• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEP

D. Konsep Novel

1. Pengertian Novel

Novel berasal dari bahasa Italia, novella, yang dalam bahasa Jerman novelle, dan dalam bahasa Yunani novellus. Kemudian masuk ke Indonesia

menjadi novel. Dewasa ini, istilah novella dan novelle mengandung pengertian

yang sama dengan istilah bahasa Inggris novelette, yang berarti sebuah karya

prosa fiksi yang panjangnya cakupannya tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek. Novel merupakan karya fiksi yang mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus.44

Novel lebih panjang (setidaknya 40.000 kata) dan lebihkompleksdaricerpen, dan tidak dibatasi keterbatasan struktural dan metrikalsandiwaraatausajak. Umumnya sebuah novel bercerita tentang tokoh- tokoh dan kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-hari, dengan menitik beratkan pada sisi-sisi yang aneh darinaratiftersebut. Novel dalambahasa Indonesiadibedakan dari roman. Sebuah roman alur ceritanya lebih kompleks dan jumlah pemeran atau tokoh cerita juga lebih banyak.45

Novel adalah cerita, dan cerita digemari manusia sejak kecil. Dan tiap hari manusa senang pada cerita, entah factual untuk gurauan, atau sekedar ilustrasi dalam percakapan. Bahasa novel juga denotative, tingkat kepadatan dan

makna gandanya sedikit. Jadi novel “mudah” dibaca dan dicernakan. Juga novel

44 Burhan Nurgiyantoro.

Teori Pengkajian Fiksi. (Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

1995), H. 9 45

New Life Options: “Novel.” Artikel diakses pada 4 Juni 2013 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Novel

kebanyakan mengandung suspense dalam alur ceritanya, yang gampang menimbulkan sikap penasaran bagi pembacanya.

Novel adalah genre sastra dari Eropa yang muncul di lingkungan kaum borjusasi di Inggris dalam abad 18. Novel adalah bentuk masyarakat kota yang terpelajar, mapan, kaya, cukup waktu luang untuk menikmatinya. Di Indonesia, masa subur novel hadir tahun 1970-an, yakni ketika cukup banyak golongan pembaca wanita dan lingkungan menengah-atas terpelajar.

Berkembagnya novel didahului oleh majalah-majalah untuk wanita, dan novel-novel banyak diterbitkan oleh sebagian penerbitan majalah-majalah tersebut. Berkembangnya masyarakat terpelajar di kota-kota Indonesia dapat menjadi dasar berkembangnya novel. Apalagi tahun 1970-an adalah tahun berkembangnya dunia bisnis da masa yang relatif aman dari pergolakan politik, kalau mau dibandingkan dengan dasawarsa-dasawarsa sebelumnya.46

Novel adalah jenis buku pertama yang dirancang untuk menarik perhatian massa. Novel muncul di abad pertangahan. Buku yang dikenal dengan

nama ‘novel fiksi’ (dari bahasa Latin fingere yang artinya ‘membentuk, menyatukan’), dalam beberapa abad setelah ditemukannya novel menjadi salah

satu bentuk seni kemanusiaan yang paling popular. Novel juga merupakan

‘artefak pengalihan pikiran massal’ dalam budaya pop yang baru muncul pada

awal abad ke-20– suatu zaman ketika novel ‘fiksi kacangan’ (pulp fiction) ditulis

hanya dengan tujuan untuk melakukan pengalihan pikiran massa sehinga bisa

46Jakob Sumardjo.

Konteks Sosial Novel Indonesia 1920-1977.(Bandung: Penerbit Alumni. 1999),

secara teratur dibuang dan digantikan oleh novel-novel baru. Samapai sekarang ini, genre fiksi kacangan – detektif, kriminal, fiksi ilmiah, roman, thriller, dan

novel-novel petualangan - mengisi rak-rak toko buku dan terus menjadi sumber bacaan yang menyenangkan bagi sejumlah besar masyarakat. Kemudian, di dalam konteks media kontemporer yang lebih luas, ini menjadi genre yang terbukti paling bertahan di bioskop serta di radio dan televisi.47

Novel adalah sebuah teks naratif. Novel menceritakan kisah yang

mempresentasika suatu situasi yang dianggap mencerminkan kehidupan nyata atau untuk merangsang imajinasi. Sering dalam proses pengisahannya novel merujuk secara langsung atau tidak langsung ke teks-teks lain. hal ini mendatangkan adanya suatu rasa salling terkait ke tatanan signifikasi lebih besar yang melahirkannya. Di dalam teori semiotika mutakhir, aspek penarasian seperti ini dinyatakan sebagai intertekstualitas. Interteks adalah teks narasi lain yang

dimainkan oleh sebuah novel melalui pengutipan atau implikasi. Bisa dikatakan ini adalah teks yang terletak di luar teks utama. Sebuah novel juga bisa memiliki

subteks, yaitu suatu kisah yang secara implisit terkandung didalamnya yang

mendorong sebuah narasi di permukaan.

Meskipun demikian, fiksi menjadi karya naratif yang berkembang meluas hanya setelah diterbitkannya karya Giovanni Boccaccio (1313-1375) berjudul Deameron pada tahun 1353, dengan karya ini merupakan kumpulan

kisah 100 kisah fiksi yang ditulis dengan latar belakang Maut Hitam yang muram.

47Marcel Danesi.

Sebagaimana wabah pes bubo yang melanda Eropa.48 dalam abad ke-14 itu disebut.Decameronmerupakan karya fiksi pertama dalam pengertian modern.

Sejak itu, penulisan karya diksi dianggap menjadi satu tolak ukur untuk melihat perilaku dan karakter manusia. Ini mungkin karena intuitif kita merasa bahwa struktur naratif mencerminkan struktur kehidupan nyata yang kita alami: yaitu bahwa kita merasakan bahwa struktur naratif sudah ada secara implicit di dalam bentuk tindaka dan peristiwa yang muncul dalam kehidupan manusia sebenarnya. Kita bahkan cenderung melihat novel laris, roman Harlequin, fiksi detektifm dan sejenisnya itu mengisahkan suatu hal yang penting di dalam kita sendiri, walaupun kita membacanya hanya untuk kesenangan atau kenikmatan saja.

Ciri-ciri novel yang membedakannya dengan karya sastra lain adalah sebagai berikut:49

a. ditulis dengan gaya narasi, yang terkadang dicampur deskripsi untuk menggambarkan suasana;

b. bersifat realistis, artinya merupakan tanggapan pengarang terhadap situasi lingkungannya;

c. bentuknya lebih panjang, biasanya lebih dari 10.000 kata; dan d. alur ceritanya cukup kompleks.

48Marcel Danesi.

Pengantar Memahami Semiotika Media. H. 76

49Said Hidayat, Ciri-ciri Novel. Artikel diakses pada 6 Oktober 2013 dari

http://saidhidayat95.wordpress.com/tugas-tugas/data-data-bahasa-indonesia/kumpulan-novel/ciri-ciri- novel/

Karya sastra disusun oleh dua unsur yang menyusunnya. Dua unsur yang dimaksud ialah unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari dalam yang mewujudkan struktur suatu karya sastra. Sedangkan unsur ekstrinsik ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari luarnya menyangkut aspek sosiologi, psikologi, dan lain-lain. berikut akan dijelaskan lebih lanjut.

2. Unsur Intrinsik

Unsur Intrinsik, yaitu unsur pembangun cerita yang berasal dari dalam cerita itu sendiri. Unsur intrinsik novel mencakup apa-apa yang wajib ada (alur, plot, tema cerita, penokohan, amanat, latar cerita). Unsur ini meliputi berikut ini.

i. Tema, merupakan gagasan pokok cerita yang diangkat pengarang dalam novelnya. Tema dapat menyangkut segala persoalan di kehidupan. Antara lain masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, keagamaan, dan sebagainya.

ii. Penokohan, merupakan pelaku dalam cerita.

iii. Amanat, merupakan pesan yang disampaikan pengarang kepada pembaca melalui cerita dalam novel. Untuk menemukan sebuah amanat cerita, tidak cukup dengan membaca dua atau tiga paragraf saja, melainkan kamu harus membaca keseluruhan ceritanya.

iv. Setting, merupakan tempat, suasana, dan waktu terjadinya cerita dalam novel.

v. Sudut pandang pengarang, yaitu kedudukan pengarang dalam memposisikan dirinya dalam suatu cerita. Aku-an, dia-an, atau sebagai orang yang serba tahu.

vi. Alur, merupakan pola pengembangan cerita berupa rangkaian peristiwa yang terjadi. Jenis-jenis alur, yaitu sebagai berikut.

a) Alur maju, yaitu alur atau jalan cerita yang disusun berdasarkan urutan waktu (naratif) dan urutan peristiwa (kronologis).

b) Alur mundur, yaitu alur atau jalan cerita yang mengembalikan cerita ke masa atau waktu sebelumnya.

c) Alur campuran (flashback), yaitu perpaduan antara alur maju dan alur mundur. Cerita bergerak dari bagian tengah, menuju ke awal, dilanjutkan ke akhir cerita.

vii. Bagian-bagian alur/peristiwa yaitu sebagai berikut.

a) Tahap pengenalan, tahap ini dimunculkan sebuah cerita dengan mengenalkan tokoh, situasi, latar, waktu, dan sebagainya.

b) Tahap peristiwa, tahap dimunculkannya suatu peristiwa sebagai penggerak cerita.

c) Tahap muncul konflik, tahap dimunculkannya permasalahan yang menimbulkan pertentangan dan ketegangan antartokoh.

d) Tahap konflik memuncak, tahap permasalahan/ketegangan berada pada titik paling atas (puncak).

e) Tahap penyelesaian, tahap permasalahan mulai ada penyelesaian (jalan keluar) menuju ke akhir cerita.

viii. Sudut pandang (point of view): cara pandang pengarang dalam menempatkan dirinya saat bercerita.

3. Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik yaitu unsur pembangun cerita yang berasal dari luar cerita. Namun, unsur ini cukup memengaruhi cerita yang dibuat. Unsur ini meliputi nilai moral, agama, sosial, budaya, pendidikan, ideologi yang melatarbelakangi kehidupan pengarang, dan bahasa.

Hal lain yang merupakan unsur ekstrinsik novel adalah tempat di mana novel tersebut dituliskan. Misalnya saja, seorang penulis yang menuntaskan karyanya di gurun dan penulis yang menyusun karya novelnya di wilayah pesisir laut. Biasanya mereka akan memiliki sudut pandang hidup yang berbeda, dan secara alamiah hal ini akan terlihat dari cerita yang mereka tuliskan. Contoh lainnya adalah seorang penulis yang hidup di kota dan penulis yang menghabiskan waktu di desa terpencil. Pemilihan tema cerita serta tokoh pasti akan berbeda.

Ada banyak hal yang tercakup dalam unsur ekstrinsik novel. Bisa saja latar belakang kehidupan sang penulis, tempat di mana ia tumbuh, kondisi sosial juga budaya, waktu atau timing novel tersebut diciptakan dan masih banyak lagi lainnya. Maka unsur ekstrinsik novel adalah unsur penting yang berada di luar wilayah novel tersebut. Meski merupakan bagian yang terpisah dalam sebuah kisah, namun unsur ekstrinsik ini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap cerita yang ditulis. Berbeda pula dengan unsur intrinsik

yang mutlak ada, unsur ekstrinsik jauh lebih fleksibel, bisa ada dan bisa pula tak ada.

Saat ini hampir setiap orang mengenal apa itu novel. Hampir di setiap agen koran atau majalah di kota-kota besar atau di daerah pinggiran akan dapat dijumpai toko/kios yang menyediakan novel. Kebanyakan isinya bertema tentang percintaan.

Hal ini dilakukan sebagai hiburan/rileks/penyeimbang dari pelajaran- pelajaran sekolah yang materinya berat. Bagi kawula muda perkotaan, novel sudah sangat membudaya dan sudah menjadi bagian dari gaya hidup mereka. Dalam bus-bus antar kota, para penumpang yang melakukan perjalanan panjang banyak dijumpai pula membawa buku bacaan untuk mengisi waktu, di antara jenis buku bacaan yang mereka baca adalah novel.50

Dokumen terkait