• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU TOLERANSI INTRA-AGAMA DI SMK KARYA NUGRAHA DAN SMK

C. Analisis Implementasi Pembelajaran PAI untuk Meningkatkan Perilaku Toleransi Intra-Agama

C. Analisis Implementasi Pembelajaran PAI untuk Meningkatkan Perilaku Toleransi Intra-Agama

Ruang lingkup pendidikan agama Islam meliputi Al-Qur’an, Aqidah, Akhlak, Fiqih serta Tarikh dan kebudayaan Islam, pendidikan agama Islam lebih

menekankan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian antara hubungan

manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia sesama manusia, hubungan

97 Bahari, Toleransi..., 53.

manusia dengan diri sendiri dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.99 Berdasarkan temuan penelitian yang telah dikemukakan pada Bab II dan III

dapat diketahui bahwa implementasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam

untuk meningkatkan perilaku toleransi di SMK Karya Nugraha Boyolali dan

SMK Muhammadiyah 04 Boyolali telah berjalan dengan baik, walaupun

dalam pelaksanaannya sangatlah berbeda, hal ini dikarenakan adanya latar

belakang dari sekolah tersebut. Jika SMK Karya Nugraha Boyolali itu berada dibawah lembaga pendidikan Ma‘arif, yang merupakan bagaian dari organisasi Nahdlatul Ulama, sedangkan SMK Muhammadiyah 04 Boyolali

berada dibawah majelis pendidikan dasar dan menengah dari organisasi

Muhammadiyah.

Para siswa pun juga telah memiliki sikap dan perilaku dalam

bertoleransi intra-agama, hal ini dapat terlihat ketika mereka menerima

dengan baik ketika ada teman yang memiliki tatacara beribadah yang berbeda,

siswa juga tetap bersikap baik kepada tetangga yang memiliki keyakinan

berbeda, asalkan tidak bertentangan dengan agama Islam.100 Dengan melihat penjelasan diatas maka dapat dipahami bahwa dari segi pembelajarannya

mempunyai perbedaan, perbedaannya terletak penggunaan kurikulum dari

kedua sekolah tersebut, apabila di SMK Karya Nugraha Boyolali sudah

sepenuhnya menggunakan kurikulum 2013 secara penuh. Maka berbeda

halnya dengan yang ada di SMK Muhammadiyah 04 Boyolali, di SMK

99 Mudofar Mughni, “Pendidikan Agama Islam Berwawasan Multikultural”, dalam Zainal

Abidin (ed.), Pendidikan Agama Islam Dalam Perspektif Multikulturalisme, Jakarta: Balai

Penelitian dan Pengembangan Agama, 2009: 121-122.

100 Wawancara dengan Dewi Fitriyani siswi SMK Muhammadiyah 04 Boyolali pada

Muhammadiyah 04 Boyolali masih mengaitkannya dengan kurikulum

terdahulu, yaitu kurikulum KTSP. Yang dalam hal ini terlihat di dalam

penggunaan buku ajarnya yang masih berpedoman menggunakan kurikulum

yang lama.

Jika di SMK Karya Nugraha Boyolali mata pelajaran pendidikan

agama Islam diajarkan secara terpadu, lain halnya di SMK Muhammadiyah

04 Boyolali yang dalam pengajaran pendidikan agama Islam dilaksanakan

secara terpisah-pisah. Di SMK Muhammadiyah 04 Boyolali terbagi menjadi

enam mata pelajaran yaitu mapel al-qur‘an, aqidah, akhlaq, ibadah, tarikh, dan juga ke-Muhammadiyahan, yang setiap mapelnya masing-masing diampu

oleh satu guru.

Di kedua sekolah tersebut tidak ada perlakuan khusus atau

membeda-bedakan kepada para siswa dari para gurunya. Semua akan diperlakukan

sama, walaupun ketika siswa tersebut memiliki latar-belakang organisasi atau

aliran yang berbeda. Begitu juga dalam hal tata cara ibadah sehari-hari. Setiap

sekolah mempunyai ciri khas tersendiri didalam mengajarkan pendidikan

agama Islam kepada para siswanya. Jika di SMK Karya Nugraha Boyolali menggunakan aturan yang ada di lembaga pendidikan Ma‘arif dari Nahdlatul Ulama dengan adanya tambahan mata pelajaran khusus tentang ke-Nuan,

sedangakan di SMK Muhammadiyah 04 Boyolali mengikuti aturan dari

Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah dari Muhammadiyah yang

Tabel 4.1. Indikator Toleransi Intra-Agama

Sekolah Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 SMK Karya Nugraha Boyolali Adanya kebebasan dalam menjalankan tatacara ibadah yang berbeda ketika dirumah

Guru dan siswa

sadar akan adanya kebenaran terhadap kelompok lain Terbentuknya ukhuwah Islamiah, dan meningkatnya

rasa kasih sayang

SMK Muhammadiyah 04 Boyolali Siswa bebas menggunakan tatacara ibadah yang berbeda ketika diluar sekolah Siswa memahami dan menghormati akan perbedaan yang ada di dalam agama Islam Tumbuhnya sikap kebersamaan di dalam menjalankan ibadah sehari-hari

Sumber: Hasil Observasi dan Wawancara dengan Para Guru Pendidikan

Agama Islam di SMK Karya Nugraha dan SMK Muhammadiyah 04

Dari penjelasan diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwasanya

dalam meningkatkan toleransi intra agama kepada siswa baik itu di SMK

Karya Nugraha Boyolali maupun di SMK Muhammadiyah 04 Boyolali sudah

terlihat adanya perilaku toleransi intra-agama, walaupun toleransi tersebut

masih mengarah kepada toleransi negatif atau toleransi pasif. Hal ini nampak

dalam sikap dan perilaku siswa untuk membiarkan atau tidak mengganggu

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

1. Implementasi pembelajaran agama Islam di SMK Karya Nugraha

Boyolali mempergunakan kurikulum tahun 2013, pembelajaran yang

dilaksanakan di SMK Karya Nugraha untuk mencakup kompetensi sikap,

pengetahuan, dan keterampilan. Dalam implementasinya mata pelajaran

pendidikan agama Islam diselenggarakan selama tiga jam pelajaran,

dengan satu jam pelajarannya selama 45 menit. Sedangkan Untuk

pembelajaran agama Islam di SMK Muhammadiyah 04 Boyolali juga

menggunakan kurikulum tahun 2013, akan tetapi dalam penggunaan buku

sumber belajar masih berpedoman kepada kurikulum KTSP. Untuk mata

pelajaran pendidikan agama Islam di SMK Muhammadiyah 04 Boyolali

terbagi menjadi lima mata pelajaran (Al-Qur‘an, Fiqih/Ibadah, Tarikh, Aqidah, Akhlaq). Selain hal-hal tersebut kaitannya dengan strategi,

metode, Sumber, media, materi maupun evaluasi pembelajaran yang

dipergunakan juga mempunyai perbedaan dalam implementasi pendidikan

agama Islam.

2. Faktor pendukung didalam keberhasilan implementasi pembelajaran

pendidikan agama Islam untuk meningkatkan toleransi intra agama adalah

dengan tersedianya buku-buku mata pelajaran yang berisi materi yang

toleran, adanya penyampaian tentang perbedaan-perbedaan yang ada di

tanpa ada suatu hal yang ditutup-tutupi, dengan begitu harapannya akan

tumbuh sikap memahami dan menyadari, menghargai, tidak memaksakan

kehendak terhadap perbedaan yang ada, agar dapat terwujudnya persatuan

dan kesatuan di dalam agama Islam. Sedangkan faktor penghambatnya

yaitu perbedaan latar belakang organisasi dari siswa itu sendiri, yang

biasanya dalam diri siswa itu sendiri sudah di doktrin kalau paham saya

adalah yang paling benar, serta faktor dari Lingkungan siswa, teman

pergaulan, yang membawa pengaruh kurang baik, yang melahirkan sikap

fanatik terhadap kelompok yang diikuti (dikasih tahu juga tidak mau),

semua itu dikarenakan Kurangnya pemahaman siswa tentang ilmu agama

terutama yang berkaitan dengan ilmu dasar-dasar khilafiyah.

3. Upaya-upaya untuk meningkatkan toleransi intra-agama di SMK Karya

Nugraha dengan menyampaikan berbagai macam-macam aliran, mazhab,

di dalam agama Islam. Selain itu ketika seorang siswa sudah memiliki

pemahaman atau keyakinan yang berbeda dengan yang ada di sekolah,

maka tugas seorang guru adalah memberikan pendalaman dan membekali

dengan ilmu agama dan ilmu yang berkaitan dengan toleransi. Untuk di

SMK Muhammadiyah 04 Boyolali lebih menekankan pada penjelasan

dalil-dalil yang berhubungan dengan masalah-masalah khilafiyah. Dengan

diberikannya pemahaman maupun pengertian tentang pentingnya toleransi

B. Saran

Implementasi pembelajaran pendidikan agama Islam untuk meningkatkan

toleransi intra agama di SMK Karya Nugraha Boyolali dan SMK

Muhammadiyah 04 Boyolali sudah berjalan dengan baik dan dapat mencapai

tujuan pembelajaran yang diharapkan. Akan tetapi masih ada sebagian siswa

yang belum memahami hakikat dari toleransi intra agama, saran dari peneliti

dapat dijadikan bahan pertimbangan yaitu:

1. Dalam penyampaian materi sebaiknya menggunakan strategi dan media

pembelajaran yang bervariasi.

2. Sebaiknya guru menciptakan kelas yang nyaman bagi para siswa. Dan

juga guru harus dapat menguasai dan mengatur kelas dengan baik.

3. Guru harus lebih terbuka didalam menjelaskan materi yang berkaitan

dengan masalah khilafiyah, agar tidak timbul sikap fanatik yang

berlebihan didalam diri siswa.

4. Sekolah sebaiknya menambah koleksi buku-buku yang berkaitan dengan

perbedaan-perbedaan di dalam agama Islam, agar para siswa dapat

mendapat pengetahuan yang luas, tidak hanya apa yang didapat melalui