IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM UNTUK MENINGKATKAN
PERILAKU TOLERANSI INTRA-AGAMA
(Studi Kasus di SMK Karya Nugraha dan SMK Muhammadiyah 04 Boyolali)
oleh
MUKHLIS ADI NUGRAHA NIM. 12010150029
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan
Program Pascasarjana
ABSTRAK
“Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk Meningkatkan Perilaku Toleransi Intra-Agama (Studi Kasus di SMK Karya Nugraha dan SMK Muhammadiyah 04 Boyolali)”. Tesis Program Pendidikan Agama Islam (PAI), Program Pascasarjana, Institut Agama Islam Negeri Salatiga, 2017, pembimbing Dr. Benny Ridwan, M.Hum.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi pembelajaran PAI untuk meningkatkan perilaku toleransi intra-agama di SMK Karya Nugraha dan di SMK Muhammadiyah 04 Boyolali. Jenis penelitian ini adalah menggunakan kualitatif, dengan menggunakan teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang disajikan dalam bentuk verbal bukan dalam bentuk angka.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa implementasi pembelajaran PAI di SMK Karya Nugraha Boyolali telah menggunakan kurikulum 2013. Sedangkan SMK Muhammadiyah 04 Boyolali masih menggunakan buku ajar yang urutan materinya masih sama dengan yang ada di kurikulum KTSP. Jika PAI di SMK Karya Nugraha Boyolali diajarkan dalam satu mata pelajaran, berbeda halnya dengan di SMK Muhammadiyah 04 Boyolali, mata pelajaran PAI diajarkan secara terpisah-pisah. Faktor pendukung di dalam toleransi intra agama di SMK Karya Nugraha Boyolali adalah tersedianya sumber-sumber belajar yang memadai, dengan guru memberikan penjelasan yang berkaitan dengan macam-macam aliran, tanpa menjelek-jelekan; sedangkan untuk faktor penghambatnya ialah beragamnya latar belakang organisasi siswa yang membawa pengaruh kurang baik. Faktor pendukung di dalam toleransi intra agama di SMK Muhammadiyah 04 Boyolali adalah adanya kesadaran satu aqidah, dan pemahaman secara terbuka, selanjutnya untuk faktor penghambatnya ialah kurangnya pemahaman ilmu agama yang berkaitan dengan
khilafiyah yang memunculkan pandangan pribadi yang paling benar. Upaya-upaya untuk meningkatkan toleransi intra-agama di SMK Karya Nugraha dengan menyampaikan berbagai macam-macam aliran, mazhab di dalam agama Islam, juga memberikan pendalaman ilmu agama yang berkaitan dengan toleransi. Untuk di SMK Muhammadiyah 04 Boyolali lebih menekankan pada penjelasan dalil-dalil yang berhubungan dengan masalah-masalah khilafiyah.
Dengan diberikannya pemahaman tentang pentingnya toleransi dari guru maka harapannya siswa memiliki perilaku toleransi intra-agama.
ABSTRACT
"Implementation of Islamic Religious Education Learning to Improve the Behavior of Intra-Religious Tolerance (Case Study at SMK Karya Nugraha and SMK Muhammadiyah 04 Boyolali)". Thesis of Islamic Education Program (PAI), Graduate Program, State Islamic Institute of Salatiga, 2017, supervisor. Benny Ridwan, M. Hum.
This study aims to determine the implementation of learning PAI to improve the behavior of intra-religious tolerance in SMK Karya Nugraha and in SMK Muhammadiyah 04 Boyolali. This type of research is qualitative , using observation data collection techniques, interviews, and documentations. The data presented in verbal form.
Based on the results of research and discussion, it can be concluded that the implementation of learning PAI in SMK Karya Nugraha Boyolali has used the curriculum 2013. While SMK Muhammadiyah 04 Boyolali is still using textbooks that the sequence of material that is still exactly the same in the curriculum KTSP. If PAI in SMK Karya Nugraha Boyolali is taught in one subject, unlike the case in SMK Muhammadiyah 04 Boyolali, PAI subjects are taught separately. The supporting factor in intra-religious tolerance in SMK Karya Nugraha Boyolali is the availability of adequate learning resources, with teachers providing explanations related to the various streams, without vilifying; while for the inhibiting factor is the diverse background of student organizations that carry less good influence. Supporting factors in the tolerance of intra-religion in SMK Muhammadiyah 04 Boyolali is the awareness of one aqidah, and open understanding, furthermore for the inhibiting factor is the lack of understanding of religious knowledge related to khilafiyah that raises the most correct personal views. Efforts to increase intra-religious tolerance in SMK Karya Nugraha by conveying various schools, schools within the Islamic religion, also provide a deepening of religious knowledge related to tolerance. For SMK Muhammadiyah 04 Boyolali more emphasis on the explanation of the arguments relating to
khilafiyah problems. Given an understanding of the importance of tolerance from teachers, students' expectations have an intra-religious tolerance behavior.
PRAKATA
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah Swt. yang telah memberi
rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis
sebagai salah satu pelengkap persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan.
Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada teladan umat akhir zaman, Nabi
Muhammad Saw. Penulis menyadari dalam proses penulisan tesis ini tidak lepas
dari berbagai hambatan, namun berkat bimbingan, bantuan berbagai pihak, serta
ridha dari Allah Swt, penulisan tesis ini dapat selesai dengan baik.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada yang terhormat :
1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
Salatiga.
2. Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag. selaku Direktur Program Pascasarjana Institut
Agama Islam Negeri Salatiga.
3. Hammam, Ph.D. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam
Institut Agama Islam Negeri Salatiga
4. Dr. Benny Ridwan, M.Hum. selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, saran dan koreksinya dalam penulisan tesis ini.
5. Seluruh Guru Besar, Dosen beserta Staff Pascasarjana Institut Agama Islam
Negeri Salatiga, yang tidak mungkin disebutkan satu persatu, yang telah
banyak memberikan wawasan keilmuan dan kemudahan-kemudahan selama
HALAMAN JUDUL ...
BAB II IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM ... 14
A. Implementasi Pembelajaran PAI di SMK Karya Nugraha ...
1. Profil Sekolah ...
14
2. Strategi Pembelajaran ...
B. Implementasi Pembelajaran PAI di SMK Muhammadiyah 04 ...
1. Profil Sekolah ...
BAB III FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PAI UNTUK
MENINGKATKAN PERILAKU TOLERANSI INTRA AGAMA . 34
A. Faktor Pendukung ...
B. Faktor Penghambat ... 34
BAB IV UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU TOLERANSI
INTRA-AGAMA ...
A. Upaya di SMK Karya Nugraha Boyolali ...
B. Upaya di SMK Muhammadiyah 04 Boyolali ...
C. Analisis Implementasi Pembelajaran PAI untuk Meningkatkan
Perilaku Toleransi Intra-Agama ...
43
44
49
51
BAB V PENUTUP ...
A. Simpulan ...
B. Saran ... 56
56
58
DAFTAR PUSTAKA ... 59
LAMPIRAN ... 62
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1. Implementasi, Pendukung, dan Penghambat ... 42
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian
2. Pedoman Wawancara ...
3. Pedoman Observasi ...
4. Pedoman Dokumentasi ...
5. Hasil Wawancara ...
6. Surat Ijin Penelitian ...
7. Surat Bukti telah Melakukan Penelitian ...
8. Dokumentasi Foto ...
9. Lembar Konsultasi Pembimbing ...
10.Biodata Penulis ...
11.Pernyataan Keaslian Tulisan dan Kesediaan Publikasi ... 62
63
65
65
66
136
138
140
154
156
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan agama Islam di Indonesia dewasa ini mendapatkan sorotan tajam
dari berbagai pihak, kaitannya dalam membentuk peserta didik yang beriman
dan bertaqwa. Nurcholish Madjid mengatakan bahwa kegagalan pendidikan
agama Islam disebabkan dalam pembelajaran yang lebih menitikberatkan
pada hal-hal yang bersifat formal dan hafalan, bukan pada pemaknaannya.1 Hal ini dikarenakan ketidakmampuannya dalam menanggulangi berbagai isu
penting yang ada dalam masyarakat.2
Pendidikan agama Islam merupakan mata pelajaran yang wajib
diajarkan pada sekolah mulai tingkat dasar hingga perguruan tinggi.3 Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam
meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui
kegiatan bimbingan, pengarahan atau latihan dengan memperhatikan tuntutan
untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat
beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan kesatuan nasional.4
1 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,
Bandung : Rosda Karya, 2005, 165.
2 Sutrisno, Revolusi di Indonesia, Membedah Metode dan Teknik Pendidikan Berbasis
Kompetensi, Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2006, 5.
3 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008, 150.
Seorang guru memiliki peran agar terjadi proses belajar mengajar
yang efektif atau dapat mencapai hasil sesuai dengan tujuan bagi para siswa.5
Setiap pendidik mengharapkan agar apa yang diajarkannya dapat diterima dan
dilaksanakan oleh para siswa. Namun faktanya belum adanya
penyelenggaraan proses pembelajaran yang benar-benar efektif dan efisien.
Hal ini dapat tergambar dalam penurunan moral, pertikaian
kelompok-kelompok sosial, dan konflik nilai. Berbagai permasalahan implementasi
pembelajaran pendidikan agama Islam itu di antaranya: siswa kurang tertarik
atau kurang berminat dalam belajar pendidikan agama Islam terutama dalam
materi pelajaran Al-Quran, pengurusan jenazah, dan mawaris.
Selain itu dari hasil observasi awal dan wawancara di SMK Karya
Nugraha dan SMK Muhammadiyah 04 Boyolali diketahui bahwa diantara
para siswa masih ada yang memiliki kecenderungan sikap intoleransi
terhadap kelompok yang berbeda ideologi, hal ini terlihat dalam sikap dan
perilaku yang merasa benar sendiri, timbulnya sikap fanatik berlebih.6 Dalam hal ini, Pendidikan agama Islam dipandang sebagai salah satu mata pelajaran
yang dituntut mampu membawa kata perdamaian dalam setiap jiwa peserta
didik.7 Kaitannya dengan proses pembelajaran, seorang guru perlu memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif mencari, menemukan, dan
mengevaluasi faham keagamaannya sendiri dengan memperbandingkan
5 Muhammad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru, 2010, 1.
6 Observasi awal dan wawancara dengan para siswa SMK Karya Nugraha dan SMK
Muhammadiyah 04 Boyolali pada bulan Desember 2016.
dengan pandangan keagamaan siswa lainnya, ataupun dengan penganut
faham-faham agama lain.8
Melalui pembelajaran PAI yang efektif diharapkan dapat
meminimalisir sikap intoleransi intra-agama. Karena perbedaan ideologi
intra-agama juga sangat perlu di perhatikan keharmonisannya, yang pada
akhirnya pada implementasi pembelajaran PAI dapat meningkatkan perilaku
toleransi intra-agama.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih
lanjut tentang “Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk
Meningkatkan Perilaku Toleransi Intra-Agama. (Studi Kasus di SMK Karya
Nugraha dan SMK Muhammadiyah 04 Boyolali)”
B. Rumusan Masalah
Penelitian ini membahas mengenai implementasi pembelajaran PAI untuk
meningkatkan perilaku toleransi intra-agama di SMK Karya Nugraha dan
SMK Muhammadiyah 04 Boyolali. Adapun rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah implementasi pembelajaran PAI untuk meningkatkan
perilaku toleransi intra-agama di SMK Karya Nugraha dan di SMK
Muhammadiyah 04 Boyolali?
8 Zakiyuddin Baidhawy, Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural, Jakarta: Erlangga,
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat implementasi pembelajaran
PAI untuk meningkatkan perilaku toleransi intra-agama di SMK Karya
Nugraha dan di SMK Muhammadiyah 04 Boyolali?
3. Upaya-upaya apa saja untuk meningkatkan toleransi intra-agama di SMK
Karya Nugraha dan di SMK Muhammadiyah 04 Boyolali?
C. Signifikansi Penelitian 1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui implementasi pembelajaran PAI untuk
meningkatkan perilaku toleransi intra-agama di SMK Karya Nugraha
dan di SMK Muhammadiyah 04 Boyolali.
b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat implementasi
pembelajaran PAI untuk meningkatkan perilaku toleransi intra-agama
di SMK Karya Nugraha dan di SMK Muhammadiyah 04 Boyolali.
c. Untuk mengetahui upaya-upaya untuk meningkatkan perilaku
toleransi intra-agama di SMK Karya Nugraha dan di SMK
Muhammadiyah 04 Boyolali.
2. Manfaat Penelitian
a. Secara Teoretik penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk
mengetahui konsep implementasi pembelajaran PAI dalam
b. Secara Praktis
Bagi Pemerintah, penelitian ini dapat dijadikan pijakan dalam
pengembangan pembelajaran PAI di sekolah; bagi sekolah, berguna
untuk pembinaan perilaku toleransi intra-agama bagi para siswa;
bagi guru dan siswa sebagai bahan renungan bersama dan
pengetahuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PAI dan
wawasan toleransi intra-agama.
D. Tinjauan Pustaka
1. Penelitian Terdahulu
Di bawah ini adalah uraian beberapa hasil penelitian terdahulu yang
dianggap mendekati dari tema penelitian ini adalah: Penelitian Selviyanti
Kaawoan “Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Perilaku Toleran
pada Warga Sekolah” menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran dapat
memberi kemampuan berdialog dan mencari cammon ground yang akan
menjadi dasar pijakan dan bekal bagi peserta didik untuk berdialog
dengan realitas disekitarnya khususnya realitas keragaman.9
Penelitian dari Budi Santosa “Nilai dan Perilaku Multikultural:
Toleransi Intra-Agama Siswa Madrasah Aliyah di Surakarta” bermaksud
untuk mengungkap tingkat toleransi intra-agama, serta berusaha
mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menjelaskan tingkat toleransi
intra-agama, dan mengeksplorasi alasan munculnya sikap intoleran
firqoh pada siswa madrasah aliyah di Surakarta. Potensi intoleransi
terbesar (37%) mucul pada wilayah akidah.10
Penelitian Raihani dengan judul, A Whole-school Approach: A
Proposal for Education for Tolerance in Indonesia,11 berpendapat bahwa
pendidikan toleransi harus didekati secara holistik. Dengan melihat secara
menyeluruh, tidak hanya khusus belajar mengajar di sekolah, akan tetapi
meliputi kebijakan sekolah dan visi, kualitas kurikulum dan pengajaran,
kepemimpinan dan manajemen, budaya, kegiatan mahasiswa, dan
kolaborasi dengan masyarakat luas.
Penelitian Mutsalem Khareng dan Jaffary Awang dengan judul
Cultural Socialization and Its Relation to the Attitude of Religious
Tolerance Among Muslim and Buddhist Students in Prince of Songkhla
University,12 menggambarkan interaksi dan komunikasi perilaku yang didasarkan pada orientasi agama atau moral di kalangan siswa antara
Muslim dengan Buddha. Faktor lingkungan mempengaruhi sikap dan cara
pandang.
The School of Ahl Al-Sunnah wa Al-Jama`Ah and The Attachment
of Indonesian Muslims to its Doctrines, oleh Fauzan Saleh.13 Penelitian
10Budi Santosa, “Nilai dan Perilaku Multikultural: Toleransi Intra-Agama Siswa Madrasah Aliyah di Surakarta”, Jurnal Penelitian Ilmu Agama dan Humaniora, Volume 3, Nomor 2 (Maret 2015), 107-124.
11 Raihani, “A Whole-school Approach: A Proposal for Education for Tolerance in
Indonesia”, Theory and Research in Education, Volume 9, Nomor 1 (2011), 23-36.
12 Mutsalem Khareng dan Jaffary Awang, “Cultural Socialization and Its Relation to the Attitude of Religious Tolerance among Muslim and Buddhist Students in Prince of Songkhla University”, International Journal of Islamic Thought, Volume 2 (Desember 2012). 12-22.
ini membahas secara rinci dua organisasi besar Islam, yang berkaitan
dengan tentang pandangan keagamaan dari kedua organisasi tersebut. NU
mengklaim telah melaksanakan doktrin Ahl al-Sunnah dalam kehidupan
sehari-hari mereka. Di sisi lain, Muhammadiyah tidak terobsesi dengan
klaim sebagai setia kepada ajaran Ahl al-Sunnah, meskipun dalam
kenyataannya telah melaksanakan ideologi Ahl al-Sunnah.
Dari beberapa tinjauan pustaka yang telah dideskripsikan di atas,
memang ada hasil penelitian yang relevan dengan tema implementasi
pembelajaran PAI untuk meningkatkan toleransi intra-agama. Walaupun
begitu dari berbagai penelitian diatas hanya menguraikan mengenai
pembelajaran PAI secara umum, belum menyentuh secara mendalam
kedalam toleransi intra-agama. Untuk posisi penelitian ini sendiri berbeda
dengan penelitian yang sudah ada, sebab penelitian ini memaparkan
implementasi pembelajaran PAI untuk meningkatkan perilaku toleransi
intra-agama di SMK Karya Nugraha dan di SMK Muhammadiyah 04
Boyolali. yang menjadi perbedaan fokus kajiannya dan lokasi yang
digunakan dalam penelitiannya.
2. Kerangka Teori
Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 bahwa pembelajaran
merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. 14 Pendidikan agama Islam adalah
upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk
mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama
Islam, dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain
dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga
terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.15
Pendidikan agama di sekolah umum maupun di sekolah
keagamaan lebih condong kepada eksklusif dengan anggapan
keyakinannya lebih benar bila dibandingkan dengan yang lainnya.16 Pendidikan agama di sekolah haruslah memiliki pemahaman yang
mendalam dari suatu ajaran agama, sebab toleransi pada setiap siswa
berawal dari lingkup keluarga hingga masyarakat lingkungan tempat
tinggal siswa tersebut, penting bagi guru-pendidik, pengasuh dan peserta
didik harus sama-sama memahami konsep toleransi.17
Toleransi merupakan sikap membolehkan atau menyetujui
pendapat, sikap, ataupun perilaku orang lain yang berbeda dengan kita,
pada aspek spiritual, moral, ideologi, maupun politik.18 Menjadi toleran, berarti membiarkan orang lain menjadi dirinya sendiri, dengan tanpa
mempengaruhi untuk mengikuti ide kita.19 Dengan demikian, toleransi
15 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan..., 130.
16 Zakiyuddin Baidhawy, Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural, Jakarta: Erlangga,
2005, 31.
17 Ferdinand J. Potgieter, Johannes L. van der Walt, and Charste C. Wolhuter, “Towards
Understanding (Religious) (in) Tolerance in Education”, HTS Teologiese Studies/ Theological Studies, Volume 70, Number 3 (February 2014), 6.
18 Ngainun Naim, Islam dan Pluralisme Agama, Yogyakarta: Lingkar Media, 2014, 182.
merupakan kemampuan untuk menghormati sifat dasar, keyakinan, dan
perilaku yang dimiliki oleh orang lain.
Masykuri Abdillah memaknai konsep toleransi menjadi dua
macam, toleransi positif dan negatif. Toleransi positif itu membutuhkan
adanya bantuan maupun dukungan terhadap keberadaan dari suatu orang
ataupun kelompok. Toleransi negatif itu hanya cukup dengan membiarkan
atau tidak menyakiti orang maupun kelompok lain.20 Toleransi dapat juga
dikelompokkan menjadi toleransi pasif dan aktif. toleransi pasif
merupakan sikap menolak untuk mengganggu atau mendukung seseorang
atau sesuatu yang tidak kita sukai atau netral terhadapnya, sedangkan
toleransi aktif melibatkan secara aktif melindungi atau mendukung apa
yang sedang kita toleransi.21
Tujuan dari toleransi ini untuk membentuk perilaku siswa yang
mampu menghargai, menilai diri sendiri maupun orang lain, dengan
memahami berbagai tradisi-tradisi kebudayaan yang berbeda.22 Sikap toleransi dapat terlihat dalam indikator sebagai berikut, pertama, tenggang
rasa untuk menghormati pilihan dan cara berekspresi terhadap orang lain
dalam menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan; kedua,
terbangun sikap kesadaran dalam memahami, mengakui, dan
menghormati, adanya keragaman agama, keyakinan yang diyakini orang
20 Masykuri Abdillah, “Pluralisme dan Toleransi”, dalam Nur Achmad (ed.), Pluralitas Agama: Kerukunan dalam Keragaman, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2001: 13.
21 Ana Cristina Araújo, Iwan-Michelangelo D’Aprile, Bojan Borstner, and Smiljana
Gartner, “The Historical and Philosophical Dimensions of the Concept of Tolerance”, in Gudmundur Halfdanarson (ed.), Discrimination and tolerance in historical perspective, Pisa: Pisa University Press, 2008: 1-18.
lain; ketiga, membangun dan mengembangkan sikap bersatu dalam
perbedaan, berbeda dalam kebersamaan.23
Konteks dalam penelitian ini, perbedaan agama yang dimaksud
adalah perbedaan penafsiran yang bermuara pada perbedaan keyakinan
dan amalan. Sikap demikian dipahami dalam konteks spesifik hubungan
intra-agama Islam, yaitu antar berbagai jenis dan bentuk golongan
(organisasi) yang ada dalam Islam.24 Dengan begitu penelitian ini
berfokus kepada implementasi pembelajaran PAI untuk meningkatkan
perilaku toleransi intra-agama pada siswa SMK.
3. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Ditinjau dari objeknya, penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field
research). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan
metode studi kasus. Studi kasus (case study) merupakan penelitian yang
dilaksanakan pada suatu kesatuan sistem program, kegiatan, peristiwa,
atau sekelompok individu yang terikat oleh waktu maupun suatu ikatan
tertentu.25 Metode ini digunakan untuk menghimpun data, mengambil makna, serta memperoleh pemahaman sejauh mana implementasi
pembelajaran PAI untuk meningkatkan perilaku toleransi intra-agama di
SMK Karya Nugraha dan SMK Muhammadiyah 04 Boyolali.
23 Hujair AH. Sanaky, Pembaruan Pendidikan Islam: Paradigma, Tipologi, dan Pemetaan
Menuju Masyarakat Madani Indonesia. Yogyakarta: Kaukaba Dipantara, 2015, 168. 24Budi Santosa, “Nilai..., 111.
25 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja
2. Subjek dan Objek Penelitian
a. Kepala Sekolah SMK Karya Nugraha dan SMK Muhammadiyah 04
Boyolali diharapkan memberikan informasi mengenai kebijakan
pendidikan dalam peningkatan perilaku toleransi intra-agama kepada
peserta didik.
b. Guru Pendidikan Agama Islam SMK Karya Nugraha dan SMK
Muhammadiyah 04 Boyolali terkait dengan pandangan/ pendapat
mereka mengenai konsep implementasi pembelajaran PAI khususnya
untuk meningkatkan perilaku toleransi intra-agama kepada siswa.
c. Siswa SMK Karya Nugraha dan SMK Muhammadiyah 04 Boyolali
mengenai perilaku dalam toleransi intra-agama.
3. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan mulai tanggal 1 Februari hingga 17 Juni
2017. Lokasi penelitian di SMK Karya Nugraha dan SMK
Muhammadiyah 04 Boyolali.
4. Sumber Data
Pertama, sumber data primer dalam penelitian ini adalah Guru PAI, dan
siswa. Kedua, sumber data sekunder dari penelitian ini adalah kepala
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Metode Observasi
Metode pengumpulan data yang berkenaan dengan perilaku manusia,
proses kerja, gejala-gejala alam.26 Metode ini dipakai kaitannya dalam implementasi pembelajaran PAI di dalam kelas serta berbagai
peristiwa yang relevan dengan penelitian yang sedang dilakukan.
b. Metode Interview (Wawancara)
Teknik pengumpulan data sebagai studi pendahuluan ataupun
pendalaman dari permasalahan yang diteliti.27 Wawancara akan dilakukan kepada kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang
kurikulum, guru PAI, serta para siswa. untuk memproses data tentang
faktor-faktor pendukung dan penghambat implementasi pembelajaran
PAI untuk meningkatkan perilaku toleransi intra-agama.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan untuk mencari data mengenai
gambaran lokasi penelitian, foto-foto kegiatan siswa dikelas maupun
diluar kelas, buku Pendidikan Agama Islam, catatan keagamaan siswa,
transkip nilai agama Islam dan sarana prasarana.
d. Triangulasi Data
Bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan
sumber data yang telah ada.28 Peneliti menguji kredibilitas data
26 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: CV Alfabeta, 2015, 203.
27 Sugiyono, Metode..., 194.
dengan berbagai teknik pengumpulan data dari berbagai sumber data
diatas.
e. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teorinya Miles dan
Huberman yang langkah-langkahnya dimulai pada reduksi data,
penyajian data, dan verifikasi data.29 Setelah dianalisis akan dilakukan pengecekan keabsahan data sebagai langkah selanjutnya.
4. Sistematika Penulisan
Bab pertama, pendahuluan, berisi latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, kerangka teori, metode
penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab kedua, Mengenai gambaran umum lokasi dan proses implementasi
pembelajaran PAI untuk meningkatkan perilaku toleransi intra-agama di SMK
Karya Nugraha dan di SMK Muhammadiyah 04 Boyolali
Bab ketiga, Mengenai faktor pendukung dan penghambat dalam
implementasi pembelajaran PAI untuk meningkatkan perilaku toleransi
intra-agama di SMK Karya Nugraha dan di SMK Muhammadiyah 04 Boyolali.
Bab keempat, Membahas upaya untuk Meningkatkan Perilaku Toleransi
Intra-Agama di SMK Karya Nugraha dan SMK Muhammadiyah 04 Boyolali
Bab kelima, mengemukakan kesimpulan dan saran, serta dilengkapi
dengan daftar pustaka, serta lampiran-lampiran.
BAB II
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
A. Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Karya Nugraha Boyolali
1. Profil Sekolah
SMK Karya Nugraha Boyolali didirikan pada tahun 1991, yang
merupakan sekolah menengah kejuruan otomotif tertua di Boyolali.
Sekolah ini secara geografis terletak di Sariasih Karanggeneng Kabupaten
Boyolali Provinsi Jawa Tengah dengan Kode Pos 57312. SMK Karya
Nugraha Boyolali bernaung di bawah lembaga pendidikan Ma‘arif
Nahdlatul Ulama kabupaten Boyolali, dengan menempati tanah seluas
5.619 m2 dengan status sertifikat hak milik serta sebagian hak guna
bangunan.30 SMK Karya Nugraha mempunyai 5 program keahlian:
pertama, teknik kendaraan ringan (TKR); kedua, teknik bodi otomotif
(TBO); ketiga, teknik sepeda motor (TSM); keempat, teknik komputer
jaringan (TKJ); kelima, perbankan syariah (PS).31
Visi SMK Karya Nugraha adalah “Berdaya Guna sebaga pencetak
Wirausahawan SDM trampil untuk memenuhi kebutuhan industri di era
global dengan dilandasi Iman dan Taqwa kepada Allah SWT” dengan visi
30 Wawancara dengan Sarbiyanto Kepala SMK Karya Nugraha Boyolali pada tanggal 17
Mei 2017.
tersebut maka Misi SMK Karya Nugraha Boyolali adalah dengan
menyelenggarakan proses pembelajaran yang dapat:
a. Menumbuhkan semangat keunggulan dan kompetitif secara intensif
kepada seluruh warga sekolah
b. Melaksanakan proses Pembelajaran secara optimal yang berkwalitas
dengan pendekatan bahasa asing sebagai pengantar
c. Membentuk tamatan yang berkepribadian luhur, yang berakar pada
sistim nilai adat istiadat, budaya masyarakat dengan tetap mengikuti
perkembangan dunia luar.
d. Menghasilkan tenaga terampil dan profesional yang handal yang
mampu bersaing di lapangan kerja di era global
e. Menyiapkan wirausahawan-wirausahawan yang potensi
f. Menyiapkan kader-kader muda yang memiliki akhlak mulia yang
beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT
g. Mengembang Unit Produksi dan jasa yang profesional dengan
berbagai usaha yang dapat menunjang penyelenggaraan proses
pembelajaran
h. Menumbuhkan kembangkan potensi dan kapasitas guru karyawan
agar mampu melaksanakan pembaharuan secara terus menerus
i. Mengembangkan dan mengintensifkan hubungan sekolah dengan
DU/ DI dan institusi lain yang telah memiliki reputasi nasional dan
internasional, sebagai perwujudan dari prinsip demand driven.32
Keberadaan tenaga pendidik yang kompeten di sekolah
merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi. Demikian pula halnya
dengan SMK Karya Nugraha Boyolali. Hingga saat ini SMK Karya
Nugraha telah memiliki 62 orang guru dan 16 tenaga kependidikan.
Yang semuanya berstatus sebagai guru maupun pegawai tetap
yayasan. Dari 62 orang guru tersebut, 2 orang berpendidikan Strata
dua (S2), 53 orang Strata satu (S1), dan sisanya berpendidikan ≤ D3.
Jumlah siswa di SMK Karya Nugraha Boyolali tahun ajaran
2016/2017 adalah 1.277 orang. Terdiri dari 456 orang kelas X, 437
orang kelas XI, dan 384 orang kelas XII. Rombongan belajar yang
diselenggarakan di SMK Karya Nugraha Boyolali berdasarkan
jurusan yang dipilih siswa ada 35 kelas dengan rincian kelas X dan XI
ada dua belas kelas 12, dan 11 kelas untuk kelas XII.
2. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan hal yang harus ada dalam interaksi
seorang guru dengan murid dalam setiap pembelajaran, yang tujuannya
agar suatu pembelajaran itu dapat mencapai hasil yang efektif dan
efisien.33 Selanjutnya strategi pembelajaran di dalam kelas lebih ditekankan dengan menggunakan model student centered tujuannya untuk
memotivasi siswa agar lebih berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar
mengajar, agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan
33
efisien.34 Untuk kegiatan belajar mengajar di SMK Karya Nugraha Boyolali sudah menggunakan sistem pindah kelas (moving classroom).
Pembelajaran yang dilaksanakan di SMK Karya Nugraha Boyolali
mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Dalam proses pembelajaran agama Islam di SMK Karya Nugraha
Boyolali kurikulum yang dipergunakan adalah kurikulum tahun 2013.
Dalam implementasinya mata pelajaran pendidikan agama Islam
diselenggarakan selama tiga jam pelajaran, dengan satu jam pelajarannya
dilaksanakan selama 45 menit.
3. Metode Pembelajaran
Dapat diketahui bahwa dalam proses pembelajaran pendidikan agama
Islam di SMK Karya Nugraha Boyolali menerapkan metode ceramah,
diskusi, tanya jawab, observasi, demonstrasi, dan penugasan.35 Selanjutnya untuk pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan kompetensi
atau materi yang harus dikuasai siswa dan waktu yang tersedia.
Hasil observasi dengan Mualim guru pendidikan agama Islam
ketika sedang mengajar di kelas XI. pembelajaran dimulai dengan
menyampaikan sebuah hadis ajakan kepada umat Islam untuk saling
menghargai, saling menghormati, dan saling mencintai di antara sesama.
Dari Anas ra. Sesunggunya Rasulullah saw. bersabda, “Demi (Allah)
yang jiwaku di tangan-Nya, tidaklah beriman seorang hamba sehingga dia
34 Wawancara dengan Mujito Wakil Kepala Sekolah bagian Kurikulum SMK Karya
Nugraha Boyolali pada tanggal 27 April 2017.
35Wawancara dengan Mualim guru PAI SMK Karya Nugraha Boyolali pada tanggal 4 Mei
mencintai tetangganya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.” (HR.
Bukhari Muslim), dalam hal ini guru memberikan pemahaman kepada
para siswa bahwa kita hidup dalam negara demokrasi yang dituntut untuk
selalu bersikap toleran, yaitu sikap saling menghormati, dan menghargai
kebebasan beragama dengan memberikan kebebasan kepada pemeluk
agama untuk mengamalkan ajaran agamanya tanpa ada perasaan saling
mengganggu. Setelah diberikan penjelasan oleh guru, para siswa diminta
untuk mendiskusikan berbagai tema yang telah diberikan oleh guru, setiap
tema didiskusikan oleh empat orang siswa, yang telah dibentuk kelompok,
setelah selesai diskusi setiap kelompok diminta untuk mengumpulkan hasil
diskusinya. 36
Pemilihan dan penggunaan strategi dan metode pembelajaran di
SMK Karya Nugraha Boyolali menerapkan sesuai dengan pada kurikulum
2013. Dapat disimpulkan bahwa metode dan pembelajaran yang digunakan
oleh guru pendidikan agama Islam di SMK Karya Nugraha Boyolali
menggunakan metode diskusi kelompok, ceramah interaktif, dan lain
sebagainya. Guru berusaha untuk mengurangi metode ceramah yang
monoton, meskipun guru masih menggunakan metode ceramah hanya
sekedar untuk mengantarkan siswa dalam memahami materi secara umum.
Terciptanya proses belajar mengajar yang menyenangkan yaitu ketika guru
memberikan kebebasan kepada siswa untuk melakukan sendiri dibawah
36Observasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Mualim guru PAI SMK Karya
bimbingan guru, siswa akan lebih mudah dalam mengingat dan lebih
paham materi ketika mereka terlibat langsung dalam proses pembelajaran.
4. Sumber Belajar
Dari hasil observasi dapat diketahui bahwa selama proses pembelajaran
pendidikan agama Islam di SMK Karya Nugraha Boyolali menggunakan
berbagai sumber belajar, antara lain: buku pendidikan agama Islam dan
budi pekerti kurikulum 2013 dari kementerian pendidikan dan
kebudayaan, ditambah lagi dengan buku-buku penunjang seperti buku
mata pelajaran ke-NU-an ahlussunnah wal jamaah dari pengurus wilayah
NU LP Ma‘arif NU Jawa Tengah, serta berbagai sumber pembelajaran dari
buku-buku yang ada kaitannya dengan materi pendidikan agama Islam,
misalnya al-Qur‘an, serta buku tuntunan shalat lengkap, dan lain
sebagainya.
5. Media Pembelajaran
Media merupakan alat bantu yang digunakan dalam pembelajaran yang
bertujuan untuk mengefektifkan komunikasi dan interaksi antar guru dan
siswa. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan guru pendidikan
agama Islam kelas X sebagai berikut:
“Saya lebih sering menggunakan media laptop dan LCD dalam pembelajaran, menggunakan laptop dalam pembelajaran untuk memudahkan siswa dalam belajar, terutama materi yang sedang saya
sampaikan”.37
37Wawancara dengan Sri Nikmatul Hikmah guru PAI SMK Karya Nugraha Boyolali pada tanggal
Media pembelajaran sangat mempengaruhi proses belajar
mengajar, karena media pembelajaran sangat membantu bagaimana proses
perjalanan informasi dari guru kepada siswa. Pemilihan media
pembelajaran yang sesuai akan mendapatkan pembelajaran yang kondusif,
dan menyenangkan, maka dengan demikian tujuan dari materi yang
bersangkutan mudah dipahami oleh para siswa.
6. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran merupakan komponen penting dalam implementasi
pembelajaran. Materi pelajaran pendidikan agama Islam di
sekolah-sekolah, termasuk SMK Karya Nugraha Boyolali mempunyai beberapa
aspek dalam penerapannya, yaitu aspek al-Qur’an dan hadits, keimanan
(aqidah), akhlak, fiqih (hukum Islam), dan aspek tarikh (sejarah).
Meskipun masing-masing aspek tersebut dalam prakteknya saling
mengaitkan atau terkait (mengisi dan melengkapi), namun demikian jika
dilihat secara teoritis masing-masing memiliki karakteristik tersendiri,
seperti sebagai berikut: pertama, aspek al-Qur’an dan hadits, lebih
menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan benar, memahami
makna secara tekstual, juga mengamalkan kandungannya dalam kehidupan
sehari-hari; kedua, aspek aqidah, menekankan pada kemampuan
memahami dan mempertahankan keyakinan yang benar serta menghayati
dan mengamalkan nilai-nilai asma‘ul husna; ketiga, aspek akhlak,
ditekankan pada pembiasaan akhak terpuji serta menjauhi akhlak tercela
kemampuan cara melaksanakan ibadah maupun muamalah yang benar dan
baik; kelima, aspek tarikh dan kebudayaan Islam, menekankan pada
pengambilan hikmah atau teladan dari peristiwa-peristiwa bersejarah
Islam, juga meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya
dengan fenomena-fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek, dan
lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.38 7. Evaluasi Pembelajaran
Penilaian hasil belajar di SMK Karya Nugraha sudah mengacu kepada
kurikulum 2013. Yang pada hal ini, mengacu kepada dua macam
penilaian, penilaian merupakan proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik, dan
Penilaian autentik tujuannya untuk menilai kesiapan peserta didik,
kemudian proses dan hasil belajar siswa secara utuh. Penilaian autentik
memiliki kaitan yang erat terhadap pendekatan ilmiah (scientific
approach) dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013.
Karena penilaian semacam ini mampu menggambarkan peningkatan hasil
belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menanya,
menalar, mencoba, dan membangun jejaring.39
Lebih lanjut untuk evaluasi pembelajaran dilakukan melalui
analisis hasil belajar peserta didik dalam bentuk hasil tiap mata pelajaran
pendidikan agama Islam dan perubahan perilaku. Evaluasi pembelajaran
diadakan beberapa kali yaitu setelah pembelajaran dikelas, setelah guru
38 Muhaimin, Rekontruksi Pendidikan Islam, Jakarta: Rajawali Press, 2009, 33.
39Wawancara dengan Siti Qadariyah guru PAI SMK Karya Nugraha Boyolali pada tanggal
mengoreksi tugas anak, dan setelah kegiatan diskusi. Sedangkan evaluasi
rutinan adalah evaluasi ulangan harian, ulangan semesteran, dan ujian
nasional.40 Untuk kelas X diwajibkan harus hafal 10 surah, mulai dari
surah Annas, Al Falaq, Al Ikhlas, Al lahab, An nasr, Al kafirun, Al kausar,
Al ma’un, Al Quraish, dan Al Fill; untuk kelas XI melanjutkan hafalan
surah berikutnya dimulai dari Al Humazah, Al ‘Asr, At Takasur, Al
Qariah, Al Adiyat, Az Zalzalah, Al Bayyinah, Al Qadr, Al Alaq, hingga At
Tin, kemudian untuk kelas XII hafalan ayat kursi dan tahlil.41
Selain kewajiban yang harus dikuasai oleh para siswa, siswa siswi
SMK Karya Nugraha Boyolali juga ada pembiasaan yang menjadi ciri
khas dari SMK Karya Nugraha Boyolali sendiri, seperti yang dijelaskan
oleh salah seorang guru pendidikan agama Islam.
“... ada yang namanya pembiasaan membaca Asmaul Husna setiap harinya, sebelum memulai pembelajaran di pagi hari. Membaca Al-Qur’an seminggu 2X pada hari selasa dan kamis. Untuk kegiatan tersebut dipandu oleh guru agama secara bergiliran, juga setelah selesai membaca Asmaul Husna dan membaca Al-Qur’an, dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia raya secara bersama-sama juga... ”.42
Berdasarkan wawancara dengan bapak Mualim bahwa semua siswa
sudah dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM), untuk mata
pelajaran pendidikan agama Islam nilai KKMnya 80.43
40 Wawancara dengan Siti Qadariyah guru PAI SMK Karya Nugraha Boyolali pada tanggal
3 Mei 2017.
41Wawancara dengan Siti Qadariyah, Mua‘lim, dan Sri Nikmatul Hikmah guru PAI SMK Karya Nugraha Boyolali pada tanggal 3-5 Mei 2017.
42 Wawancara dengan Mualim guru PAI SMK Karya Nugraha Boyolali pada tanggal 4-5
Mei 2017
43 Wawancara dengan Mualim guru PAI SMK Karya Nugraha Boyolali pada tanggal 4 Mei
Dalam implementasi pembelajaran pendidikan agama Islam maka
setiap guru wajib menyusun Silabus dan RPP setiap akan mengajar.44 Pada
saat implementasi pembelajaran pendidikan agama Islam di SMK Karya
Nugraha Boyolali memiliki nuansa pembelajaran yang toleran. Hal ini
nampak dari guru ketika menyampaikan materi pembelajaran tanpa
menyinggung maupun menjelek-jelekan organisasi atau aliran lain. ketika ada
siswa yang memiliki alasan yang berbeda guru menanggapi dengan cara yang
sopan, juga tanpa membeda-bedakan perlakuan terhadap para siswa yang
memiliki pandangan yang berbeda.
Pembelajaran yang dilakukan guru pendidikan agama Islam telah
berupaya untuk tidak memisahkan antara hal yang bersifat teoritis dan praktis.
Selain memberi pengetahuan belajar juga diarahkan untuk dapat dipahami
dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran pendidikan agama
Islam yang dilaksanakan di SMK Karya Nugraha Boyolali, guru senantiasa
mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan atau kisah nyata dari
siswa itu sendiri.
Ketika guru menjelaskan gerakan shalat, dijelaskan juga bahwa ada
beberapa model takbir yang berbeda-beda, disini guru mengajak para siswa
untuk mantap pada pengetahuan yang di dapat dari guru atau kyai, ketika ada
perbedaan ada perbedaan jangan dipermaslahkan, tidak perlu
dipermasalahkan, kalau tidak mengangkat tangan jangan dielek-elek, sebab
itu termasuk dalam sunnah shalat, demi persatuan dan kesatuan. Selain itu
44 Wawancara dengan Siti Qadariyah guru PAI SMK Karya Nugraha Boyolali pada tanggal
ketika ada seseorang yang mengerjakan shalat sambil melihat eternit itu juga
jangan dipermasalahkan. Ada yang doa iftitah memakai memakai kabiraw
dan ada juga yang memakai Allahumma baid baini, memang ada banyak versi
dalam doa iftitah. Guru berpesan kalaupun ada teman kamu yang tidak sama
jangan dipermasalahkan. Selanjutnya ada saudara kita yang menganggap
bismillah dibaca atau tidak atau dibaca tetapi pelan itu semua perbedaan
dalam ibadah shalat, masih banyak perbedaan yang lainnya, yang terpenting
kalian melakukannya sesuai keyakinan.45
Guru memberikan penjelasan kepada siswa bahwa memahami bukan
serta merta menyetujui. Saling memahami adalah kesadaran bahwa nilai-nilai
mereka dan kita adalah berbeda, dan mungkin saling melengkapi serta
memberi kontribusi terhadap relasi yang dinamis dan hidup.46 Dari uraian
diatas maka dapat dipahami bahwa dalam hal ini guru sudah menyampaikan
pembelajaran pendidikan agama Islam secara toleran yang harapannya siswa
dapat meningkat perilaku toleransi intra-agamanya.
45Observasi pembelajaran ke-Nuan dengan Rusdi guru PAI SMK Karya Nugraha Boyolali
pada tanggal 4 Mei 2017.
46Observasi pembelajaran ke-Nuan dengan Rusdi guru PAI SMK Karya Nugraha Boyolali
B. Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Muhammadiyah 04 Boyolali
1. Profil Sekolah
SMK Muhammadiyah 04 Boyolali berdiri pada tahun 1997. Sekolah ini
secara geografis terletak di Jl. Lembayung No. 04 Boyolali yang masuk
kedalam kelurahan Pulisen kabupaten Boyolali, Kode Pos 57316. SMK
Muhammadiyah 04 Boyolali berdiri diatas tanah dan yayasan
Muhammadiyah dengan luas keseluruhan 8.106 m2.47 SMK Muhammadiyah 04 Boyolali bernaung di bawah yayasan Muhammadiyah
cabang kabupaten Boyolali. SMK Muhammadiyah 04 mempunyai 7
program keahlian: pertama, teknik pemeliharaan mekanik industri (MI);
kedua, teknik kendaraan ringan (KR); ketiga, teknik sepeda motor (SM);
keempat, rekayasa perangkat lunak (TI/RPL); kelima, jasa boga (JB);
keenam, farmasi (FM); ketujuh, multimedia (MM).
Visi SMK Muhammadiyah 04 Boyolali adalah Disiplin, Islami,
Produktif serta berwawasan lingkungan untuk menghasilkan tamatan yang
profesional sehingga mampu bersaing di era global. Selanjutnya, SMK
Muhammadiyah 04 Boyolali mempunyai misi sebagai berikut:
a. Menyiapkan tamatan yang berkepribadian muslim yang unggul dan
mampu mengendalikan diri
b. Menghasilkan tenaga terampil dibidangnya sesuai dengan kompetensi
keahlian, serta mampu bersaing di dunia kerja
47 Wawancara dengan Alif Agus Sutesna Kepala Sekolah SMK Muhammadiyah 04
c. Menyiapkan tamatan yang mampu berwirausaha, menguasai teknologi
informasi dan peduli lingkungan
d. Mewujudkan lingkungan sekolah yang nyaman, bersih, asri, hijau,
indah dan sehat serta melestarikan fungsi lingkungan
e. Menyiapkan SMK Muhammadiyah 04 Boyolali sekolah yang mandiri
yang berwawasan lingkungan48
Keberadaan tenaga pendidik yang kompeten di sekolah merupakan
syarat mutlak yang harus dipenuhi. Demikian pula halnya dengan SMK
Muhammadiyah 04 Boyolali. Hingga saat ini SMK Muhammadiyah 04
Boyolali telah memiliki 58 orang guru dan 20 tenaga kependidikan. Yang
semuanya berstatus sebagai guru maupun pegawai tetap yayasan. Dari 78
orang guru tersebut, 3 orang berpendidikan Strata dua (S2), dan sisanya
75 orang berpendidikan ≤ S1.
Jumlah siswa di SMK Muhammadiyah 04 Boyolali pada tahun
ajaran 2016/2017 adalah 1.189 siswa. Terdiri dari 526 siswa kelas X, 348
siswa kelas XI, dan 315 siswa kelas XII. Rombongan belajar yang
diselenggarakan di SMK Muhammadiyah 04 Boyolali berdasarkan
jurusan yang dipilih para siswa ada 36 kelas dengan rincian kelas X ada
enam belas kelas, kelas XI ada sebelas kelas, dan sepuluh kelas untuk
kelas XII.
48 Heri Kristianto, Selayang Pandang SMK Muhammadiyah 04 Boyolali Siap Menyambut
2. Strategi Pembelajaran
SMK Muhammadiyah 04 Boyolali menggunakan berbagai strategi
pembelajaran di antaranya, pertama, Active Learning, dalam pembelajaran
ini peserta didik dituntut untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran,
seperti menemukan, memproses dan memanfaatkan informasi, sehingga
peserta didik dapat mengamati, melakukan, dan berdiskusi dengan diri
sendiri maupun dengan temannya.49 Kedua, Cooperative Learning, yang
merupakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk belajar secara berkelompok, saling membantu mengkonstruksi
konsep yang melibatkan empat sampai enam peserta didik.50
Dalam hal ini strategi yang dipakai guru PAI dalam menyampaikan
bab kemajemukan dan kebersamaan dengan cara membagi siswa kedalam
beberapa kelompok kecil, dan setiap kelompok di bagikan tema untuk
mendiskusikannya. Kelompok yang sudah selesai diminta untuk
menyampaikan hasil diskusinya. Dalam implementasinya guru tidak
membeda-bedakan kepada siswa, hampir semua siswa diperlakukan secara
adil ketika dibentuk kelompok diskusi, guru pendidikan agama Islam
memberi perhatian dengan mendekati setiap kelompok untuk ditanyakan
apa kesulitan yang dihadapi. Tahap ketiga guru dan siswa menyimpulkan
materi yang dibahas dan dilakukan penilaian pada akhir pembelajaran
dengan tes lisan dilanjutkan guru berpesan kepada para siswa untuk tetap
49 Haryanto Al-Fandi, Desain Pembelajaran yang Demokratis dan Humanis, Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2011, 247.
menghargai pendapat dan juga perilaku orang yang berbeda dengan
keyakinan kita, terakhir dilanjutkan dengan pemberian tugas.51
3. Metode Pembelajaran
Metode merupakan unsur penting dalam implementasi pembelajaran.
Metode digunakan dalam menentukan keberhasilan seorang pendidik
dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran pendidikan agama
Islam yang dilaksanakan di SMK Muhammadiyah 04 Boyolali, guru
senantiasa mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata dari
siswa itu sendiri. Tujuannya agar siswa memiliki gambaran berupa
pengalaman langsung. Seperti pada hasil observasi yang dilakukan kepada
salah satu guru pendidikan agama Islam mata pelajaran Tarikh, beliau
menyampaikan materi tentang perkembangan Islam pada masa modern.
Dalam hal ini guru mencari kemiripan nama dari tokoh pembaharuan
Islam dengan nama-nama artis yang populer di Indonesia. Misalnya, tokoh
pembaharuan Islam di Mesir yang bernama Muhammad Ali Pasya
dimiripkan dengan nama penyanyi yaitu Pasya Ungu. Tujuannya adalah
untuk memudahkan siswa dalam mengingat para nama tokoh
pembaharuan Islam tersebut.
Hal yang selalu dilakukan guru sebelum memulai pembelajaran,
guru menanyakan kefahaman kepada siswa tentang materi yang telah
disampaikan sebelumnya dan memberi kesempatan kepada mereka untuk
bertanya jika ada sesuatu yang masih belum bisa dipahami, kemudian
51 Observasi dengan Fintin Ariyani guru PAI SMK Muhammadiyah 04 Boyolali pada
memberikan stimulus dan arahan mengenai materi yang akan dipelajari
saat itu. Setelah itu guru menjelaskan pencapaian yang diinginkan dari
pembelajaran tersebut melalui slide ppt ataupun dengan ceramah interaktif.
Implementasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru pendidikan agama
Islam telah berupaya untuk tidak memisahkan antara hal yang bersifat
teoritis dan praktis. Selain memberi pengetahuan belajar juga diarahkan
untuk dapat dipahami dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini juga didukung dengan yang disampaikan oleh oleh guru
pendidikan agama Islam untuk mata pelajaran fiqih atau ibadah sebagai
berikut.
“Disini saya khusus mengajar mata pelajaran Fiqih atau ibadah, jika
dalam mapel ini sendiri saya lebih menitik beratkan kepada praktek langsung, sebab berkaitan dengan masalah ibadah. Jadi ketika dikelas saya lebih sering menggunakan metode ceramah terlebih dahulu untuk memberikan gambaran umumnya, baru setelah itu saya akan memberikan contoh tata caranya, kemudian siswa mempraktekkan, jadi tidak hanya teori semata. Ada juga praketek shalat jenazah, contoh shalat jama’ dan qasar”.52
4. Sumber Belajar
Mata pelajaran pendididkan agama Islam pendidikan agama Islam yang
ada di SMK Muhammadiyah 04 Boyolali diajarkan secara terpisah-pisah,
menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri. Untuk bahan ajar utamanya,
setiap jenjangnya khusus mata pelajaran pendidikan agama Islam
meggunakan buku modul Al Islam dan Kemuhammadiyahan yang
diterbitkan oleh Tim MGMP Al Islam dan Kemuhammadiyahan
52 Wawancara dengan Rini Rahmawati guru PAI SMK Muhammadiyah 04 Boyolali pada
Kabupaten Boyolali. Selain itu siswa juga diberikan tambahan materi dari
berbagai sumber lainnya seperti sumber belajar yang langsung dari
al-qur‘an dan al-hadits, dan juga sumber dari buku-buku yang berada dari
perpustakaan sekolah.
5. Media Pembelajaran
Penggunaan media dalam pembelajaran di kelas merupakan sebuah
kebutuhan yang tidak dapat ditinggalkan. Dalam hal ini, media
pembelajaran merupakan salah satu faktor pendukung yang efektif dalam
membantu terjadinya proses belajar, media pembelajaran merupakan
tempat dan pengirim pesan dari sumber pesan, dalam hal ini guru kepada
siswa.53
Hal ini diperkuat dari hasil wawancara dengan guru pendidikan agama
Islam mata pelajaran aqidah sebagai berikut:
“Media pembelajaran di sekolah ini bisa dibilang lengkap dan sudah memadai, bisa memenuhi kebutuhan proses belajar mengajar guru dan siswa dengan baik. Pemilihan materi ajar yang sesuai dengan media yang digunakan dapat menciptakan pembelajaran yang efektif, menyenangkan, serta dapat berjalan secara kondusif. Guru memang dituntut kreatif dan inovatif dalam mendesain pembelajaran agar dapat menarik perhatian siswa agar tidak monoton. Siswa juga di tuntut aktif agar dapat tercipta suasana yang interaktif antar guru dan siswa”.54
Media pembelajaran memang sangat mempengaruhi proses belajar
mengajar, karena media pembelajaran sangat membantu bagaimana siklus
perjalanan informasi dari guru kepada siswa. Tepatnya pemilihan media
53 Nunu Mahmun, “Media Pembelajaran: Kajian terhadap Langkah-langkah Pemilihan Media dan Implementasinya dalam Pembelajaran”, Jurnal Pemikiran Islam, Volume 37, Nomor 1 (Juni 2012), 27.
54Wawancara dengan Mulyono guru PAI SMK Muhammadiyah 04 Boyolali pada tanggal 9
pembelajaran akan melahirkan pembelajaran yang kondusif, dan
menyenangkan, maka dengan hal demikian tujuan dari materi yang
bersangkutan mudah dipahami oleh peserta didik.
6. Materi Pembelajaran
Pendidikan agama Islam terbagi menjadi lima mata pelajaran (Al-Qur‘an,
Fiqih/Ibadah, Tarikh, Aqidah, Akhlaq). Adapun ruang lingkup bahan mata
pelajaran pendidikan agama Islam untuk SMA/SMK meliputi lima aspek,
yaitu: Al-Quran/Hadis, yang lebih menekankan kepada kemampuan dalam
membaca, menulis, dan menerjemahkan dengan baik dan benar; Keimanan,
menekankan pada kemampuan memahami dan mempertahankan keyakinan,
serta menghayati dan mengamalkan nilai-nilai asma‘ul husna sesuai dengan
kemampuan peserta didik; Akhlak, menekankan pada pengamalan sikap
terpuji dan menghindari perilaku atau akhlak tercela; Fiqih/ Ibadah,
menekankan pada tata cara melakukan ibadah dan mu‘amalah yang baik dan
benar; kemudian Tarikh dan Kebudayaan Islam, menekankan pada
kemampuan dalam mengambil pelajaran (ibrah) dari peristiwa-peristiwa
bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh muslim yang berprestasi, dan
mengaitkannya dengan fenomena-fenomena sosial, untuk melestarikan dan
mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.55
Selain lima aspek pokok dalam mata pelajaran pendidikan agama
Islam diatas SMK Muhammadiyah 04 Boyolali menambahkan satu mata
pelajaran khusus yaitu mata pelajaran ke-Muhammadiyahan, yang
menjadi ciri khusus dari SMK Muhammadiyah 04 Boyolali itu sendiri.
55 Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 211 Tahun 2011, Pedoman
7. Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi sebagai kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program
yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak,
dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi didalam pelaksanaannya.56 Dalam proses evaluasi pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam
menggunakan konsep penilaian autentik. Konsep penilaian autentik terdiri
dari konsep ipsative dengan menggunakan dua cara yaitu sebelum
pembelajaran dimulai, serta yang kedua yaitu diakhir pembelajaran.
Sedangkan konsep kedua dengan menggunakan konsep penilaian ability
test atau test kemampuan meliputi tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif
dan psikomotorik. Teknik penilaian terdiri dari test dan teknik non tes.
Bentuk-bentuk penilaian menggunakan tes tertulis, tes lisan, dan tes
perbuatan.
Berdasarkan hasil observasi di SMK Muhammadiyah 04 Boyolali
menunjukkan dari implementasi pembelajaran pendidikan agama Islam yang
sedang berlangsung terlihat sangat toleran. Hal ini didasarkan ketika guru
dalam menerima berbagai jawaban dari para siswa, juga memberikan
berbagai pandangan di dalam agama Islam. Berdasarkan hasil observasi
proses pembelajaran kegiatan belajar mengajar di sekolah. Meliputi
perencanaan, pelaksanaan serta tindak lanjut dalam pembelajaran.
Pembelajaran agama Islam di SMK Muhammadiyah 04 Boyolali memakai
kurikulum tahun 2013, akan tetapi dalam hal pelaksanaannya masih seperti
pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), seperti yang disampaikan
oleh guru pendidikan agama Islam mata pelajaran akhlaq dibawah ini:
“Pembelajaran pendidikan agama Islam menggunakan k-13, pada jam pertama diawali dengan doa terlebih dahulu dengan dilanjutkan membaca bacaan shalat untuk semua kelas, doa belajar (roditubillah) baru kemudian pembelajaran dibuka dengan salam, presensi, penyampaian materi, metode belajar kelompok, anak diberikan materi untuk di diskusikan, selesai ditutup. Selain itu walaupun menggunakan k-13 akan tetapi materi pembelajarannya sama seperti pada KTSP, jadi
k-13 yang dikaitkan dengan KTSP”.57
Hasil observasi yang diperoleh pada kegiatan akhir pembelajaran, guru
selalu memberitahukan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya,
selain itu guru akan memberikan tugas sebagai konfirmasi materi yang telah
dipelajari dan mengulas kembali sedikit materi yang telah dipelajari agar siswa
semakin memahami apa yang telah dia pelajari.
57 Wawancara dengan Shiroth Amin guru PAI SMK Muhammadiyah 04 Boyolali pada
BAB III
FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PAI UNTUK
MENINGKATKAN PERILAKU TOLERANSI INTRA-AGAMA
A. Faktor Pendukung
Toleransi beragama adalah kesadaran seseorang untuk menghargai,
menghormati, membiarkan, dan membolehkan pendirian, pandangan,
keyakinan, kepercayaan, serta memberikan ruang bagi pelaksanaan kebiasaan,
perilaku, dan praktik keagamaan orang lain yang berbeda atau bertentangan
dengan pendirian sendiri dalam rangka membangun kehidupan bersama dan
hubungan sosial yang lebih baik.58 Ada dua modal yang dibutuhkan untuk
membangun toleransi sebagai nilai kebijakan : pertama, toleransi membutuhkan
interaksi sosial melalui percakapan dan pergaulan yang intensif; kedua,
membangun kepercayaan di antara berbagai kelompok dan aliran.59
1. Faktor pendukung implementasi pembelajaran pendidikan agama Islam
untuk meningkatkan perilaku toleransi intra-agama di SMK Karya
Nugraha Boyolali, dalam hal ini dilakukan wawancara dengan guru
pendidikan agama Islam kelas XII, yang hasilnya sebagai berikut:
58 Bahari, Toleransi Beragama Mahasiswa (Studi tentang Pengaruh Kepribadian,
Keterlibatan Organisasi, Hasil Belajar Pendidikan Agama, dan Lingkungan Pendidikan terhadap Toleransi Mahasiswa Berbeda Agama pada 7 Perguruan Tinggi Umum Negeri), Jakarta: Kementerian Agama RI Badan Litbang dan Diklat Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2010, 61.
59 Zuhairi Misrawi, Pandangan Muslim Moderat Toleransi, Terorisme, dan Oase
“faktor pendukungnya, pertama, tersedianya media pembelajaran yang memadai; kedua, adanya bantuan dari para ustadz dan ustadzah dari
beberapa pondok pesantren dalam kegiatan pembelajarannya”.60
Hal tersebut ditambahkan oleh guru pendidikan agama Islam kelas XI
“satu, kreativitas dari guru dalam menyampaikan materi; dua,
kemampuan dari siswa dalam membaca Al-Qur‘an; tiga, kemampuan
dalam menguasai kelas”.61
Juga dengan guru kelas XI, yang sekaligus mengajar mata pelajaran Ke-Nuan dengan hasil wawancara seperti berikut:
“pertama, dakwah harus memperhatikan tatacara dan penampilan semua, ojo digebyah uyah; kedua, dikaitkan sebuah cerita yang bisa diambil hikmahnya”.62
Hal tersebut juga dikuatkan oleh guru pendidikan agama kelas X
“satu, tersedianya buku-buku yang toleran; dua, kemampuan siswa untuk belajar; tiga, alat peraga dalam pembelajaran”.63
Terakhir juga diperkuat hasil wawancara dengan kepala SMK Karya Nugraha Boyolali
“Ya, pastinya sangat mendukung. Selama ini siswa yang yang sekolah
disini memang dari berbagai macam aliran, tidak hanya yang berasal dari kalangan nahdiyin saja, akan tetapi ada juga yang berasal dari
Muhammadiyah, bahkan LDII juga ada”.64
Dari berbagai macam faktor pendukung di dalam implementasi
pendidikan agama Islam yang ada di SMK Karya Nugraha Boyolali maka
dapat dikatakan bahwa untuk dapat berperilaku toleransi intra agama
60 Wawancara dengan Siti Qadariyah guru PAI SMK Karya Nugraha Boyolali pada tanggal
3 Mei 2017.
61 Wawancara dengan Mualim guru PAI SMK Karya Nugraha Boyolali pada tanggal 4-5
Mei 2017
62 Wawancara dengan Rusdi guru PAI SMK Karya Nugraha Boyolali pada tanggal 4 Mei
2017.
63 Wawancara dengan Siti Qadariyah guru PAI SMK Karya Nugraha Boyolali pada tanggal
3 Mei 2017.
64 Wawancara dengan Sarbiyanto kepala SMK Karya Nugraha Boyolali pada tanggal 17
maka diperlukan berbagai macam faktor pendukung di dalamnya. Dengan
demikian seorang guru mempunyai peran yang sangat penting untuk
mendukung demi terwujudnya toleransi intra agama
2. Faktor pendukung implementasi pembelajaran pendidikan agama Islam
untuk meningkatkan perilaku toleransi intra-agama di SMK
Muhammadiyah 04 Boyolali. Untuk faktor pendukung di SMK
Muhammadiyah 04 Boyolali akan dijabarkan dalam wawancara dengan
guru pendidikan agama Islam mata pelajaran fiqih/ ibadah dibawah ini.
“faktor pendukungnya terletak pada siswa itu sendiri, yaitu bagaimana siswa itu bisa fokus ketika mata pelajaran sedang berlangsung. Selain itu juga tersedianya fasilitas pendukung seperti media dan berbagai bahan ajar pada mapel ibadah ini”.65
Juga wawancara dengan guru pendidikan agama Islam mata pelajaran al-Qur‘an dibawah ini.
“faktor pendukungnya lebih kepada motivasi dari siswa itu sendiri
untuk maju”.66
Wawancara dengan guru pendidikan agama Islam mata pelajaran aqidah dibawah ini.
“pertama, tersedianya media dan sumber pembelajaran yang memadai, kedua, sikap siswa dalam menerima pembelajaran itu sendiri’.67
Juga wawancara dengan guru pendidikan agama Islam mata pelajaran akhlaq dibawah ini.
“pertama, sadar bahwa kita adalah satu aqidah, yaitu aqidah Islam;
kedua, memahami secara komprehensif; ketiga, kita harus paham betul bahwa kita adalah seorang pendakwah, dalam artian seseorang
65 Wawancara dengan Rini Rahmawati guru PAI SMK Muhammadiyah 04 Boyolali pada
tanggal 28 April 2017.
66 Wawancara dengan Fintin Ariyani guru PAI SMK Muhammadiyah 04 Boyolali pada
tanggal 28 April 2017.
67 Wawancara dengan Shiroth Amin guru PAI SMK Muhammadiyah 04 Boyolali pada
tidak bisa merasa paling benar; keempat, menyampaikan secara terbuka tanpa menutup-nutupi”.68
Wawancara dengan guru pendidikan agama Islam mapel tarikh.
“sebagai faktor pendukugnya, pertama, saya memberikan wawasan
yang benar; kedua, membekali siswa dengan wawsan yang benar;
ketiga, memberi pengertian bahwa Islam itu menaungi seluruh alam;
keempat, cukup berbeda tidak memaksa”.69
Terakhir juga diperkuat dengan wawancara dengan guru pendidikan
agama Islam mata pelajaran ke-Muhammadiyahan.
“motivasi belajar dan pikiran yang terbuka dari siswa itu sendiri
dalam setiap menerima pelajaran’.70
Hasil wawancara diatas juga didukung dengan pernyataan dari Kepala
SMK Muhammadiyah 04 Boyolali
“sangat mendukung, walaupun sekolah kami lembaga pendidikan
yang berlatar belakangkan Muhammadiyah, dalam hal proses pembelajaran kami tidak pernah membeda-bedakan diantara para siswa yang mempunyai latar belakang di luar Muhammadiyah. kepada para guru kami berusaha memberikan pengarahan untuk dapat melaksanakan proses pembelajaran PAI dengan sebaik-baiknya, menurut kesepakatan pimpinan wilayah Muhammadiyah. Walaupun SMK ini dari berbagai latar belakang yang membuat adanya perbedaan, alhamdulilah di sekolah ini belum pernah terjadi masalah yang berarti. Memberikan kebebasan bagi setiap siswa, untuk siswa non muslim saja tetap kami terima apalagi siswa muslim. Ketika
dalam pergaulan antar siswa juga tidak ada masalah”.71
68 Wawancara dengan Mulyono guru PAI SMK Muhammadiyah 04 Boyolali pada tanggal