IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
B. Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Muhammadiyah 04 Boyolali
1. Profil Sekolah
SMK Muhammadiyah 04 Boyolali berdiri pada tahun 1997. Sekolah ini
secara geografis terletak di Jl. Lembayung No. 04 Boyolali yang masuk
kedalam kelurahan Pulisen kabupaten Boyolali, Kode Pos 57316. SMK
Muhammadiyah 04 Boyolali berdiri diatas tanah dan yayasan
Muhammadiyah dengan luas keseluruhan 8.106 m2.47 SMK Muhammadiyah 04 Boyolali bernaung di bawah yayasan Muhammadiyah
cabang kabupaten Boyolali. SMK Muhammadiyah 04 mempunyai 7
program keahlian: pertama, teknik pemeliharaan mekanik industri (MI);
kedua, teknik kendaraan ringan (KR); ketiga, teknik sepeda motor (SM);
keempat, rekayasa perangkat lunak (TI/RPL); kelima, jasa boga (JB);
keenam, farmasi (FM); ketujuh, multimedia (MM).
Visi SMK Muhammadiyah 04 Boyolali adalah Disiplin, Islami,
Produktif serta berwawasan lingkungan untuk menghasilkan tamatan yang
profesional sehingga mampu bersaing di era global. Selanjutnya, SMK
Muhammadiyah 04 Boyolali mempunyai misi sebagai berikut:
a. Menyiapkan tamatan yang berkepribadian muslim yang unggul dan
mampu mengendalikan diri
b. Menghasilkan tenaga terampil dibidangnya sesuai dengan kompetensi
keahlian, serta mampu bersaing di dunia kerja
47 Wawancara dengan Alif Agus Sutesna Kepala Sekolah SMK Muhammadiyah 04
c. Menyiapkan tamatan yang mampu berwirausaha, menguasai teknologi
informasi dan peduli lingkungan
d. Mewujudkan lingkungan sekolah yang nyaman, bersih, asri, hijau,
indah dan sehat serta melestarikan fungsi lingkungan
e. Menyiapkan SMK Muhammadiyah 04 Boyolali sekolah yang mandiri
yang berwawasan lingkungan48
Keberadaan tenaga pendidik yang kompeten di sekolah merupakan
syarat mutlak yang harus dipenuhi. Demikian pula halnya dengan SMK
Muhammadiyah 04 Boyolali. Hingga saat ini SMK Muhammadiyah 04
Boyolali telah memiliki 58 orang guru dan 20 tenaga kependidikan. Yang
semuanya berstatus sebagai guru maupun pegawai tetap yayasan. Dari 78
orang guru tersebut, 3 orang berpendidikan Strata dua (S2), dan sisanya
75 orang berpendidikan ≤ S1.
Jumlah siswa di SMK Muhammadiyah 04 Boyolali pada tahun
ajaran 2016/2017 adalah 1.189 siswa. Terdiri dari 526 siswa kelas X, 348
siswa kelas XI, dan 315 siswa kelas XII. Rombongan belajar yang
diselenggarakan di SMK Muhammadiyah 04 Boyolali berdasarkan
jurusan yang dipilih para siswa ada 36 kelas dengan rincian kelas X ada
enam belas kelas, kelas XI ada sebelas kelas, dan sepuluh kelas untuk
kelas XII.
48 Heri Kristianto, Selayang Pandang SMK Muhammadiyah 04 Boyolali Siap Menyambut
2. Strategi Pembelajaran
SMK Muhammadiyah 04 Boyolali menggunakan berbagai strategi
pembelajaran di antaranya, pertama, Active Learning, dalam pembelajaran
ini peserta didik dituntut untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran,
seperti menemukan, memproses dan memanfaatkan informasi, sehingga
peserta didik dapat mengamati, melakukan, dan berdiskusi dengan diri
sendiri maupun dengan temannya.49 Kedua, Cooperative Learning, yang merupakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk belajar secara berkelompok, saling membantu mengkonstruksi
konsep yang melibatkan empat sampai enam peserta didik.50
Dalam hal ini strategi yang dipakai guru PAI dalam menyampaikan
bab kemajemukan dan kebersamaan dengan cara membagi siswa kedalam
beberapa kelompok kecil, dan setiap kelompok di bagikan tema untuk
mendiskusikannya. Kelompok yang sudah selesai diminta untuk
menyampaikan hasil diskusinya. Dalam implementasinya guru tidak
membeda-bedakan kepada siswa, hampir semua siswa diperlakukan secara
adil ketika dibentuk kelompok diskusi, guru pendidikan agama Islam
memberi perhatian dengan mendekati setiap kelompok untuk ditanyakan
apa kesulitan yang dihadapi. Tahap ketiga guru dan siswa menyimpulkan
materi yang dibahas dan dilakukan penilaian pada akhir pembelajaran
dengan tes lisan dilanjutkan guru berpesan kepada para siswa untuk tetap
49 Haryanto Al-Fandi, Desain Pembelajaran yang Demokratis dan Humanis, Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2011, 247.
menghargai pendapat dan juga perilaku orang yang berbeda dengan
keyakinan kita, terakhir dilanjutkan dengan pemberian tugas.51
3. Metode Pembelajaran
Metode merupakan unsur penting dalam implementasi pembelajaran.
Metode digunakan dalam menentukan keberhasilan seorang pendidik
dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran pendidikan agama
Islam yang dilaksanakan di SMK Muhammadiyah 04 Boyolali, guru
senantiasa mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata dari
siswa itu sendiri. Tujuannya agar siswa memiliki gambaran berupa
pengalaman langsung. Seperti pada hasil observasi yang dilakukan kepada
salah satu guru pendidikan agama Islam mata pelajaran Tarikh, beliau
menyampaikan materi tentang perkembangan Islam pada masa modern.
Dalam hal ini guru mencari kemiripan nama dari tokoh pembaharuan
Islam dengan nama-nama artis yang populer di Indonesia. Misalnya, tokoh
pembaharuan Islam di Mesir yang bernama Muhammad Ali Pasya
dimiripkan dengan nama penyanyi yaitu Pasya Ungu. Tujuannya adalah
untuk memudahkan siswa dalam mengingat para nama tokoh
pembaharuan Islam tersebut.
Hal yang selalu dilakukan guru sebelum memulai pembelajaran,
guru menanyakan kefahaman kepada siswa tentang materi yang telah
disampaikan sebelumnya dan memberi kesempatan kepada mereka untuk
bertanya jika ada sesuatu yang masih belum bisa dipahami, kemudian
51 Observasi dengan Fintin Ariyani guru PAI SMK Muhammadiyah 04 Boyolali pada
memberikan stimulus dan arahan mengenai materi yang akan dipelajari
saat itu. Setelah itu guru menjelaskan pencapaian yang diinginkan dari
pembelajaran tersebut melalui slide ppt ataupun dengan ceramah interaktif.
Implementasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru pendidikan agama
Islam telah berupaya untuk tidak memisahkan antara hal yang bersifat
teoritis dan praktis. Selain memberi pengetahuan belajar juga diarahkan
untuk dapat dipahami dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini juga didukung dengan yang disampaikan oleh oleh guru
pendidikan agama Islam untuk mata pelajaran fiqih atau ibadah sebagai
berikut.
“Disini saya khusus mengajar mata pelajaran Fiqih atau ibadah, jika
dalam mapel ini sendiri saya lebih menitik beratkan kepada praktek langsung, sebab berkaitan dengan masalah ibadah. Jadi ketika dikelas saya lebih sering menggunakan metode ceramah terlebih dahulu untuk memberikan gambaran umumnya, baru setelah itu saya akan memberikan contoh tata caranya, kemudian siswa mempraktekkan, jadi tidak hanya teori semata. Ada juga praketek shalat jenazah, contoh shalat jama’ dan qasar”.52
4. Sumber Belajar
Mata pelajaran pendididkan agama Islam pendidikan agama Islam yang
ada di SMK Muhammadiyah 04 Boyolali diajarkan secara terpisah-pisah,
menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri. Untuk bahan ajar utamanya,
setiap jenjangnya khusus mata pelajaran pendidikan agama Islam
meggunakan buku modul Al Islam dan Kemuhammadiyahan yang
diterbitkan oleh Tim MGMP Al Islam dan Kemuhammadiyahan
52 Wawancara dengan Rini Rahmawati guru PAI SMK Muhammadiyah 04 Boyolali pada
Kabupaten Boyolali. Selain itu siswa juga diberikan tambahan materi dari
berbagai sumber lainnya seperti sumber belajar yang langsung dari
al-qur‘an dan al-hadits, dan juga sumber dari buku-buku yang berada dari
perpustakaan sekolah.
5. Media Pembelajaran
Penggunaan media dalam pembelajaran di kelas merupakan sebuah
kebutuhan yang tidak dapat ditinggalkan. Dalam hal ini, media
pembelajaran merupakan salah satu faktor pendukung yang efektif dalam
membantu terjadinya proses belajar, media pembelajaran merupakan
tempat dan pengirim pesan dari sumber pesan, dalam hal ini guru kepada
siswa.53
Hal ini diperkuat dari hasil wawancara dengan guru pendidikan agama
Islam mata pelajaran aqidah sebagai berikut:
“Media pembelajaran di sekolah ini bisa dibilang lengkap dan sudah memadai, bisa memenuhi kebutuhan proses belajar mengajar guru dan siswa dengan baik. Pemilihan materi ajar yang sesuai dengan media yang digunakan dapat menciptakan pembelajaran yang efektif, menyenangkan, serta dapat berjalan secara kondusif. Guru memang dituntut kreatif dan inovatif dalam mendesain pembelajaran agar dapat menarik perhatian siswa agar tidak monoton. Siswa juga di tuntut aktif agar dapat tercipta suasana yang interaktif antar guru dan siswa”.54
Media pembelajaran memang sangat mempengaruhi proses belajar
mengajar, karena media pembelajaran sangat membantu bagaimana siklus
perjalanan informasi dari guru kepada siswa. Tepatnya pemilihan media
53 Nunu Mahmun, “Media Pembelajaran: Kajian terhadap Langkah-langkah Pemilihan Media dan Implementasinya dalam Pembelajaran”, Jurnal Pemikiran Islam, Volume 37, Nomor 1 (Juni 2012), 27.
54Wawancara dengan Mulyono guru PAI SMK Muhammadiyah 04 Boyolali pada tanggal 9
pembelajaran akan melahirkan pembelajaran yang kondusif, dan
menyenangkan, maka dengan hal demikian tujuan dari materi yang
bersangkutan mudah dipahami oleh peserta didik.
6. Materi Pembelajaran
Pendidikan agama Islam terbagi menjadi lima mata pelajaran (Al-Qur‘an, Fiqih/Ibadah, Tarikh, Aqidah, Akhlaq). Adapun ruang lingkup bahan mata
pelajaran pendidikan agama Islam untuk SMA/SMK meliputi lima aspek, yaitu: Al-Quran/Hadis, yang lebih menekankan kepada kemampuan dalam membaca, menulis, dan menerjemahkan dengan baik dan benar; Keimanan, menekankan pada kemampuan memahami dan mempertahankan keyakinan, serta menghayati dan mengamalkan nilai-nilai asma‘ul husna sesuai dengan kemampuan peserta didik; Akhlak, menekankan pada pengamalan sikap terpuji dan menghindari perilaku atau akhlak tercela; Fiqih/ Ibadah, menekankan pada tata cara melakukan ibadah dan mu‘amalah yang baik dan benar; kemudian Tarikh dan Kebudayaan Islam, menekankan pada kemampuan dalam mengambil pelajaran (ibrah) dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh muslim yang berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena-fenomena sosial, untuk melestarikan dan mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.55
Selain lima aspek pokok dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam diatas SMK Muhammadiyah 04 Boyolali menambahkan satu mata
pelajaran khusus yaitu mata pelajaran ke-Muhammadiyahan, yang
menjadi ciri khusus dari SMK Muhammadiyah 04 Boyolali itu sendiri.
55 Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 211 Tahun 2011, Pedoman
7. Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi sebagai kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program
yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak,
dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi didalam pelaksanaannya.56 Dalam proses evaluasi pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam
menggunakan konsep penilaian autentik. Konsep penilaian autentik terdiri
dari konsep ipsative dengan menggunakan dua cara yaitu sebelum
pembelajaran dimulai, serta yang kedua yaitu diakhir pembelajaran.
Sedangkan konsep kedua dengan menggunakan konsep penilaian ability
test atau test kemampuan meliputi tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif
dan psikomotorik. Teknik penilaian terdiri dari test dan teknik non tes.
Bentuk-bentuk penilaian menggunakan tes tertulis, tes lisan, dan tes
perbuatan.
Berdasarkan hasil observasi di SMK Muhammadiyah 04 Boyolali
menunjukkan dari implementasi pembelajaran pendidikan agama Islam yang
sedang berlangsung terlihat sangat toleran. Hal ini didasarkan ketika guru
dalam menerima berbagai jawaban dari para siswa, juga memberikan
berbagai pandangan di dalam agama Islam. Berdasarkan hasil observasi
proses pembelajaran kegiatan belajar mengajar di sekolah. Meliputi
perencanaan, pelaksanaan serta tindak lanjut dalam pembelajaran.
Pembelajaran agama Islam di SMK Muhammadiyah 04 Boyolali memakai
kurikulum tahun 2013, akan tetapi dalam hal pelaksanaannya masih seperti
pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), seperti yang disampaikan
oleh guru pendidikan agama Islam mata pelajaran akhlaq dibawah ini: “Pembelajaran pendidikan agama Islam menggunakan k-13, pada jam pertama diawali dengan doa terlebih dahulu dengan dilanjutkan membaca bacaan shalat untuk semua kelas, doa belajar (roditubillah) baru kemudian pembelajaran dibuka dengan salam, presensi, penyampaian materi, metode belajar kelompok, anak diberikan materi untuk di diskusikan, selesai ditutup. Selain itu walaupun menggunakan k-13 akan tetapi materi pembelajarannya sama seperti pada KTSP, jadi
k-13 yang dikaitkan dengan KTSP”.57
Hasil observasi yang diperoleh pada kegiatan akhir pembelajaran, guru
selalu memberitahukan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya,
selain itu guru akan memberikan tugas sebagai konfirmasi materi yang telah
dipelajari dan mengulas kembali sedikit materi yang telah dipelajari agar siswa
semakin memahami apa yang telah dia pelajari.
57 Wawancara dengan Shiroth Amin guru PAI SMK Muhammadiyah 04 Boyolali pada