• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Penelitian

20. Kompas, 13 Maret 2007. Musibah Transportasi Dikhawatirkan Gerogoti Pemerintah

Kompas mengangkat langsung kekhawatiran SBY tentang berbagai musibah transportasi di Indonesia akan menggerogoti pemerintah sebagai judul. Penempatan harapan presiden agar kepercayaan publik terhadap transportasi harus dibangun, menunjukkan dukungan Kompas terhadap SBY.

Grafis berupa gambar bangkai Garuda menggambarkan kekhawatiran SBY terhadap kredibilitas pemerintah Indonesia.

Berdasarkan hasil analisis dua orang Rechecker tersebut,maka secara keseluruhan hasil analisis Rechecker hampir sama dengan peneliti. Dua orang Rechecker memiliki pemaknaan yang sama dengan peneliti terhadap pemberitaan SBY&JK yang dikonstruksi oleh Kompas. Adapun hasil kesmpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Kompas sangat menjaga citra SBY dan JK. Hal ini terlihat dari cara Kompas yang senantiasa memberitakan kebijakan-kebijakan SBY&JK tentang transportasi, kegiatan Presiden dan Wapres, dan kunjungan mereka terhadap korban. Kompas banyak

mengutip statement SBY&JK bahkan menjadikan statemen tersebut sebagai judul berita. Dengan demikian Kompas mendukung setiap pernyataan dari Presiden&Wapres, Kompas tidak banyak mengkritisi kebijakan-kebijakan yang diambil oleh SBYdan JK.

2. Cara Kompas menyampaikan upaya-upaya pencarian, menunjukkan bahwa

pemerintah (SBY&JK) telah bekerja dan berupaya maksimal dalam mencari dan menangani kecelakaan transportasi yang terjadi.

3. Sumber-sumber informasi didominasi oleh pihak pemerintah, Kompas tidak banyak memberi porsi pemberitaan dari pihak korban dan keluarga apalagi dari pihak oposisi. 4. Kompas sangat kaya akan data dan fakta, namun lebih jauh Kompas tidak terlalu

menjelaskan fakta yang disampaikan. Publik diberi kebebasan untuk memilih dan menilai sendiri fakta dan data yang telah disajikan Kompas.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis seluruh item berita melalui perangkat framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki maka penulis memperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut;

1. Kepemimpinan SBY&JK dengan Kabinet Indonesia bersatu terus mendapat kritikan dari berbagai pihak khususnya pihak oposisi. Sebagai pemimpin Negara keduanya berusaha untuk tetap memiliki pencitraan yang baik di hadapan publik. Dalam masa kempemimpinanya SBY&JK banyak memanfaatkan media massa untuk menyampaikan kebijakannya kepada publik. Hal inilah yang diresponi oleh harian Kompas dimana Kompas merasa perlu untuk menulis semua pernyataan SBY&JK, bahakan mengangkatnya menjadi judul berita. Perspektif pemberitaan harian Kompas mengenai citra SBY&JK pasca kecelakaan transportasi yang terjadi bulan Januari-Maret adalah positif. Kompas selalu memberitakan tentang SBY&JK seperti setiap instruksi yang diambil, pernyataan yang dibuat serta kunjungan-kunjungan yang dilakukan terhadap korban, Dari pemberitaan tersebut frame yang ingin dibentuk oleh Kompas adalah bahwa SBY&JK adalah pemimpin yang peduli dengan rakyatnya, pemimpin yang tegas dan serius dalam menyikapi peristiwa yang terjasi. SBY tampil dengan sosok dengan tutur kata yang tertata, tenang dan santun tanpa kehilangan wibawa, sementara JK tampil

sebagai seorang yang menaruh empati khususnya kepada korban kecelakaan transportasi.

2. Kompas mengkonstruksi kemaksimalan pemerintah dalam menangani berbagai bencana transportasi. Hal ini terlihat dari cara Kompas menulis berita. Kompas selalu menginformasikan upaya pencarian (AdamAir , Levina, KM Senopati) secara detil. Walaupun dalam kenyataannya upaya tersebut tidak berhasil, namun lewat cara inilah Kompas mengkonstruksi dukungannya kepada pemerintah. Kompas ingin menyampaikan kepada khalayak bahwa pemerintah sudah bekerja maksimal dalam menangani kecelakaan transportasi yang terjadi.

3. Dalam berita yang dimuat, Kompas seringkali tidak memuat prinsip cover both

side. Hal ini terlihat dari sumber berita yang lebih didominasi oleh aparat

pemerintah termasuk dari SBY&JK. Kompas tidak banyak memuat opini dari pihak oposisi terhadap kebijakan SBY&JK dalam menangani berbagai kecelakaan transportasi yang ada. Kompas juga tidak banyak mengekspos para saksi yang selamat, termasuk opini mereka tentang kebijakan pemerintah dan pihak manajemen jasa transportasi dalam pemberian ganti rugi.

4. Dalam menggambarkan realitas kecelakaan transportasi, Kompas banyak menghilangkan bagian yang dianggap kontroversi. Hal ini dimungkinkan berkaitan dengan posisi dan ideologi media. Kompas adalah koran terbesar di Indonesia yang disebut-sebut menjalankan praktik “jurnalisme kepiting” - tulis agak keras bila memungkinkan, dan tiarap bila penguasa mulai marah. Kompas yang bergerak ala kepiting, mencoba langkah satu demi satu untuk mengetes seberapa jauh kekuasaan memberikan toleransi pada kebebasan pers. Jika aman,

akan maju beberapa langkah jika kondisi tidak memungkinkan, kaki kepiting pun bisa mundur. Misalnya Kompas menulis adanya fakta sabotase dalam kecelakaan Pesawat Garuda dan kesalahan tekhnis dalam kecelakaan KM senopati, Kompas menyampaikan fakta ini hanya sebatas wacana saja, selanjutnya Kompas tidak berani menyampaikan informasi lebih kepada publik mengenai kontroversi tersebut Kompas tidak berani mencari fakta lain untuk tetap menjaga eksistensinya. Namun, sejalan dengan berlalunya waktu, strategi inilah yang membuat harian Kompas bertahan, melalui beberapa dekade dan rezim pemerintahan di Indonesia. Strategi inilah yang membuat publik tetap memilih Kompas sebagai salah satu sumber informasi. Kompas kaya akan data dan fakta, namun tidak berani mengulas fakta tersebut secara dalam. Kompas memberi kebebasan kepada pembaca untuk memilih dan menilai sendiri fakta yang disampaikan.

5.2 Saran

Adapun saran-saran yang ingin disampaiakan peneliti bagi harian Kompas dan khalayak pembaca adalah sebagai berikut;

1. Setiap media (khususnya Kompas)hendaknya jangan hanya mengandalkan satu sumber berita saja namun menggali sebanyak mungkin sumber berita yang memiliki kepentingan yang berbeda. Meskipun akses kepada pemerintah atau penguasa lebih kuat, wartawan perlu menjadikan masyarakat umum sebagai narasumber.

2. Kompas hendaknya lebih memperhatikan sinkronisasi antara judul berita dengan isi berita yang hendak disampaikan. Demikian pula penggunaan tata bahasa yang digunakan hendaknya lebih memperhatikan tata bahasa yang sesuai dengan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan).

3. Khalayak pembaca harus lebih teliti dan kritis terhadap pemberitaan dari sebuah media. Adalah perlu untuk membandingkan dengan media lain untuk memperoleh perspektif yang lebih luas.

4. Penelitian ini terbatas pada berita yang ditampilkan oleh surat kabar, karenanya tidak diketahui secara pasti latar belakang penulisan berita. Oleh karena itu untuk memahami konstruksi berita secara menyeluruh adalah perlu bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian terhadap pihak-pihak/pekerja media, baik dari redaksi maupun wartawan secara langsung melalui observasi sehingga lebih diketahui ideologi apa yang terkandung dalam sebuah pemberitaan.

Sendjaja, Djuarsa. 1994. Teori Komunikasi. Universitas Terbuka.

Sobur, Alex. 2002. Analisis Teks Media; Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,

Analisis Semiotika dan Analisis Framing. PT.Remaja Rosdakarya:

Bandung.

Sudibyo, Agus. 2001. Politik Media dan Pertarungan Wacana. LKIS. Yogyakarta.

Surakhmad, Winarno. 1990. Pengantar Penelitian Ilmiah- Dasar, Metode dan

Teknik. Tarsito: Bandung.

Sumber Lain: http://

Dokumen terkait