• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL (KARAKTERISTIK INDIVIDU) DENGAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT

Pendahuluan

Tingkat partisipasi merupakan gambaran keterlibatan masyarakat dalam suatu program atau kegiatan. Keterlibatan ini bisa dilihat melalui kehadiran dalam proses perumuskan program, sumbangan materil (uang) yang diberikan atau hanya sekedar menerima manfaat dari sebuah program. Tingkat partisipasi dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor internal. Faktor-faktor internal tersebut merupakan karakteristik individu yang terlibat dalam program. Hal yang dibahas dalam penelitian ini, faktor-faktor internal terbagi menjadi tujuh variabel yakni, usia, jenis kelamin, tingkat curahan waktu luang, lama bergabung dalam komunitas, lama tinggal disekitar DAS Citarum, dan tingkat pendidikan individu (responden). Keikutsertaan atau partsipasi masyarakat di program septic tank kolektif di dua wilayah (hulu dan tengah DAS Citarum) dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor internal yang berbeda pula.

Hubungan Faktor-Faktor Internal (Karakteristik Individu) dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Septic tank Kolektif

Tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan pengadaan septic tank kolektif di wilayah Hulu (Kampung Dara Ulin) tergolong tinggi. Responden dengan tingkat partisipasi tinggi berjumlah 20 orang. Responden ini dinilai sangat aktif dalam aktivitas pengadaan septic tank kolektif, mulai dari perencanaan program sampai dengan evaluasi dan monitoring. Mereka bukan hanya hadir secara fisik saja, tetapi juga memberikan masukan yang berguna bagi keberlanjutan program septic tank kolektif ini. Responden dengan kategori sedang berjumlah 7 orang dan kategori rendah berjumlah 3 orang.

Tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan pengadaan septic tank kolektif di wilayah tengah (Kampung Cilebak) masuk kategori sedang. Sebanyak 55.6 persen atau 15 orang responden di wilayah ini memiliki tingkat partisipasi sedang. Responden dengan tingkat partisipasi tinggi hanya berjumlah 4 orang (14.8%) dan tingkat partisipasi rendah sebanyak 8 orang (39.6%). Berbeda dengan masyarakat Kampung Dara Ulin, masyarakat Kampung Cilebak cenderung acuh dengan kegiatan septic tank kolektif ini. Masyarakat lebih banyak dilibatkan untuk mendukung dana dan bahan bangunan bagi perbaikan septic tank kolektif saja. Berdasarkan hasil uji regresi linier, didapatkan faktor-faktor internal yang signifikan di wilayah Hulu dan Tengah. Faktor-faktor tersebut adalah usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan lama bergabung dalam komunitas. Berikut akan dipaparkan mengenai hubungan faktor-faktor internal (karakteristik individu) dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam setiap wilayah (Hulu dan Tengah).

Hubungan Usia terhadap Tingkat Partisipasi Masyarakat

Usia merupakan rentang hidup manusia yang diukur dengan satuan tahun. Di usia produktif, seseorang mampu melakukan banyak aktivitas dan mobilitasnya masih tinggi. Seseorang dengan usia melewati batas usia produktif cenderung memiliki mobilitas yang rendah dan aktivitasnya terbatas. Dimasa tua biasanya aktivitasnya dibatasi karena alasan kesehatan. Individu yang memasuki usia tua tidak lagi bugar dan seaktif orang-orang muda, sedangkan individu di usia muda cenderung menyukai kegiatan-kegiatan diluar aktivitas harian. Selain mengisi waktu luang, mereka juga banyak mencari pengalaman, jaringan dan keinginan untuk membantu sesama. Responden di wilayah hulu (Kampung Dara Ulin) paling banyak berada di rentang usia 25 sampai 45 tahun sedangkan di wilayah Tengah (Kampung Cilebak) responden terbanyak berada di rentang usia 24 sampai 37. Kedua rentang usia masuk kedalam rentang usia produktif.

Tabel 9 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat partisipasi responden dan usia di Kampung Dara Ulin tahun 2014

Usia Tingkat partisipasi Total

Tinggi Sedang Rendah

n % n % N % N % Produktif (24-45 tahun) 15 65.2 5 21.7 3 13.1 23 100 Kurang produktif (46-67 tahun) 4 66.7 2 33.3 0 0 6 100 Tidak produktif (68-79 tahun) 1 100.0 0 0 0 0 1 100

Berdasarkan Tabel 9 terlihat bahwa rentang usia yang semakin tua memiliki jumlah responden dengan tingkat partisipasi tinggi yang semakin sedikit. Responden dengan partisipasi tinggi terbanyak ada di rentang usia 24-45 tahun berjumlah 15 orang. Hal ini dapat terjadi dikarenakan rentang usia tersebut masuk kedalam kategori usia produktif. Jumlahnya menurun di rentang 46-67 tahun menjadi 4 orang dan rentang usia 68-79 tahun berjumlah 1 orang. Responden dengan tingkat partisipasi rendah hanya berada di rentang usia 24-45 tahun. Masyarakat yang berada pada rentang usia 24-45 tahun banyak yang masih turut aktif dalam kegiatan septic tank kolektif. Kader-kader WPL biasanya berada di rentang usia tersebut. Mereka yang aktif dalam kegiatan pengadaan septic tank kolektif memiliki banyak tujuan dan keinginan. Keaktifan kader muda ini sebagai bentuk tanggung jawab mereka kepada masyarakat tempat dimana mereka dilahirkan dan besar. Mereka yang menjadi kader akan memiliki jaringan pertemanan yang lebih luas karena seringkali diajak pihak WPL untuk studi banding di wilayah lain. Kader-kader muda ini juga masih memiliki tenaga dan ide-ide yang segar. Tidak heran kalau banyak dari mereka yang aktif di dalam forum untuk menyampaikan pendapat terkait keberlanjutan program septic tank kolektif.

Di wilayah Hulu anggota tertua berusia 79 tahun. Bapak berinisial OL ini menjadi anggota pengurus septic tank kolektif sekaligus sebagai ketua RT 02/06.

Usia tua bukan menjadi penghalang beliau untuk tetap berpartisipasi aktif dalam kegiatan septic tank kolektif. Bapak OL bahkan menjadi pelopor untuk melakukan kerja bakti jika ada saluran septic tank warganya yang rusak atau tersumbat. Beliau siap membantu walau dengan keterbatasan diri. Bapak OL masih mau ikut serta dalam program ini karena merasa bertanggung jawab atas kepemilikan fasilitas tersebut. Bantuan dari komunitas WPL ini sangat bermanfaat bagi masyarakat. Beliau memilih untuk tetap secara aktif turun langsung untuk memberikan teladan bagi kaum muda. Berikut penuturan bapak OL (79) :

“..walaupun bapak sedang sakit, bapak masih mau untuk membersihkan saluran kalau tersumbat. Daripada rusak karena tidak terawat ya neng, lebih baik bapak bersihkan dan mengajak warga lain”

Jabatan beliau sebagai ketua RT.02/06 membuat beliau juga bertanggung jawab atas keluhan masyarakat khususnya soal septic tank kolektif. Tiap kali ada rapat evaluasi, beliau selalu berusaha untuk datang. Tujuan beliau tidak lain adalah menyuarakan keluhan dan saran dari warga RT.02/06. Beliau pun mengakui bahwa beliau tak lagi seaktif 10 tahun lalu saat pertama keberadaan program septic tank kolektif. Saat ini beliau lebih banyak membantu pekerjaan yang ringan saja.

Tabel 10 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat partisipasi masyarakat dan usia di Kampung Cilebak tahun 2014

Usia

Tingkat partisipasi Total Tinggi Sedang Rendah

n % n % n % n % Produktif (24-37 tahun) 2 18.2 3 27.3 6 54.5 11 100 Kurang produktif (38-51 tahun) 1 10 7 70.0 2 20.0 10 100 Tidak produktif (52-57 tahun) 1 16.7 5 83.3 0 0 6 100

Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa ada hubungan antara usia dengan tingkat partisipasi di Kampung Cilebak. Hubungan yang terlihat yaitu pada usia yang lebih produktif tingkat partisipasi semakin rendah. Responden di usia produktif (24-37 tahun) 54.5 persennya memiliki tingkat partisipasi rendah. Pada rentang usia kurang produktif (38-51 tahun) sebanyak 7 orang atau 70 persen memiliki tingkat partisipasi sedang. Responden yang berada di usia tidak produktif justru memiliki presentase yang lebih besar yaitu 83.3 persen untuk responden dengan tingkat partisipasi sedang. Data tersebut menggambarkan bahwa, usia memang memiliki pengaruh terhadap tingkat partisipasi. Pada rentang usia produktif (24-37 tahun) masyarakat Kampung Cilebak lebih memilih untuk sibuk dengan karir pekerjaan mereka. Tidak ada waktu bagi kegiatan diluar kegiatan kantor.

Hubungan Jenis Kelamin terhadap Tingkat Partisipasi Masyarakat

Keanggotaan pengurus septic tank kolektif di wilayah Hulu dan Tengah lebih banyak diikuti oleh kaum perempuan. Dari 30 orang anggota dan pengurus aktif kegiatan septic tank kolektif di wilayah Hulu, 19 orang diantaranya adalah kaum perempuan. Ada beberapa anggota perempuan yang kini sudah pasif mengurus septic tank kolektif. Padatnya waktu untuk mengurus rumah tangga dan anak-anak menjadi alasan utama. Di wilayah Tengah (Kampung Cilebak) terdiri dari 9 orang laki-laki dan 18 orang perempuan. Tidak ada lagi kepengurusan yang resmi. Saat ini urusan septic tank kolektif hanya di pegang oleh ketua RT masing- masing wilayah. Berikut akan dipaparkan tabel mengenai tingkat pasrtisipasi masyarakat berdasarkan jenis kelamin di tiap wilayah penelitian.

Tabel 11 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat partisipasi dan jenis kelamin di Kampung Dara Ulin tahun 2014

No Jenis Kelamin

Tingkat partisipasi Total

Tinggi Sedang Rendah

n % n % N % N %

1 Laki-laki 11 100.0 0 0 0 0 11 100

2 Perempuan 9 47,4 7 36,8 3 15,8 19 100

Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa laki-laki dengan tingkat partisipasi tinggi mencapai 55 persen atau 11 responden dan perempuan hanya 45 persen atau sejumlah 9 responden. Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa seluruh anggota laki-laki memiliki kategori tingkat partisipasi tinggi. Anggota perempuan dengan tingkat partisipasi kategori sedang berjumlah 7 orang dan kategori rendah berjumlah 3 orang. Hal ini disebabkan karena anggota laki-laki berpatisipasi aktif baik dalam hal tenaga, materi dan juga ide yang membangun. Rapat perencanaan dan evaluasi program di dominasi oleh kaum laki-laki. Partisipan laki-laki banyak memberikan ide, usulan dan masukan bagi keberlanjutan program. Partisipan perempuan lebih banyak diam dan mendengarkan dikala rapat. Berikut penuturan ibu SN (24) :

“ah, malu neng. Biar bapak-bapak saja. Ibu-ibu terima hasil saja neng. tahu informasi aja saya”

Proses penentuan letak, jalur pemipaan sampai dengan sistem septic tank kolektif banyak dilakukan oleh kaum laki-laki dibandingkan dengan kaum perempuan. Partisipan perempuan hanya menerima hasil rapat saja. Sedikit yang mau memberikan usulan terkait keberlanjutan dan pengembangan program. Saat pembangunan fisik septic tank kolektif lebih banyak dihadiri oleh laki-laki. Pekerjaan bangunan ini dikerjakan langsung oleh bapak-bapak di wilayah Kampung Dara Ulin. Ibu-ibu hanya bertugas membuat konsumsi bagi pekerja. Begitu pula saat kerja bakti atau memperbaiki saluran septic tank kolektif yang rusak. Saat ini beberapa anggota perempuan tidak aktif lagi mengurus septic tank kolektif. Alasan utama karena padatnya waktu untuk mengurus rumah tangga dan anak-anak. Ada juga ibu-ibu yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan rumah

tangga dengan menjadi pedagang atau menjadi buruh tani, sehingga waktu mereka banyak disita oleh kegiatan domestik. Waktu luang mereka banyak digunakan untuk beristirahat. Berikut penuturan ibu IN (42) :

“..dulu saya aktif di komunitas. Sekarang sudah ada anak dan harus menjaga warung. tidak sempet lagi mengikuti aktifitas komunitas..” (IN 42)

Tabel 12 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat partisipasi dan jenis kelamin di Kampung Cilebak tahun 2014

No Jenis Kelamin

Tingkat partisipasi Total

Tinggi Sedang Rendah

n % n % n % N %

1 Laki-laki 3 33.3 5 55.6 1 11.1 9 100

2 Perempuan 1 5.5 10 55.6 7 38.9 18 100

Berdasarkan Tabel 12 diketahui bahwa responden laki-laki cenderung berada di tingkat partisipasi tinggi dan perempuan di tingkat partisipasi rendah. Data memperlihatkan bahwa 33.3 persen dari responden laki-laki memiliki tingkat partisipasi tinggi, sedangkan 38.9 persen dari responden perempuan justru memiliki partisipasi rendah. Sama halnya dengan yang dialami oleh masyarakat di wilayah Hulu (Kampung Dara Ulin). Kaum perempuan cenderung lebih pasif dibandingkan laki-laki. Sejak dibubarkannya kepengurusan resmi septic tank kolektif, ibu-ibu ini tidak mau lagi ikut kegiatan septic tank kolektif. Pembubaran kepengurusan septic tank kolektif juga berdampak pada buruknya kualitas kegiatan WPL lainnya di Kampung Cilebak. Ibu-ibu yang awalnya aktif untuk kerja bakti, hadir rapat dan mengikuti kegiatan pemilahan sampah, kini tidak ada lagi. Mereka lebih memilih mengisi waktu mereka dengan bekerja membantu keuangan keluarga daripada ikut kegiatan WPL.

“..air bersih mesinnya hilang, septic tank pengurusnya bubar, TPS saja yang masih berjalan. Tapi sekarang ibu-ibu sudah malas memisahkan sampah. tidak ada lagi itu kegiatan membuat tas dari sampah detergen, kopi. Ibu-ibu banyak yang lebih memilih bekerja jadi pembantu di regency..” (CC 45)

Bapak-bapak di Kampung Cilebak masih sering melakukan kerja bakti untuk perbaikan septic tank kolektif. Hal ini dilakukan karena kesadaran akan kebutuhan mereka dengan fasilitas septic tank kolektif tersebut. Ibu-ibu di Kampung Dara Ulin bersama-sama membuatkan konsumsi bagi bapak-bapak yang bekerja, sedangkan di Kampung Cilebak tidak. Tidak ada kegiatan bersama ibu-ibu. Ketika ada kerja bakti, konsumsi dibeli langsung dari warung menggunakan uang iuran yang dikumpulkan oleh pengguna septic tank kolektif. Hubungan sosial masyarakat Kampung Cilebak memang tidak sekuat Kampung Dara Ulin. Dari analisis tersebut, terlihat bahwa memang terjadi perbedaan tingkat partisipasi anatar laki-laki dan perempuan di Kampung Cilebak. Hubungan jenis

kelamin dan tingkat partisipasi lebih terlihat di Kampung Dara Ulin dibandingkan dengan Kampung Cilebak.

Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat

Tingkat pendidikan merupakan karakteristik penting dalam menentukan tingkat partisipasi seseorang dalam suatu kegiatan. Beberapa penelitian mengatakan bahwa tingkat pendidikan yang rendah akan membuat seseorang cenderung rendah keikut sertaannya dalam suatu kegiatan, khususnya kegiatan lingkungan. Penelitian lain menyebutkan bahwa seseorang dengan pendidikan tinggi cenderung berpartisipasi rendah dikarenakan kesibukan mereka bekerja. Hasil penelitian di Kampung Dara Ulin anggota paling banyak berada di tingkat pendidikan rendah dengan tingkat partisipasi tinggi. Kondisi lain terjadi di Kampung Cilebak. Di Wilayah tengah responden paling banyak berada di tingkat pendidikan rendah dengan partisipasi sedang. Berikut dipaparkan data dan analisis hubungan keduanya.

Tabel 13 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat partisipasi masyarakat dan tingkat pendidikan di Kampung Dara Ulin tahun 2014

Tingkat Partisipasi

Tingkat pendidikan

tinggi Sedang Rendah

n % n % n %

Tinggi 3 100 4 66.7 13 61.9

Sedang 0 0 1 16.7 6 28.6

Rendah 0 0 1 16.6 2 9.5

Total 3 100 6 100.0 21 100.0

Berdasarkan Tabel 13 terlihat bahwa 21 responden atau 70 persen responden memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Responden dengan tingkat pendidikan tinggi dan partisipasi tinggi berjumlah 3 orang. Sedangkan tidak ada responden dengan tingkat pendidikan tinggi dan tingkat partisipasi sedang maupun rendah. Responden yang berpendidikan tinggi memiliki pengetahuan yang lebih banyak mengenai manfaat program septic tank kolektif ini. Sehingga, mereka mau berpartisipasi aktif ditengah kesibukan bekerja.

Responden dengan tingkat pendidikan rendah dan tingkat partisipasi tinggi berjumlah 13 orang. Sejumlah responden dengan tingkat pendidikan rendah, 61.9 persen diantaranya memiliki tingkat partisipasi tinggi. Data tersebut menunjukkan keberhasilan dari proses sosialisasi yang dilakukan pihak komunitas WPL sebelum pembentukan program septic tank kolektif. Slogan “software follows hardware” yang diterapkan oleh pak Yoga selaku founder WPL ternyata berhasil dilakukan di wilayah Hulu. Masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan rendah menjadi lebih mengetahui kegunaan dan manfaat dari program septic tank kolektif. Mulai dari membaiknya sistem sanitasi, berkurangnya penderita penyakit diare dan muntaber sampai dengan mengurangi pengeluaran pembuatan septic tank pribadi. Berdasarkan analisis tersebut, disimpulkan bahwa tingkat pendidikan bukan menjadi faktor utama yang menyebabkan seseorang mau aktif

berpartisipasi dalam kegiatan septic tank kolektif di wilayah Hulu (Kampung Dara Ulin). Hasil yang berbeda terdapat di Kampung Cilebak (wilayah Tengah).

Tabel 14 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat partisipasi dan tingkat pendidikan di Kampung Cilebak tahun 2014

Tingkat Partisipasi

Tingkat pendidikan

Tinggi sedang Rendah

n % N % n %

Tinggi 2 100 2 18.2 0 0

Sedang 0 0 6 54.5 9 64.3

Rendah 0 0 3 27.3 5 35.7

Total 2 100 11 100.0 14 100.0

Berdasarkan Tabel 14 dapat dilihat hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi. Semua responden dengan tingkat pendidikan tinggi (10-12 tahun masa sekolah) memiliki tingkat partisipasi tinggi. Menurut penuturan LJ (52), beliau masih aktif membantu masyarakat berurusan dengan septic tank dan program WPL lainnya. Beliau berharap septic tank kolektif ini dapat terus dipakai oleh masyarakat. Bapak LJ bahkan memiliki harapan bahwa septic tank kolektif memiliki pengurus agar lebih bermanfaat. Berikut penuturan LJ (52) :

“kalau tidak diperbaiki, warga yang tidak menggunakan septic tank kolektif juga terkena dampak. terkadang air septic tanknya meluap. sampai masuk ke rumah warga lain. untuk itu saya ingin septic tank kolektif ini ada pengurusnya lagi, supaya bisa lebih terawat “ (LJ 52)

Responden dengan tingkat pendidikan sedang (7-9 tahun masa sekolah), 18.2 persen memiliki tingkat partisipasi tinggi, 54.5 persen memiliki tingkat partisipasi sedang dan 27.3 persen memiliki tingkat partisipasi rendah. Responden dengan pendidikan rendah dan partisipasi rendah berjumlah 5 orang. Data-data tersebut menunjukkan bahwa, terlihat adanya hubungan antara tingkat pendidikan dan tingkat partisipasi masyarakat di kasus wilayah Tengah. Responden yang memiliki pendidikan tinggi memiliki pola pikir untuk yang optimis terhadap program septic tank kolektif ini dapat terus berjalan. Hasil analisis di kedua wilayah penelitian memiliki hasil yang berbeda. Di wilayah Hulu, tingkat pendidikan bukan menjadi faktor yang terlalu berpengaruh, sedangkan di Kampung Cilebak justru sebaliknya.

Hubungan Tingkat Lama Bergabung Komunitas terhadap Tingkat Partisipasi Masyarakat

Lama bergabung menjadi anggota komunitas merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tingkat partisipasi masyarakat. Semakin lama anggota bergabung dalam sebuah komunitas, maka semakin tinggi tingkat partisipasinya. Angggota yang sudah lama bergabung dalam komunitas akan mengetahui kondisi

komunitasnya. Rasa memiliki dengan program septic tank kolektif akan lebih kuat. Untuk itu, anggota lama cenderung berusaha untuk terus aktif demi keberlanjutan program. Data kuesioner menunjukkan bahwa 53.3 persen responden di Kampung Dara Ulin memiliki waktu lama bergabung tinggi yaitu pada rentang 10-14 tahun. Pembentukan kelompok binaan WPL di Cilebak baru dilakukan pada tahun 2008. Data menunjukkan bahwa 40.7 persen responden di Kampung Cilebak memiliki tingkat lama bergabung yang tinggi yaitu selama 5-6 tahun.

Tabel 15 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat partisipasi dan tingkat lama bergabung dalam komunitas di Kampung Dara Ulin tahun 2014

Tingkat Partisipasi

Tingkat Lama Bergabung dalam Komunitas

Tinggi Sedang Rendah

n % n % n %

Tinggi 14 87.5 3 100 3 27.3

Sedang 2 12.5 0 0 5 45.4

Rendah 0 0 0 0 3 27.3

Total 16 100.0 3 100 11 100.0

Berdasarkan Tabel 15 diperoleh data bahwa responden dengan tingkat lama bergabung tinggi (10-14 tahun) dan tingkat partisipasi tinggi berjumlah 14 orang. Anggota komunitas ini sudah bergabung di dalam komunitas sebelum adanya septic tank kolektif. Sebagian dari mereka merupakan pengurus aktif dalam program septic tank kolektif. Mereka yang telah lama bergabung mempunyai kesempatan aktif mulai dari proses perencanaan sampai evaluasi dan monitoring. Mereka sampai saat ini masih aktif dalam kegiatan WPL. Baik septic tank kolektif, air bersih maupun program penghijauan. Mereka mengaku menginginkan kondisi sungai Citarum yang “membaik”. Minimal yang mereka lakukan untuk mengurangi kerusakan yang terus terjadi di Sungai Citarum akibat banyaknya limbah pabrik di Hulu sungai.

Responden dengan tingkat lama bergabung tinggi (10-14 tahun) dan tingkat partisipasi sedang berjumlah 2 orang. Responden ini biasanya berkeja harian, baik di kantor maupun di pabrik. Mereka hanya bisa aktif saat kegiatan WPL dilaksanakan di akhir pekan. Tetapi, tiap kali mereka hadir rapat, mereka masih aktif memberikan ide atau masukan bagi program septic tank kolektif ini. Responden yang telah bergabung selama tidak ada yang memiliki tingkat partisipasi rendah. Memang anggota yang lebih lama bergabung akan memiliki tanggung jawab moral yang lebih tinggi terhadap keberlanjutan program septic tank kolektif ini.

Semua responden dengan tingkat lama bergabung sedang (5-9 tahun) memiliki tingkat partisipasi tinggi. Rasa kepemilikan terhadap septic tank kolektif ini menjadi alasan untuk aktif dalam kegiatan septic tank kolektif. Kebutuhan akan keberadaan septic tank kolektif membuat masyarakat bersedia untuk terus menjaga kondisi septic tank kolektif. Terdapat 27.3 persen dari responden yang memiliki tingkat lama bergabung dalam komunitas rendah (0-4 tahun) namun dan memiliki partisipasi tinggi. Alasan mereka untuk aktif dalam kegiatan septic tank kolektif, mulai dari rapat evaluasi sampai dengan kerja bakti adalah perihal

kebutuhan. Mereka menganggap, kebutuhan akan septic tank kolektif ini sangat kuat di masyarakat Kampung Dara Ulin. Sebanyak 45.4 persen responden dari tingkat lama bergabung rendah (0-4 tahun) yang memiliki partisipasi sedang. Hal ini dikarenakan mereka yang tidak dapat ikut dari tahap perencanaan program. Mereka hanya merasakan manfaat dan membantu merawat fasilitas septic tank kolektif ini. Mereka yang hanya memanfaatkan septic tank kolektif tanpa mau aktif di kegiatan septic tank kolektif berjumlah 3 orang. Semua responden dengan tingkat partisipasi kategori rendah baru bergabung di Komunitas WPL selama rentang waktu 0-4 tahun.

Tabel 16 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat partisipasi dan tingkat lama bergabung dalam komunitas di Kampung Cilebak tahun 2014

Tingkat Partisipasi

Tingkat Lama Bergabung dalam Komunitas

Tinggi Sedang Rendah

n % n % n %

Tinggi 3 27.3 1 14.3 0 0

Sedang 7 63.6 5 71.4 3 33.3

Rendah 1 9.1 1 14.3 6 66.7

Total 11 100 7 100.0 9 100.0

Berdasarkan Tabel 16 diketahui bahwa 66.7 persen responden dengan tingkat lama bergabung rendah (0-1 tahun) memiliki tingkat partisipasi yang rendah. Responden dengan lama bergabung selama 0-1 tahun merupakan para pendatang baru yang menggunakan fasilitas septic tank kolektif ini. Mereka yang baru bergabung dalam komunitas pengguna septic tank kolektif ini tidak memiliki kesempatan yang sama untuk terlibat dari tahap awal. Mereka tidak mengikuti tahap perencanaan sampai pada pelaksanaan. Pada saat evaluasi dan monitoring juga tidak pernah, karena dalam jangka 0-1 tahun kebelakang rapat evaluasi belum pernah diadakan lagi. Keikutsertaan mereka tidak lain memberikan sumbangan materi dan tenaga untuk kerja bakti.

Responden dengan tingkat lama bergabung tinggi (5-6 tahun) dan memiliki tingkat partisipasi tinggi berjumlah 3 orang, sedangkan yang memiliki partisipasi sedang berjumlah 7 orang. Responden yang sudah bergabug selama 5-6 tahun merupakan masyarakat yang sejak tahap perencanaan aktif turut serta. Beberapa dari responden juga merupakan pengurus septic tank kolektif yang saat ini sudah bubar kepengurusan. Namun, masih ada anggota yang masih bersedia aktif untuk mengajak masyarakat juga turut serta dalam kegiatan septic tank kolektif. Lainnya merupakan anggota yang bergabung untuk menjadi pengguna septic tank kolektif. Mereka memiliki intensitas yang tinggi dalam kelompok, namun tidak banyak memberikan ide bagi keberlanjutan program.

Berdasarkan analisis di kedua wilayah, faktor lama bergabung dalam kelompok memiliki hubungan terhadap tingkat partisipasi di kedua wilayah penelitian. Semakin lama anggota bergabung dalam kelompok maka semakin