• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU TOLERANSI INTRA-AGAMA DI SMK KARYA NUGRAHA DAN SMK

A. Upaya di SMK Karya Nugraha Boyolali

Upaya untuk meningkatkan toleransi intra-agama yang ada di SMK Karya

Nugraha Boyolali seperti yang diungkapkan oleh guru pendidikan agama

Islam kelas XII sebagai berikut:

pertama, dengan memberikan penyampaian bahwa agama Islam ada bermacam-macam aliran; kedua, tidak membeda-bedakan layanan terhadap siswa yang berbeda aliran”.86

Pernyataan lain yang hampir sama juga diungkapkan oleh guru pendidikan

agama Islam kelas XI

satu, memberikan pendalaman bermahzab; dua, memberikan penyadaran dan memperdalam ilmu agama; tiga, siswa dibekali tentang ilmu toleransi, tidak dicekoki oleh doktrin-doktrin agama yang ekstrim; empat, tidak menganggap yang paling benar amaliah kita; lima, melibatkan dengan berbagai kegiatan, bersosial; enam, meningkatkan ukhuwah Islamiah;

84 Bahari, Toleransi ..., 59.

85 Zakiyuddin Baidhawy, Islamic Studies Pendekatan dan Metode, Yogyakarta: Insan

Abadi, 2011, 224.

86 Wawancara dengan Siti Qadariyah guru PAI SMK Karya Nugraha Boyolali pada tanggal

tujuh, meningkatkan ukhuwah basariah; delapan, saling bersilaturahmi

untuk memupuk rasa saling berkasih sayang dan memberi dorongan”.87

Dari upaya untuk meningkatkan toleransi intra-agama di SMK Karya

Nugraha Boyolali diatas maka dapat ditarik kesimpulan, bahwasanya

pentingnya bagi seorang guru untuk menyampaikan berbagai macam-macam

aliran, mazhab, di dalam agama Islam. Selain itu ketika seorang siswa sudah

memiliki pemahaman atau keyakinan yang berbeda dengan yang ada di

sekolah, maka tugas seorang guru adalah memberikan pendalaman dan

membekali dengan ilmu agama dan ilmu yang berkaitan dengan toleransi.

Yang harapannya melalui pembelajaran pendidikan agama Islam toleransi

intra-agama siswa dapat meningkat.

Toleransi intra-agama di sekolah dapat terlihat dalam perilaku antara

para guru dan para siswa dalam interaksinya dalam pembelajaran Pendidikan

Agama Islam ketika di kelas. Maupun interaksi ketika para siswa berinterksi

dengan warga sekolah yang lain, saat diluar jam pembelajaran pendidikan

agama Islam. Sebenarnya, setiap siswa telah mempunyai kesadaran dalam

menyikapi perbedaan yang ada lingkungan sekolah maupun dilingkungan

masyrakat tempat tinggalnya.

Hal ini tercermin dalam perilaku siswa yang tidak fanatik terhadap

kelompok yang diikutinya. Walaupun ketika berada di sekolah para siswa

ada yang merasa berbeda pendapat dengan gurunya akan tetapi para siswa

tersebut tetap mau untuk menerima ilmu yang telah disampaikan oleh

87 Wawancara dengan Mualim guru PAI SMK Karya Nugraha Boyolali pada tanggal 4-5

gurunya. Pihak sekolah telah memberikan penyadaran kepada para siswa

bahwa kita adalah satu aqidah, yaitu aqidah Islam.

1. Toleransi wajib ditekankan, wajib diterapkan agar dapat tenang tentram,

dengan begitu tidak akan muncul perpecahan.

2. Tidak membedakan layanan terhadap siswa yang berbeda aliran

3. Siswa wajib tahu dengan adanya berbagai macam perbedaan yang ada,

juga tidak melarang dalam perbedaan-perbedaan yang ada.88

Untuk itu, beberapa hal yang perlu dikembangkan dalam sistem

pembelajaran pendidikan agama Islam, antara lain, pertama, pendidikan

agama Islam perlu diarahkan agar siswa memahami doktrin-doktrin Islam

secara utuh dan menyeluruh, tanpa adanya hal-hal yang ditutup-tutupi;

kedua, pendidikan agama Islam perlu diarahkan pada pencerahan hati dan

kecerdasan emosional, tidak hanya tataran kognitif, agar umat mempunyai

wawasan akidah, ruhiyah dan moral tinggi, kemampuan empati, kemampuan

penghayatan dan interaksi dengan nilai-nilai Islam serta peka terhadap

persoalan-persoalan bersama yang sedang dihadapi; ketiga, pendidikan

agama Islam harus dapat memberikan stimulasi peserta didik mendapatkan

latihan-latihan sehingga memiliki skill bukan hanya sekedar value, sehingga

mereka terampil dalam beramal dan menyelesaikan masalah-masalah yang

komplek.89

88 Wawancara dengan Siti Qadariyah guru PAI SMK Karya Nugraha Boyolali pada tanggal

3 Mei 2017.

89Abdul Wahid, “Multikulturalisme dalam pendidikan agama Islam”, dalam Zainal Abidin

(ed.), Pendidikan Agama Islam Dalam Perspektif Multikulturalisme, Jakarta: Balai Penelitian dan

Ketiga langkah tersebut di atas merupakan sebuah langkah bijak bagi

guru ataupun seluruh pemegang kepentingan di suatu lembaga pendidikan di

Indonesia. Sehingga mampu menciptakan proses pembelajaran pendidikan

agama Islam di sekolah yang berwawasan luas yang pada akhirnya dapatr

menghasilkan lulusan para siswa yang inklusif dan toleran dalam menyikapi

berbagai macam keragaman yang ada dalam agamanya dan masyarakat90 Kondisi kerukunan beragama (toleransi intra-agama) dikalangan siswa SMK

Karya Nugraha Boyolali terasa sangat kental dan benar-benar sangat terasa

toleransinya. Hal ini tampak dari suasana di SMK Karya Nugraha Boyolali

ini bahwa tidak pernah terjadi permasalahan-permasalahan yang terkait

dengan konflik-konflik agama ataupun golongan.

Toleransi yang terjadi SMK Karya Nugraha Boyolali bukan untuk

menyatukan semua aliran atau paham. Tetapi lebih kepada sikap saling

mengakui keberadaan dari masing-masing untuk dapat menerima adanya

perbedaan, dan untuk membangun semangat kebersamaan. Hal ini dapat

mengakibatkan tidak terjadinya konflik antar siswa maupun dengan gurunya

yang berbeda aliran karena tidak ada sikap memaksakan paham. Sikap

mentolerir paham dalam beribadah ditunjukkan dengan tidak

mempermasalahkan satu pandangan aliran paham yang berbeda, mereka

tidak keberatan terhadap hal-hal yang tidak sesuai dengan paham maupun

tatacara beribadah yang dianut.

Ada yang bersikap toleran dengan membiarkan yang lain, namun

masih secara pasif, tanpa kehendak memahami, dan tanpa keterlibatan aktif

untuk bekerjasama. Bersikap toleran dengan meyakini kebenaran diri sendiri,

sambil berusaha memahami, menghargai, dan menerima kemungkinan

kebenaran yang lain, serta lebih jauh lagi, siap bekerja sama secara aktif di

tengah perbedaan”.91 SMK Karya Nugraha Boyolali mempunyai

program-program untuk meningkatkan toleransi intra agama kepada siswa:

“kalau program untuk meningkatkan perilaku toleransi intra agama,

dengan memberikan pemahaman kepada semua masyarakat sekolah, memberikan penyadaran untuk berpikir secara luas, juga melalui pembelajaran pendidikan agama Islam dikelas. Ini terwujud di dalam menangani setiap siswa tanpa ada sikap diskriminasi atau mengucilkan

kepada siswa yang berbeda aliran”.92

Hasil wawancara dengan salah satu siswa di SMK Karya Nugraha

Boyolali dia mengatakan bahwa siswa tersebut telah mampu bertoleransi

kepada teman, keluarga, maupun dengan masyarakat lingkungan tempat

tinggalnya yang mempunyai pandangan tatacara ibadah yang berbeda dengan

cara menghargainya tanpa pernah menyalahkan.93

91 Bahari, Toleransi..., 59.

92 Wawancara dengan bapak Sarbiyanto kepala SMK Karya Nugraha Boyolali tanggal 17

Mei 2017.

93 Wawancara dengan Sandi Kurniawan siswa SMK Karya Nugraha pada tanggal 4 Mei