LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEP
C. Konsep Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Ditinjau dari segi bahasa, dakwah berasal dari bahasa Arab “da’wah”
(ة و ﻋ ﺪ ﻟ ا ). Da’wah mempunyai tiga huruf asal, yaitu dal,’ain, dan wawu. Dari
ketiga huruf asal ini, terbentuk beberapa kata dengan ragam makna. Makna- makna tersebut adalah memanggil, mengundang, meminta tolong, meminta, memohon, menamakan, menyuruh datang, mendorong, menyebabkan,
25Prrimim Sorokin.
Fluctuation of Form of Art, Cincinnati 1973 (Vol. I of Social and Cultural
Dynamics) dalam Rene Wellek dan Austin Warren. Teori Susastraan Edisi Terjemahan (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2009) H. 132
26 Rene Wellek dan Austin Warren.
Teori Susastraan Edisi Terjemahan (Jakarta: Gramedia
mendatangkan, mendoakan, menangisi dan meratapi.27 Setidaknya ada sepuluh macam makna dakwah dalam Al-Qur’an:28
a. Mengajak dan menyeru, baik kepada kebaikan maupun kemusyrikan; kepada jalan ke surga atau ke neraka. Makna ini paling banyak menghiasi ayat-ayat Al-Qur’an (46 kali). Kebanyakan dari makna ini mengarah pada
jalan keimaan (39 kali); b. Doa;
c. Mendakwa atau menganggap tidak baik; d. Mengadu;
e. Memanggil atau panggilan; f. Meminta;
g. Mengundang;
h. Penyeru, yaitu malaikat Israfil yang memanggil manusia untuk mengadap kehadirat Allah SWT;
i. Penggilan nama atau gelar; j. Anak angkat;
Berikut ini beberapa definisi dakwah menurut para ahli:
a. Abu Bakar Zakaria mengatakan bahwa dakwah adalah usaha para ulama dan orang-orang yang memiliki pengetahuan agama Islam untuk memberikan pengajaran kepada khalayak umum sesuai dengan kemapuan
27 Ahmad Warson Munawir, 1997 hal 406 dalam Moh. Ali Aziz,
Ilmu Dakwah Edisi Revisi
(Jakarta: Kencana, 2009) H. 6
28Moh. Ali Aziz,
yang dimiliki tentang hal-hal yang mereka butuhkan dalam urusan dunia dan keagamaan.29
b. Syekh Ali bin Shahih al-Mursyid, dakwah adalah sistem yang berfungsi menjelaskan kebenaran, kebajikan, dan petunjuk (agama); sekaligus menguak berbagai kebathilan berserta media dan metodenya melalui sejumlah teknik, metode, dan media yang lain.30
c. M. Arifin mengatakan dakwah adalah suatu kegiatan ajaran dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku, dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan terencana dalam usaha memengaruhi orang lain secara individu maupun kelompok agar timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesdarana, sikap, penghaatan, serta pengalaman terhadap ajaran agama,messageyang
disampaikan kepadanya tanpa ada unsur-unsur paksaan.31
d. M. Natsir mengatakan dakwah adalah usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorngan manusia dan seluruh umat manusa konsep Islam tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini, dan yang meliputi amar ma’ruf nahi munkardengan berbagai macam cara
da media yang diperolehkan akhlak dan membimbing pengalamannya dalam perikehidupan bermasyarakat dan perikehidupan bernegara.32 e. Dr. M. Bahri Ghazali, M.A mengatakan bahwa dakwah adalah
penyampaian ajaran agama Islam yang tujuannya agar orang tersebut
29Moh. Ali Aziz,
Ilmu Dakwah Edisi Revisi. H. 11
30Moh. Ali Aziz,
Ilmu Dakwah Edisi Revisi. H. 11
31Moh. Ali Aziz,
Ilmu Dakwah Edisi Revisi. H. 11
32Samsul Munir Amin,
melaksanakan ajara agama dengan sepenuh hati. Di dalam kegiatan tabligh itu terdapat unsur-unsur ajakan, seruan, panggilan agar orang yang dipanggil berkenan dengubah sikap dan prilakunya sesuai dengan ajaran agama Islam yang dipeluknya.33
Penelusuran makna dakwah melalui penggunaan pembentukan kata oleh Al-Qur’an di atas juga merupakan cara kajian semantik. Pemahaman
yang dapat ditemukan adalah bahwa dakwah bersifat persuasif yaitu mengajak manusia secara halus. Kekerasan, pemaksaan, intimidasi, anacaman, atau terror agar seseorang melaksanakan ajaran Islam tidak bisa dikatakan dakwah. Pemahaman ini diperoleh dari makna dakwah yang berarti mengajak, berdoa, mengadu, memanggil, meminta, dan mengundang. Dengan makna- makna ini, kita juga memahami bahwa dakwah tidak menekankan hasil, tetapi mementingkan tugas dan proses. Kita hanya berkewajiban menyampaikan ajaran Islam dengan penuh kesungguhan. Kita tidak dituntut untuk berhasil. Keberhasilan dakwah terkait dengan campur tangan Tuhan yaitu hidayah Allah SWT.34
Secara umum, definisi dakwah yang ditemukakan di atas menunjuk pada kegiatan yang betujuan perubahan positif dalam diri manusia. Perubahan positif ini diwujudkan dengan peningkatan iman, mengingat sasaran dakwah adalah iman. Karena tujuanya baik, maka kegiatannya juga harus baik. Ukuran baik dan buruk adalah syariat Islam yang termasuk dalam Al-Qur’an
33M. Bahri Ghazali,
Da’wah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Da’wah
(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), H. 5
34Moh. Ali Aziz,
dan Hadist. Ukuran teks ini lebih stabil dibanding ukuran akal yang senantiasa dinamis sesuai dengan konteksnya, meski teks sendiri memerlukan penafsiran konteks. Dengan ukuran ini, metode, media, pesan, teknik harus sesuai dengan maksud syariat Islam. Karenanya, pendakwah pun harus seorang muslim. Berdasarkan pada rumusan definisi diatas, maka secara singkat dakwah adalah kegiatan pengingkatan iman menurut syari’at Islam.35
Ajaran Islam yang termaktub dalam Al-Qur’an dan Hadist
berkembang menjadi disiplin ilmu keIslaman dengan sentuhan ilmu-ilmu motodologis semacam logika, ilmu tafsir, ilmu hadist, ushul fiqih, kaidah bahasa arab, termasuk ilmu dakwah. metode kajiannya pun dapat mengikuti pemikiran empirisme maupun rasionalisme. Bagi agama, hasil kajiannya dapat dijadikan pijakan untuk melihat fungsi agama dengan menjawab
pertanyaan ‘bagaimana’ (how) dan ‘mengapa’ (why). Karena tidak ada teks
suci, maka semua objek studi ini bersifat relatif dan dialektis.
Salah satu disiplin ilmu keIslaman yang disebutkan diatas adalah ilmu dakwah. Ilmu dakwah menekankan aspek dakwah sebagai realitas sosial, bukan dakwah sebagai kewajiaban setiap muslim, pandangan dakwah sebagai kewajiban akan mengarahkan ilmu dakwah sebagai kajian normatif. Kajian normatif dakwah melibatkan Al-qur’an dan Hadist sebagai pijakan utama, ia
tidak hanya menafsirkan ayat yang terkait dengan dakwah, namun menghubungkan secara timbal balik antara ayat dan realitas sosial.36
35Moh. Ali Aziz,
Ilmu Dakwah Edisi Revisi. H. 19
36Moh. Ali Aziz,
Rahmat37 menjelaskan fungsional dan substansial agama dengan beberapa pertanyaan. Secara substantif, kita bertanya, “Apa yang diyakini
atau dipercaya oleh individu atau umat dari agamanya”. Kita membuat
definisi fungsional jika kita bertanya, “apa peran agama dalam kehidupan
personal dan masyarakat”. Dari pemahaman fungsional agama tersebut, kajian
empiris dakwah menjawab pertanyaan: “bagaimana Islam dapat diterima dan
dijalankan manusia, baik secara personal maupun sosial”. Karena itu, ilmu
dakwah sering terfokus pada aspek metode, teknik, dan media yang disesuaikan dengan keadaan sasaran dan tujuan dakwah. Pengembangan ilmu dakwah dengan memadukan bidang lain juga berngkat dari aspek metode dan media dakwah. Contohnya komunikasi dakwah merupakan dakwah dengan menggunakan metode dan media komunikasi. Dengan demikian, kajian empiris dakwah tidak memperhatiakn aspek hukum dakwah, pendakwah bentuk dan jenis pesan dakwah, serta pengelompokan mitra dakwah berdasarkan iman. Dengan mempersempit cakupan ini, objek kajian ilmu dakwah tidak lagi bias dan meluas. Dengan makna yang lebih luas akan menyulitkan kita dalam menjadikannya sebagai disiplin ilmu tersendiri.38
Melihat luasnya pembahasan mengenai dakwah, maka pada penelitian ini pengertian dakwah dibatasi pada dakwah seorang ayah kepada anaknya untuk mengajarkan anaknya kebaikan agar anaknya memiliki pemahaman
37Rahmat (2005) halaman 33 dalam Moh. Ali Aziz,
Ilmu Dakwah Edisi Revisi(Jakarta: Kencana,
2009) H. 57
38Moh. Ali Aziz,
hidup yang baik. Ini dimaksudkan agar dakwah yang dibahas dalam penelitian ini dapat dipahami sesuai dengan isi cerita pada novel yang dikaji.