• Tidak ada hasil yang ditemukan

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.6 Analisis Investasi Industri Perbankan

Berdasarkan uraian di atas, perlu diadakan beberapa analisis untuk mengetahui kemampuan perbankan syari’ah dalam menjawab tuntutan nasabah dalam berinvestasi. Sarker (1999) menyebutkan beberapa analisis yang perlu dilakukan untuk menjawab tuntutan tersebut, dua diantaranya adalah investment

opportunity utilization test dan test of elasticity in financing/loan.

( )

( )( )(1 ) ....

1

1

1

1

1

2 1 1

+ +

+

+

+

+

=

+ + + te t t e t t e t

Y

r

r

Y

r

Y

V δ

2.6.1 Investment Opportunity Utilization Test

Investment opportunity utilization adalah sebuah rasio yang menunjukkan

perbandingan antara jumlah uang nasabah yang berhasil dikumpulkan oleh industri perbankan dibagi dengan jumlah dana yang telah berhasil diinvestasikan oleh industri perbankan. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut (Sarker 1999):

? = ? .……….. (2.6)

µ

Keterangan:

? = Investment opportunity utilization

? = Jumlah dana yang telah diinvestasikan

µ = Jumlah dana nasabah yang berhasil dikumpulkan

Sarker (1999) menyatakan bahwa nilai investment opportunity utilization sebuah bank baik jika nilai ? = 1. Artinya semua dana nasabah berhasil diinvestasikan oleh pihak bank yang pada gilirannya akan meningkatkan keuntungan (profitibilitas) bagi pihak bank maupun nasabah.

Investment opportunity utilization test untuk kedua sistem perbankan

(syari’ah dan konvensional) dalam penelitian ini dilakukan dengan membuat model ekonometrika terhadap variabel return on equity (ROE) sebagai variabel tak bebas (dependent variable). Dipilihnya variabel ROE sebagai variabel tak bebas dalam model karena nilai ROE mampu mencerminkan efisiensi dan efektivitas industri perbankan dalam mendapatkan laba bersih berdasarkan modal yang tersedia (Nachrowi dan Usman 2006). Sedangkan variabel bebas yang dimasukkan ke dalam model adalah variabel inflasi, FDR (financing deposit ratio) atau LDR (loan deposit ratio), dan variabel boneka (dummy variable).

Variabel inflasi dipilih sebagai salah satu variabel bebas dalam model sebab inflasi merupakan salah satu variabel makro ekonomi yang mampu memengaruhi distribusi pendapatan disemua sektor ekonomi, termasuk industri perbankan (Blanchard 2006). Variabel FDR atau LDR dipilih sebagai variabel tak bebas dalam model karena kedua variabel ini selain mencerminkan tingkat likuiditas perbankan juga merupakan salah satu perangkat untuk menghasilkan pendapatan (income) bagi industri perbankan (Samad dan Hassan 1999). Sedangkan dummy

variable digunakan untuk melihat ada tidaknya pengaruh krisis ekonomi terhadap

pendapatan industri perbankan.

Model ekonometrika yang digunakan adalah model ARCH atau

autoregressive conditional heterocedasticity. Pada model ARCH, tidak hanya

nilai variabel bebas (dependent variable) yang dipengaruhi oleh variabel intersep dan variabel-variabel bebas (independent variables) lainnya, akan tetapi nilai varian eror persamaan juga dipengaruhi oleh variabel-variabel tersebut. Dimana variabel bebas menggambarkan keuntungan (profit) dan variabel eror menggambarkan resiko (risk). Sehingga model ARCH sangat cocok digunakan dalam menganalisis fluktuasi keuntungan (profit) dan resiko (risk) yang terjadi di sektor keuangan (Firdaus 2006). Selanjutnya output atau hasil dari model ARCH pada investment opportunity utilization test akan mampu menunjukkan investasi mana yang lebih baik bagi seorang nasabah, apakah menabung di Bank Syari’ah atau Bank Konvensional.

2.6.2 Test of Elasticity in Financing/Loan

Industri perbankan pada prinsipnya mempunyai dua fungsi pokok yakni mengumpulkan dan menyalurkan dana masyarakat. Berdasarkan teori elastisitas, semakin besar dana yang dikumpulkan pihak bank dari masyarakat, maka semakin besar pula dana yang disalurkan pihak bank kembali ke masyarakat dalam bentuk pembiayaan (financing) atau pinjaman (loan). Test of elasticity in

financing/loan digunakan untuk membandingkan elastisitas kedua industri

perbankan (konvensional dan syari’ah) dalam mengumpulkan dan menyalurkan kembali dana masyarakat.

Test of elasticity in financing/loan dilakukan dengan membuat fungsi regresi

linier sederhana antara nilai pembiayaan (financing) perbankan syari’ah dan pinjaman (loan) pada perbankan konvensional sebagai variabel tidak bebas (dependent variable) terhadap nilai aktiva bank sebagai variabel bebas atau

independent variable (Sarker 1999). Variabel-variabel tersebut telah dikonversi ke

dalam bentuk logaritma sebelum diregresikan. Setelah kedua model didapat, lakukan uji nilai koefisien kedua persamaan tersebut untuk mengetahui apakah terjadi perbedaan yang signifikan atau tidak.

2.6.3 Risk and Solvency Ratios Test

Samad dan Hassan (1999) mengunakan tes ini untuk mengetahui apakah sebuah bank mampu memenuhi kewajibannya (solvent) atau tidak. Sebuah bank dikatakan solvent bila aset yang dimiliki lebih besar dari kewajiban bank tersebut. Jika tidak, maka bank tersebut dikatakan bangkrut (insolvent) dan investasi pada bank tersebut sangat beresiko. Sebagaimana telah diuraikan di atas, resiko (risk) dan keuntungan (profit) dalam dunia keuangan dan perbankan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, seperti dua sisi mata uang. Semakin besar resiko yang dihadapi biasanya diikuti dengan besarnya keuntungan yang akan dicapai. Resiko dan keuntungan juga merupakan faktor yang sangat memengaruhi keputusan seseorang untuk berinvestasi. Semakin besar resiko, biasanya akan membuat seseorang semakin enggan untuk berinvestasi.

Besaran resiko dalam industri perbankan dapat dilihat dari nilai capital

adequacy ratio (CAR). Perbankan syari’ah sebagai alternatif baru bagi

masyarakat untuk berinvestasi, harus mampu memberikan resiko yang lebih kecil atau setidaknya sama dengan kemungkinan resiko yang diberikan perbankan konvensional. Oleh karena itu analisis nilai CAR pada kedua industri perbankan perlu dilakukan untuk memberikan perbandingan resiko yang dihadapi oleh masyarakat yang ingin menabung atau berinvestasi di kedua jenis perbankan tersebut.

Risk and solvency ratios test seharusnya dilakukan dengan membuat model

ARCH pada nilai CAR kedua industri perbankan tersebut. Namun karena data nilai CAR perbankan syari’ah tidak tersedia, maka variabel tak bebas (dependent

variable) yang akan dibuatkan model ARCH nya adalah nilai debt to total asset ratio (DTAR). Sebab selain CAR, ukuran yang umum digunakan untuk

mengukur rasio risk and solvency adalah nilai DTAR. Sedangkan variabel bebas (independent variable) yang dimasukkan ke dalam model adalah variabel inflasi, varibel income expense ratio (IER), financing deposit ratio (FDR) atau loan

deposit ratio (LDR), dan variabel boneka (dummy variable).

IER merupakan indikator efisiensi biaya dalam menghasilkan pendapatan. Semakin tinggi IER semakin tinggi efisiensi biaya untuk menghasilkan pendapatan, yang berarti pula semakin tinggi kinerja keuangan bank tersebut.

Semakin tinggi kinerja keuangan industri perbankan, maka kemampuannya untuk memenuhi semua kewajibannya juga akan semakin meningkat (Samad dan Hassan 1999). Variabel FDR dan LDR dipilih sebab kedua variabel ini mampu mencerminkan resiko likuiditas industri perbankan. Semakin kecil FDR/LDR semakin baik likuiditas bank tersebut. Sedangkan alasan memilih variabel inflasi dan dummy variable sebagai bagian dari variabel bebas dalam model adalah untuk melihat pengaruh variabel makro dan krisis ekonomi terhadap kinerja keuangan industri perbankan.

Risk and solvency ratios test dilakukan dengan membandingkan nilai

koefisien kedua model ARCH yang terbentuk. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi perbedaan yang signifikan pada kedua model industri perbankan tersebut. Sehingga hasilnya diharapkan akan mampu menunjukkan investasi mana yang lebih beresiko bagi seorang nasabah, apakah berinvestasi diperbankan syari’ah atau berinvestasi diperbankan konvensional.

Selain mampu menjawab tuntutan investasi, perbankan syari’ah juga diharapkan mampu menjawab tantangan krisis ekonomi yang tidak mampu dijawab oleh perbankan konvensional. Ketidakmampuan ini diisyaratkan dengan adanya keinginan untuk mengganti sistem ekonomi dan moneter yang ada pada saat ini sebagaimana yang dijelaskan pada subbab latar belakang. Oleh karena itu diperlukan sebuah analisis yang akan membandingkan kinerja keuangan perbankan syari’ah dan kinerja keuangan perbankan konvensional sebelum dan di saat krisis.

Dokumen terkait