• Tidak ada hasil yang ditemukan

URAIAN TEORITIS

2.4 Bahasa dan Ideologi

Proses komunikasi merupakan pengiriman pesan dari seseorang (pengirim/ komunikan) kepada orang lain (penerima/komunikator) dengan maksud untuk menghasilkan sebuah makna yang sama. Proses pengiriman pesan tersebut dilakukan melalui kata-kata (simbol verbal), dimana pesan verbal tersebut merupakan unsur dasar dari bahasa.

Kata atau bahasa di dalam linguistik diberi pengertian sebagai sistem simbol bunyi bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbiter (berubah-ubah) dan konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaaan dan pikiran.

Bahasa adalah kombinasi kata yang diatur secara sistematis sehingga bisa digunakan sebagai alat komunikasi (Sobur, 2001: 42). Kata merupakan simbol dari pemikiran manusia. Oleh karena manusia adalah makhluk yang dinamis dan beragam latar budaya, maka bahasa pun memiliki keragaman itu sehingga suatu bahasa tertentu hanya dapat dimengerti oleh kelompok masyarakat tertentu. Keragaman bahasa memungkinkan adanya keragaman makna juga, artinya dengan bahasa yang sama dapat menimbulkan makna yang berbeda dalam kelompok-kelompok masyarakat.

Istilah bahasa dapat digunakan dalam arti harafiah dan metaforis. Dalam arti harafiah, istilah itu mengacu kepada bahasa biasa, yang alami, yang dipakai di keseharian. Dalam arti metaforis, istilah itu mengacu kepada berbagai cara berkomunikasi atau berkontak seperti kedipan mata, lambaian tangan, nyala lampu berwarna tertentu, gambar pada rambu-rambu, bunyi kentongan dan sebagainya (Sobur, 2001:43). Untuk menganalisis pesan media digunakan pendekatan melalui arti metaforis, dimana bahasa media tidak dilihat sebagai sesuatu yang biasa dan alami saja namun merupakan simbol untuk mengungkapkan realitas. Dalam artian, setiap bahasa (simbol) yang disampaikan oleh media pastilah merupakan hasil konstruksi manusia. Setiap bahasa mempunyai maksud dibaliknya, bahasa yang disampaikan mempunyai makna lain disamping makna alami.

Bahasa dan penggunaanya terus berkembang seiring dengan perkembangan manusia itu sendiri. Setiap bahasa mempunyai fungsi tersendiri. Menurut Halliday, secara makro bahasa mempunyai fungsi sebagai berikut ( Sobur, 2002:17):

1. Fungsi ideasional: untuk membentuk, mempertahankan dan memperjelas hubungan di antara anggota masyarakat. Tampak pada struktur yang melibatkan

peran-peran proses, partisipan, dan sirkumstansi; aktif, prosesif, statif; aktor, sasaran, dan pemanfaat; kala, loka, cara.

2. Fungsi interpersonal: untuk menyampaikan informasi diantara anggota masyarakat. Berkaitan dengan peran bahasa untuk membangun dan memelihara hubungan sosial, untuk pengungkapan peranan sosial termasuk peranan-peranan komunikasi yang diciptakan oleh bahasa itu sendiri. Fungsi interpersonal tampak pada struktur yang melibatkan aneka modalitas dan sistem yang dibangunnya.

3. Fungsi Tekstual ; untuk meyediakan kerangka, pengorganisasian diskursus (wacana) yang relevan dengan situasi. Fungsi tekstual bahasa ini adalah satuan dasar bahasa dalam penggunaan, bukan kata atau kalimat, melainkan teks; dan unsur tekstual dalam bahasa adalah seperangkat pilihan, yang dengan cara itu memungkinkan pembicara atau penulis menciptakan teks-teks untuk menggunakan bahasa dengan jalan yang relevan dengan konteksnya.

Analisis teks media melihat bahasa bukan hanya diterima secara apa adanya, tetapi ditanggapai sebagai perantara dalam pengungkapan maksud-maksud dan makna-makna tertentu. Bahasa dan makna-maknanya jelas merupakan kerja kolektif.

Fakta peristiwa yang disajikan lewat bahasa berita dipandang bukanlah sesuatu yang bebas nilai. Bahasa tidak netral, dan tidak pula sepenuhnya dalam kontrol kesadaran. Karena itu, bias yang berasal dari bahasa adalah bias yang sesungguhnya amat berbahaya, ibarat musuh yang menikam dari belakang.

Menurut Dedy N. Hidayat, bahasa dilihat sebagai alat yang bisa dimanfaatkan dalam proses mendefinisikan, mengkonstruksi dan melegitimasi suatu realitas hubungan kekuasaan tertentu sebagai suatu realitas yang alamiah, masuk akal, legal dan sebagainya (Eriyanto,2000:65). Bahasa tidak dilihat semata-mata sebagai alat komunikasi tetapi dilihat sebagai sarana strategis untuk berkuasa.

Ideologi adalah sistem ide-ide yang diungkapkan dalam komunikasi. Istilah ideologi adalah salah satu istilah yang sangat banyak dipergunakan, terutama dalam ilmu-ilmu sosial. Sekarang ini istilah ideologi memang mempunyai dua pengertian yang bertolak belakang. Secara positif, ideologi dipersepsi sebagai suatu pandangan dunia (worldview) yang menyatakan nilai-nilai kelompok sosial tertentu untuk membela dan memajukan kepentingan–kepentingan mereka. Sedangkan secara negatif, ideologi dilihat sebagai suatu kebutuhan untuk melakukan penipuan dengan cara memutarbalikkan pemahaman orang mengenai realitas sosial (Sobur, 2002: 61).

Menurut Magnus-Suseno (dalam Sobur, 2002:66-68), arti ideologi dapat dikembalikan pada salah satu (atau kombinasi) dari tiga arti yakni:

a. Ideologi Sebagai Kesadaran Palsu

Ideologi dianggap sebagai sistem berfikir yang sudah terkena distorsi, entah disadari entah tidak. Biasanya ideologi sekaligus dilihat sebagai sarana kelas atau kelompok yang berkuasa untuk melegitimasikan kekuasaanya secara tidak wajar. Pada masa kekuasaan Soeharto, media massa diposisikan secara sistemastis sebagai aparatus negara. Namun fungsinya adalah menciptakan kesadaran palsu bagi masyarakat, agar kepentingan-kepentingan (penguasa) negara bisa berjalan. Lewat media, mereka mengenal istilah antara lain:

pembangunan, Bapak Pembangunan, lepas landas, stabilitas nasional, musyawarah mufakat, demokrasi Pancasila, bahaya laten komunis.

b. Ideologi dalam Arti Netral

Dalam arti ini, menurut Magnus Suseno, nilai ideologi bergantung isinya: Kalau isinya baik, ideologi itu baik, kalau isinya buruk (misalnya membenarkan kebencian) maka dia buruk.

c. Ideologi : Keyakinan yang Tidak Ilmiah

Dalam filsafat dan ilmu-ilmu sosial yang berhaluan positivistik, segala pemikiran yang tidak dapat dites secara matematis-logis atau empiris disebut ideologi. Arti ketiga ini maunya netral. Tetapi dalam penilaian Magnus-Suseno, sebenarnya bernada negatif juga karena memuat sindiran bahwa ‘ideologi-ideologi’ itu tidak rasional, di luar hal nalar, jadi merupakan kepercayaan dan keyakinan subjektif semata-mata, tanpa kemungkinan untuk mempertanggungjawabkannya secara objektif.

Ideologi membuat anggota dari suatu kelompok akan bertindak dalam situasi yang sama, untuk membentuk solidaritas dan kohesi dalam kelompok. dalam perspektif ini, ideologi mempunyai beberapa implikasi penting. Pertama, ideologi secara inheren bersifat sosial, tidak personal atau individual sehingga membutuhkan share diantara anggota kelompok misalnya kelompok yang mempunyai ideologi feminis, antirasis, dan prolingkungan. Kedua, ideologi meskipun bersifat sosial, ia digunakan secara internal, oleh karena itu ideologi membentuk identitas kelompok yang membedakan dengan kelompok lain. Ideologi ini menjadi dasar bagaimana masalah dilihat. Dengan pandangan

semacam ini, wacana tidak dipahami sebagai sesuatu yang netral dan berlangsung secara alamiah, karena dalam setiap wacana selalu terkandung ideologi untuk mendominasi dan berebut pengaruh. Oleh karena itu, analisis wacana tidak bisa menempatkan bahasa secara tertutup, tetapi harus melihat konteks, terutama bagaimana ideologi dari kelompok-kelompok yang ada tersebut berperan dalam membentuk wacana. Misalnya dari teks berita dapat dianalisis apakah dia feminis, antifeminis, kapitalis, sosialis dan sebagainya (Sobur, 2002:68).

Dalam perumusan dan penyusunan suatu ideologi bahasa mempunyai peran penting. Ideologi suatu kelompok atau individu dapat diketahui melalui pemilihan bahasa yang dipakai. Bahasa diperlukan untuk menyampaikan ideologi seseorang dalam memaknai suatu realitas sosial.

Dokumen terkait