• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Intrinsik dan Ekstrinsik Novel Ayahku (Bukan) Pembohong

ANALISIS DAN HASIL TEMUAN PENELITIAN

A. Analisis Intrinsik dan Ekstrinsik Novel Ayahku (Bukan) Pembohong

Karya sastra disusun oleh dua unsur yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari dalam yang mewujudkan struktur suatu karya sastra. Sedangkan unsur ekstrinsik ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari luarnya menyangkut aspek sosiologi, psikologi, dan lain-lain. berikut ini adalah hasil analisis unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Ayahku (Bukan) Pembohong. 1. Unsur Intrinsik

a. Tema

Tema pada novel ini adalah mengenai seorang ayah yang mengajarkan anaknya dengan dongeng-dongeng agar memahami makna kebahagiaan dan mengajarkan seorang anak untuk hidup sederhana dan memiliki pemahaman hidup yang berbeda. Sebagaimana ditulis pada novel tersebut:

“ide awal novel ini adalah tentang anak yang

dibesarkan dengan dongeng-dongeng, tentang definisi kebahagiaan, tentang membesarkan anak-anak dengan

sederhana…”57

57 Tere-Liye,

Ayahku (Bukan) Pembohong Cetakan Ketujuh (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

b. Penokohan

Tokoh yang sering muncul dalam cerita ini ada sebelas tokoh, yang akan dijabarkan dibawah ini:

1) Dam, tokoh utama dam novel ini. Dam memiliki karakter sebagai anak yang baik, mandiri dan penurut. Seperti yang dijelaskan pada novel tersebut:

“…Kenapa kau tidak bisa seperti Dam? Bertingkah

baik dan menyenangkan? Kenapa kau tidak bisa seperti Dam, madiri dan melakukan banyak hal, dan selalu menurut pada

orangtua?...”58

Dam juga seorang anak yang pekerja keras. Ia berlatih renang dua kali lebih banyak daripada anggota klub lain. Dam juga mengisi waktu luangnya dengan mengantar koran. Sebagaimana dijelaskan dalam novel tersebut:

“Aku berlatih dua kali lebih semangat dibanding

anggota klub lain – datang lebih awal, pulang paling akhir.

Aku tidak pernah lagi datang terlambat ke sekolah, semangat mengayuh sepeda, selalu mengerjakan tugas rumah yang diberikan Ibu, bahkan aku mengiyakan ide Ayah agar mengisi

waktu senggang dengan bekerja…”59

Dam selalu mengingat dengan baik dari dongeng-dongeng yang diceritakan ayahnya, sehingga Dam termotivasi untuk melalukan hal seperti pada dongeng-dongeng yang diceritakan ayahnya. ketika sudah besar, Dam memiliki anak dan berupaya untuk

58Tere-Liye,

Ayahku (Bukan) Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 66

59Tere-Liye,

menjauhkan anak-anaknya dari ayahnya karena Dam tidak ingin anak-anaknya dibesarkan dengan cerita bohong.

2) Ayah, seorang yang sederhana dan jujur. Seperti yang ditulis dalam novel tersebut:

“Dari percakapan yang aku kuping dari kepala sekolah,

pelatih, tetangga, atau orang tua di sekitarku, mereka sering

menyimpulkan: Ayah terlalu jujur dan terlalu sederhana…”60

Sosok ayah diceritakan tidak pernah berbohong sekalipun. Ayah mendidik anaknya agar mengetahui makna kebahagiaan dan kesederhaaan dengan dongeng-dongeng.

3) Ibu, seorang yang sangat sabar dan memiliki kelembutan dan kasih sayang tetapi mengidap penyakit yang mematikan. Sempat diceritakan bahwa tokoh ibu dulunya adalah seorang artis terkenal yang bergelimang harta, namun karena menderita suatu penyakit, karirnya hancur dan memilih untuk menikahi ayah Dam dan tinggal sederhana jauh dari kota. Seperti yang ditulis dalam novel tersebut:

“Ibu kau dulu bintang televise terkenal”

“kata ayah kau, karir ibu kau menanjak cepat, berbagai

tawaran acara penting datang padanya. Sibuk siang-malam, hingga ibu kau divonis penyakit bawaan itu, cepat lelah,

mudah jatuh sakit”61

4) Taani, seorang wanita teman sekolah Dam dan terkenal karena pintar. Seperti yang dijelaskan dalam novel tersebut:

60Tere-Liye,

Ayahku (Bukan) Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 51-52

61Tere-Liye,

“… Taani lulus dengan nilai terbaik…”62

Di akhir cerita, saat Dam sudah kuliah, Dam kembali bertemu dengan Taani dan akhirnya merekapun menikah dan memiliki dua orang anak yaitu Zas dan Qon

5) Jarjit, musuh bebuyutan Dam yang pada akhirnya menjadi sahabat Dam. Tokoh Jarjit diceritakan sebagai seorang anak kaya raya, sombong dan suka memamerkan barang yang dia punya. Seperti yang disebutkan dalam novel tersebut:

“… bahkan Jarjit, yang orangtuanya kaya raya,

memperlihatkan bola yang ditanda tangani sendiri sang Kapten waktu sekeluarga pelesir ke luar negeri menonton lagsung. Sombong sekali Jarjit memamerkannya”63

Jarjit dan Dam selalu bertengkar di sekolah maupun di gelanggang renang. Jarjit sering sekali mengolok-olok Dam, seperti yang diceritakan dalam novel tersebut:

“sepertinya kau harus melupakan klub renang. Itu

hanya untuk anak-anak keren. Pengecut keriting seperti kau tidak pantas bergabung, bisa membuat buruk foto-foto klub”64

6) Zas dan Qon, sepasang anak laki-laki dan perempuan. Digambarkan secara tidak langsung bahwa Zas dan Qon selalu ingin dekat dengan Ayah Dam karena dongeng-dongengnya tetapi Dam berupaya untuk menjauhkan mereka dengan ayahnya.

62Tere-Liye,

Ayahku (Bukan) Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 112

63Tere-Liye,

Ayahku (Bukan) Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 15

64Tere-Liye,

7) Retro, sahabat Dam di Akademi Gajah. Digambarkan dalam novel bahwa Retro dan Dam teman adalah sekamar di asrama. Mereka berdua juga sama-sama mengikuti kegiatan memanah. Dam dan Retro juga sering dihukum karena melanggar peratura sekolah. Seperti yang disebutkan dalam novel tersebut:

“semoga besok lusa kita bertemu lagi, kawan. Dari

teman sekamar kau tiga tahun terakhir, teman semua masalah

yang pernah kau buat di asrama, Retro”65

8) Sang kapten nomor sepuluh, adalah seorang pemain sepak bola yang dikagumi Dam. Pada novel diceritakan bahwa Ayah Dam mengenal baik sang kapten saat masih kecil. Sang kapten digambarkan memiliki karakter yang ramah dan mau belajar apa saja. Dia juga seorang pekerja keras dan pantang menyerah. Seperti yang dikisahkan dalam novel tersebut:

“… anak itu menyenangkan sejak kecil, ramah dan mau belajar apa saja..”

“… sejak kecil dia tidak pernah berhenti bekerja keras. Sejak kecil dia belajar lagsung kalimat ‘jangan pernah menyerah’. Sang kapten akan kembali dan dia akan

mengalahkan lawan-lawannya. Semangatnya tidak akan patah

oleh kaki yang patah, apalagi hanya cidera ringan…”66

“… meski sudah menjadi pemain terbaik dunia pun,

sang Kapten tetap berlatih dua kali lebih banyak disbanding yang lain, berusaha menembus batas yang ada, mencoba

berbagai kemungkinan baru.”67

65Tere-Liye,

Ayahku (Bukan) Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 240

66Tere-Liye,

Ayahku (Bukan) Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 16

67Tere-Liye,

Dam sendiri menjadikan Sang Kapten sebagai motivasinya. Seperti yang dijelaskan dalam novel tersebut ketika Ayah Dam bercerita kepada anak-anak Dam:

“… papa kalian (Dam) menjadikan Sang Kapten motivasinya beratih dan bertanding…”68

9) Kakek Tutekong, adalah salah satu tokoh dalam cerita Ayah Dam dalam kisah Suku Penguasa Angin. Kakek Tutekong adalah ketua suku yang bijak, pintar, dan memiliki kesabaran yang tinggi. Seperti yang dijelaskan dalam novel tersebut:

“… leluhur Tutekong, tetua paling bijak pada masa itu…”69

10) Alim Khan, juga salah satu tokoh cerita Ayah Dam dalam kisah Apel Emas Lembah Bukhara. Alim khan adalah sosok ketua yang pintar dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Ia merubah lembah yang gersang menjadi hutan dan ladang yang lebat karena ilmunya.

11) Si raja tidur, sosok yang digambarkan sangat bijaksana, pintar, teliti, cermat, pantang menyerah dan berpendirian kuat sekeras baja. Si raja tidur adalah dosen Ayah Dam saat menimba ilmu di universitas terkemuka di Eropa. Seperti yang digambarakn dalam novel tersebut:

68Tere-Liye,

Ayahku (Bukan) Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 49

69Tere-Liye,

“… Dia orang hebat yang pernah Kakek kenal. Dia

professor universitas ternama Eropa, bisa menggunakan dua belas bahasa, dan dia juga menguasai delapan cabang ilmu. Dua cabang ilmu yang membuat namanya amat terkenal adalah ilmu kedokteran dan hukum. Tidak ada dokter yang lebih pandai dibandingkan si Raja Tidur, dan tidak ada hakim yang lebih adil, bijak, serta berani dibandingka si Raja Tidur…”70

12) Guru sufi, adalah guru di Pemukiman Para Sufi yang diceritakan Ayah Dam. Diceritakan Guru Sufi adalah orang yang sangat bijak. Seperti yang ditulisa dalam novel tersebut:

“… Disana tinggal salah satu sufi besar, ribuan muridnya, bijak orangnya…”71

Guru yang mengajarkan Ayah Dam untuk terus berusaha hingga menemukan makna dari sebuah kebahagiaan.

c. Pesan

Ayahku (Bukan) Pembohong merupakan sebuah novel karya Tere Liye yang penuh dengan nilai pendidikan, tentang hubungan seorang anak dengan ayahnya. NovelAyahku (Bukan) Pembohong ini

menggambarkan bagaimana seorang ayah dekat dengan anaknya, Dam, karena sang ayah menceritakan sesuatu yang luar biasa pada cerita tersebut. Cerita-cerita yang sarat akan makna kehidupan, kesederhanaan, dan kebaikan, sehingga Dam tumbuh menjadi seorang dengan pribadi yang baik karena mengingat semua pesan yang

70Tere-Liye,

Ayahku (Bukan) Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 180

71Tere-Liye,

disampaikan ayahnya. Dari sisi penulisnya sendiri, yakni Tere Liye, mengungkapkan bahwa ia menulis novel ini dengan maksud agar pembaca mengerti bahwa kebahagiaan itu sederhana, sesederhana Dam yang hanya menginginkan cerita ayahnya dibandingkan hadiah mahal lainnya. Pesan akhir mengenai novel ini ditulis pada bagian catatan penulis dalam novel tersebut:

“bahwa kebahagiaan itu sederhana. Dunia anak-anak selalu indah. Kasih sayang keluarga adalah segalanya.”72

Dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong juga ini

mengandung lima cerita inti yang sudah dijabarkan pada bab sebelumnya. Berikut peneliti akan menjabarkan pesan-pesan yang terkandung dalam tiap cerita inti:

Pada ceritapertamamengenai kapten tim sepak bola bernomor

sepuluh kita bisa mengambil pelajaran bahwa hidup selalu ada perjuangan. Kita harus bekerja keras demi mewujudkan mimpi kita. Tidak ada kata menyerah untuk meraih mimpi kita. Sama halnya sang kapten yang tidak menyerah walaupun sudah ditolak oleh klub besar bahkan untuk alasan yang sangat tidak penting, kurang tinggi satu inci. Tetapi sang kapten tidak menyerah ia tetap berlatih bermain sepak bola tanpa lelah, sampai akhirnya hasil kerja keras sang kapten terlihat. Ini bisa kita ambil pelajaran bahwa jika kita bekerja keras, cepat atau lambat hasilnya akan datang kepada kita.

72Tere-Liye,

Dari cerita kedua mengenai kisah suku penguasa angin kita

dapat mengambil pelajaran, bahwa kesabaran akan selalu membuahkan hasil yang sangat indah. Seperti saat suku penguasa angin bersabar selama beratus tahun membiarkan tanah mereka dijajah. Mereka tidak membalas kekerasan penjajah dengan kekerasan pula. Ini membuktikan, jika kita memiliki keteguhan dan kesabaran hati yang besar, cepat atau lambat kekerasan mereka akan terbalaskan. Biar waktu yang akan membalasnya. Keteguhan suku penguasa angin membuat mereka menang melawan rasa tidak sabar dan meluluhkan amarah di hati. Seperti yang diceritakan dalam novel tersebut:

“…Suku Penguasa Angin terlalu bijak untuk melawan

kekerasan dengan kekerasan. Membalas penghinaan dengan

penghinaan… leluhur Tutekong memutuskan akan menjaga

kebijakan hidup mereka selama mungkin. Mendidik anak-anak mereka untuk mencintai alam, hidup bersahaja, dan membenci ladang-ladang tembakau itu. Rasa benci yang tidak harus berubah menjadi perlawanan. Rasa benci yang justru menjadi semangat, menjadi keyakinan bahwa mereka akan bertahan lebih lama dibandingkan keserakahan penjajah. Kau ingat itu, Dam, keyakinan bahwa suku mereka akan bertahan lebih lama

dibandingkan rasa tamak dan bengis”73

Cerita ketiga mengenai Apel Emas Lembah Bukhara. Dalam

cerita tersebut kita dapat mengambil pejaran bahwa ilmu pengetahuan dapat mengubah hidup kita jika kita mau mengaplikasikan ilmu yang kita miliki dengan bukti nyata. Seperti penduduk lembah yang membuat padang pasir berubah menjadi ladang dan hutan yang subur karena pengetahuan. Seperti yang diceritakan dalam novel tersebut

73Tere-Liye,

“Dan Alim Khan menawarka ilmu pengetahuan sebagai jalan keluar… Alim Khan menyuruh mereka mengeduk pasir

hingga kedalaman satu meter, lantas membuat hamparan beton untuk menahan air merembes ke dalam, menumpuk kembali pasir bersama tanah di atasnya, membuat sumur-sumur dalam, mengairi tanah yang sudah dilapisi beton, memulai menanam sayur-mayur. Tiga bulan, teknologi itu terbukti…”74

Dari cerita diatas juga dapat diambil pelajaran bahwa kita harus bisa tolong monolong dan menyingkirkan perbedaan yang ada itu lah cara yang paling sederhana untuk hidup dengan damai dan bahagia. Seperti yang dijelaskan dalam novel tersebut

“Penduduk lembah menyingkirkan perbedan,

menjulurkan tangan, bahu-membahu memperbaiki lembah – yang berarti juga memperbaiki hidup mereka sendiri… Alim

Khan menjelaskan pemahaman hidup sederhana, kerja keras,

selalu pandai bersyukur, saling membantu”75

Hidup dengan menghargai alam, pandai beryukur, pemahaman yang baik, penguasaan ilmu pengetahuan serta kebijakan luhur manusia membawa kita kepada kehidupan yang lebih baik.

Dari cerita keempat mengenai Si Raja Tidur kita dapat

mengambil pelajaran bahwa ilmu pengetahuan dapat mengalahkan segalanya. Kebenaran akan selalu menang. Seperti halnya si raja tidur yang menguasai delapan bidang ilmu pengetahuan, ia bisa mengalahkan kebohongan dengan bukti, melawan lupa dengan logika. Disini kita dijelaskan untuk selalu menggaunakan dengan baik ilmu pngetahuan kita. Dengan cara itulah kita bisa memenangkan

74Tere-Liye,

Ayahku (Bukan) Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 139

75Tere-Liye,

kebenaran. Sekalipun semua orang menentang kita, tetapi kita tahu bahwa kebenaran akan menang walaupun kita harus mengorbankan segala hal yang berarti untuk kita. Seperti yang diceritakan dalam novel tersebut:

“cerita ini bukan tentang betapa dinginnya si Raja Tidur

memimpin siding, Dam. Cerita ini sesungguhnya tentang pengorbanan, keteguhan hati. Kisah ketika kau tetap mendayung sampan sendirian di tengah sungai yang dipenuhi beban kesedihan, tangis, dan darah tercecer di mana-mana, ketika ka uterus mendayung bukan karena tidak bisa kembali, tapi meyakini itu akan membawa janji masa depan yang lebih

baik untuk generasi berikutnya apa pun harganya.”76

Cerita terakhir mengenai Danau Para Sufi yang dapat kita

ambil maknanya bahwa hakikat kebahagiaan tidak bisa didapat dengan mudah. bekerja keras, pengorbaan dan pemikiran yang kuat akan membawa kita pada kebahagiaan hidup yang tidak bisa kita deskripsikan. Seperti yang diceritakan dalam novel tersebut:

“Bagaimana kau membersihkan dan melapangkan hati,

bertahun-tahun berlatih, bertahun-tahun belajar membuat hati lebih lapang, lebih dalam, dan lebih bersih. Kita tidak akan pernah merasakan kebahagiaan sejati yang datang dari luar hati

kita”77

Selain dari lima cerita inti yang sudah sijabarkan diatas, peneliti menemukan beberpa pesan diluar cerita inti. Seperti mengenai cerita pendek mengenai Toki si kelinci yang nakal.

“… ayah pernah cerita, Toki si Kelinci Nakal selalu

tahu bahwa orangtuanya amat menyayangi dia. Meski haris menaklukkan badai salju, melawan kerumunan serigala,

76Tere-Liye,

Ayahku (Bukan) Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 183

77Tere-Liye,

menghindari jebakan pemburu, bahkan melewati jembatan terakhir, orangtuanya tetap berusaha menyelamatkan Toki,

senakal apapun anakanya… aku tahu, Ayah akan selelau menyayangiku”78

Cerita ini mengandung pesan akan kasih sayang orang tua. Senakal apapun anaknya, orang tua akan selalu menyayangi anaknya. Adalagi mengenai menghargai perempuan. Pada novel tersebut Ibu Dam berkata

“… anak laki-laki yang baik tidak pernah meneriaki

wanita, apalagi membuatnya sedih dan tersakiti”79

Pada kutipan ini memiliki pesan untuk menghargai perempuan dan tidak menyakiti perempuan.

Dalam novel juga dituliskan untuk menyayangi orang tua, khusunya ayah. Penulis menuliskannya dengan penggambaran Taani yang berkata pada Dam sebagai berikut:

“kau tahu, sembilan puluh sembilan persen anak laki-

laki tidak pernah lagi mau memeluk ayah mereka sendiri setelah tumbuh dewasa. Padahal sebaliknya, sembilan puluh sembilan persen dari ungkapan hati terdalamnya, seorang ayah selalu ingin memeluk anak-anaknya”80

Dari paragraph diatas dapat diambil pesan bahwa seorang ayah selalu menyayangi anak-anaknya walaupu beliau tidak bisa mengungkapkannya secara langsung. Seharusnya kita sebagai anaknya

78Tere-Liye,

Ayahku (Bukan) Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 57

79Tere-Liye,

Ayahku (Bukan) Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 91

80Tere-Liye,

peka dan mengetahui betapa banyaknya kasih sayang seorang ayah yang kita abaikan.

Dari keseluruhan, pesan dalam novel ini dituliskan langsung oleh sang penulis di bab epilog:

Untuk membuat hati kita lapang dan dalam, tidak cukup dengan membaca novel, membaca buku-buku, mendengar petuah, nasihat, atau ceramah. Para sufi dan orang- orang berbahagia di dunia harus bekerja keras, membangun benteng, menjauh dari dunia, melatih hati siang dan malam. Hidup sederhana, apa adanya, adalah jalan tercepat untuk melatih hati di tengah riuh rendah kehidupan hari ini. percayalah, memiliki hati yang lapang dan dalam adalah konkret dan menyenangkan, ketika kita bisa berdiri dengan seluruh kebahagiaan hidup, menatap kesibukan di sekitar, dan melewati hari-hari berjalan, bersama keluarga tercinta.81

Dari paragraf diatas kita bisa langusng menangkap apa pesan dari novel ini. bahwa kebahagiaan bisa di dapat dengan hidup sederhana, namun kebahagiaan sulit untuk didapat, kita harus bekerja keras dan melatih hati kita agar bisa menemukan makna kebahagiaan itu sendiri.

d. Setting

Setting merupakan tempat, suasana, dan waktu terjadinya cerita dalam novel. Dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong, ada beberapa setting tempat dan suasana saat terjadinya cerita. Berikut analisisnya: 1) Rumah Dam, banyak peristiwa dalam novel yang berlatar di rumah

ini, termasuk saat Ayah Dam berdongeng.

81Tere-Liye,

2) Sekolah, tempat dimana konflik selalu muncul. Seperti saat Dam selalu berkelahi dengan jarjit atau bertemu dengan Taani.

3) Akademi Gajah, sekolah Dam setelah lulus. Digambarkan Akademi Gajah berada di pedalaman yang jauh dari jangkauan. Berarsitektur tua dan megah. Seperti yang diceritakan dalam novel tersebut

“Bangunan sekolah kami terlihat tua, itu benar.

Seminggu mengamatinya, aku lebih merasa bangunannya amat

berseni dan bersejarah…”82

4) Lembah Bukhara, lembah yang dikunjungi Ayah Dam saat berpetualang. Lembah yang subur ditumbuhi banyak pohon-pohon besar dan lebat. Tempat Ayah Dam bercerita mengenai Apel Emas. Seperti yang diceritakan Ayah Dam dalam novel tersebut

“kakek melihat hamparan indah lembah itu. Dibentengi

delapan gunung, dihiasi enam air terjun setinggi ratusan meter, dibungkus selimut kabut putih sejauh mata memandang, hamparan ladang subur, rumah-rumah panggung dari kayu yang eksotis, lenguh suara burung dan hewan yang hidup bebas, itulah lembah permai. Bahkan disana angin tidak berhembus lazimnya seperti di tempat-tempat lain. Cobalah duduk di salah satu beranda rumah mereka, pejamkan mata, hanya soal waktu kalia akan tahu angin di lembah itu bernyanyi, melantunkan kabar betapa sejahtera, makmur dan adil seluruh penghuninya. Itulah Lembah Bukhara yang tersembunyi dari peradaban manusia. Itulah lembah paling

indah di seluruh dunia”83

82Tere-Liye,

Ayahku (Bukan) Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 114

83Tere-Liye,

5) Padang Rumput Luas, tempat dimana Suku Penguasa Angin bermukim. Ayah Dam mengunjungi tempat ini saat berpetualang dan mendapatkan pengalaman menaiki layang-layang raksaksa. Seperti yang digambarkan dalam novel tersebut:

“Suku Penguasa Angin adalah klan besar. Mereka

terdiri atas sembilan perkampungan, masing-masing seribu penduduk. Mereka menguasai padang pengembalaan luas. Tanah mereka paling subur. Sungai mereka mengalir paling bening. Tidak ada yang mengalahkan pemandangan indah perkampungan mereka.empat gunung berselimut salju. Empat danau membiru. Saat musim dingin, danau itu menjadi hamparan lapangan es. Padang pengembalaan mereka jauh dari mana-mana, terputus dari orang banyak…”84

e. Sudut Pandang

Menurut analisis peneliti, sudut pandang yang digunakan oleh penulis novel Ayahku (Bukan) Pembohong, Tere-Liye ini mengunakan sudut pandang orang pertama, yaitu sebagai Dam, tokoh utama dalam novel ini. Semua alur cerita terlihat seperti pandangan

Dam. Dan dalam novel menggunakan kata “aku” sebagai pengganti

panggilan Dam.

2. Unsur Ekstrinsik

Tidak banyak yang bisa dijabarkan mengenai Tere Liye, informasi mengenai kehidupannya serta keluarganya sangat sedikit. Karena Tere Liye tumbuh di daerah Sumatera Pedalaman, maka

84Tere-Liye,

bahasa yang digunakan dalam novel ini juga mengandung sedikit sentuhan bahasa melayu yang biasa digunakan oleh penduduk daerah Sumatra.

Tere Liye berasal dari keluarga sederhana yang orang tuanya berprofesi sebagai petani biasa. Karena itu latar belakang rumah Dam dalam novel dibuat sederhana meskipun Ibu Dam dulunya adalah seorang artis. Dan juga banyak sekali pesan-pesan untuk hidup sederhana.

Dokumen terkait