• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIJAKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA KONTRAKTOR DI DKI JAKARTA

TS-15 1.2.2 Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012

2.3 Analisis IPA dan diagram Kartesian

Analisis IPA diawali dengan hitungan tingkat kesesuaian antara tingkat kepentingan dan kinerja yang besarnya dinyatakan dalam bentuk persen dengan menggunakan rumus yang telah dijelaskan di atas. Hasil hitungan tingkat kesesuaian untuk seluruh aspek kebijakan K3 pada penelitian ini ditampilakan pada Tabel 2. Hasil hitungan menunjukkan bahwa hampir semua aspek mempunyai persentase kesesuaian sedikit di bawah 100% yang berarti tingkat kepentingannya sedikit melebihi kinerja. Hanya satu aspek mempuyai prosentase sedikit di atas 100% yang berarti kinerjanya sedikit di atas tingkat kepentingannya. Walaupun tingkat kesesuaiannya ada yang di bawah dan di atas 100% namun semuanya mendekati 100%. Tingkat kesesuaian yang di bawah 100%, semuanya di atas 95%, sementara yang di atas 100% berada pada nilai 101.15%. Hasil yang semua mendekati 100% ini menunjukkan adanya kesesuaian antara tingkat kepentingan dan kinerja pada semua aspek hampir sama,

Tabel 2. Tingkat kesesuaian tingkat kepentingan dan kinerja

No. Kebijakan K3 Tingkat kesesuaian

1 Kebijakan K3 tertulis, tertanggal, dan ditanda-tangani 99.79

2 Kebijakan K3 disahkan oleh pucuk pimpinan perusahaan 101.15

3 Kebijakan K3 memuat visi dan tujuan perusahaan 99.57

4 Tujuan dan sasaran K3 dinyatakan secara jelas 97.19

5 Setiap tingkat pimpinan dalam perusahaan menunjukkan komitmen terhadap K3 97.52 6 Menempatkan organisasi K3 pada posisi yang dapat menentukan keputusan

perusahaan 98.29

7 Menyediakan anggaran, tenaga kerja yang berkualitas, dan sarana-sarana lain yang

diperlukan program K3 97.85

8 Menetapkan personil yang mempunyai tanggung jawab, wewenang, dan

kewajiban yang jelas dalam melaksanakan K3 99.07

9 Penyusunan kebijakan K3 dilakukan melalui tinjauan awal kondisi K3 97.59 10 Penyusunan kebijakan K3 dilakukan melalui proses konsultasi antara pengurus

dan wakil pekerja 96.21

11 Kebijakan K3 dijelaskan dan disebarluaskan kepada seluruh pekerja, tamu,

sub-kontraktor, pemasok dan pelanggan 98.82

Selanjutnya analisis IPA juga menghasilkan diagram kartesian seperti pada Gambar 2. Diagram kartesian dibagi menjadi empat kuadran untuk menunjukkan hubungan antara tingkat kepentingan dan kinerja kontraktor. Hasil analisis IPA untuk kebijakan K3 oleh kontraktor di DKI Jakarta yang digambarkan pada diagram kartesian menunjukkan bahwa semua aspek kebijakan K3 berada pada kuadran 1 dan kuadran 3. Hasil ini menunjukkan bahwa semua aspek kebijksanaan K3 yang berada dalam kuadran 1 mempunyai tingkat kepentingan tinggi dan kinerja tinggi, serta kuadran 3 yang mempunyai tingkat kepentingan rendah dan kinerja rendah.

Aspek-aspek kebijakan K3 yang masuk dalam kuadran 3 yang dikategorikan prioritas rendah karena tingkat kepentingannya rendah dan kinerjanya juga rendah terdiri dari 3 aspek seperti dijelaskan berikut ini.

 Penyusunan kebijakan K3 dilakukan melalui tinjauan awal kondisi K3

 Penyusunan kebijakan K3 dilakukan melalui proses konsultasi antara pengurus dan wakil pekerja

 Kebijakan K3 dijelaskan dan disebarluaskan kepada seluruh pekerja, tamu, sub-kontraktor, pemasok dan pelanggan

Sementara aspek yang perlu dipertahankan karena berada di kuadran 1 yang berarti tingkat kepentingannya tinggi dan juga telah dilaksanakan dengan baik oleh kontraktor terdiri dari 8 aspek seperti dijelaskan berikut ini.

 Kebijakan K3 tertulis, tertanggal, dan ditanda-tangani

 Kebijakan K3 disahkan oleh pucuk pimpinan perusahaan

 Kebijakan K3 memuat visi dan tujuan perusahaan

 Tujuan dan sasaran K3 dinyatakan secara jelas

 Setiap tingkat pimpinan dalam perusahaan menunjukkan komitmen terhadap K3

TS-19

 Menyediakan anggaran, tenaga kerja yang berkualitas, dan sarana-sarana lain yang diperlukan program K3

 Menetapkan personil yang mempunyai tanggung jawab, wewenang, dan kewajiban yang jelas dalam melaksanakan K3

Gambar 2. Diagram Kartesian

3. KESIMPULAN

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebijaksanaan K3 pada kontraktor di DKI Jakarta mempunyai kesesuaian yang tinggi antara tingkat kepentingan dengan kinerja pelaksanaannya. Hasil ini didukung dengan hasil analisis IPA yang menunjukkan bahwa aspek-aspek kebijaksanaan K3 pada kontraktor di DKI Jakarta tingkat kepentingan dan kinerjanya hanya terbagi pada posisi prioritas rendah dan prestasinya perlu dipertahankan. Prioritas rendah karena tingkat kepentingannya rendah dan kinerjanya juga rendah (kwadran 3) sementara prestasinya perlu dipertahankan karena tingkat kepentingannya tinggi dan kinerjanya tinggi (kwadran 1). Walaupun hasil analisis menunjukkan kesesuaian antara tingkat kepentingan dan kinerja kebijakan K3 pada kontraktor di DKI Jakarta, namun kiranya perlu diperhatikan tiga aspek yang masuk kategori prioritas rendah. Para kontraktor perlu mengkaji ulang apakah benar ketiga aspek tersebut memang tidak penting sehingga tidak perlu diperhatikan.

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan khususnya oleh para kontraktor di DKI Jakarta untuk mengevaluasi penetapan kebijaksanaan K3 yang telah dilaksanakan di perusahaanya. Sementara bagi kontraktor pada umumnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penetapan kebijaksanaan K3 di perusahaanya. Hasil penelitian ini juga bermanfaat untuk pengembangan penelitian di bidang manajemen konstruksi khususnya di bidang K3. Penelitian lanjutan dapat dilakukan untuk melakukan penelitian yang sama di daerah lain yang industri konstruksinya juga berkembang dengan baik, sehingga dapat dibandingkan kondisi yang terjadi di masing-masing daerah di Indonesia. Selain itu penelitian ini juga dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya dari penerapan SMK3 menurut Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 oleh kontraktor. Tahap berikutnya tersebut meliputi perencanaan K3, pelaksanaan rencana K3, pemantauan dan evaluasi K3, peninjauan dan peningkatan Kinerja SMK3.

PUSTAKA

Blindenbach-Driessen, F. & Van Den Ende, J. (2006). Innovation in project-based firms: The context dependency of success factors. Research Policy, Vol. 35, 4, pp. 545-561

Gann, D. M. & Salter, A. J. (2000). Innovation in project-based, service-enhanced firms: The construction of complex products and systems". Research Policy, Vol. 29, pp. 955-972

Kwadran 2

Kwadran 3

Kwadran 1

TS-20

Lau, E. and Jiahui, J. (2006) Identification of Constraints in Construction. Projects to Improve Performance. Paper presented in CCIM2006: Sustainable Development through Culture and Innovation, Dubai, UAE, 26-29 November 2006

Levy, S.M. 2012. Project management in construction, sixth edition. McGraw Hill

Martilla, J.A. and James, J.C. (1977) Importance-Performance Analysis. Journal of Marketing, 41, 77-790). Mirzaei, M. and Mabin, V.J. (2014) Exploring Constraints in Projects: a Construction Case Study, Proceedings

of the 48th Annual Conference of the ORSNZ,

(https://secure.orsnz.org.nz/conf48/program/Papers/nzsaorsnz2014_paper_24.pdf)

Orozco, F. A., Serpell, A. F., Molenaar, K. R. & Forcael, E. (2014). Modeling competitiveness factors and indexes for construction companies: Findings of chile. Journal of Construction Engineering and Management, Vol. 140, Issue 4.

Shadan, K. & Fleming, G. (2012). Construction project management handbook. FTA Report No. 0015 Federal Transit Administration

Zou, P. X. W., Zhang, G. & Wang, J.-Y. (2014). "Identifying key risks in construction projects: Life cycle and stakeholder perspectives". International Journal of Construction Management Vol. 9, Issue 1.

TS-21

CRITICAL SUCCESS FACTORS (CSF) HUBUNGAN KERJA SAMA ANTARA