• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU TOLERANSI INTRA-AGAMA (Studi Kasus di SMK Karya Nugraha dan SMK Muhammadiyah 04 Boyolali) - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU TOLERANSI INTRA-AGAMA (Studi Kasus di SMK Karya Nugraha dan SMK Muhammadiyah 04 Boyolali) - Test Repository"

Copied!
170
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM UNTUK MENINGKATKAN

PERILAKU TOLERANSI INTRA-AGAMA

(Studi Kasus di SMK Karya Nugraha dan SMK Muhammadiyah 04 Boyolali)

oleh

MUKHLIS ADI NUGRAHA NIM. 12010150029

Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan

Program Pascasarjana

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

“Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk Meningkatkan Perilaku Toleransi Intra-Agama (Studi Kasus di SMK Karya Nugraha dan SMK Muhammadiyah 04 Boyolali)”. Tesis Program Pendidikan Agama Islam (PAI), Program Pascasarjana, Institut Agama Islam Negeri Salatiga, 2017, pembimbing Dr. Benny Ridwan, M.Hum.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi pembelajaran PAI untuk meningkatkan perilaku toleransi intra-agama di SMK Karya Nugraha dan di SMK Muhammadiyah 04 Boyolali. Jenis penelitian ini adalah menggunakan kualitatif, dengan menggunakan teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang disajikan dalam bentuk verbal bukan dalam bentuk angka.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa implementasi pembelajaran PAI di SMK Karya Nugraha Boyolali telah menggunakan kurikulum 2013. Sedangkan SMK Muhammadiyah 04 Boyolali masih menggunakan buku ajar yang urutan materinya masih sama dengan yang ada di kurikulum KTSP. Jika PAI di SMK Karya Nugraha Boyolali diajarkan dalam satu mata pelajaran, berbeda halnya dengan di SMK Muhammadiyah 04 Boyolali, mata pelajaran PAI diajarkan secara terpisah-pisah. Faktor pendukung di dalam toleransi intra agama di SMK Karya Nugraha Boyolali adalah tersedianya sumber-sumber belajar yang memadai, dengan guru memberikan penjelasan yang berkaitan dengan macam-macam aliran, tanpa menjelek-jelekan; sedangkan untuk faktor penghambatnya ialah beragamnya latar belakang organisasi siswa yang membawa pengaruh kurang baik. Faktor pendukung di dalam toleransi intra agama di SMK Muhammadiyah 04 Boyolali adalah adanya kesadaran satu aqidah, dan pemahaman secara terbuka, selanjutnya untuk faktor penghambatnya ialah kurangnya pemahaman ilmu agama yang berkaitan dengan

khilafiyah yang memunculkan pandangan pribadi yang paling benar. Upaya-upaya untuk meningkatkan toleransi intra-agama di SMK Karya Nugraha dengan menyampaikan berbagai macam-macam aliran, mazhab di dalam agama Islam, juga memberikan pendalaman ilmu agama yang berkaitan dengan toleransi. Untuk di SMK Muhammadiyah 04 Boyolali lebih menekankan pada penjelasan dalil-dalil yang berhubungan dengan masalah-masalah khilafiyah.

Dengan diberikannya pemahaman tentang pentingnya toleransi dari guru maka harapannya siswa memiliki perilaku toleransi intra-agama.

(6)

ABSTRACT

"Implementation of Islamic Religious Education Learning to Improve the Behavior of Intra-Religious Tolerance (Case Study at SMK Karya Nugraha and SMK Muhammadiyah 04 Boyolali)". Thesis of Islamic Education Program (PAI), Graduate Program, State Islamic Institute of Salatiga, 2017, supervisor. Benny Ridwan, M. Hum.

This study aims to determine the implementation of learning PAI to improve the behavior of intra-religious tolerance in SMK Karya Nugraha and in SMK Muhammadiyah 04 Boyolali. This type of research is qualitative , using observation data collection techniques, interviews, and documentations. The data presented in verbal form.

Based on the results of research and discussion, it can be concluded that the implementation of learning PAI in SMK Karya Nugraha Boyolali has used the curriculum 2013. While SMK Muhammadiyah 04 Boyolali is still using textbooks that the sequence of material that is still exactly the same in the curriculum KTSP. If PAI in SMK Karya Nugraha Boyolali is taught in one subject, unlike the case in SMK Muhammadiyah 04 Boyolali, PAI subjects are taught separately. The supporting factor in intra-religious tolerance in SMK Karya Nugraha Boyolali is the availability of adequate learning resources, with teachers providing explanations related to the various streams, without vilifying; while for the inhibiting factor is the diverse background of student organizations that carry less good influence. Supporting factors in the tolerance of intra-religion in SMK Muhammadiyah 04 Boyolali is the awareness of one aqidah, and open understanding, furthermore for the inhibiting factor is the lack of understanding of religious knowledge related to khilafiyah that raises the most correct personal views. Efforts to increase intra-religious tolerance in SMK Karya Nugraha by conveying various schools, schools within the Islamic religion, also provide a deepening of religious knowledge related to tolerance. For SMK Muhammadiyah 04 Boyolali more emphasis on the explanation of the arguments relating to

khilafiyah problems. Given an understanding of the importance of tolerance from teachers, students' expectations have an intra-religious tolerance behavior.

(7)

PRAKATA

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah Swt. yang telah memberi

rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis

sebagai salah satu pelengkap persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan.

Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada teladan umat akhir zaman, Nabi

Muhammad Saw. Penulis menyadari dalam proses penulisan tesis ini tidak lepas

dari berbagai hambatan, namun berkat bimbingan, bantuan berbagai pihak, serta

ridha dari Allah Swt, penulisan tesis ini dapat selesai dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada yang terhormat :

1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri

Salatiga.

2. Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag. selaku Direktur Program Pascasarjana Institut

Agama Islam Negeri Salatiga.

3. Hammam, Ph.D. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam

Institut Agama Islam Negeri Salatiga

4. Dr. Benny Ridwan, M.Hum. selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, saran dan koreksinya dalam penulisan tesis ini.

5. Seluruh Guru Besar, Dosen beserta Staff Pascasarjana Institut Agama Islam

Negeri Salatiga, yang tidak mungkin disebutkan satu persatu, yang telah

banyak memberikan wawasan keilmuan dan kemudahan-kemudahan selama

(8)
(9)

HALAMAN JUDUL ...

BAB II IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM ... 14

A. Implementasi Pembelajaran PAI di SMK Karya Nugraha ...

1. Profil Sekolah ...

14

(10)

2. Strategi Pembelajaran ...

B. Implementasi Pembelajaran PAI di SMK Muhammadiyah 04 ...

1. Profil Sekolah ...

BAB III FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PAI UNTUK

MENINGKATKAN PERILAKU TOLERANSI INTRA AGAMA . 34

A. Faktor Pendukung ...

B. Faktor Penghambat ... 34

(11)

BAB IV UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU TOLERANSI

INTRA-AGAMA ...

A. Upaya di SMK Karya Nugraha Boyolali ...

B. Upaya di SMK Muhammadiyah 04 Boyolali ...

C. Analisis Implementasi Pembelajaran PAI untuk Meningkatkan

Perilaku Toleransi Intra-Agama ...

43

44

49

51

BAB V PENUTUP ...

A. Simpulan ...

B. Saran ... 56

56

58

DAFTAR PUSTAKA ... 59

LAMPIRAN ... 62

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1. Implementasi, Pendukung, dan Penghambat ... 42

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian

2. Pedoman Wawancara ...

3. Pedoman Observasi ...

4. Pedoman Dokumentasi ...

5. Hasil Wawancara ...

6. Surat Ijin Penelitian ...

7. Surat Bukti telah Melakukan Penelitian ...

8. Dokumentasi Foto ...

9. Lembar Konsultasi Pembimbing ...

10.Biodata Penulis ...

11.Pernyataan Keaslian Tulisan dan Kesediaan Publikasi ... 62

63

65

65

66

136

138

140

154

156

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan agama Islam di Indonesia dewasa ini mendapatkan sorotan tajam

dari berbagai pihak, kaitannya dalam membentuk peserta didik yang beriman

dan bertaqwa. Nurcholish Madjid mengatakan bahwa kegagalan pendidikan

agama Islam disebabkan dalam pembelajaran yang lebih menitikberatkan

pada hal-hal yang bersifat formal dan hafalan, bukan pada pemaknaannya.1 Hal ini dikarenakan ketidakmampuannya dalam menanggulangi berbagai isu

penting yang ada dalam masyarakat.2

Pendidikan agama Islam merupakan mata pelajaran yang wajib

diajarkan pada sekolah mulai tingkat dasar hingga perguruan tinggi.3 Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam

meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui

kegiatan bimbingan, pengarahan atau latihan dengan memperhatikan tuntutan

untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat

beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan kesatuan nasional.4

1 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,

Bandung : Rosda Karya, 2005, 165.

2 Sutrisno, Revolusi di Indonesia, Membedah Metode dan Teknik Pendidikan Berbasis

Kompetensi, Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2006, 5.

3 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008, 150.

(15)

Seorang guru memiliki peran agar terjadi proses belajar mengajar

yang efektif atau dapat mencapai hasil sesuai dengan tujuan bagi para siswa.5

Setiap pendidik mengharapkan agar apa yang diajarkannya dapat diterima dan

dilaksanakan oleh para siswa. Namun faktanya belum adanya

penyelenggaraan proses pembelajaran yang benar-benar efektif dan efisien.

Hal ini dapat tergambar dalam penurunan moral, pertikaian

kelompok-kelompok sosial, dan konflik nilai. Berbagai permasalahan implementasi

pembelajaran pendidikan agama Islam itu di antaranya: siswa kurang tertarik

atau kurang berminat dalam belajar pendidikan agama Islam terutama dalam

materi pelajaran Al-Quran, pengurusan jenazah, dan mawaris.

Selain itu dari hasil observasi awal dan wawancara di SMK Karya

Nugraha dan SMK Muhammadiyah 04 Boyolali diketahui bahwa diantara

para siswa masih ada yang memiliki kecenderungan sikap intoleransi

terhadap kelompok yang berbeda ideologi, hal ini terlihat dalam sikap dan

perilaku yang merasa benar sendiri, timbulnya sikap fanatik berlebih.6 Dalam hal ini, Pendidikan agama Islam dipandang sebagai salah satu mata pelajaran

yang dituntut mampu membawa kata perdamaian dalam setiap jiwa peserta

didik.7 Kaitannya dengan proses pembelajaran, seorang guru perlu memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif mencari, menemukan, dan

mengevaluasi faham keagamaannya sendiri dengan memperbandingkan

5 Muhammad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru, 2010, 1.

6 Observasi awal dan wawancara dengan para siswa SMK Karya Nugraha dan SMK

Muhammadiyah 04 Boyolali pada bulan Desember 2016.

(16)

dengan pandangan keagamaan siswa lainnya, ataupun dengan penganut

faham-faham agama lain.8

Melalui pembelajaran PAI yang efektif diharapkan dapat

meminimalisir sikap intoleransi intra-agama. Karena perbedaan ideologi

intra-agama juga sangat perlu di perhatikan keharmonisannya, yang pada

akhirnya pada implementasi pembelajaran PAI dapat meningkatkan perilaku

toleransi intra-agama.

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih

lanjut tentang “Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk

Meningkatkan Perilaku Toleransi Intra-Agama. (Studi Kasus di SMK Karya

Nugraha dan SMK Muhammadiyah 04 Boyolali)”

B. Rumusan Masalah

Penelitian ini membahas mengenai implementasi pembelajaran PAI untuk

meningkatkan perilaku toleransi intra-agama di SMK Karya Nugraha dan

SMK Muhammadiyah 04 Boyolali. Adapun rumusan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimanakah implementasi pembelajaran PAI untuk meningkatkan

perilaku toleransi intra-agama di SMK Karya Nugraha dan di SMK

Muhammadiyah 04 Boyolali?

8 Zakiyuddin Baidhawy, Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural, Jakarta: Erlangga,

(17)

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat implementasi pembelajaran

PAI untuk meningkatkan perilaku toleransi intra-agama di SMK Karya

Nugraha dan di SMK Muhammadiyah 04 Boyolali?

3. Upaya-upaya apa saja untuk meningkatkan toleransi intra-agama di SMK

Karya Nugraha dan di SMK Muhammadiyah 04 Boyolali?

C. Signifikansi Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui implementasi pembelajaran PAI untuk

meningkatkan perilaku toleransi intra-agama di SMK Karya Nugraha

dan di SMK Muhammadiyah 04 Boyolali.

b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat implementasi

pembelajaran PAI untuk meningkatkan perilaku toleransi intra-agama

di SMK Karya Nugraha dan di SMK Muhammadiyah 04 Boyolali.

c. Untuk mengetahui upaya-upaya untuk meningkatkan perilaku

toleransi intra-agama di SMK Karya Nugraha dan di SMK

Muhammadiyah 04 Boyolali.

2. Manfaat Penelitian

a. Secara Teoretik penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk

mengetahui konsep implementasi pembelajaran PAI dalam

(18)

b. Secara Praktis

Bagi Pemerintah, penelitian ini dapat dijadikan pijakan dalam

pengembangan pembelajaran PAI di sekolah; bagi sekolah, berguna

untuk pembinaan perilaku toleransi intra-agama bagi para siswa;

bagi guru dan siswa sebagai bahan renungan bersama dan

pengetahuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PAI dan

wawasan toleransi intra-agama.

D. Tinjauan Pustaka

1. Penelitian Terdahulu

Di bawah ini adalah uraian beberapa hasil penelitian terdahulu yang

dianggap mendekati dari tema penelitian ini adalah: Penelitian Selviyanti

Kaawoan “Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Perilaku Toleran

pada Warga Sekolah” menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran dapat

memberi kemampuan berdialog dan mencari cammon ground yang akan

menjadi dasar pijakan dan bekal bagi peserta didik untuk berdialog

dengan realitas disekitarnya khususnya realitas keragaman.9

Penelitian dari Budi Santosa “Nilai dan Perilaku Multikultural:

Toleransi Intra-Agama Siswa Madrasah Aliyah di Surakarta” bermaksud

untuk mengungkap tingkat toleransi intra-agama, serta berusaha

mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menjelaskan tingkat toleransi

intra-agama, dan mengeksplorasi alasan munculnya sikap intoleran

(19)

firqoh pada siswa madrasah aliyah di Surakarta. Potensi intoleransi

terbesar (37%) mucul pada wilayah akidah.10

Penelitian Raihani dengan judul, A Whole-school Approach: A

Proposal for Education for Tolerance in Indonesia,11 berpendapat bahwa

pendidikan toleransi harus didekati secara holistik. Dengan melihat secara

menyeluruh, tidak hanya khusus belajar mengajar di sekolah, akan tetapi

meliputi kebijakan sekolah dan visi, kualitas kurikulum dan pengajaran,

kepemimpinan dan manajemen, budaya, kegiatan mahasiswa, dan

kolaborasi dengan masyarakat luas.

Penelitian Mutsalem Khareng dan Jaffary Awang dengan judul

Cultural Socialization and Its Relation to the Attitude of Religious

Tolerance Among Muslim and Buddhist Students in Prince of Songkhla

University,12 menggambarkan interaksi dan komunikasi perilaku yang didasarkan pada orientasi agama atau moral di kalangan siswa antara

Muslim dengan Buddha. Faktor lingkungan mempengaruhi sikap dan cara

pandang.

The School of Ahl Al-Sunnah wa Al-Jama`Ah and The Attachment

of Indonesian Muslims to its Doctrines, oleh Fauzan Saleh.13 Penelitian

10Budi Santosa, “Nilai dan Perilaku Multikultural: Toleransi Intra-Agama Siswa Madrasah Aliyah di Surakarta”, Jurnal Penelitian Ilmu Agama dan Humaniora, Volume 3, Nomor 2 (Maret 2015), 107-124.

11 Raihani, “A Whole-school Approach: A Proposal for Education for Tolerance in

Indonesia”, Theory and Research in Education, Volume 9, Nomor 1 (2011), 23-36.

12 Mutsalem Khareng dan Jaffary Awang, “Cultural Socialization and Its Relation to the Attitude of Religious Tolerance among Muslim and Buddhist Students in Prince of Songkhla University”, International Journal of Islamic Thought, Volume 2 (Desember 2012). 12-22.

(20)

ini membahas secara rinci dua organisasi besar Islam, yang berkaitan

dengan tentang pandangan keagamaan dari kedua organisasi tersebut. NU

mengklaim telah melaksanakan doktrin Ahl al-Sunnah dalam kehidupan

sehari-hari mereka. Di sisi lain, Muhammadiyah tidak terobsesi dengan

klaim sebagai setia kepada ajaran Ahl al-Sunnah, meskipun dalam

kenyataannya telah melaksanakan ideologi Ahl al-Sunnah.

Dari beberapa tinjauan pustaka yang telah dideskripsikan di atas,

memang ada hasil penelitian yang relevan dengan tema implementasi

pembelajaran PAI untuk meningkatkan toleransi intra-agama. Walaupun

begitu dari berbagai penelitian diatas hanya menguraikan mengenai

pembelajaran PAI secara umum, belum menyentuh secara mendalam

kedalam toleransi intra-agama. Untuk posisi penelitian ini sendiri berbeda

dengan penelitian yang sudah ada, sebab penelitian ini memaparkan

implementasi pembelajaran PAI untuk meningkatkan perilaku toleransi

intra-agama di SMK Karya Nugraha dan di SMK Muhammadiyah 04

Boyolali. yang menjadi perbedaan fokus kajiannya dan lokasi yang

digunakan dalam penelitiannya.

2. Kerangka Teori

Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 bahwa pembelajaran

merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar. 14 Pendidikan agama Islam adalah

(21)

upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk

mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama

Islam, dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain

dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga

terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.15

Pendidikan agama di sekolah umum maupun di sekolah

keagamaan lebih condong kepada eksklusif dengan anggapan

keyakinannya lebih benar bila dibandingkan dengan yang lainnya.16 Pendidikan agama di sekolah haruslah memiliki pemahaman yang

mendalam dari suatu ajaran agama, sebab toleransi pada setiap siswa

berawal dari lingkup keluarga hingga masyarakat lingkungan tempat

tinggal siswa tersebut, penting bagi guru-pendidik, pengasuh dan peserta

didik harus sama-sama memahami konsep toleransi.17

Toleransi merupakan sikap membolehkan atau menyetujui

pendapat, sikap, ataupun perilaku orang lain yang berbeda dengan kita,

pada aspek spiritual, moral, ideologi, maupun politik.18 Menjadi toleran, berarti membiarkan orang lain menjadi dirinya sendiri, dengan tanpa

mempengaruhi untuk mengikuti ide kita.19 Dengan demikian, toleransi

15 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan..., 130.

16 Zakiyuddin Baidhawy, Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural, Jakarta: Erlangga,

2005, 31.

17 Ferdinand J. Potgieter, Johannes L. van der Walt, and Charste C. Wolhuter, “Towards

Understanding (Religious) (in) Tolerance in Education”, HTS Teologiese Studies/ Theological Studies, Volume 70, Number 3 (February 2014), 6.

18 Ngainun Naim, Islam dan Pluralisme Agama, Yogyakarta: Lingkar Media, 2014, 182.

(22)

merupakan kemampuan untuk menghormati sifat dasar, keyakinan, dan

perilaku yang dimiliki oleh orang lain.

Masykuri Abdillah memaknai konsep toleransi menjadi dua

macam, toleransi positif dan negatif. Toleransi positif itu membutuhkan

adanya bantuan maupun dukungan terhadap keberadaan dari suatu orang

ataupun kelompok. Toleransi negatif itu hanya cukup dengan membiarkan

atau tidak menyakiti orang maupun kelompok lain.20 Toleransi dapat juga

dikelompokkan menjadi toleransi pasif dan aktif. toleransi pasif

merupakan sikap menolak untuk mengganggu atau mendukung seseorang

atau sesuatu yang tidak kita sukai atau netral terhadapnya, sedangkan

toleransi aktif melibatkan secara aktif melindungi atau mendukung apa

yang sedang kita toleransi.21

Tujuan dari toleransi ini untuk membentuk perilaku siswa yang

mampu menghargai, menilai diri sendiri maupun orang lain, dengan

memahami berbagai tradisi-tradisi kebudayaan yang berbeda.22 Sikap toleransi dapat terlihat dalam indikator sebagai berikut, pertama, tenggang

rasa untuk menghormati pilihan dan cara berekspresi terhadap orang lain

dalam menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan; kedua,

terbangun sikap kesadaran dalam memahami, mengakui, dan

menghormati, adanya keragaman agama, keyakinan yang diyakini orang

20 Masykuri Abdillah, “Pluralisme dan Toleransi”, dalam Nur Achmad (ed.), Pluralitas Agama: Kerukunan dalam Keragaman, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2001: 13.

21 Ana Cristina Araújo, Iwan-Michelangelo D’Aprile, Bojan Borstner, and Smiljana

Gartner, “The Historical and Philosophical Dimensions of the Concept of Tolerance”, in Gudmundur Halfdanarson (ed.), Discrimination and tolerance in historical perspective, Pisa: Pisa University Press, 2008: 1-18.

(23)

lain; ketiga, membangun dan mengembangkan sikap bersatu dalam

perbedaan, berbeda dalam kebersamaan.23

Konteks dalam penelitian ini, perbedaan agama yang dimaksud

adalah perbedaan penafsiran yang bermuara pada perbedaan keyakinan

dan amalan. Sikap demikian dipahami dalam konteks spesifik hubungan

intra-agama Islam, yaitu antar berbagai jenis dan bentuk golongan

(organisasi) yang ada dalam Islam.24 Dengan begitu penelitian ini

berfokus kepada implementasi pembelajaran PAI untuk meningkatkan

perilaku toleransi intra-agama pada siswa SMK.

3. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Ditinjau dari objeknya, penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field

research). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan

metode studi kasus. Studi kasus (case study) merupakan penelitian yang

dilaksanakan pada suatu kesatuan sistem program, kegiatan, peristiwa,

atau sekelompok individu yang terikat oleh waktu maupun suatu ikatan

tertentu.25 Metode ini digunakan untuk menghimpun data, mengambil makna, serta memperoleh pemahaman sejauh mana implementasi

pembelajaran PAI untuk meningkatkan perilaku toleransi intra-agama di

SMK Karya Nugraha dan SMK Muhammadiyah 04 Boyolali.

23 Hujair AH. Sanaky, Pembaruan Pendidikan Islam: Paradigma, Tipologi, dan Pemetaan

Menuju Masyarakat Madani Indonesia. Yogyakarta: Kaukaba Dipantara, 2015, 168. 24Budi Santosa, “Nilai..., 111.

25 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja

(24)

2. Subjek dan Objek Penelitian

a. Kepala Sekolah SMK Karya Nugraha dan SMK Muhammadiyah 04

Boyolali diharapkan memberikan informasi mengenai kebijakan

pendidikan dalam peningkatan perilaku toleransi intra-agama kepada

peserta didik.

b. Guru Pendidikan Agama Islam SMK Karya Nugraha dan SMK

Muhammadiyah 04 Boyolali terkait dengan pandangan/ pendapat

mereka mengenai konsep implementasi pembelajaran PAI khususnya

untuk meningkatkan perilaku toleransi intra-agama kepada siswa.

c. Siswa SMK Karya Nugraha dan SMK Muhammadiyah 04 Boyolali

mengenai perilaku dalam toleransi intra-agama.

3. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan mulai tanggal 1 Februari hingga 17 Juni

2017. Lokasi penelitian di SMK Karya Nugraha dan SMK

Muhammadiyah 04 Boyolali.

4. Sumber Data

Pertama, sumber data primer dalam penelitian ini adalah Guru PAI, dan

siswa. Kedua, sumber data sekunder dari penelitian ini adalah kepala

(25)

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Metode Observasi

Metode pengumpulan data yang berkenaan dengan perilaku manusia,

proses kerja, gejala-gejala alam.26 Metode ini dipakai kaitannya dalam implementasi pembelajaran PAI di dalam kelas serta berbagai

peristiwa yang relevan dengan penelitian yang sedang dilakukan.

b. Metode Interview (Wawancara)

Teknik pengumpulan data sebagai studi pendahuluan ataupun

pendalaman dari permasalahan yang diteliti.27 Wawancara akan dilakukan kepada kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang

kurikulum, guru PAI, serta para siswa. untuk memproses data tentang

faktor-faktor pendukung dan penghambat implementasi pembelajaran

PAI untuk meningkatkan perilaku toleransi intra-agama.

c. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi digunakan untuk mencari data mengenai

gambaran lokasi penelitian, foto-foto kegiatan siswa dikelas maupun

diluar kelas, buku Pendidikan Agama Islam, catatan keagamaan siswa,

transkip nilai agama Islam dan sarana prasarana.

d. Triangulasi Data

Bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan

sumber data yang telah ada.28 Peneliti menguji kredibilitas data

26 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: CV Alfabeta, 2015, 203.

27 Sugiyono, Metode..., 194.

(26)

dengan berbagai teknik pengumpulan data dari berbagai sumber data

diatas.

e. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teorinya Miles dan

Huberman yang langkah-langkahnya dimulai pada reduksi data,

penyajian data, dan verifikasi data.29 Setelah dianalisis akan dilakukan pengecekan keabsahan data sebagai langkah selanjutnya.

4. Sistematika Penulisan

Bab pertama, pendahuluan, berisi latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, kerangka teori, metode

penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab kedua, Mengenai gambaran umum lokasi dan proses implementasi

pembelajaran PAI untuk meningkatkan perilaku toleransi intra-agama di SMK

Karya Nugraha dan di SMK Muhammadiyah 04 Boyolali

Bab ketiga, Mengenai faktor pendukung dan penghambat dalam

implementasi pembelajaran PAI untuk meningkatkan perilaku toleransi

intra-agama di SMK Karya Nugraha dan di SMK Muhammadiyah 04 Boyolali.

Bab keempat, Membahas upaya untuk Meningkatkan Perilaku Toleransi

Intra-Agama di SMK Karya Nugraha dan SMK Muhammadiyah 04 Boyolali

Bab kelima, mengemukakan kesimpulan dan saran, serta dilengkapi

dengan daftar pustaka, serta lampiran-lampiran.

(27)

BAB II

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

A. Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Karya Nugraha Boyolali

1. Profil Sekolah

SMK Karya Nugraha Boyolali didirikan pada tahun 1991, yang

merupakan sekolah menengah kejuruan otomotif tertua di Boyolali.

Sekolah ini secara geografis terletak di Sariasih Karanggeneng Kabupaten

Boyolali Provinsi Jawa Tengah dengan Kode Pos 57312. SMK Karya

Nugraha Boyolali bernaung di bawah lembaga pendidikan Ma‘arif

Nahdlatul Ulama kabupaten Boyolali, dengan menempati tanah seluas

5.619 m2 dengan status sertifikat hak milik serta sebagian hak guna

bangunan.30 SMK Karya Nugraha mempunyai 5 program keahlian:

pertama, teknik kendaraan ringan (TKR); kedua, teknik bodi otomotif

(TBO); ketiga, teknik sepeda motor (TSM); keempat, teknik komputer

jaringan (TKJ); kelima, perbankan syariah (PS).31

Visi SMK Karya Nugraha adalah “Berdaya Guna sebaga pencetak

Wirausahawan SDM trampil untuk memenuhi kebutuhan industri di era

global dengan dilandasi Iman dan Taqwa kepada Allah SWT” dengan visi

30 Wawancara dengan Sarbiyanto Kepala SMK Karya Nugraha Boyolali pada tanggal 17

Mei 2017.

(28)

tersebut maka Misi SMK Karya Nugraha Boyolali adalah dengan

menyelenggarakan proses pembelajaran yang dapat:

a. Menumbuhkan semangat keunggulan dan kompetitif secara intensif

kepada seluruh warga sekolah

b. Melaksanakan proses Pembelajaran secara optimal yang berkwalitas

dengan pendekatan bahasa asing sebagai pengantar

c. Membentuk tamatan yang berkepribadian luhur, yang berakar pada

sistim nilai adat istiadat, budaya masyarakat dengan tetap mengikuti

perkembangan dunia luar.

d. Menghasilkan tenaga terampil dan profesional yang handal yang

mampu bersaing di lapangan kerja di era global

e. Menyiapkan wirausahawan-wirausahawan yang potensi

f. Menyiapkan kader-kader muda yang memiliki akhlak mulia yang

beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT

g. Mengembang Unit Produksi dan jasa yang profesional dengan

berbagai usaha yang dapat menunjang penyelenggaraan proses

pembelajaran

h. Menumbuhkan kembangkan potensi dan kapasitas guru karyawan

agar mampu melaksanakan pembaharuan secara terus menerus

i. Mengembangkan dan mengintensifkan hubungan sekolah dengan

DU/ DI dan institusi lain yang telah memiliki reputasi nasional dan

internasional, sebagai perwujudan dari prinsip demand driven.32

(29)

Keberadaan tenaga pendidik yang kompeten di sekolah

merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi. Demikian pula halnya

dengan SMK Karya Nugraha Boyolali. Hingga saat ini SMK Karya

Nugraha telah memiliki 62 orang guru dan 16 tenaga kependidikan.

Yang semuanya berstatus sebagai guru maupun pegawai tetap

yayasan. Dari 62 orang guru tersebut, 2 orang berpendidikan Strata

dua (S2), 53 orang Strata satu (S1), dan sisanya berpendidikan ≤ D3.

Jumlah siswa di SMK Karya Nugraha Boyolali tahun ajaran

2016/2017 adalah 1.277 orang. Terdiri dari 456 orang kelas X, 437

orang kelas XI, dan 384 orang kelas XII. Rombongan belajar yang

diselenggarakan di SMK Karya Nugraha Boyolali berdasarkan

jurusan yang dipilih siswa ada 35 kelas dengan rincian kelas X dan XI

ada dua belas kelas 12, dan 11 kelas untuk kelas XII.

2. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran merupakan hal yang harus ada dalam interaksi

seorang guru dengan murid dalam setiap pembelajaran, yang tujuannya

agar suatu pembelajaran itu dapat mencapai hasil yang efektif dan

efisien.33 Selanjutnya strategi pembelajaran di dalam kelas lebih ditekankan dengan menggunakan model student centered tujuannya untuk

memotivasi siswa agar lebih berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar

mengajar, agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan

33

(30)

efisien.34 Untuk kegiatan belajar mengajar di SMK Karya Nugraha Boyolali sudah menggunakan sistem pindah kelas (moving classroom).

Pembelajaran yang dilaksanakan di SMK Karya Nugraha Boyolali

mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Dalam proses pembelajaran agama Islam di SMK Karya Nugraha

Boyolali kurikulum yang dipergunakan adalah kurikulum tahun 2013.

Dalam implementasinya mata pelajaran pendidikan agama Islam

diselenggarakan selama tiga jam pelajaran, dengan satu jam pelajarannya

dilaksanakan selama 45 menit.

3. Metode Pembelajaran

Dapat diketahui bahwa dalam proses pembelajaran pendidikan agama

Islam di SMK Karya Nugraha Boyolali menerapkan metode ceramah,

diskusi, tanya jawab, observasi, demonstrasi, dan penugasan.35 Selanjutnya untuk pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan kompetensi

atau materi yang harus dikuasai siswa dan waktu yang tersedia.

Hasil observasi dengan Mualim guru pendidikan agama Islam

ketika sedang mengajar di kelas XI. pembelajaran dimulai dengan

menyampaikan sebuah hadis ajakan kepada umat Islam untuk saling

menghargai, saling menghormati, dan saling mencintai di antara sesama.

Dari Anas ra. Sesunggunya Rasulullah saw. bersabda, “Demi (Allah)

yang jiwaku di tangan-Nya, tidaklah beriman seorang hamba sehingga dia

34 Wawancara dengan Mujito Wakil Kepala Sekolah bagian Kurikulum SMK Karya

Nugraha Boyolali pada tanggal 27 April 2017.

35Wawancara dengan Mualim guru PAI SMK Karya Nugraha Boyolali pada tanggal 4 Mei

(31)

mencintai tetangganya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.” (HR.

Bukhari Muslim), dalam hal ini guru memberikan pemahaman kepada

para siswa bahwa kita hidup dalam negara demokrasi yang dituntut untuk

selalu bersikap toleran, yaitu sikap saling menghormati, dan menghargai

kebebasan beragama dengan memberikan kebebasan kepada pemeluk

agama untuk mengamalkan ajaran agamanya tanpa ada perasaan saling

mengganggu. Setelah diberikan penjelasan oleh guru, para siswa diminta

untuk mendiskusikan berbagai tema yang telah diberikan oleh guru, setiap

tema didiskusikan oleh empat orang siswa, yang telah dibentuk kelompok,

setelah selesai diskusi setiap kelompok diminta untuk mengumpulkan hasil

diskusinya. 36

Pemilihan dan penggunaan strategi dan metode pembelajaran di

SMK Karya Nugraha Boyolali menerapkan sesuai dengan pada kurikulum

2013. Dapat disimpulkan bahwa metode dan pembelajaran yang digunakan

oleh guru pendidikan agama Islam di SMK Karya Nugraha Boyolali

menggunakan metode diskusi kelompok, ceramah interaktif, dan lain

sebagainya. Guru berusaha untuk mengurangi metode ceramah yang

monoton, meskipun guru masih menggunakan metode ceramah hanya

sekedar untuk mengantarkan siswa dalam memahami materi secara umum.

Terciptanya proses belajar mengajar yang menyenangkan yaitu ketika guru

memberikan kebebasan kepada siswa untuk melakukan sendiri dibawah

36Observasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Mualim guru PAI SMK Karya

(32)

bimbingan guru, siswa akan lebih mudah dalam mengingat dan lebih

paham materi ketika mereka terlibat langsung dalam proses pembelajaran.

4. Sumber Belajar

Dari hasil observasi dapat diketahui bahwa selama proses pembelajaran

pendidikan agama Islam di SMK Karya Nugraha Boyolali menggunakan

berbagai sumber belajar, antara lain: buku pendidikan agama Islam dan

budi pekerti kurikulum 2013 dari kementerian pendidikan dan

kebudayaan, ditambah lagi dengan buku-buku penunjang seperti buku

mata pelajaran ke-NU-an ahlussunnah wal jamaah dari pengurus wilayah

NU LP Ma‘arif NU Jawa Tengah, serta berbagai sumber pembelajaran dari

buku-buku yang ada kaitannya dengan materi pendidikan agama Islam,

misalnya al-Qur‘an, serta buku tuntunan shalat lengkap, dan lain

sebagainya.

5. Media Pembelajaran

Media merupakan alat bantu yang digunakan dalam pembelajaran yang

bertujuan untuk mengefektifkan komunikasi dan interaksi antar guru dan

siswa. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan guru pendidikan

agama Islam kelas X sebagai berikut:

“Saya lebih sering menggunakan media laptop dan LCD dalam pembelajaran, menggunakan laptop dalam pembelajaran untuk memudahkan siswa dalam belajar, terutama materi yang sedang saya

sampaikan”.37

37Wawancara dengan Sri Nikmatul Hikmah guru PAI SMK Karya Nugraha Boyolali pada tanggal

(33)

Media pembelajaran sangat mempengaruhi proses belajar

mengajar, karena media pembelajaran sangat membantu bagaimana proses

perjalanan informasi dari guru kepada siswa. Pemilihan media

pembelajaran yang sesuai akan mendapatkan pembelajaran yang kondusif,

dan menyenangkan, maka dengan demikian tujuan dari materi yang

bersangkutan mudah dipahami oleh para siswa.

6. Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran merupakan komponen penting dalam implementasi

pembelajaran. Materi pelajaran pendidikan agama Islam di

sekolah-sekolah, termasuk SMK Karya Nugraha Boyolali mempunyai beberapa

aspek dalam penerapannya, yaitu aspek al-Qur’an dan hadits, keimanan

(aqidah), akhlak, fiqih (hukum Islam), dan aspek tarikh (sejarah).

Meskipun masing-masing aspek tersebut dalam prakteknya saling

mengaitkan atau terkait (mengisi dan melengkapi), namun demikian jika

dilihat secara teoritis masing-masing memiliki karakteristik tersendiri,

seperti sebagai berikut: pertama, aspek al-Qur’an dan hadits, lebih

menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan benar, memahami

makna secara tekstual, juga mengamalkan kandungannya dalam kehidupan

sehari-hari; kedua, aspek aqidah, menekankan pada kemampuan

memahami dan mempertahankan keyakinan yang benar serta menghayati

dan mengamalkan nilai-nilai asma‘ul husna; ketiga, aspek akhlak,

ditekankan pada pembiasaan akhak terpuji serta menjauhi akhlak tercela

(34)

kemampuan cara melaksanakan ibadah maupun muamalah yang benar dan

baik; kelima, aspek tarikh dan kebudayaan Islam, menekankan pada

pengambilan hikmah atau teladan dari peristiwa-peristiwa bersejarah

Islam, juga meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya

dengan fenomena-fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek, dan

lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.38 7. Evaluasi Pembelajaran

Penilaian hasil belajar di SMK Karya Nugraha sudah mengacu kepada

kurikulum 2013. Yang pada hal ini, mengacu kepada dua macam

penilaian, penilaian merupakan proses pengumpulan dan pengolahan

informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik, dan

Penilaian autentik tujuannya untuk menilai kesiapan peserta didik,

kemudian proses dan hasil belajar siswa secara utuh. Penilaian autentik

memiliki kaitan yang erat terhadap pendekatan ilmiah (scientific

approach) dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013.

Karena penilaian semacam ini mampu menggambarkan peningkatan hasil

belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menanya,

menalar, mencoba, dan membangun jejaring.39

Lebih lanjut untuk evaluasi pembelajaran dilakukan melalui

analisis hasil belajar peserta didik dalam bentuk hasil tiap mata pelajaran

pendidikan agama Islam dan perubahan perilaku. Evaluasi pembelajaran

diadakan beberapa kali yaitu setelah pembelajaran dikelas, setelah guru

38 Muhaimin, Rekontruksi Pendidikan Islam, Jakarta: Rajawali Press, 2009, 33.

39Wawancara dengan Siti Qadariyah guru PAI SMK Karya Nugraha Boyolali pada tanggal

(35)

mengoreksi tugas anak, dan setelah kegiatan diskusi. Sedangkan evaluasi

rutinan adalah evaluasi ulangan harian, ulangan semesteran, dan ujian

nasional.40 Untuk kelas X diwajibkan harus hafal 10 surah, mulai dari

surah Annas, Al Falaq, Al Ikhlas, Al lahab, An nasr, Al kafirun, Al kausar,

Al ma’un, Al Quraish, dan Al Fill; untuk kelas XI melanjutkan hafalan

surah berikutnya dimulai dari Al Humazah, Al ‘Asr, At Takasur, Al

Qariah, Al Adiyat, Az Zalzalah, Al Bayyinah, Al Qadr, Al Alaq, hingga At

Tin, kemudian untuk kelas XII hafalan ayat kursi dan tahlil.41

Selain kewajiban yang harus dikuasai oleh para siswa, siswa siswi

SMK Karya Nugraha Boyolali juga ada pembiasaan yang menjadi ciri

khas dari SMK Karya Nugraha Boyolali sendiri, seperti yang dijelaskan

oleh salah seorang guru pendidikan agama Islam.

“... ada yang namanya pembiasaan membaca Asmaul Husna setiap harinya, sebelum memulai pembelajaran di pagi hari. Membaca Al-Qur’an seminggu 2X pada hari selasa dan kamis. Untuk kegiatan tersebut dipandu oleh guru agama secara bergiliran, juga setelah selesai membaca Asmaul Husna dan membaca Al-Qur’an, dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia raya secara bersama-sama juga... ”.42

Berdasarkan wawancara dengan bapak Mualim bahwa semua siswa

sudah dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM), untuk mata

pelajaran pendidikan agama Islam nilai KKMnya 80.43

40 Wawancara dengan Siti Qadariyah guru PAI SMK Karya Nugraha Boyolali pada tanggal

3 Mei 2017.

41Wawancara dengan Siti Qadariyah, Mua‘lim, dan Sri Nikmatul Hikmah guru PAI SMK Karya Nugraha Boyolali pada tanggal 3-5 Mei 2017.

42 Wawancara dengan Mualim guru PAI SMK Karya Nugraha Boyolali pada tanggal 4-5

Mei 2017

43 Wawancara dengan Mualim guru PAI SMK Karya Nugraha Boyolali pada tanggal 4 Mei

(36)

Dalam implementasi pembelajaran pendidikan agama Islam maka

setiap guru wajib menyusun Silabus dan RPP setiap akan mengajar.44 Pada

saat implementasi pembelajaran pendidikan agama Islam di SMK Karya

Nugraha Boyolali memiliki nuansa pembelajaran yang toleran. Hal ini

nampak dari guru ketika menyampaikan materi pembelajaran tanpa

menyinggung maupun menjelek-jelekan organisasi atau aliran lain. ketika ada

siswa yang memiliki alasan yang berbeda guru menanggapi dengan cara yang

sopan, juga tanpa membeda-bedakan perlakuan terhadap para siswa yang

memiliki pandangan yang berbeda.

Pembelajaran yang dilakukan guru pendidikan agama Islam telah

berupaya untuk tidak memisahkan antara hal yang bersifat teoritis dan praktis.

Selain memberi pengetahuan belajar juga diarahkan untuk dapat dipahami

dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran pendidikan agama

Islam yang dilaksanakan di SMK Karya Nugraha Boyolali, guru senantiasa

mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan atau kisah nyata dari

siswa itu sendiri.

Ketika guru menjelaskan gerakan shalat, dijelaskan juga bahwa ada

beberapa model takbir yang berbeda-beda, disini guru mengajak para siswa

untuk mantap pada pengetahuan yang di dapat dari guru atau kyai, ketika ada

perbedaan ada perbedaan jangan dipermaslahkan, tidak perlu

dipermasalahkan, kalau tidak mengangkat tangan jangan dielek-elek, sebab

itu termasuk dalam sunnah shalat, demi persatuan dan kesatuan. Selain itu

44 Wawancara dengan Siti Qadariyah guru PAI SMK Karya Nugraha Boyolali pada tanggal

(37)

ketika ada seseorang yang mengerjakan shalat sambil melihat eternit itu juga

jangan dipermasalahkan. Ada yang doa iftitah memakai memakai kabiraw

dan ada juga yang memakai Allahumma baid baini, memang ada banyak versi

dalam doa iftitah. Guru berpesan kalaupun ada teman kamu yang tidak sama

jangan dipermasalahkan. Selanjutnya ada saudara kita yang menganggap

bismillah dibaca atau tidak atau dibaca tetapi pelan itu semua perbedaan

dalam ibadah shalat, masih banyak perbedaan yang lainnya, yang terpenting

kalian melakukannya sesuai keyakinan.45

Guru memberikan penjelasan kepada siswa bahwa memahami bukan

serta merta menyetujui. Saling memahami adalah kesadaran bahwa nilai-nilai

mereka dan kita adalah berbeda, dan mungkin saling melengkapi serta

memberi kontribusi terhadap relasi yang dinamis dan hidup.46 Dari uraian

diatas maka dapat dipahami bahwa dalam hal ini guru sudah menyampaikan

pembelajaran pendidikan agama Islam secara toleran yang harapannya siswa

dapat meningkat perilaku toleransi intra-agamanya.

45Observasi pembelajaran ke-Nuan dengan Rusdi guru PAI SMK Karya Nugraha Boyolali

pada tanggal 4 Mei 2017.

46Observasi pembelajaran ke-Nuan dengan Rusdi guru PAI SMK Karya Nugraha Boyolali

(38)

B. Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Muhammadiyah 04 Boyolali

1. Profil Sekolah

SMK Muhammadiyah 04 Boyolali berdiri pada tahun 1997. Sekolah ini

secara geografis terletak di Jl. Lembayung No. 04 Boyolali yang masuk

kedalam kelurahan Pulisen kabupaten Boyolali, Kode Pos 57316. SMK

Muhammadiyah 04 Boyolali berdiri diatas tanah dan yayasan

Muhammadiyah dengan luas keseluruhan 8.106 m2.47 SMK Muhammadiyah 04 Boyolali bernaung di bawah yayasan Muhammadiyah

cabang kabupaten Boyolali. SMK Muhammadiyah 04 mempunyai 7

program keahlian: pertama, teknik pemeliharaan mekanik industri (MI);

kedua, teknik kendaraan ringan (KR); ketiga, teknik sepeda motor (SM);

keempat, rekayasa perangkat lunak (TI/RPL); kelima, jasa boga (JB);

keenam, farmasi (FM); ketujuh, multimedia (MM).

Visi SMK Muhammadiyah 04 Boyolali adalah Disiplin, Islami,

Produktif serta berwawasan lingkungan untuk menghasilkan tamatan yang

profesional sehingga mampu bersaing di era global. Selanjutnya, SMK

Muhammadiyah 04 Boyolali mempunyai misi sebagai berikut:

a. Menyiapkan tamatan yang berkepribadian muslim yang unggul dan

mampu mengendalikan diri

b. Menghasilkan tenaga terampil dibidangnya sesuai dengan kompetensi

keahlian, serta mampu bersaing di dunia kerja

47 Wawancara dengan Alif Agus Sutesna Kepala Sekolah SMK Muhammadiyah 04

(39)

c. Menyiapkan tamatan yang mampu berwirausaha, menguasai teknologi

informasi dan peduli lingkungan

d. Mewujudkan lingkungan sekolah yang nyaman, bersih, asri, hijau,

indah dan sehat serta melestarikan fungsi lingkungan

e. Menyiapkan SMK Muhammadiyah 04 Boyolali sekolah yang mandiri

yang berwawasan lingkungan48

Keberadaan tenaga pendidik yang kompeten di sekolah merupakan

syarat mutlak yang harus dipenuhi. Demikian pula halnya dengan SMK

Muhammadiyah 04 Boyolali. Hingga saat ini SMK Muhammadiyah 04

Boyolali telah memiliki 58 orang guru dan 20 tenaga kependidikan. Yang

semuanya berstatus sebagai guru maupun pegawai tetap yayasan. Dari 78

orang guru tersebut, 3 orang berpendidikan Strata dua (S2), dan sisanya

75 orang berpendidikan ≤ S1.

Jumlah siswa di SMK Muhammadiyah 04 Boyolali pada tahun

ajaran 2016/2017 adalah 1.189 siswa. Terdiri dari 526 siswa kelas X, 348

siswa kelas XI, dan 315 siswa kelas XII. Rombongan belajar yang

diselenggarakan di SMK Muhammadiyah 04 Boyolali berdasarkan

jurusan yang dipilih para siswa ada 36 kelas dengan rincian kelas X ada

enam belas kelas, kelas XI ada sebelas kelas, dan sepuluh kelas untuk

kelas XII.

48 Heri Kristianto, Selayang Pandang SMK Muhammadiyah 04 Boyolali Siap Menyambut

(40)

2. Strategi Pembelajaran

SMK Muhammadiyah 04 Boyolali menggunakan berbagai strategi

pembelajaran di antaranya, pertama, Active Learning, dalam pembelajaran

ini peserta didik dituntut untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran,

seperti menemukan, memproses dan memanfaatkan informasi, sehingga

peserta didik dapat mengamati, melakukan, dan berdiskusi dengan diri

sendiri maupun dengan temannya.49 Kedua, Cooperative Learning, yang

merupakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta

didik untuk belajar secara berkelompok, saling membantu mengkonstruksi

konsep yang melibatkan empat sampai enam peserta didik.50

Dalam hal ini strategi yang dipakai guru PAI dalam menyampaikan

bab kemajemukan dan kebersamaan dengan cara membagi siswa kedalam

beberapa kelompok kecil, dan setiap kelompok di bagikan tema untuk

mendiskusikannya. Kelompok yang sudah selesai diminta untuk

menyampaikan hasil diskusinya. Dalam implementasinya guru tidak

membeda-bedakan kepada siswa, hampir semua siswa diperlakukan secara

adil ketika dibentuk kelompok diskusi, guru pendidikan agama Islam

memberi perhatian dengan mendekati setiap kelompok untuk ditanyakan

apa kesulitan yang dihadapi. Tahap ketiga guru dan siswa menyimpulkan

materi yang dibahas dan dilakukan penilaian pada akhir pembelajaran

dengan tes lisan dilanjutkan guru berpesan kepada para siswa untuk tetap

49 Haryanto Al-Fandi, Desain Pembelajaran yang Demokratis dan Humanis, Yogyakarta:

Ar-Ruzz Media, 2011, 247.

(41)

menghargai pendapat dan juga perilaku orang yang berbeda dengan

keyakinan kita, terakhir dilanjutkan dengan pemberian tugas.51

3. Metode Pembelajaran

Metode merupakan unsur penting dalam implementasi pembelajaran.

Metode digunakan dalam menentukan keberhasilan seorang pendidik

dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran pendidikan agama

Islam yang dilaksanakan di SMK Muhammadiyah 04 Boyolali, guru

senantiasa mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata dari

siswa itu sendiri. Tujuannya agar siswa memiliki gambaran berupa

pengalaman langsung. Seperti pada hasil observasi yang dilakukan kepada

salah satu guru pendidikan agama Islam mata pelajaran Tarikh, beliau

menyampaikan materi tentang perkembangan Islam pada masa modern.

Dalam hal ini guru mencari kemiripan nama dari tokoh pembaharuan

Islam dengan nama-nama artis yang populer di Indonesia. Misalnya, tokoh

pembaharuan Islam di Mesir yang bernama Muhammad Ali Pasya

dimiripkan dengan nama penyanyi yaitu Pasya Ungu. Tujuannya adalah

untuk memudahkan siswa dalam mengingat para nama tokoh

pembaharuan Islam tersebut.

Hal yang selalu dilakukan guru sebelum memulai pembelajaran,

guru menanyakan kefahaman kepada siswa tentang materi yang telah

disampaikan sebelumnya dan memberi kesempatan kepada mereka untuk

bertanya jika ada sesuatu yang masih belum bisa dipahami, kemudian

51 Observasi dengan Fintin Ariyani guru PAI SMK Muhammadiyah 04 Boyolali pada

(42)

memberikan stimulus dan arahan mengenai materi yang akan dipelajari

saat itu. Setelah itu guru menjelaskan pencapaian yang diinginkan dari

pembelajaran tersebut melalui slide ppt ataupun dengan ceramah interaktif.

Implementasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru pendidikan agama

Islam telah berupaya untuk tidak memisahkan antara hal yang bersifat

teoritis dan praktis. Selain memberi pengetahuan belajar juga diarahkan

untuk dapat dipahami dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Hal ini juga didukung dengan yang disampaikan oleh oleh guru

pendidikan agama Islam untuk mata pelajaran fiqih atau ibadah sebagai

berikut.

“Disini saya khusus mengajar mata pelajaran Fiqih atau ibadah, jika

dalam mapel ini sendiri saya lebih menitik beratkan kepada praktek langsung, sebab berkaitan dengan masalah ibadah. Jadi ketika dikelas saya lebih sering menggunakan metode ceramah terlebih dahulu untuk memberikan gambaran umumnya, baru setelah itu saya akan memberikan contoh tata caranya, kemudian siswa mempraktekkan, jadi tidak hanya teori semata. Ada juga praketek shalat jenazah, contoh shalat jama’ dan qasar”.52

4. Sumber Belajar

Mata pelajaran pendididkan agama Islam pendidikan agama Islam yang

ada di SMK Muhammadiyah 04 Boyolali diajarkan secara terpisah-pisah,

menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri. Untuk bahan ajar utamanya,

setiap jenjangnya khusus mata pelajaran pendidikan agama Islam

meggunakan buku modul Al Islam dan Kemuhammadiyahan yang

diterbitkan oleh Tim MGMP Al Islam dan Kemuhammadiyahan

52 Wawancara dengan Rini Rahmawati guru PAI SMK Muhammadiyah 04 Boyolali pada

(43)

Kabupaten Boyolali. Selain itu siswa juga diberikan tambahan materi dari

berbagai sumber lainnya seperti sumber belajar yang langsung dari

al-qur‘an dan al-hadits, dan juga sumber dari buku-buku yang berada dari

perpustakaan sekolah.

5. Media Pembelajaran

Penggunaan media dalam pembelajaran di kelas merupakan sebuah

kebutuhan yang tidak dapat ditinggalkan. Dalam hal ini, media

pembelajaran merupakan salah satu faktor pendukung yang efektif dalam

membantu terjadinya proses belajar, media pembelajaran merupakan

tempat dan pengirim pesan dari sumber pesan, dalam hal ini guru kepada

siswa.53

Hal ini diperkuat dari hasil wawancara dengan guru pendidikan agama

Islam mata pelajaran aqidah sebagai berikut:

“Media pembelajaran di sekolah ini bisa dibilang lengkap dan sudah memadai, bisa memenuhi kebutuhan proses belajar mengajar guru dan siswa dengan baik. Pemilihan materi ajar yang sesuai dengan media yang digunakan dapat menciptakan pembelajaran yang efektif, menyenangkan, serta dapat berjalan secara kondusif. Guru memang dituntut kreatif dan inovatif dalam mendesain pembelajaran agar dapat menarik perhatian siswa agar tidak monoton. Siswa juga di tuntut aktif agar dapat tercipta suasana yang interaktif antar guru dan siswa”.54

Media pembelajaran memang sangat mempengaruhi proses belajar

mengajar, karena media pembelajaran sangat membantu bagaimana siklus

perjalanan informasi dari guru kepada siswa. Tepatnya pemilihan media

53 Nunu Mahmun, “Media Pembelajaran: Kajian terhadap Langkah-langkah Pemilihan Media dan Implementasinya dalam Pembelajaran”, Jurnal Pemikiran Islam, Volume 37, Nomor 1 (Juni 2012), 27.

54Wawancara dengan Mulyono guru PAI SMK Muhammadiyah 04 Boyolali pada tanggal 9

(44)

pembelajaran akan melahirkan pembelajaran yang kondusif, dan

menyenangkan, maka dengan hal demikian tujuan dari materi yang

bersangkutan mudah dipahami oleh peserta didik.

6. Materi Pembelajaran

Pendidikan agama Islam terbagi menjadi lima mata pelajaran (Al-Qur‘an,

Fiqih/Ibadah, Tarikh, Aqidah, Akhlaq). Adapun ruang lingkup bahan mata

pelajaran pendidikan agama Islam untuk SMA/SMK meliputi lima aspek,

yaitu: Al-Quran/Hadis, yang lebih menekankan kepada kemampuan dalam

membaca, menulis, dan menerjemahkan dengan baik dan benar; Keimanan,

menekankan pada kemampuan memahami dan mempertahankan keyakinan,

serta menghayati dan mengamalkan nilai-nilai asma‘ul husna sesuai dengan

kemampuan peserta didik; Akhlak, menekankan pada pengamalan sikap

terpuji dan menghindari perilaku atau akhlak tercela; Fiqih/ Ibadah,

menekankan pada tata cara melakukan ibadah dan mu‘amalah yang baik dan

benar; kemudian Tarikh dan Kebudayaan Islam, menekankan pada

kemampuan dalam mengambil pelajaran (ibrah) dari peristiwa-peristiwa

bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh muslim yang berprestasi, dan

mengaitkannya dengan fenomena-fenomena sosial, untuk melestarikan dan

mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.55

Selain lima aspek pokok dalam mata pelajaran pendidikan agama

Islam diatas SMK Muhammadiyah 04 Boyolali menambahkan satu mata

pelajaran khusus yaitu mata pelajaran ke-Muhammadiyahan, yang

menjadi ciri khusus dari SMK Muhammadiyah 04 Boyolali itu sendiri.

55 Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 211 Tahun 2011, Pedoman

(45)

7. Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi sebagai kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program

yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak,

dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi didalam pelaksanaannya.56 Dalam proses evaluasi pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam

menggunakan konsep penilaian autentik. Konsep penilaian autentik terdiri

dari konsep ipsative dengan menggunakan dua cara yaitu sebelum

pembelajaran dimulai, serta yang kedua yaitu diakhir pembelajaran.

Sedangkan konsep kedua dengan menggunakan konsep penilaian ability

test atau test kemampuan meliputi tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif

dan psikomotorik. Teknik penilaian terdiri dari test dan teknik non tes.

Bentuk-bentuk penilaian menggunakan tes tertulis, tes lisan, dan tes

perbuatan.

Berdasarkan hasil observasi di SMK Muhammadiyah 04 Boyolali

menunjukkan dari implementasi pembelajaran pendidikan agama Islam yang

sedang berlangsung terlihat sangat toleran. Hal ini didasarkan ketika guru

dalam menerima berbagai jawaban dari para siswa, juga memberikan

berbagai pandangan di dalam agama Islam. Berdasarkan hasil observasi

proses pembelajaran kegiatan belajar mengajar di sekolah. Meliputi

perencanaan, pelaksanaan serta tindak lanjut dalam pembelajaran.

Pembelajaran agama Islam di SMK Muhammadiyah 04 Boyolali memakai

kurikulum tahun 2013, akan tetapi dalam hal pelaksanaannya masih seperti

(46)

pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), seperti yang disampaikan

oleh guru pendidikan agama Islam mata pelajaran akhlaq dibawah ini:

“Pembelajaran pendidikan agama Islam menggunakan k-13, pada jam pertama diawali dengan doa terlebih dahulu dengan dilanjutkan membaca bacaan shalat untuk semua kelas, doa belajar (roditubillah) baru kemudian pembelajaran dibuka dengan salam, presensi, penyampaian materi, metode belajar kelompok, anak diberikan materi untuk di diskusikan, selesai ditutup. Selain itu walaupun menggunakan k-13 akan tetapi materi pembelajarannya sama seperti pada KTSP, jadi

k-13 yang dikaitkan dengan KTSP”.57

Hasil observasi yang diperoleh pada kegiatan akhir pembelajaran, guru

selalu memberitahukan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya,

selain itu guru akan memberikan tugas sebagai konfirmasi materi yang telah

dipelajari dan mengulas kembali sedikit materi yang telah dipelajari agar siswa

semakin memahami apa yang telah dia pelajari.

57 Wawancara dengan Shiroth Amin guru PAI SMK Muhammadiyah 04 Boyolali pada

(47)

BAB III

FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PAI UNTUK

MENINGKATKAN PERILAKU TOLERANSI INTRA-AGAMA

A. Faktor Pendukung

Toleransi beragama adalah kesadaran seseorang untuk menghargai,

menghormati, membiarkan, dan membolehkan pendirian, pandangan,

keyakinan, kepercayaan, serta memberikan ruang bagi pelaksanaan kebiasaan,

perilaku, dan praktik keagamaan orang lain yang berbeda atau bertentangan

dengan pendirian sendiri dalam rangka membangun kehidupan bersama dan

hubungan sosial yang lebih baik.58 Ada dua modal yang dibutuhkan untuk

membangun toleransi sebagai nilai kebijakan : pertama, toleransi membutuhkan

interaksi sosial melalui percakapan dan pergaulan yang intensif; kedua,

membangun kepercayaan di antara berbagai kelompok dan aliran.59

1. Faktor pendukung implementasi pembelajaran pendidikan agama Islam

untuk meningkatkan perilaku toleransi intra-agama di SMK Karya

Nugraha Boyolali, dalam hal ini dilakukan wawancara dengan guru

pendidikan agama Islam kelas XII, yang hasilnya sebagai berikut:

58 Bahari, Toleransi Beragama Mahasiswa (Studi tentang Pengaruh Kepribadian,

Keterlibatan Organisasi, Hasil Belajar Pendidikan Agama, dan Lingkungan Pendidikan terhadap Toleransi Mahasiswa Berbeda Agama pada 7 Perguruan Tinggi Umum Negeri), Jakarta: Kementerian Agama RI Badan Litbang dan Diklat Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2010, 61.

59 Zuhairi Misrawi, Pandangan Muslim Moderat Toleransi, Terorisme, dan Oase

(48)

“faktor pendukungnya, pertama, tersedianya media pembelajaran yang memadai; kedua, adanya bantuan dari para ustadz dan ustadzah dari

beberapa pondok pesantren dalam kegiatan pembelajarannya”.60

Hal tersebut ditambahkan oleh guru pendidikan agama Islam kelas XI

“satu, kreativitas dari guru dalam menyampaikan materi; dua,

kemampuan dari siswa dalam membaca Al-Qur‘an; tiga, kemampuan

dalam menguasai kelas”.61

Juga dengan guru kelas XI, yang sekaligus mengajar mata pelajaran Ke-Nuan dengan hasil wawancara seperti berikut:

pertama, dakwah harus memperhatikan tatacara dan penampilan semua, ojo digebyah uyah; kedua, dikaitkan sebuah cerita yang bisa diambil hikmahnya”.62

Hal tersebut juga dikuatkan oleh guru pendidikan agama kelas X

satu, tersedianya buku-buku yang toleran; dua, kemampuan siswa untuk belajar; tiga, alat peraga dalam pembelajaran”.63

Terakhir juga diperkuat hasil wawancara dengan kepala SMK Karya Nugraha Boyolali

“Ya, pastinya sangat mendukung. Selama ini siswa yang yang sekolah

disini memang dari berbagai macam aliran, tidak hanya yang berasal dari kalangan nahdiyin saja, akan tetapi ada juga yang berasal dari

Muhammadiyah, bahkan LDII juga ada”.64

Dari berbagai macam faktor pendukung di dalam implementasi

pendidikan agama Islam yang ada di SMK Karya Nugraha Boyolali maka

dapat dikatakan bahwa untuk dapat berperilaku toleransi intra agama

60 Wawancara dengan Siti Qadariyah guru PAI SMK Karya Nugraha Boyolali pada tanggal

3 Mei 2017.

61 Wawancara dengan Mualim guru PAI SMK Karya Nugraha Boyolali pada tanggal 4-5

Mei 2017

62 Wawancara dengan Rusdi guru PAI SMK Karya Nugraha Boyolali pada tanggal 4 Mei

2017.

63 Wawancara dengan Siti Qadariyah guru PAI SMK Karya Nugraha Boyolali pada tanggal

3 Mei 2017.

64 Wawancara dengan Sarbiyanto kepala SMK Karya Nugraha Boyolali pada tanggal 17

(49)

maka diperlukan berbagai macam faktor pendukung di dalamnya. Dengan

demikian seorang guru mempunyai peran yang sangat penting untuk

mendukung demi terwujudnya toleransi intra agama

2. Faktor pendukung implementasi pembelajaran pendidikan agama Islam

untuk meningkatkan perilaku toleransi intra-agama di SMK

Muhammadiyah 04 Boyolali. Untuk faktor pendukung di SMK

Muhammadiyah 04 Boyolali akan dijabarkan dalam wawancara dengan

guru pendidikan agama Islam mata pelajaran fiqih/ ibadah dibawah ini.

“faktor pendukungnya terletak pada siswa itu sendiri, yaitu bagaimana siswa itu bisa fokus ketika mata pelajaran sedang berlangsung. Selain itu juga tersedianya fasilitas pendukung seperti media dan berbagai bahan ajar pada mapel ibadah ini”.65

Juga wawancara dengan guru pendidikan agama Islam mata pelajaran al-Qur‘an dibawah ini.

“faktor pendukungnya lebih kepada motivasi dari siswa itu sendiri

untuk maju”.66

Wawancara dengan guru pendidikan agama Islam mata pelajaran aqidah dibawah ini.

pertama, tersedianya media dan sumber pembelajaran yang memadai, kedua, sikap siswa dalam menerima pembelajaran itu sendiri’.67

Juga wawancara dengan guru pendidikan agama Islam mata pelajaran akhlaq dibawah ini.

pertama, sadar bahwa kita adalah satu aqidah, yaitu aqidah Islam;

kedua, memahami secara komprehensif; ketiga, kita harus paham betul bahwa kita adalah seorang pendakwah, dalam artian seseorang

65 Wawancara dengan Rini Rahmawati guru PAI SMK Muhammadiyah 04 Boyolali pada

tanggal 28 April 2017.

66 Wawancara dengan Fintin Ariyani guru PAI SMK Muhammadiyah 04 Boyolali pada

tanggal 28 April 2017.

67 Wawancara dengan Shiroth Amin guru PAI SMK Muhammadiyah 04 Boyolali pada

(50)

tidak bisa merasa paling benar; keempat, menyampaikan secara terbuka tanpa menutup-nutupi”.68

Wawancara dengan guru pendidikan agama Islam mapel tarikh.

“sebagai faktor pendukugnya, pertama, saya memberikan wawasan

yang benar; kedua, membekali siswa dengan wawsan yang benar;

ketiga, memberi pengertian bahwa Islam itu menaungi seluruh alam;

keempat, cukup berbeda tidak memaksa”.69

Terakhir juga diperkuat dengan wawancara dengan guru pendidikan

agama Islam mata pelajaran ke-Muhammadiyahan.

motivasi belajar dan pikiran yang terbuka dari siswa itu sendiri

dalam setiap menerima pelajaran’.70

Hasil wawancara diatas juga didukung dengan pernyataan dari Kepala

SMK Muhammadiyah 04 Boyolali

“sangat mendukung, walaupun sekolah kami lembaga pendidikan

yang berlatar belakangkan Muhammadiyah, dalam hal proses pembelajaran kami tidak pernah membeda-bedakan diantara para siswa yang mempunyai latar belakang di luar Muhammadiyah. kepada para guru kami berusaha memberikan pengarahan untuk dapat melaksanakan proses pembelajaran PAI dengan sebaik-baiknya, menurut kesepakatan pimpinan wilayah Muhammadiyah. Walaupun SMK ini dari berbagai latar belakang yang membuat adanya perbedaan, alhamdulilah di sekolah ini belum pernah terjadi masalah yang berarti. Memberikan kebebasan bagi setiap siswa, untuk siswa non muslim saja tetap kami terima apalagi siswa muslim. Ketika

dalam pergaulan antar siswa juga tidak ada masalah”.71

68 Wawancara dengan Mulyono guru PAI SMK Muhammadiyah 04 Boyolali pada tanggal

Gambar

Tabel 3.1. Implementasi, Pendukung, dan Penghambat
Tabel 4.1. Indikator Toleransi Intra-Agama

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Perkembangan Selisih Hasil Usaha (SHU) Pada PRIMKOP Dharma Putra Balawara Kabupaten Jember tahun 2010-2012, Fransiska Desi Marianingtyas, 080210391014, 2014,

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akhir pada Jurusan Teknik Komputer

Semen yang biasa digunakan pada campuran beton atau disebut juga semen portland adalah bahan pengikat hidrolis berupa bubuk halus yang dihasilkan dengan cara menghaluskan

Pada grafik tampak bahwa sistem yang menggunakan R-22 dengan penambahan pre-cooling menunjukkan nilai nilai koefisien yang lebih besar yaitu rata-rata 4,788 apabila

ReadLn digunakan untuk memasukkan data perbaris, artinya setelah tombol Enter ditekan, maka akan ganti baris, sedangkan Read tidak ganti baris, masih dalam

Menurut wilkinson, selain terapi keluarga dan terapi kelompok, meningkatnya tingkat depresi pada lansia di panti wredha atau penampungan-penampungan yang bersifat

Di samping itu, Aminuddin (2004) mengemukakan bahwa pendekatan parafrastis pada dasarnya beranjak dari prinsip bahwa (a) pengubahan bentuk karya sastra tententu ke dalam bentuk

SENTRA I - 49 Pada penelitian ini akan dilakukan perancangan, pembuatan dan pengujian teknik baru untuk mengurangi jumlah paket antara manager dan agent sehingga