Desa Nanjung terletak di kecamatan Margaasih kabupaten Bandung Jawa Barat. Desa ini masuk kedalam wilayah Hulu sungai Citarum pada Sub DAS Cikapundung. Desa Nanjung memiliki luas wilayah 319.828 Ha dengan 34 493.5 Ha menjadi wilayah pemukiman. Desa Batas wilayah Desa Nanjung disebelah Utara berbatasan dengan Desa Margaasih. Sebelah Timur dengan Desa Mekar Rahayu atau Desa Cigondewah Hilir, sebelah Barat dengan Desa Jelegong dan sebelah Selatan dengan Desa Gajah Mekar. Jarak tempuh dari pusat pemerintahan kecamatan hanya sejauh 3 km. Desa Nanjung terbagi menjadi 3 Dusun, 6 Kampung, 13 Rukun Warga (RW) dan 73 Rukun Tetangga (RT). Kampung ini dibagi berdasarkan cakupan Rukun Warga (RW) yang ada di Desa Nanjung. Luas persawahan di Desa Nanjung seluas 20 696.1 Ha atau berkisar 30% dari luas wilayah yang ada. Berdasarkan informasi yg diperoleh di lapang 85% luas persawahan yang ada sudah dimiliki oleh orang-orang diluar Desa Nanjung. Biasanya dipakai menjadi kepemilikan pabrik atau biasa disebut sebagai “tanah petrik”. Kampung Dara Ulin merupakan salah satu kampung yang masuk ke wilayah Desa Nanjung. Kampung Dara Ulin meliputi wilayah RW 06 dan 07. Kampung Dara Ulin berada di wilayah yang dikelilingi oleh aliran sungai Citarum lama dan Citarum baru. Kampung Dara Ulin sebagian wilayahnya sudah menjadi lahan pemukiman penduduk. Sedikit yang masih menjadi lahan pertanian. Masyarakat memanfaatkan jembatan gantung sebagai akses mereka menuju wilayah lain. Akses menuju Kampung Dara Ulin tidak terlalu baik. Jalanannya banyak yang sudah rusak dan sulit dilalui.
Penduduk Desa Nanjung berjumlah 15 926 Jiwa, terdiri dari 8 115 Jiwa laki-laki dan 7 511 jiwa perempuan. Distribusi penduduk di setiap wilayah RW beragam. Berikut dipaparkan data persebaran penduduk menurut wilayah Rukun Warga (RW). Desa Nanjung merupakan wilayah yang tergolong pedesaan dengan sosial kemasyarakatan yang kental akan nilai budaya. Bahasa Sunda masih menjadi bahasa ibu yang digunakan masyarakat Desa Nanjung. institusi/kelembagaa yang terbentuk di Desa Nanjung merupakan salah satu wadah untuk meningkatkan solidaritas dan partisipasi masyarakat. Kelembagaan yang dibentuk berhubungan dengan kegiatan keagamaan, pendidikan, kesehatan dan kepentingan sosial. Kelompok pengajian, kelompok arisan, dewan pengurus masjid, Program Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan kelompok kepemudaan merupakan institusi yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kelompok ini aktif kurun waktu mingguan atau bulanan. Kegiatan berupa posyandu, pelatihan ibu hamil dan program PMT yang masih dijalankan oleh kader setempat. Pengajian juga dilakukan secara rutin dengan kelompok pengajian berdasarkan jenis kelamin dan usia. Pengajian anak-anak SD dilakukan setelah waktu shalat Isya sampai dengan pukul 21.00. penduduk Kampung Dara Ulin terlihat rukun dan damai. Sistem gotong-royong di wilayah ini masih terasa sangat kental. Tolong-menolong menjadi nilai moral yang tinggi bagi penduduk sekitar. Kekeluargaan di Kampung Dara Ulin masih sangat kuat.
Tabel 2 Jumlah penduduk menurut wilayah RW dan jenis kelamin di desa Nanjung tahun 2011
Rukun Warga (RW)
Laki-laki Perempuan Jumlah KK Jumlah
penduduk % 01 947 895 488 1 842 11.60 02 759 810 387 1 569 9.85 03 591 541 325 1 132 7.11 04 546 530 285 1 076 6.76 05 514 497 270 1 011 6.35 06 929 853 457 1 782 11.20 07 858 889 432 1 747 11.00 08 769 677 369 1 446 9.08 09 357 325 200 682 4.28 10 301 314 163 615 3.86 11 663 712 350 1 375 8.63 12 616 527 338 1 143 7.18 13 265 241 506 506 3.18 Total 8 115 7 511 4 268 15 926 100.00
Sumber : Buku potensi dan perkembangan Desa Nanjung (2011)
Berdasarkan data kependudukan yang diperoleh dari Buku Potensi dan Perkembangan Desa Nanjung Tahun 2011 jumlah penduduk terbanyak berada di wilayah RW.01. Penduduk terbanyak berada di Kampung Jati yang meliputi 4 RW, yaitu RW 01, 02, 11 dan 12. Kampung Dara Ulin yang mencakup RW 06 dan 07 memiliki 889 KK. Kampung Dara Ulin termasuk kedalam wilayah yang pada penduduk. Penduduk Kampung Dara Ulin sebagian besar beragama islam. Kampung Dara Ulin banyak dihuni oleh penduduk asli. Banyak dari penduduk yang lahir dan besar diwilayah tersebut. Antar tetangga masih memiliki ikatan keluarga.
Tingkat pendidikan masyarakat Desa Nanjung masih tergolong sedang. Data yang diambil dari Buku Potensi dan Perkembangan Desa Nanjung tahun 2008, penduduk Desa Nanjung 19,67 persen merupakan tamaran SLTP/SMP sederajat. Penduduk dengan pendidikan di tamatan SD sebanyak 12,19 persen dan 15,11 persen penduduk tidak tamat SD. Hanya sebagian kecil penduduk yang menikmati pendidikan di SLTA/SMA sederajat (12,85%) dan pendidikan tinggi (11,1%). Pendidikan di masyarakat Kampung Dara Ulin masih tergolong rendah. Sebagian besar penduduk hanya menyelesaikan pendidikan mereka di tingkat Sekolah Dasar (SD) atau Sekolah Rakyat (SR). Masyarakat yang terpaksa hanya berpendidikan rendah karena tidak memiliki biaya. Mereka banyak yang menyekolahkan anak-anak mereka ke pendidikan yang jauh lebih tinggi, bahkan sampai merantau. Pendidikan disini masih dianggap sebagai warisan yang penting bagi anak-anaknya.
Potensi lahan pertanian yang cukup tinggi di wilayah Desa Nanjung menjadi mata pencaharian utama penduduk. Penduduk Desa Nanjung 49,68 persen bermata pencaharian sebagi petani dan buruh tani. Penduduk memanfaatkan potensi lahan pertanian yang ada. Masyarakat yang menjadi buruh
tani biasanya menggarap lahan milik orang lain. Kepemilikan lahan di wilayah Desa Nanjung sudah banyak dimiliki oleh orang di luar Desa Nanjung. Kampung Dara Ulin merupakan sentra pembuatan topi. Penduduk Kampung Dara Ulin sudah sedikit yang bertani atau menjadi buruh tani. Ada juga buruh tani yang hanya bekerja musiman. Mereka yang hanya mengambil sisa-sisa panen yang ada disawah lalu dijual atau dimakan sendiri. Sebagian besar dari buruh tani di Kampung Dara Ulin masih menggarap lahan orang lain yang bagi hasilnya beragam. Sebagian besar penduduk Kampung Dara Ulin bekerja sebagai buruh, salah satunya buruh pabrik pembuatan topi. Penduduk RW 06 khususnya, banyak yang bekerja menjadi buruh lepas, seperti buruh bangunan. Penduduk Kampung Dara Ulin pun banyak yang memilih untuk bekerja lepas waktu, seperti wiraswasta. Usaha yang dijalankan beragam. Ada yang usaha dibidang air minum, jual beli lahan sampai dengan jual beli kayu. Penduduk wanita biasanya bekerja di bidang domestik. Salah satunya membuka warung di dekat rumah untuk menambah penghasilan.
Desa Rancamanyar, Kampung Cilebak
Desa Rancamanyar terletak di kelurahan Baleendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Desa ini memiliki luas wilayah 352.450 Ha. Desa Rancamanyar masih masuk ke wilayah tengah aliran sungai Citarum dengan sub DAS Cikapundung. Wilayah Desa ini berbatasan langsung dengan Desa Sukamukti, Kecamatan Ketapang disebelah Barat. Disebelah Timur dibatasi dengan Desa Bojong Malaka, Sebelah Utara dengan Desa Cangkuang Kulon dan Desa Rancamulya di sebelah Selatan. Topografi wilayah Desa Rancamanyar termasuk ke dataran rendah dengan ketinggian 300-400 mdpl (meter diatas permukaan laut). Wilayah Desa Rancamanyar memiliki curah hujan 3000-4500 mm/tahun. Desa Rancamanyar menjadi langganan banjir tiap kali hujan turun. Banjir ini disebabkan karena meluapnya sungai Citarum dan rendahnya kontur wilayah Desa Rancamanyar. Kampung Cilebak merupakan salah satu wilayah Desa Rancamanyar yang terdiri dari 5 Rukun Warga (RW) yaitu RW 02, 03, 04, 17 (Regency) dan 20. Akses menuju Kampung Cilebak tergolong baik. Jika hujan turun, akses jalan tertutup air dan tidak bisa dilalui oleh kendaraan roda dua.
Desa Rancamanyar memiliki penduduk berjumlah 28 137 jiwa, dengan penduduk laki-laki berjumlah 14 911 jiwa dan 13 226 penduduk wanita. Tingkat pendidikan di wilayah Kampung Cilebak dapat dikatakan sedang. Sudah banyak masyarakat yang mengenyam bangku pendidikan hingga tingkat SLTP/SMP sederajat. Ada pula yang menjadi lulusan Sekolah Dasar (SD) sederajat. Kampung Cilebak banyak dihuni oleh pendatang baru dari luar Bandung. Banyaknya pendatang ini juga merupakan konsekuensi dibangunnya regency atau perumahan besar diwilayah Kampung Cilebak. Dibukanya regency dan perumahan penduduk kelas atas membawa dampak baik bagi penduduk sekitar. RW 02, 03, dan 04 memiliki karakteristik kependudukan yang serupa, sedangkan RW 17 dan 20 memiliki karakteristik tersendiri. RW 02, 03, dan 04 dihuni oleh masyarakat golongan menengah ke bawah sedangkan RW 17 dan 20 tergolong menengah keatas. Penduduk dengan golongan menengah ke atas di Kampung Cilebak banyak bekerja di sektor informal. Penduduk laki-laki biasanya bekerja sebagai buruh dan perempuan sebagai pembantu rumah tangga di perumahan sekitar. Ada
pula yang bekerja di perusahaan swasta seperti perusahaan provider telepon genggam, perusahaan air minum sampai dengan perusahaan negara.
Desa Rancamanyar terletak tidak jauh dari pusat kota. Sudah banyak fasilitas yang dapat menunjang kebutuhan masyarakat. mulai dari fasilitas kesehatan sampai dengan hiburan. Menjamurnya ruko-ruko perbelanjaan di wilayah Desa Rancamanyar menjadi salah satu indikator pembangunan desa. Desa Rancamanyar juga menjadi incaran para investor untuk membangun perumahan besar disana. Hal inilah yang membuat desa ini sudah tergolong ke masyarakat perkotaan. Masyarakatnya sudah lebih heterogen dibandingkan dengan Desa Nanjung. Nilai-nilai kekeluargaan dan solidaritas tidak lagi sekental dulu. Masyarakat Kampung Cilebak Khususnya tak lagi mengenal budaya gotong- royong dan tolong-menolong. Masyarakat sudah menilai segalanya dengan materi (uang). Bahkan, sistem gotong-royong yang lebih membutuhkan partisipasi aktif masyarakat, justru dijadikan ajang menjaring uang denda. Kelembagaan keagamaan yang masih kental terasa di wilayah ini karena aktifnya masjid-masjid di Kampung Cilebak. Masjid banyak dijadikan tempat berkumpul masyarakat. pengajian menjadi waktu berkualitas masyarakat untuk saling bertemu dan tegur sapa.
PROFIL KOMUNITAS WARGA PEDULI LINGKUNGAN