami suatu realitas. Dalam prakteknya framing, dijalankan oleh media dengan menseleksi isu tertentu dengan menggunakan berbagai strategi wacana-penempatan yang mencolok (menempatkan di

headlline depan atau bagian belakang), pengulangan, pemakain grafis untuk mendukung

dan memperkuat penonjolan, pemakaian label tertentu untuk mengambarkan orang/peristiwa tertentu.

Seleksi isu Aspek ini berhubungan dengan pemilihan fakta. Dari realitas yang kompleks dan beragam itu, aspek mana yang diseleksi untuk ditampilkan? Dari proses ini selalu terkandung di dalamnya ada bagian berita yang dimasukkan (excluded). Tidak semua aspek atau bagian dari isu ditampilkan, wartawan memilih aspek tertentu dari suatu isu.

Penonjolan aspek tertentu dari isu

Aspek ini berhubungan dengan penulisan fakta. Ketika aspek tetentu dari suatu peristiwa/isu tersebut telah dipilih, bagaimana aspek tersebut ditulis? Hal ini sangat berkaitan dengan pemakaian kata, kalimat, gambar, dan citra tertentu untuk ditampilkan kepada khalayak.

Sumber: Eriyanto, 2002: 187

Entman menawarkan sebuah cara untuk mengungkapkan realitas sebagai berikut : Define problems

(Pendefinisian masalah)

Bagaimana suatu peristiwa dilihat? Sebagai apa? Atau sebagai masalah apa? Diagnoses causes

(Memperkirakan masalah atau sumber masalah )

Peristiwa itu disebabkan oleh apa?Apa yang dianggap sebagai penyebab dari suatu masalah? Siapa (aktor) yang dianggap

sebagai penyebab masalah? Make moral judgement

(Membuat keputusan moral)

Nilai moral apa yang disajikan untuk menjelaskan masalah? Nilai moral apa yang

dipakai untuk meligitimasi suatu tindakan? Treatment Recommendation

(Menekankan penyelesaian)

Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk mengatasi masalah/isu? Jalan apa yang

ditawarkan dan harus ditempuh untuk mengatasi masalah?

Sumber: Eriyanto, 2002: 188

William A.Gamson dan Andre Modigliani selanjutnya mengatakan bahwa media memerankan fungsi yang kompleks dimana media adalah bagian dari konstruksi budaya. Sebagai sosiolog Gamson banyak menitikberatkan pada studi gerakan sosial yang mau tidak mau menyinggung studi media, elemen penting dari gerakan sosial. Menurut Gamson , keberhasilan dari gerakan sosial terletak pada bagaimana peristiwa dibingkai, karenanya gerakan sosial selalu menseleksi dan menggunkan simbol, nilai dan retorika tetntu dalam memobilisasi khalayak. Tujuannya tidak lain adalah untuk memenangkan simpati khalayak. karena itu dipakai simbol, jargon, label yang dikenal oleh khalayak dan dikenal secara luas. Ketika orang tidak suka dengan Soeharto salah satu simbol dan jargon yang dibuat adalah SDSB (Soeharto Dalang Segala Bencana). Disini Soeharto dianggap sama dengan SDSB (Sumbangan Dana Sosial Berhadiah), istilah SDSB mengena dalam benak publik karena familiar.

Dalam formulasi yang dibuat oleh William A.Gamson dan Andre Modigliani

framing, dipandang sebagai cara bercerita (story line) atau gugusan ide-ide yang tersusun

sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna dari peristiwa yang berkaitan dengan sutu makna. Gamson melihat wacana media (khususnya berita) terdiri atas

sejumlah kemasan (package), yakni rangkaian ide-ide yang menunjukkan isu apa yang ditunjukkkan dan peristiwa mana yang relevan. Package adalah semacam skema atau struktur pemahaman yang digunakan individu untuk mengkonstruksi makna pesan-pesan yang ia sampaikan, serta untuk menafsirkan pesan-pesan yang ia terima. Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang wartawan ketika menseleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dibawa kemana berita itu. Perangkat framing yang dikemukakan oleh Gamson dan Modigliani seperti gambar berikut: Framing Devices ( Perangkat framing) Reasoning Devices ( Perangakt penalaran) Metaphors

Perumpamaan atau pengandaian

Roots

Analisis kausal atau sebab akibat

Catchprases

Frase yang menarik, kontras, menonjolkan suatu wacana. Ini

umumnya jargon atau slogan.

Appeals to principle

Premis dasar, klaim-klaim moral

Exemplar

Mengaitkan bingkai dengan contoh (bisa teori, perbandingan) yang

memperjelas bingkai

Consequences

Efek atau konsekuensi yang didapat dari bingkai.

Sumber: Eriyanto, 2002: 225

Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki melihat analisis Framing sebagaimana wacana publik tentang suatu isu atau kebijakan dikonstruksikan dan dinegosiasikan.

Framing didefenisikan sebagai proses membuat suatu pesan lebih menonjol,

menempatkan informasi lebih daripada yang lain sehingga khalayaknya lebih tertuju pada pesan tersebut. Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki menawarkan perangkat framing sebagai berikut :

Tabel perangkat framing Pan dan Kosicki

STRUKTUR UNIT YANG DI AMATI

SINTAKSIS

Headline, lead, latar

Cara wartawan informasi, kutipan sumber,

menyusun fakta pernyataan, penutup

SKRIP

Cara wartawan 5W+1H

mengisahkan fakta

TEMATIK

Cara wartawan Paragraf, proposisi,

menulis fakta hubungan antar kalimat.

RETORIS

Cara wartawan Kata, idiom, gambar/foto,

menekankan fakta grafik

Sumber : Eriyanto, 2002: 256 PERANGKAT 1. Skema berita 2. Kelengkapan berita 3. Detail 4. Koherensi 5. Bentuk kalimat 6. Kata ganti 7. Leksikon 8. Grafis 9. Metafora

Dari semua pendekatan diatas , maka inti dari framing yang disampaikan oleh para ahli adalah bahwa framing merupakan pendekatan untuk melihat bagaimana sebuah realitas dibentuk dan dikonstruksi oleh media. Analisis framing juga dapat mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Ada dua esensi utama dari framing yakni :

1. Bagaimana peristiwa itu dimaknai (berkaitan dengan pemilihan peristiwa/fakta yang mengakibatkan adanya suatu peristiwa yang diliput atau tidak)

2. Bagaimana peristiwa itu ditulis (berkaitan dengan bagaimana fakta yang sudah dipilih semakin ditekankan dengan perangkat tertentu. Misalnya penempatan kata atau kalimat dengan bantuan foto, gambar atau grafik)

Frame media dengan demikian adalah bentuk yng muncul dari pikiran (kognisi),

penafsiran, dan penyajian dari seleksi, penekanan dan pengucilan dengan menggunakan simbol-simbol yang dilakukan secara teratur dalam wacana yang terorganisir, baik dalam bentuk verbal maupun visual ( Eriyanto,2002:69).

Dokumen terkait