III. METODE PENELITIAN
3.4. Metode Pengolahan dan Analisa Data
3.4.2 Analisis Hirarki Proses (AHP)
Metode analisis AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 1970an yang menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki. Data yang diperoleh dalam penelitian dianalisis baik secara kualitatif maupun kuantitatif.Data yang didapat melalui pengamatan langsung, kajian pustaka, dan wawancara kepada beberapa pihak terkait diolah secara kualitatif, sedangkan data yang didapat dari penyebaran kuisioner dianalisis secara kuantitatif.Data kuantitatif dianalisis menggunakan metode AHP.Penggunaan metode AHP karena metode ini memiliki aspek kualitatif dan kuantitatif pengambilan keputusan berdasarkan penilaian yang logis dan sistematis, sehingga mampu memberikan kemudahan dalam menganalisis data yang didapat.Penentuan prioritas dengan AHP dilakukan dengan bantuan
software Expert Choice dan dengan perhitungan manual.Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Penentuan vektor prioritas
2. Uji konsistensi. Konsistensi penilaian responden diuji dengan tolok ukur berupa nilai Consistency Index (CI) dan Consistency Ratio (CR).
3. Penyusunan matriks gabungan
4. Penentuan vektor prioritas matriks gabungan
Menurut Saaty (1993), Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan model bekerjanya pikiran yang teratur atau sekelompok pikiran untuk menghadapi
kompleksitas yang ditangkapnya, ini merupakan filosofi untuk mengatur kompleksitas tersebut dan menggunakan pengaturan tersebut untuk membuat keputusan mengenai alternatif yang terbaik untuk dipilih. AHP banyak digunakan oleh instansi pemerintah dan kalangan bisnis untuk berbagai keperluan pengambilan keputusan mencakup: Resource Allocation, Source Selection, Human Resource Management, Employee Performance Evaluation, Salary Decisions, Formulating Marketing Strategy, Selecting Alternatives, Predicting Likely Outcomes, Analytical Planning, Facilitating Group Decision Making, Benefit/Cost Analysis, Engineering Design Evaluations, Production and Operations Management, Policy Formulation and Evaluation, Evaluating Acquisitions and Mergers, Supplier Evaluation, Credit Analysis, Customer Feedback, IT Portfolio Management, Product Pricing Decisions dan Innovation Management.
Tahap-tahap dalam menganalisis data menggunakan metode AHP adalah sebagai berikut:
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan
2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan sasaran utama, dilanjutkan dengan tujuan, aktor-aktor yang memberikan dorongan, kriteria-kriteria dan alternatif-alternatif yang ingin dirangking. Struktur ini dibuat dengan saling berkait antara satu level dengan level lainnya. Struktur dalam AHP bukanlah suatu yang kaku, namun sangat fleksibel dan berubah sesuai dengan kebutuhan pemecahan masalahnya.
3. Membentuk matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relative atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria yang setingkat diatas. Perbandingan dilakukan berdasarkan pilihan atau judgement dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat-tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.
4. Mengumpulkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk
26
perbandingan berpasangan antar elemen dibuat, dilakukan perbandingan antar setiap elemen.
5. Memasukkan nilai-nilai kebalikannya beserta bilangan 1 sepanjang diagonal utama, penentuan prioritas dan pengujian konsistensi.
6. Mengulangi langkah 3,4, dan 6 untuk seluruh tingkat hirarki
7. Sintesis prioritas untuk melakukanpembobotan vektor-vektor prioritas menggunkan komposisi secara hirarki untuk membobotkan vektor-vektor prioritas itu dengan bobot kriteria-kriteria dan menjumlahkan semua nilai prioritas terbobot yang bersangkutan dengan nilai prioritas dari tingkat bawah berikutnya dan seterusnya.
8. Mengevaluasi konsistensi untuk semua hierarki. Langkah ini dilakukan dengan mengalihkan setiap indeks konsistensi dengan prioritas kriteria yang bersangkutan danmenjumlahkan hasil kalinya. Hal ini dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan indek acak yang sesuai dengan dimensi masing-masing matriks. Dengan cara yang sama, setiap indeks acak dibobot berdasarkan prioritas kriteria yang bersangkutan dan hasilnya dijumlahkan. Rasio inkonsistensi harus lebih kecil atau sama dengan 0,1, jika melebihi itu maka informasi harus ditinjau kembali.
Menurut Marimin (2005), prinsip kerja dari AHP adalah menyederhanakan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, strategik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata ke dalam suatu hirarki, kemudian diberikan pembobotan kepadamasing-masing level hirarki dan diberikan penilaian secara numerik. Saaty (1993) merinci langkah-langkah dalam melakukan analisis AHP, yaitu :
1. Mendefinisikan masalah/persoalan dan menentukan solusi dan pemecahan masalah yang diinginkan. Pada tahap ini difokuskan kepada identifikasi permasalahan mutu perusahaan dan kinerja setiap bagian yang ada di perusahaan. Untuk mengetahui data tersebut dilakukan wawancara kerpada para pakar yang terdapat pada perusahaan.
F F1 F2 F4 F5 K1 K2 Kn K12 K13 K14 Kn1 Fokus Faktor Aktor Tujuan F3 K1 K2 Kn Alternatif K11
2. Membuat struktur hirarki dari sudut pandang manajemen secara menyeluruh. Setelah komponen-komponen dari fokus analisis diketahui, kemudian dilakukan pembuatan struktur hirarki.Hirarki merupakan suatu abstraksi struktur suatu sistem yang mempelajari fungsi interaksi antar komponen dan dampaknya terhadap sistem. Abstraksi ini mempunyai bentuk yang saling berkaitan. Struktur hirarki disusun berdasarkan jenis keputusan yang akan diambil berdasarkan sudut pandang dari tingkat puncak sampai ke tingkat dimana dimungkinkan campur tangan untuk memecahkan persoalan tersebut. Hirarki yang dapat terbentuk dalam metode AHP sendiri dapat berupa hiraki lengkap dan hirarki tak lengkap. Dalam struktur hirarki lengkap, semua elemen pada satu elemen pada satu tingkat memiliki hubungan dengan semua elemen yang ada pada tingkat berikutnya. Pada struktur hirarki lengkap, jumlah tingkatan komponen sistem yang terdapat dalam hirarki tergantung pada pilihan peneliti, seperti pada Gambar 6 dibawah ini.
Gambar 7.Struktur hirarki lengkap (Saaty, 1993)
3. Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau kriteria yang setingkat di atasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan judgment dari
28
pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.
4. Mengumpulkan semua pertimbangan yang dilakukan dari hasil perbandingan yang diperoleh pada langkah 3. Melakukan perbandingan berpasangan dengan skala perbandingan berpasangan dan maknanya yang diperkenalkan oleh Saaty (1993) terdapat pada Tabel 1.
Tabel 1. Nilai skala perbandingan berpasangan
Nilai Skala Definisi Penjelasan
1 Kedua elemen sama penting Dua elemen mempengaruhi sama
kuat pada sifat itu 3 Elemen satu sedikit penting
dari lainnya
Pengalaman atau pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas lainnya
5
Elemen yang satu jelas lebih penting dibanding elemen lainnya
Pengalaman atau pertimbangan dengan kuat disokong dan dominasinya terlihat dalam praktek
7 Satu elemen sangat jelas lebih penting dibanding elemen lainnya
Satu elemen dengan kuat disokong dan dominasinya terlihat dalam praktek
9 Satu elemen mutlak lebih penting dibanding elemen lainnya
Sokongan elemen yang satu atas yang lainnya terbukti memiliki tingkat penegasan tertinggi
2,4,6,8 Nilai-nilai diantara kedua pertimbangan di atas
Kompromi diperlukan di antara dua pertimbangan
Kebalikan nilai-nilai di
atas
Bila nilai-nilai di atas dianggap membandingkan atara elemen A dan B, maka nilai-nilai kebalikan ( ) digunakan untuk membandingkan kepentingan B terhadap A
Sumber : Saaty (1993)
5. Memasukkan nilai-nilai kebalikan beserta bilangan satu (1) sepanjang diagonal utama. Angka 1-9 digunakan bila F1 lebih mendominasi atau mempengaruhi sifat UG dibandingkan dengan F2. Sedangkan F1 kurang mendominasi atau mempengaruhi dibanding dengan F2, maka digunakan angka kebalikannya pada kolom diagonal sebaliknya.
6. Mengulangi langkah 3,4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.Perbandingan dilanjutkan untuk semua elemen pada setiap tingkat keputusan yang terbatas pada hirarki.Matriks perbandingan dalam AHP dibedakan menjadi dua yaitu : Matriks Pendapat Individu (MPI) dan Matriks Pendapat Gabungan (MGP).
1) Matriks Pendapat Individu (MPI)
Matriks Pendapat Individu adalah matriks hasil pembandingan yang dilakukan individu.MPI memiliki elemen yang disimbolkan dengan aij
Tabel 2. Matriks Pendapat Individu
, yaitu elemen matriks pada baris kolom ke-i dan kolom ke-j.MPI dapat dilihat pada tabel 2.
X A1 A2 A3 … An A1 a11 a12 a13 … a1n A2 a21 a22 a23 … a A 2n a 3 31 a32 a33 … a … 3n … … … … … An an1 an2 an3 … ann
2) Matriks Pendapat Gabungan (MPG)
Matriks Pendapat Gabungan adalah susunan matriks baru yang elemen (gij) berasal dari rata-rata geometrik pendapat-pendapat individu yang rasio inkonsistensinya lebih kecil atau sama dengan 10% dan setiap elemen pada baris dan kolom yang sama dari MPI yang satu dengan MPI yang lain tidak terjadi konflik. MPG dapat dilihat dari Tabel 3.
30
Tabel 3. Matriks Pendapat Gabungan
X G1 G2 G3 … Gn G1 g11 g12 g13 … G1n G2 g21 g22 g23 … G G 2n g 3 31 g32 g33 … G … 3n … … … … … Gn gn1 gn2 gn3 … gnn
Rumus rataan geometrik adalah sebagai berikut :
gij n n k k ij a
∏
=1 ) ( = ...………..…….…………...(1)dengan : n =jumlah responden (pakar) aij(k)
7. Menggunakan komposisi secara hirarki untuk membobotkan vektor–vektor prioritas itu dengan bobot kriteria-kriteria dan menjumlahkan semua nilai prioritas terbobot yang bersangkutan dengan nilai prioritas dari tingkat bawah berikutnya dan seterusnya. Adapun vektor prioritas dapat dihitung dengan rumus:
=sel penilaian setiap pakar
VP (Vektor Prioritas) =
∑ ∏
= n n i ij a VE 1 …...……….…..…….(2)dimana : VE (Vektor Eigen ) = n n i ij a
∏
=1 .…...…...……..….(3) dengan : aijn = jumlah elemen yang diperbandingkan
= elemen MPI pada baris ke-i dan kolom ke-j
8. Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hirarki.
Pengukuran konsistensi ini diperlukan untuk mengetahui konsistensi jawaban yang berpengaruh terhadap kesahihan hasil. Langkah yang digunakan yaitu dengan mengalikan setiap indeks konsistensi dengan prioritas kriteria
bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan indeks konsistensi acak, yang sesuai dengan dimensi masing–masing matriks. Dengan cara yang sama setiap indeks konsistensi acak juga dibobot berdasarkan prioritas kriteria yang bersangkutan dan hasilnya dijumlahkan. Rasio konsistensi hirarki harus 10% atau kurang. Jika tidak, mutu informasi harus diperbaiki, antara lain dengan memperbaiki cara menggunakan pertanyaan ketika melakukan pengisian ulang kuesioner atau lebih baik dalam mengarahkan responden yang mengisi kuesioner. Namun batasan diterima atau tidaknya konsistensi suatu matriks sebenarnya tidak ada yang baku, seperti Fewidarto (1996) menjelaskan bahwa jika tingkat inkonsistensi sebesar 10 persen ke bawah tidak dicapai maka dapat digunakan batas yang lebih besar atau bahkan rataan CR penilaian pakar.
Rumus untuk perhitungan uji konsistensi adalah sebagai berikut :
CI (Indeks Konsistensi) CI= 1 max − − n n λ ...…………...………..……...……....….(4) dengan : CI = Indeks Konsistensi
max
λ = eigen value maksimum n = jumlah elemen yang diperbandingkan
dimana: λmax = n VB Σ …..………...………...…(5) • VB (Nilai Eigen) = VP VA …..……...….……....(6) • VA (Vektor Antara) = aij
Lebih lanjut ingin diketahui apakah CI dengan besaran cukup baik atau tidak, maka perlu diketahui rasio konsistensinya (CR) yaitu :
x VP ...…...…...(7)
32 CR (Rasio Konsistensi) CR = RI CI ………...………..………..(8) RI adalah indeks acak yang dikeluarkan oleh OAK RIDGE LABORATORY, dari matrik berorde 1 sampai 15 dengan menggunakan sample berukuran 100.TabelRI tersebut seperti pada Tabel 4 :
Tabel 4 : Indeks Acak
n 1 2 3 4 5 6 7
RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32
n 8 9 10 11 12 13 14
RI 1,41 1,45 1,49 1,51 1.48 1.56 1.57
Gambar 8.Struktur hirarki
Pada Gambar 8, merupakan struktur hirarki pada pengembangan karir karyawan berbasis kompetensi pada PT Telkomsel Jakarta, dan terkait penelitian dalam pengembangan kompetensi faktor masalah yang perlu dikaji, antara lain : Aktor
Fokus
Faktor
Tujuan
Alternatif
Pengembangan karir karyawan berbasis kompetensi pada PT Telekomunikasi Seluler Jakarta
Business Market/Indu
stry Expertise
Personal Atribut Corporate Value Leadership/Man agerial Skill Specialzed Technical Know How GM.Tallent Management & Leadership GMLearning Development Manager Learning Development Memiliki Karyawan yang kompeten Meningkatkan Loyalitas Karyawan Meningkatkan nilai kompetensikaryawa n Clear career oportunities
Invest in people HR Placement based on their competencies
Compensation will be based oncompetencies
34
1. Faktor Specialized Technical Know How. Kompetensi ini menjelaskan pengetahuan, keterampilan, dan atribut secara spesifik dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang dibutuhkan dalam suatu area karir seperti
Network, Commerce, Information System, Human Resources Management, Legal, Procurement, dan Civil Engineering. Berbeda halnya dengan empat kompetensi yang telah diuraikan diatas, kompetensi-kompetensi yang ada di sel inilah yang membedakan fungsi yang satu dengan fungsi yang lainnya. Perlu diuraikan juga bahwa, didalam kompetensi sel ini ada kompetensi-kompetensi teknis yang sifatnya generik, dalam arti kompetensi-kompetensi ini dapat digunakan oleh fungsi-fungsilain dalam melakukan pekerjaannya
2. Faktor Business Market/Industry Expertise, yaitusel ini terdiri dari pengetahuan dan keterampilan umum mengenai pasar industry telekomunikasi, dimana Telkomsel beroperasi.Selain mengenai pasar dan Industri, sel ini juga berubungan dengan pengetahuan mengenai visi, misi dan strategi Telkomsel.Sel ini juga meliputi pemahaman mengenai pasar yang dilayani oleh Telkomsel. Kompetensi-kompetensi yang ada di sel ini akan dimiliki oleh semua karyawan Telkomsel tanpa membedakan fungsi atau group-group pekerjaan, dengan tujuan untuk menciptakan keseragman mengenai pemahaman tentang bisnis, pasar dan industri yang berubah sangat pesat saat ini. Adapun kompetensi-kompetensi yang termasuk didalam sel ini adalah :(1)Knowing Industry and Market, (2) Knowing Regulatory Requirement, (3) Knowing Telkomsel
3. Faktor Personal Atribut, sel kedua ini akan berlaku bagi seluruh karyawan Telkomsel walaupun bebeda fungsi maupun direktorat. Kompetensi-kompetensi yang termasuk dalam sel ini adalah :(1) Initiative, (2) Creative and Innovative, (3) Receptivity to Change.
4. Faktor Corporate Value. Kompetensi-kompetensi yang termasuk dalam kompetensi sel ini diadopsi dari Budaya Perusahaan yang telah di identifikasi sebelumnya. 3 (tiga) budaya perusahaan ini adalah :(Team Work), (2) Professionalism, (3) Customer Intimacy.
5. Faktor Leadership Managerial Skill, merupakan adanya dua jalur yang akan diterapkan di telkomsel, yaitu jalur professional dan jalur struktural, memunculkan kebutuhan untuk membedakan penekanan antara 2 (dua) jalurtersebut dan jalur di telkomsel adalah jalur profesional. Terlihat jelas bahwa jenis-jenis pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dimasing-masing jalur akan berbeda. Dalam hal ini, keterampilan kepemimpinan dirancang untuk jalur profesional dan keterampilan ini juga berlaku untuk jalur struktural, dimana keterampilan manajerial dirancang khusus untuk jalur struktural.
Leadership Skills didefinisikan sebagai : Keterampilan interpersonal dalam mengemban tanggungjawab personal dan membimbing kelompok untuk dapat mengembangkan karirnya, tanpa tergantung pada otoritas maupun posisi. Kompetensi-kompetensi yang termasuk adalah :(1) Develofing Self, (2) Problem Solving and Decision Making, (3) Knowledge Transfer/Teaching Skills.
Managerial Skills didefinisikan sebagai keterampilan dalam mengelola sekelompok individu pencapaian obyektif dan sesuai standar yang telah ditentukan. Kompetensi-kompetensi yang termasuk adalah :
1. Developing Self, bertanggungjawab terhadap pengembangan diri pribadi dan karir
2. Delegation, menciptakan rasa memiliki terhadap tugas pekerjaan dan memberikan harapan yang jelas dalam menugaskan tanggungjawab.
3. Providing Direction, memnerikan dan mengklarifikasi misi, arah, dan prioritas kepada orang lain.
4. Planning and Organizing, Menetapkan suatu pendekatan yang sistematis untuk mengidentifikasi, memprioritaskan dan memantau tugas untuk mencapa tujuan untuk mencapai tujuan yang spesifik dan membuat tugas karyawan serta alokasi semberdaya dengan tepat.
5. Business Analysis and Business Planning,menganalisis data performance business cross function, mengidentifikasikan permasalahan dan peluang bisnis jangka panjang, memformulasikan scenario strategi dan rencana strategik dengan mempertimbangkan faktor internal dan eksternal telkomsel.